37 70 1 SM PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

USIA DAN BUDAYA PANTANGMAKANAN MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN

LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS HARI KE 7


SondangSidabutar,
(Akbid Griya Husada Surabaya, sondang_sidabutar73@yahoo.co.id
ABSTRACK
Wound healing is a long time in there covery process because of damage to the skin or skin
tissue disintegritas. According to Rustam Mochtar(1998), the injured in the birth canal when not
accompanied by infection will heal within6-7days. Based on the results of a survey on BPS Ny.
Arifin S. Surabaya, from as many as7 of 10 respondents (70%) found the wound is still wet. The
purpose of this study was to determine age and cultural picture of incontinence on postpartum
mother's perineal wound healing on the seventh day in the BPS Ny. Arifin S. Surabaya.
In this research using descriptive method with the study population was all mothers with post
natal on the seventh day stit chesin the perineum which controls BPS Ny. Arifin S. Surabaya
period from July to August 2008 as many as 49 people. Sampling of non-probability sampling
with a sampling technique is saturated. By using questionnaires and observation sheets as
research instruments. Data created frequency tables and cross tabulations and then summed.
Based on the results of research on maternal postnatal day 9 to 7, obtained the majority of
postnatal mother saged <35 years of the perineal wound healed as many as 24 people (66.66%)
and in postpartum mothers who do not abstain from the majority of the perineal wound healed as
many as17 people (77.27%).
By looking at these result it can be concluded that the perineal wound healing can be influenced
byculture age and abstinence from food. Therefore, the provision of good information and right
by the health officer of the perineal wound care will affect the success of the perineal wound
healing process.
ABSTRAK
Penyembuhan luka adalah panjang waktu proses pemulihan pada kulit karena adanya kerusakan
atau disintegritas jaringan kulit. Menurut Rustam Mochtar (1998), luka- luka pada jalan lahir
bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6 7 hari. Berdasarkan hasil survei pendahulan di
BPS Ny. Arifin S. Surabaya, dari 10 responden sebanyak 7 orang (70%) ditemukan luka masih
basah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran usia dan budaya tarak terhadap
penyembuhan luka perineum ibu nifas hari ke 7 di BPS Ny. Arifin S. Surabaya.
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan populasi penelitian adalah seluruh
ibu nifas hari ke 7 dengan luka jahitan perineum yang kontrol di BPS Ny. Arifin S. Surabaya
periode Juli Agustus 2008 sebanyak 49 orang. Pengambilan sampel secara non probability
sampling dengan teknik sampling jenuh. Dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi
sebagai instrumen penelitian. Data dibuat tabel frekuensi dan tabulasi silang kemudian
disimpulkan.
Berdasarkan hasil penelitian pada 49 orang ibu nifas hari ke 7, didapatkan mayoritas ibu nifas
berusia < 35 tahun luka perineum sembuh yaitu sebanyak 24 orang (66,66%) dan pada ibu nifas
yang melakukan pantang mayoritas luka perineum tidak sembuh yaitu sebanyak 17 orang
(77,27%).

Dengan melihat hasil tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa penyembuhan luka
perineum dapat dipengaruhi oleh usia dan budaya pantang makanan. Oleh karena itu, pemberian
informasi yamg baik dan benar oleh petugas kesehatan tentang perawatan luka perineum akan
mempengaruhi keberhasilan proses penyembuhan luka perineum.
Kata Kunci: Usia, Budaya, Penyembuhan Luka
PENDAHULUAN
Hakikat pembangunan nasional adalah
menciptakan manusia Indonesia seutuhnya,
serta pembangunan seluruh masyarakat
Indonesia menuju masyarakat adil dan
makmur, berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena
itu, pembangunan di bidang kesehatan harus
dilaksanakan sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional. Karena pada
dasarnya pembangunan nasional di bidang
kesehatan,
berkaitan
erat
dengan
peningkatan mutu sumber daya manusia,
yang merupakan modal dasar dalam
melaksanakan pembangunan. (Siti Saleha,
2007:1).
Salah
satu
indikator
untuk
menentukan derajat kesehatan suatu bangsa,
ditandai dengan tinggi rendahnya angka
kematian ibu dan bayi. Hal ini merupakan
suatu fenomena yang mempunyai pengaruh
besar terhadap keberhasilan pembangunan
kesehatan. (Sitti Saleha, 2007:1)
Masa nifas (puerperium) adalah
masa setelah placenta lahir, dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali, seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
(Helen Varney, 2007).
Masa nifas merupakan hal penting
untuk diperhatikan, guna menurunkan angka
kematian ibu dan bayi di Indonesia. Dari
berbagai pengalaman dalam menanggulangi
kematian ibu dan bayi di banyak negara,
para pakar kesehatan menganjurkan upaya
pertolongan difokuskan pada periode intra
partum.
Upaya
ini
telah
terbukti
menyelamatkan lebih dari separuh ibu
bersalin dan bayi baru lahir yang disertai

dengan penyulit proses persalinan atau


komplikasi yang mengancam keselamatan
jiwa. (Sitti Saleha, 2007)
Menurut data WHO, sebanyak 99
persen kematian ibu akibat masalah
persalinan atau kelahiran, terjadi di negaranegara berkembang. Data resmi yang
dimiliki
Departemen
Kesehatan
menyebutkan, Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia terus mengalami penurunan.
Meski secara besaran angka kematian (AKI)
di
Indonesia
masih
tinggi.
(www.suarapembaruan.com)
Angka kematian ibu melahirkan, di
Indonesia masih tertinggi di negara ASEAN
yakni 248/100.000 kelahiran menurut Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2006. Angka ini
masih jauh dari target tujuan pembangunan
millenium
(Millenium
Development
Goals/MDGs) yakni 125/100.000 kelahiran
pada
tahun
2015.
(www.suarapembaruaan.com)
Menurut Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
kematian ibu menjadi 228/100.000 kelahiran
hidup.(DepKes RI. 2007)
Angka kematian ibu bersalin di
Jawa Timur tahun 2000 sebesar 356 dengan
penyebab
kematian
terbesar
adalah
perdarahan
(36,23%),
preeklamasi
(23,88%), infeksi nifas (6,56%), dan lainlain (34,83%).
(www.google.com/library@lib.unair.ac.id)
Angka kematian ibu disebabkan
beberapa hal antara lain : atonia uteri 50%60%, retensio plasenta 16%-17%, sisa
placenta 23%-24%, laserasi jalan lahir 4%5%, kelainan darah 0,5%-0,8%. (Rustam
Mochtar, 1998)

Sesudah partus terdapat luka-luka


di beberapa tempat pada jalan lahir. Pada
hari-hari pertama post partum harus dijaga
agar luka-luka ini tidak dimasuki kumankuman dari luar. Oleh sebab itu, semua alat
dan kain yang berhubungan dengan genital
harus suci hama. (Hanifa Winkjosastro,
2005)
Luka-luka pada jalan lahir yaitu
luka episiotomi dan luka ruptur, diharapkan
dapat segera sembuh, agar komplikasi pada
masa nifas terutama infeksi pada jalan lahir
tidak terjadi. (http://creasoft.wordpress.com)
Menurut Rustam Mochtar (1998),
luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai
infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
Infeksi nifas merupakan keadaan
abnormal pada masa nifas, yang disebabkan
oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat
genetalia pada waktu persalinan dalam nifas.
(Sitti Saleha, 2007)
Infeksi akut ditandai dengan
demam, sakit di daerah infeksi, berwarna
kemerahan, fungsi organ terganggu.
Gambaran klinis infeksi nifas dapat
berbentuk infeksi lokal dan infeksi umum.
Infeksi lokal yaitu pembengkakan luka
episiotomi, terjadi pernanahan, perubahan
warna kulit, pengeluaran lochea bercampur
nanah, mobilitasi terbatas karena rasa nyeri,
temperatur badan meningkat. Infeksi umum
yaitu tampak sakit dan lemah, temperatur
meningkat dan rasa sesak. Kesadaran gelisah
sampai menurun dan koma, terjadi gangguan
involusi uterus, lochea berbau dan bernanah
serta kotor. (Eny Retna Ambarwati dan Diah
Wulandari, 2007)
Berdasarkan data di BPS Ny. Arifin
S Surabaya, ibu yang mengalami luka
jahitan saat persalinan semakin meningkat.
Pada tahun 2005 yang mengalami luka
jahitan saat persalinan sebanyak 318 orang
dari 530 persalinan dengan persentase 60%.
Tahun 2006 ibu yang mengalami luka
jahitan saat persalinan sebanyak 364 orang
dari 536 persalinan dengan persentase

67,91%. Tahun 2007 ibu yang mengalami


luka jahitan saat persalinan sebanyak 395
orang dari 542 persalinan, dengan persentase
72,87%.
Data tersebut di atas dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.1 Data ibu bersalin yang mengalami
luka jahitan tahun 2005-2007 di
BPS Ny. Arifin S. Surabaya
Luka Perineum
Jumlah
Tahu
IbuBersal
Ya
Tidak
n
in
%
%

2005
530
31 60 21 40
2006
536
8 67,9 2 32,0
2007
542
36
1
17
9
4 72,8 2 27,1
39
7
14
3
5
7
Sumber buku register BPS Ny. Arifin S.
Surabaya tahun 2005 - 2007
Hasil penelitian pendahuluan bulan
Juli 2008 dari 10 responden Ibu nifas hari ke
7 dengan luka jahitan perineum ditemukan
luka jahitan basah dan belum menutup
sebanyak 7 orang (70%), sedangkan 3 orang
lainnya (30%) didapatkan luka jahitan
perineum sudah menutup dan kering. Dari 7
orang yang luka jahitan perineumnya basah,
5 orang (71,4%) melakukan tarak,
sedangkan 2 orang (28,5%) tidak melakukan
tarak. Berdasarkan persentase dapat
disimpulkan banyak ibu nifas dengan luka
perineum yang belum sembuh karena
kebiasaan tarak.
Dari 10 responden Ibu Nifas hari ke
7 dengan luka jahitan perineum, 3 orang
(42,8 %) yang luka jahitan kering atau
sembuh berusia < 35 tahun. Dari 7 orang
yang luka jahitan basah ditemukan 5 orang
berusia < 35 tahun dan 2 orang (28,5%)
berusia 35 tahun. Berdasarkan penelitian
pandahuluan
yang
dilakukan
dapat
disimpulkan bahwa ibu nifas hari ke 7
sebanyak 70% mempunyai luka jahitan
perineum masih basah dan belum menutup.
Dari 7 orang yang luka jahitan perineum

basah 5 orang (71,4 %) melakukan tarak dan


yang berusia 35 tahun sebanyak 2 orang
(28,5%).
Beberapa
faktor
predisposisi
terjadinya infeksi masa nifas yaitu kurang
gizi atau malnutrisi, anemia, higiene,
kelelahan, proses persalinan bermasalah
seperti: partus lama/macet, korioamnionitis,
persalinan traumatik, kurang baiknya proses
pencegahan infeksi, manipulasi yang
berlebihan. (Abdul Bari Syaifudin, 2002)
Faktor-faktor yang dapat juga
berpengaruh pada penyembuhan luka yaitu
karakteristik ibu (umur, pendidikan, paritas),
faktor penyakit, budaya , nutrisi,personal
hygiene,
dan
lingkungan.
(http://creasoft.wordpress.com)
Usia reproduksi yang untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20 30
tahun, kematian maternal pada wanita hamil
dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun
ternyata 2 5 kali lebih tinggi daripada
kematian maternal yang terjadi pada usia 20
29 tahun. Kematian maternal meningkat
kembali sesudah usia 30 35 tahun. (Hanifa
Winkjosastro, 2005)
Penyembuhan luka lebih cepat
terjadi pada usia muda daripada orang tua.
Orang yang sudah lanjut usianya tidak dapat
mentolerir stress seperti trauma jaringan
atau infeksi. (www.referensikesehatan.com)
Budaya tarak telur, ikan, dan
daging ayam juga akan mempengaruhi
penyembuhan luka, karena asupan gizi yang
diperlukan
ibu
berkurang.
(http://www.owner.theavelle.net)
Luka pada perineum akibat
episiotomi, ruptura, atau laserasi merupakan
daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar
tetap bersih dan kering. Pengamatan dan
perawatan
khusus
diperlukan
untuk
menjamin agar daerah tersebut sembuh
dengan cepat dan mudah. (Helen Farrer,
2001).
Kondisi perineum yang terkena
lokia dan lembab akan sangat menunjang

perkembangbiakan bakteri yang dapat


menyebabkan timbulnya infeksi pada
perineum. Munculnya infeksi pada perineum
dapat merambat pada saluran kandung
kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat
berakibat pada munculnya komplikasi
infeksi kandung kemih maupun infeksi pada
jalan lahir. Penanganan komplikasi yang
lambat dapat menyebabkan terjadinya
kematian pada ibu post pastum mengingat
kondisi fisik ibu post partum masih lemah
(Suwiyoga,
2004).
(http://owner.theavella.net)
Perawatan
perineum,
nutrisi,
personal hygiene yang dilakukan dengan
baik dapat menghindarkan terjadinya
infeksi, komplikasi, dan kematian ibu post
partum. (http://owner.theavella.net)
Dari uraian di atas yaitu
meningkatnya jumlah ibu yang mengalami
luka jahitan saat persalinan dan beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi
masa nifas, maka perlu dilakukan penelitian
tentang gambaran antara usia dan budaya
pantang makanan terhadap penyembuhan
luka perineum ibu nifas hari ke 7.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain
deskriptif. Pada desain ini hanya
menggambarkan saja sejelas mungkin tanpa
mencoba menganalisis bagaimana dan
mengapa fenomena tersebut terjadi. (Didik
Budijanto. 2005)
Sampel diambil dengan cara
deskriptif (Non Probability) sampling
dengan teknik sampling jenuh yaitu cara
dimana seluruh anggota populasi menjadi
sampel.
Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan pengumpulan data primer
berdasarkan kuesioner tentang budaya yang
telah diberikan kepada responden yang
memenuhi kriteria dan hasil observasi
penyembuhan luka perineum dari peneliti.

Data dibuat tabel frekuensi kemudian


dibuat tabulasi silang lalu dianalisis.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Distribusi frekuensi tingkat
pendidikan ibu nifas hari ke7
JenisPendi
dikan

Freku
ensi

Persen
tase
(%)
22,45
28,57
30,61
18,37

SD
11
SMP
14
SMA
15
Perguruan
9
Tinggi (PT)
Jumlah
49
100
Sumber : Data primer hasil kuesioner
yang sudah diteliti
Berdasarkan tabel 1 mayoritas ibu nifas
berpendidikan SMA yaitu sebanyak 15
orang (30,61%).
Tabel 2 Distribusi frekuensi paritas ibu
nifas hari ke 7
Paritas

Frekue
nsi
21

Persent
ase (%)
42,86

Primigravi
da
Multrigra
28
57,14
vida
Jumlah
49
100
Sumber : Data primer hasil kuesioner
yang sudah diteliti
Berdasarkan tabel 2 mayoritas ibu nifas
adalah multigravida yaitu sebanyak 28
orang (57,14%).
Tabel .3 Distribusi frekuensi usia ibu
nifas hari ke 7
Usia

Frekuensi

< 35 tahun

36

Persentase
(%)
73,46

35 tahun

13

26,54

Jumlah
49
100
Sumber : Data primer hasil kuesioner
yang sudah diteliti
Berdasarkan tabel 3 ibu nifas hari ke 7
yang kontrol mayoritas berusia < 35
tahun yaitu sebanyak 36 orang (73,46%).
Tabel.4 Distribusi frekuensi budaya
pantang makanan ibu nifas hari
ke 7
Budaya
Frekuensi Persentase
Pantang
(%)
Makanan
Pantang
22
44,90
TidakPantang
27
55,10
Jumlah
49
100
Sumber : Data primer hasil kuesioner
yang sudah diteliti
Berdasarkan tabe .4 mayoritas ibu nifas
tidak melakukan pantang yaitu sebanyak
27 orang (55,10%).
Tabel 5 Distribusi
frekuensi
penyembuhan luka perineum
Luka
Frekuensi Persentase
Perineum
(%)
Luka sembuh
29
59,18
Luka
20
40,82
tidaksembuh
Jumlah
49
100
Sumber : Data primer hasil
kuesioner yang sudah diteliti
Berdasarkan tabel 5 mayoritas ibu nifas
keadaan luka perineum sembuh yaitu
sebanyak 29 orang (59,18%).

Berdasarkan gambaran antara variabel usia


terhadap
penyembuhan
luka,
didapatkanmayoritas luka perineum sembuh
pada usia < 35
tahun sebanyak 24 orang (66,66%)

dibandingkan liuka perineum tidak sembuh


pada
usia 35 tahun yaitu sebanyak 8 orang
(61,54%).

Berdasarkan gambaran antara variabel


budaya pantang makanan terhadap
penyembuhan luka, didapatkan mayoritas
luka perineum tidak sembuh pada ibu
yang melakukan budaya pantang.

makanan yaitu sebanyak 17 orang (77,27%)


dibandingkan luka perineum sembuh
pada ibu yang tidak melakukan budaya
pantang makanan yaitu sebanyak 16
orang (59,26%).

A. PEMBAHASAN
Dilihat dari tabel 1 tentang umur
ibu bersalin didapatkan mayoritas umur
20-35 tahun sebanyak 42 orang (51,85%).
Menurut Winkjosastro (2002), usia
reproduksi yang aman untuk kehamilan
dan persalinan adalah 20-30 tahun sebab
kehamilan di usia < 20 tahun dan > 35
tahun
sering
terjadi
penyulit
(komplikasi) baik pada ibu maupun janin.

Berdasarkan
tabel
4
dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ibu umur
> 35 tahun melahirkan BBLR sebanyak
63,16 % dibandingkan dengan ibu umur
20-35 tahun melahirkan BBLR sebanyak
53,76 %.
Guna
menentukan
adanya
hubungan
antara
umur
dengan
keteraturan ANC dilakukan uji ChiSquare,
didapatkan
2Hitung>2Tabel
sehingga
dapat
disimpulkan
ada
hubungan antara umur dengan kejadian

BBLR. Hal ini sesuai dengan teori bahwa


umur kehamilan yang relativemuda (< 20
tahun)
dapatmenyebabkanpenyulit
(komplikasi)
dalamkehamilanbaikpadaibumaupunjanin
dikarenakanbelummatangnyaalatreprodu
ksisehinggadapatmengakibatkankelahiran
prematur,
BBLR
dancacatbawaan.
Sedangkanpadausia> 35 tahun, ototototdasarpanggultidakelasticlagisehingga
mudahterjadikomplikasibaiksaathamilma
upunpersalinansepertipre-eklampsi,
hipertensi, diabetes mellitus, anemia yang
juga dapat mengakibatkan kelahiran
prematur atau BBLR
Dilihat dari tabel 2 tentang paritas
ibu bersalin didapatkan bahwa mayoritas
paritas ibu bersalin adalah multipara
sebesar 40,74%.
Menurut Abdul Bari Saifuddin
(2002) jumlah anak yang banyak
memerlukan persiapan baik secara mental
maupun material. Kehamilan yang
termasuk kategori 4 terlalu diantaranya
adalah terlalu sering hamil dan terlalu
banyak anak. Hal ini selain akan
mempengaruhi status kesehatan ibu dan
anak juga mempengaruhi kesejahteraan
keluarga.
Berdasarkan
tabel
5
dapat
disimpulkan bahwa bahwamayoritasibu
multipara melahirkan BBLR sebanyak
75,76 % dibandingkan dengan ibu
primipara melahirkan BBLN sebanyak
77,42 %.
Untuk
menentukan
adanya
hubungan antara paritas dengan kejadian
BBLR
dilakukan
uji
Chi-Square
didapatkan 2Hitung>2Tabel, sehingga dapat
disimpulkan ada hubungan antara paritas
ibu bersalin dengan kejadian BBLR. Hal
ini
sesuai dengan
teori
bahwa
jarakkelahirandanbanyaknyaanakakansan
gatberpengaruhterhadapkesehatanibudana
naknya. Resiko BBLR dan kematian ibu
ataupun anak akan meningkat apabila

jarak kelahiran terlalu dekat. Hal ini


dikarenakan fisik ibu dan rahim masih
kurang cukup istirahat. Ibu yang sering
hamil, lebih-lebih dengan jarak yang
pendek akan menyebabkan ibu terlalu
payah akibat dari hamil, melahirkan,
menyusui, merawat anaknya terus
menerus.
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara umur dan
paritas ibu bersalin dengan kejadian
BBLR. Sehingga dapat dicari solusi guna
mencegah terjadinya berat badan lahir
rendah yaitu dengan salah satu cara
petugas kesehatan memberi pengetahuan
atau penyuluhan tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan sehingga ibu
hamil mau memeriksakan kehamilannya
secara teratur ke petugas kesehatan.
Dengan pemeriksaan kehamilan secara
teratur dapat mencegah terjadinya
komplikasi atau timbulnya penyulit bagi
ibu maupun janin antara lain anemia,
abortus, partus prematurus, inersia uteri,
BBLR, perdarahan pasca persalinan.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian mengenai hubungan
antara umur dan paritas ibu bersalin
dengan kejadian Berat Badan Lahir
Rendah di BPS Arifin Wonorejo
Surabaya Tahun 2008, maka disimpulkan
bahwa:
1. Ibu
bersalin
di
BPS
Ny.
ArifinWonorejo Surabaya tahun 2008
mayoritasberumur 20-35 (51,85%).
2. Ibu bersalin di BPS Ny. Arifin
Wonorejo Surabaya tahun 2008
mayoritas multipara (40,74%).
3. Ibu bersalin di BPS Ny. Arifin
Wonorejo Surabaya tahun 2008
mayoritas melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah (53,09%).
4. Ada hubungan antara umur dan
paritas ibu bersalin dengan kejadian

BBLR di BPS Ny. Arifin Wonorejo


Surabaya.
SARAN
Penelitianinijauhdarisempurnadanp
erluadanyapenelitianlanjutan
yang
lebihbermututentangfaktor-faktor
lain
yang dapatmempengaruhikejadian BBLR
sertadapatmencakupwilayah
yang
lebihluasdanlebihbanyak.Diharapkan
penelitian ini dapat meningkatkan
pengetahuan dalam melakukan penelitian
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2008. Jenjang Pendidikan.
(online).
id.wikipedia.org/wiki/
pendidikan, 24 Januari 2009.
Anonimous. 2006. Profil Kesehatan Jawa
Timur. (online). www.Dinkes.go.id,
15 Januari 2009.
Bobak. 2004. Keperawatan Maternitas.
Jakarta : EGC
Budijanto, Didik dan Prajoga. 2005.
Metodologi Penelitian
DepKes RI. 2002. Pedoman Teknis Audit
Maternal Perinatal di Tingkat
Kabupaten Kota. Jakarta.
DepKes RI. 2004. Pedoman Pemantauan
Wilayah Setempat Kesehatan Ibu
dan Anak (PWS-KIA). Jakarta.
Dinkes Surabaya. 2004. Laporan PWS-KIA
Tahun 2004. Surabaya.
Dinkes Surabaya 2005. Laporan PWS-KIA
Tahun 2005. Surabaya.
Dinkes Surabaya 2006. Laporan PWS-KIA
Tahun 2006. Surabaya.
Dinkes Surabaya 2007. Laporan PWS-KIA
Tahun 2007. Surabaya.
Hellen, Farrer. 2001. Pengaruh Alkohol
Terhadap Ibu Hamil. (online).
(www.ayahbunda.com, 10 Januari
2009)
Klaus dan Fanaroff. 1998. Faktor-faktor
Pengaruh
Terjadinya
BBLR.

(online). (www.Dinkes.go.id, 18
Januari 2009)
Lucianawati, Mercy. 2008. Gender dan
Kekerasan Terhadap Perempuan.
(online). (www.ayahbunda.com,15
Januari 2009).
Linda V, Wlsh. 2008. Pengaruh Plasenta
Terhadap
Pertumbuhan
Janin.
(online). (www.google.com, 15
Januari 2009)
Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri
Jilid I. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo,
Soekidjo.2002.Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003.Pendidikan
dan Prilaku Kesehatan.Yogyakarta:
Andi Offset.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Nursalam dan Pariani. 2001. Pendekatan
Praktis
Metodologi
Riset
Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto.
Saifuddin,
Abdul
Bari.
2002.
BukuAcuanNasionalPelayananKeseh
atan Maternal dan Neonatal. Jakarta
:Yayasan
Bina
PustakaSarwonoPrawirohardjo.
Saifuddin,
Abdul
Bari.
2002.
BukuPanduanPraktisPelayananKeseh
atan Maternal dan Neonatal. Jakarta
:Yayasan
Bina
PustakaSarwonoPrawirohardjo.
Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan Bayi
Resiko Tinggi. Jakarta : EGC
Tjandar,
Yofa.
2006.
Penyebab
Perkembangan Fisik pada Anak.
(online). (www.google.com, 20
Januari 2009).

You might also like