Skripsi Tanpa Bab Pembahasan PDF
Skripsi Tanpa Bab Pembahasan PDF
Skripsi Tanpa Bab Pembahasan PDF
(Skripsi)
Oleh
HASNANIYAH ASRIDAYA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRACT
By
HASNANIYAH ASRIDAYA
and has high economic value. Broccoli has short shelf life and losses its weight
easily. An effort to overcome the problem is packing the broccoli using chitosan
and plastic wrapping. The purpose of this research is to investigate the effect of
chitosan and plastic wrapping on broccoli’s weight loss and shelf life stored at
room temperature. This research used two factors arranged factorially in complete
randomized block design (RAKL) with three replications. The first factor was
chitosan concentration (0%, 1%, 2% and 3%) and the second one waskinds of
packaging (the use of plastic wrapping, and without plastic wrapping). After
cleaning, broccoli was dipped chitosansolution for 15 minutes, dried, packed with
plastic wrapping, and stored for 5 days at room temperature. After 1, 3, and 5
days, broccoli was analyzed to determine its weight loss, total microbes, and
organoleptic color. The results showed that the higher the chitosan concentration
yielded in the lower weight loss and the higher shelf life. Broccoli packed with
plastic wrapping resulted in lower weight loss and higher shelf life than that with
out plastic wrapping. The best treatment in this research was dipping in 3%
chitosan solution and then packed with plastic wrapping. The treatment resulted in
the lowest weight loss (37.84%) and the highest shelf life, which was 5 days of
Keywords: Broccoli, chitosan, edible coating, plastic wrapping, and shelf life.
ABSTRAK
Oleh
HASNANIYAH ASRIDAYA
suku kubis-kubisan dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Brokoli memiliki masa
simpan yang pendek dan mudah mengalami kehilangan susut bobot. Upaya untuk
plastic wrapping. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh kitosan dan
kemasan plastic wrapping terhadap susut bobot dan masa simpan brokoli.
acak kelompok lengkap (RAKL) dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama yaitu
konsentrasi kitosan (0%, 1%, 2%, dan 3%) dan faktor kedua yaitu pengemasan
selama 5 hari pada suhu ruang. Setelah disimpan selama 1, 3, dan 5 hari brokoli
dianalisis untuk menentukan susut bobot, total mikroba, dan organoleptik warna.
menghasilkan susut bobot brokoli yang semakin rendah dan masa simpan brokoli
yang semakin tinggi. Brokoli yang dikemas plastic wrapping menghasilkan susut
bobot yang lebih rendah dan masa simpan yang lebih tinggi dari pada yang tidak
dikemas. Perlakuan terbaik dalam penelitian ini yaitu perendaman brokoli dalam
susut bobot terendah (37,84%) dan masa simpan tertinggi yaitu selama 5 hari
Kata kunci : Broccoli, kitosan, edible coating, plastic wrapping, dan masa
simpan
PENGARUH PELAPIS KITOSAN DAN KEMASAN PLASTIC WRAPPING
TERHADAP MASA SIMPAN BROKOLI PADA SUHU RUANG
Oleh
HASNANIYAH ASRIDAYA
Skripsi
Pada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
anak kelima dari lima bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Akmal dan Ibu
Tani (HKTI) Bandar Lampung pada tahun 1999-2000, Sekolah Dasar Al-Azhar 2
Penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum (PU) pada bulan Juli sampai
dengan judul “Mempelajari proses uji triangle (uji segitiga) produk kacang atom
manis (ajt) di Pt Garudafood Putra Putri Jaya Lampung”. Dan kegiatan Kuliah
pada bulan Januari sampai Maret 2016 di Desa Bedarow Indah, Kecamatan
vii
Dengan do’a dan rasa syukur kehadirat Allah
SWT atas karunia dan limpahan berkah-Nya.
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
2. Ibu Ir. Susilawati, M.Si., selaku ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
3. Ibu Ir. Zulferiyenni. M.T.A, selaku Dosen Pembimbing Utama atas segala
bantuan, pengarahan, nasihat, masukan dan saran selama penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ir. Sutikno, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing Kedua atas segala
5. Bapak Prof. Dr. Eng. Ir. Udin Hasanudin, M.T selaku Pembimbing Akademik
6. Kedua orang tua tercinta dan kakak-kakakku atas segala do’a, dukungan, serta
kasih sayang yang senantiasa mendukung setiap langkah positif dalam hidup.
7. Keluargaku yang selalu memberikan bantuan dan motivasi selama kuliah sampai
penyusunan skripsi.
x
8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen pengajar, staff administrasi dan laboratorium di
9. Sahabatku Dian Andarini, Citra Prima, Meilan, Laila, Riska, Bimbi, Devi
Sabarina, Widya, Citra Ratri, atas segala motivasi, bantuan, dukungan serta
10. Keluarga THP 2012 dan HMJ THP, atas segala kebersamaan, semangat, dan
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka dan penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bangsa Indonesia.
Penulis
Hasnaniyah Asridaya
xi
v
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1
2.1.Brokoli ...........…………………………………………………..... 8
2.2. Kitosan………………………………………………….............. 15
2.2.1SifatFisika-Kimia Kitosan.................................................... 16
2.2.2 Kegunaan Kitosan ................................................................ 17
LAMPIRAN …………………………………………………………….. 50
vi
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Brokoli ………………………………………………………………......... 9
2. Susut bobot brokoli yang dilapisi kitosan (0%, 1%, 2%, 3%)
3. Susut bobot brokoli yang dilapisi kitosan (0%, 1%, 2%, 3%)
4. Log total mikroba brokoli yang dilapisi kitosan (0%, 1%, 2%, 3%)
5. Log total mikroba brokoli yang dilapisi kitosan (0%, 1%, 2%, 3%)
6. Skor warna brokoli yang dilapisi kitosan (0%, 1%, 2%, 3%)
dengan kemasan plastic wrapping pada penyimpanan
7. Skor warna brokoli yang dilapisi kitosan (0%, 1%, 2%, 3%)
tanpa kemasan plastic wrapping pada penyimpanan
9. Penimbangan brokoli……….………………………….............................. 60
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiv
1
I. PENDAHULUAN
Brassicaceae. Bagian brokoli yang dimakan adalah kepala bunga berwarna hijau
yang tersusun rapat seperti cabang pohon dengan batang tebal. Sebagian besar
kepala bunga tersebut dikelilingi dedaunan. Brokoli mirip dengan kembang kol
ialah protein, lemak, air, karbohidrat, serat, kalsium, zat besi, vitamin (A, C, E,
Prospek pengembangan budidaya brokoli cukup baik. Selain itu, brokoli juga
sekitar 113,941 ton/ha (BPS, 2012) namun dengan jumlah produksi tersebut
belum dapat mencukupi kebutuhan pasar lokal. Dinas pertanian Jawa Barat
mencatat jumlah permintaan mencapai 26.136 ton pada tahun 2012. Menurut
2
brokoli yang semakin meningkat, brokoli memiliki suatu kelemahan yaitu mudah
rusak, masa simpan brokoli ialah 1-2 hari pada kondisi suhu ruang dan dengan
masa simpan yang pendek ini dapat menurunkan kualitas brokoli (Safaryani,
Brokoli merupakan sayuran yang mudah rusak karena bunga brokoli tersusun atas
jaringan muda yang masih aktif dalam proses biologis. Kerusakan brokoli
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu mekanis dan biologis. Nilai kesegaran pada
brokoli bisa diketahui dari laju respirasi yang akan mempengaruhi susut berat,
tekstur, kadar air, perubahan warna, kandungan vitamin C, atau aktivitas fisologis
maupun mikrobiologis (Rukmana, 1994). Oleh karena itu, perlu suatu metode
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghambat kerusakan brokoli
memerlukan biaya yang relatif tinggi. Metode lain yang lebih efisien adalah
(2005), metode pemberian lapisan tipis pada permukaan buah dan sayur untuk
menghambat keluarnya gas, uap air dan menghindari kontak dengan oksigen
Salah satu bahan alam yang dapat dijadikan edible coating adalah kitosan. Kitosan
adalah senyawa organik turunan kitin yang berasal dari biomaterial kitin yang
dapat digunakan sebagai pengawet karena sifat-sifat yang dimilikinya yaitu dapat
umumnya dibuat dari limbah hasil industri perikanan, seperti udang, kepiting dan
rajungan, yaitu dari bagian kepala ataupun kulit. Kitosan dapat melapisi produk
yang diawetkan sehingga terjadi interaksi yang minimal antara produk dan
Kitosan memiliki sifat anti mikroba dengan spektrum yang luas terhadap bakteri,
jamur dan kapang. Mekanisme kitosan sebagai anti mikroba dapat dikelompokkan
suhu, dan komponen lain (Karina, 2012). Kitosan mempunyai sifat biodegradabel
yaitu mudah terurai secara hayati, tidak beracun, dapat larut dalam larutan asam
organik encer tetapi tidak larut dalam air, larutan alkali pada pH di atas 6,5 dan
pelarut organik lainnya. Pelarut kitosan yang baik adalah asam asetat (Isnaini,
sangat baik untuk memperpanjang masa simpan dan mengontrol kerusakan buah
etilen dan karbondioksida. Penelitian yang telah banyak dilakukan pada bahan
Selain bahan pelapis, alternatif lain untuk menahan laju respirasi dalam
penanganan pasca panen buah dan sayur diantaranya adalah penggunaan kemasan.
Kemasan digunakan untuk membatasi antara bahan pangan dan lingkungan yang
bertujuan untuk menunda proses kerusakan dalam jangka waktu yang diinginkan,
baik berupa kerusakan fisik maupun kerusakan kimia. Kemasan sangat erat
Salah satu bahan pengemas yang umum digunakan oleh masyarakat adalah
permeabilitas terhadap uap air, CO2 dan O2. Pengemasan menggunakan plastik
termodifikasi. Salah satu jenis plastik yang dapat digunakan sebagai bahan
yaitu memiliki bobot yang ringan, bersih, dan permukaanya halus (Johansyah
dkk., 2014).
Berdasarkan uraian diatas, kitosan memiliki sifat yang baik dari segi kualitas
sebagai pelapis. Pelapis kitosan telah diuji, begitu pula plastik pengemas juga
telah diuji, namun belum pernah diuji dalam satu penelitian pada jenis sayuran.
kemasan plastic wrapping terhadap masa simpan brokoli pada suhu ruang.
5
brokoli.
Brokoli adalah salah satu sayuran bunga yang mudah rusak. Brokoli memiliki
masa simpan yang pendek, yaitu 1-2 hari pada kondisi suhu 20o C, 2-6 hari pada
kondisi suhu 4o C, 1-2 mingu pada kondisi suhu 0o C dan dikemas dalam kotak
polystyrene yang diberi es. Masa simpan brokoli yang pendek dapat menurunkan
Kerusakan brokoli dapat dilihat dari kesegarannya yang dapat diketahui dari laju
respirasi. Laju respirasi sayuran dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam.
organ tanaman, ukuran produk, lapisan alamiah dan jenis jaringan. Faktor luar
yang mempengaruhi laju respirasi adalah suhu, konsentrasi gas oksigen dan
karbondiksida yang tersedia, zat-zat pengatur tumbuh dan kerusakan yang ada
pada buah dan sayuran, sehingga dengan edible coating laju respirasi sayuran dan
Salah satu bahan yang digunakan untuk edible coating pada buah dan sayuran
adalah kitosan yang merupakan polisakarida berasal dari limbah kulit udang
pelapis buah dan sayuran. Sifat lain kitosan adalah dapat menginduksi enzim
kitinase pada jaringan tanaman. Enzim ini dapat mendegradasi kitin yang menjadi
penyusun utama dinding sel fungi, sehingga dapat digunakan sebagai fungisida
Umumnya kitosan mempunyai efek bakterisidal lebih kuat terhadap bakteri gram
konsentrasi kitosan 0,1% (No et al. 2002). Kitosan sebagai komponen larutan
edible coating akan lebih efektif sebagai pengawet, sementara bila dicampurkan
dalam media film, kitosan akan terjerat di dalam matriks sehingga aktivitas
berbentuk lembaran tipis, berwarna putih maupun kuning dan tidak berbau, sangat
cocok sebagai pengembangan edible coating karena memiliki sifat anti mikroba
yang hampir sama dengan sifat anti bakteri dari desinfektan. Kitosan sangat
seperti pada penelitian yang dilakukan Jiang dan Tsang (2005) membuktikan
Menurut penelitian Novita dkk. (1992) pelapis kitosan dengan konsentrasi 1% dan
2% dalam 0.25 N HCl mengurangi kecepatan respirasi dan produksi etilen pada
tomat. Tomat yang dilapis dengan kitosan lebih keras, titrasi keasaman lebih
wrapping yang diberi pelapis kitosan maupun lilin mempunyai daya simpan 30
hari pada suhu kamar dan 35 hari pada suhu dingin. Buah yang dikemas dengan
plastic wrapping tanpa pelapis mampu bertahan sampai 25 hari pada suhu kamar
dan 30 hari pada suhu dingin, sedangkan buah tanpa perlakuan mempunyai masa
simpan 15 hari pada suhu kamar dan 20 hari pada suhu dingin.
1.4 Hipotesis
3.Terdapat interaksi antara pelapis kitosan dan kemasan plastic wrapping dalam
2.1 Brokoli
bunga muda yang telah terdiferensiasi sempurna dan bagian atas batang yang
lembut dan batang lebih tinggi dengan ruas yang lebih panjang sehingga dapat
membedakan dengan jenis tanaman kubis lainnya seperti bunga kol. Daunnya
dkk., 1998). Jika dilihat dari bentuk morfologinya, brokoli termasuk jenis sayuran
kecepatan laju respirasinya, brokoli termasuk dalam jenis sayuran yang memiliki
laju respirasi sangat tinggi sehingga brokoli digolongkan dalam sayuran yang
Divisi : Spermatophyta
Klas : Dicotyledonae
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Sistem perakaran brokoli relatif dangkal, dapat menembus kedalaman 60-70 cm.
Brokoli memiliki akar serabut dan akar tunggang. Akar tunggang tumbuh ke pusat
bumi, sedangkan akar serabut tumbuh ke arah samping, menyebar dan dangkal
sekitar 20 cm – 30 cm. Sistem perakaran yang dangkal itu membuat tanaman ini
dapat tumbuh dengan baik apabila ditanam pada tanah yang gembur dan porous.
Batang tumbuh tegak dan pendek sekitar 30 cm, batang tersebut berwarna hijau,
tebal, lunak, namun cukup kuat dan bercabang samping. Batang tersebut halus
tidak berambut, dan tidak begitu tampak jelas karena tertutup oleh daun
(Cahyono, 2001).
Brokoli memiliki daun yang berbentuk bulat telur dengan bagian tepi daun
batang tanaman, tangkainya agak panjang dengan pangkal daun yang tebal dan
lunak. Daun-daun yang tumbuh pada pucuk batang sebelum masa bunga
sedang mulai tumbuh. Bunga brokoli merupakan kumpulan masa bunga yang
berjumlah lebih dari 5.000 kuntum bunga bersatu dan membentuk bulatan tebal
10
serta padat dan kompak. Warna bunga sesuai dengan varietasnya, ada yang
memiliki masa bunga hijau muda, hijau tua, hijau kebiru-biruan atau ungu. Berat
Pada kondisi lingkungan yang sesuai, massa bunga brokoli dapat tumbuh
memanjang menjadi tangkai bunga yang penuh dengan kuntum bunga. Tiap
bunga terdiri atas 4 helai daun kelopak, 4 helai daun mahkota bunga, 6 benang
sari yang komposisinya 4 memanjang dan 2 pendek. Bakal buah terbagi menjadi
dua ruang, dan setiap ruang berisi bakal biji. Buahnya terbentuk dari hasil
silang dengan bantuan serangga lebah madu. Buah berbentuk polong, berukuran
kecil, dan ramping, dengan panjang antara 3 cm–5 cm. Di dalam buah tersebut
2001).
Sayuran dan buah-buahan saat dipanen akan mengalami perubahan mutu atau
hasil tanaman akan mencapai suatu titik kerusakan yang tidak dapat lagi diterima
sayuran dan buah sangat bergantung pada fotosintesis dan penyerapan air maupun
merupakan suatu unit tersendiri yang tidak lagi bergantung pada tanaman
(Sabari, 1994).
Brokoli segar mengalami penurunan mutu dengan sangat cepat sesaat setelah
panen, hal ini disebabkan oleh respirasi yang relatif tinggi dan akan mudah
mengalami kelayuan saat penyimpanan pada suhu ruang. Brokoli yang baru
dipanen tersusun atas jaringan yang belum sempurna, kepala brokoli menunjukan
sanescene dan degradasi klorofil yang sangat cepat (Clarke et al, 1994).
kualitas brokoli agar penurunan mutu dapat diperkecil. Sifat-sifat penting yang
diameter bunga. Brokoli mempunyai daya tahan sangat rendah setelah panen,
kuncup bunganya akan cepat membuka dan berkembang. Warna bunga juga akan
cepat berubah dari hijau ke kuning. Laju respirasi yang cepat menjadi ciri sayuran
ini karena bagian bunga adalah organ yang disusun oleh jaringan muda dan sangat
2.1.2 Respirasi
Sayur dan buah-buahan merupakan komoditas yang mudah rusak, karena proses
Kerusakan fisik dapat disebabkan cara permanen, hal ini dapat mengakibatkan
12
buah memar sehingga transpirasi cepat. Kerusakan secara mekanik dapat terjadi
perubahan komposisi yang terjadi dalam jaringan atau cepat lambatnya kerusakan
pada umumnya bersifat mudah rusak. Produk yang tahan disimpan lama setelah
dipanen seperti pada biji-bijian, umbi-umbian tetapi banyak pula setelah produk
tersebut dipanen tidak tahan lama untuk disimpan, seperti pada produk
Agar proses metabolisme dalam suatu material hidup tersebut dapat belangsung
terus maka diperlukan persediaan energi yang cukup dan terus menerus, dan
suplai energi tersebut diperoleh dari proses respirasi. Respirasi terjadi pada setiap
yang merupakan proses konversi exothermis dari energi potensial menjadi energi
kenetis. Secara umum proses respirasi dalam produk dapat dibedakan menjadi tiga
13
menjadi asam piruvat, dan transformasi piruvat dan asam-asam organik lainnya
menjadi CO2 , air, dan energi yang berlangsung (Pratignja Sunu dan Wartoyo,
2006).
Brokoli memiliki suatu kelemahan yaitu masa simpan yang pendek. Brokoli
adalah salah satu sayuran bunga yang mudah rusak, karena bunga brokoli
tersusun atas jaringan muda yang masih aktif dalam proses biologis sehingga
perlu suatu upaya agar sayur brokoli tetap terjaga kesegarannya atau tidak cepat
rusak. Kerusakan ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu mekanis dan biologis.
Nilai kesegaran pada brokoli bisa diketahui dari laju respirasi, yang akan
(Rukmana, 1994). Untuk menjaga agar produk selepas panen tetap tahan lama,
Semakin tinggi laju respirasi, biasanya disertai dengan masa simpan yang pendek.
Laju respirasi produk hortikultura selain dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban
juga dipengaruhi oleh komposisi gas terutama O2 dan CO2 di sekitar produk
bahan-bahan yang lebih sederhana dengan melepaskan energi yaitu panas, dan
mudah rusak karena memiliki kandungan air yang tinggi mencapai 90%, dan kelas
laju respirasi yang sangat tinggi. (Utama, 2001., Rokhani, 1995). Kondisi paparan
suhu 25oC dan RH 96% menyebabkan kehilangan berat brokoli setelah dipanen
perubahan kandungan pati, gula non reduksi, total gula terlarut dan kandungan
gula reduksi (Finger, et al., 1999). Rukmana (1994) dalam Bafdal (2007)
cacatnya, serta diameter bunganya. Potensi masa simpan brokoli kurang dari 2
minggu dalam udara dengan suhu dan RH optimum (Kader, 1993). Oleh karena
itu setelah dipanen brokoli harus segera ditangani dengan baik dengan melakukan
Laju respirasi brokoli termasuk sangat tinggi (Kader, 1993., Hardenburg, Walada
dan Wang, 1968). Semakin cepat laju respirasi maka semakin besar jumlah panas
yang dilepaskan per satuan waktu. Laju respirasi besarnya bervariasi tergantung
jenis komoditi, akan tetapi terutama dipengaruhi oleh suhu dan komposisi gas di
Gunadnya (1993) agar keawetan sayur dan buah yang disimpan pada suhu rendah
15
maksimum, maka perlu usaha agar respirasi berlangsung pada laju yang rendah,
laju respirasi yang tinggi biasanya disertai dengan umur simpan yang pendek, hal
2.2 Kitosan
Kitosan merupakan serbuk putih yang larut dalam asam, tidak dapat dicerna atau
salah satu jenis polisakarida yang dapat bersifat sebagai penghalang (barrier)
yang baik karena pelapis polisakarida dapat membentuk matrik yang kuat dan
kompak (Grenner dan Fennema 1994 diacu dalam Anityoningrum 2005). Kitosan
memiliki sifat reaktivitas kimia tinggi yang menyebabkan mampu mengikat air
dan minyak. Hal ini didukung oleh adanya gugus polar dan non polar yang
dikandungnya. Oleh karena itu, kitosan dapat digunakan sebagai bahan pengental
atau pembentuk gel yang sangat baik sebagai pengikat, penstabil dan pembentuk
Larutan kitosan yang dicampur dengan asam asetat berfungsi sebagai anti bakteri
proses deasetilasi yang baik. Semakin banyak gugus asetil yang hilang maka akan
semakin kuat juga ikatan gugus aminonya. Gugus amino (NH2) dalam keadaan
asam akan menjadi polimer kationik dengan struktur linier. Gugus NH2 yang
terhambat dan berangsur-angsur bakteri tidak tumbuh lagi (Pelczar dan Chan
1988).
melapisi produk yang diawetkan sehingga terjadi interaksi yang minimal antara
produk dan lingkungannya. Berbagai hipotesis yang sampai saat ini masih
memiliki afinitas yang sangat kuat dengan DNA mikroba sehingga dapat
berikatan dengan DNA yang kemudian mengganggu mRNA dan sintesa protein
(Hadwiger dan Adams 1978; Hadwiger dan Loschke 1981 diacu dalam Hardjito
2006).
Kitosan merupakan padatan amorf yang berwarna putih kekuningan. Kitosan larut
pada larutan asam organik pada pH sekitar 4,0, tetapi tidak larut pada pH lebih
besar dari 6,5, juga tidak larut dalam pelarut air, alkohol, dan aseton. Kitosan
dapat larut dalam asam mineral pekat seperti HCl dan HNO3, kitosan larut pada
konsentrasi 0,15-1,1%, tetapi tidak larut pada konsentrasi 10%. Kitosan tidak larut
dalam H2SO4 pada berbagai konsentrasi, sedangkan didalam H3PO4 tidak larut
kitosan dipengaruhi oleh bobot molekul, derajat deasetilasi, dan rotasi spesifiknya
yang beragam bergantung pada sumber dan metode isolasi serta transformasinya.
Sifat fisika dan kimia kitosan telah dijadikan bagian dalam penentuan spesifikasi
Kitosan larut dalam asam formiat dan asam asetat dan menurut Peniston dalam
20% asam sitrat juga dapat larut. Kitosan bersifat polikatonik yang dapat
mengikat lemak dan logam berat pencemar. Kitosan yang mempunyai gugus
amina yaitu adanya unsur N bersifat sangat reaktif dan bersifat basa. Kitosan
Pelapisan atau coating adalah suatu metode pemberian lapisan tipis pada
permukaan buah maupun sayuran untuk menghambat keluarnya gas, uap air dan
kontak dengan oksigen, sehingga proses pemasakan dan reaksi pencoklatan buah
dapat dihambat. Lapisan yang ditambahkan pada buah maupun sayuran tidak
berbahaya bila dikonsumsi. Bahan yang digunakan sebagai coating harus dapat
membentuk suatu lapisan penghalang kandungan air dalam buah dan dapat
Salah satu bahan pelapis alami yang tidak beracun dan aman bagi kesehatan
Aplikasi kitosan sangat banyak dan meluas. Di bidang industri, kitosan berperan
sebagai koagulan polielektrolit pengolahan limbah cair, pengikat dan penyerap ion
gel dan pertukaran ion, pembentuk film dan membran mudah terurai,
18
pertanian dan pangan, kitosan digunakan untuk pencampur ransom pakan ternak,
anti mikroba, anti jamur, serat bahan pangan, penstabil, pembawa zat aditif
makanan, flavor, zat gizi, pestisida, herbisida, virusida tanaman, dan deasedifikasi
buah-buahan, sayuran dan penjernih sari buah. Fungsinya sebagai anti mikroba
dan anti jamur juga diterapkan di bidang kedokteran. Kitosan dapat mencegah
Selain itu, biopolimer juga berguna sebagai anti koagulan, anti tumor, anti virus,
penambahan dalam obat pembuluh darah, kulit dan ginjal sintetik, bahan pembuat
lensa kontak, aditif pada kosmetik, membran dialisis, bahan shampoo dan
benang bedah yang mudah diserap, serta mempertinggi daya kekebalan, dan anti
infeksi (Sugita.2009).
Kitosan sebagai adsorben dapat berada dalam berbagai bentuk, antara lain bentuk
butir, serpih, hidrogel, dan membran film. Kitosan sebagai adsorben sering
dimanfaatkan untuk proses adsorpsi ion logam berat. Besarnya afinitas kitosan
kitosan yang dipengaruhi oleh sumber dan kondisi pada proses isolasi. Perbedaan
bentuk kitosan akan berpengaruh pada luas permukaannya. Semakin kecil ukuran
kitosan, maka luas permukaan kitosan akan semakin besar, dan proses adsorpsi
Pembuatan kitosan dalam bentuk butiran antara lain sebanyak 3 gram kitosan
berbentuk serpihan dilarutkan dalam 100 ml larutan asam asetat 1%. Larutan
19
kitosan yang terbentuk diteteskan pada larutan basa NaOH 4%, sehingga
diperoleh butiran berbentuk bola dengan diameter rata-rata 2,5 mm. Kitosan
butiran yang terbentuk dikumpulkan dan dicuci dengan akuades sampai pH netral
membentuk kitosan dalam bentuk butiran yang digunakan untuk proses adsorpsi
kolesterol dalam darah. Kitosan juga dapat digunakan dalam penjernihan atau
pengolahan air minum. Pemakaian kitosan pada pengolahan air minum lebih baik
dari pada memakai alum maupun tawas dan PAC (Poli Aluminium Clorida),
karena tawas dan PAC dapat mengakibatkan efek racun bagi kesehatan manusia
(Roberts, 1991).
2.3 Pengemasan
supaya produk yang belum maupun yang sudah mengalami pengolahan sampai
distribusi serta dapat menekan peluang kontaminasi dari udara dan tanah oleh
pengemasan harus mampu melindungi bahan yang akan dijual dan menjual bahan
2014).
Menurut Hall, dkk (1986), pengemasan berfungsi agar produk pangan mudah dan
3. Harus berfungsi secara benar, efisien dan ekonomis dalam proses pengepakan,
untuk dibuka dan ditutup kembali, dan kemudahan dalam penanganan dan
pengangkutan; dan
Salah satu bahan pengemas yang umum digunakan oleh masyarakat adalah
plastik. Penggunaan plastik untuk kemasan cukup baik karena sifatnya yang
terhadap produk, dan tidak korosif seperti logam. terdapat beberapa jenis bahan
1. Polietilen
konsumen. Bahan ini kuat, kedap air, tahan terhadap zat-zat kimia dan murah.
2. Selofan
Jenis film kuat lainnya yang mempunyai sifat kedap air berupa polietilen
adalah pliofilm. Bahan ini dapat digunakan untuk wadah pro-komoditi serupa
yang lebih berat. Bahan ini tidak tembus udara, air dan cairan-cairan.
Bahan ini merupakan film yang lebih mutakhir yang sekarang banyak
misalnya asetat selulosa relatif mudah ditembus O2 dan uap air. PVC bersifat
dan plastik vakum. Plastic wrapping dan aluminium foil memiliki jenis bahan
jenis bahan kemas polietilen. Polietilen merupakan salah satu jenis plastik yang
memiliki sifat transparan sampai keruh, mudah dibentuk, lemas, gampang ditarik,
dan daya rentang yang tinggi tanpa robek (Hardenberg, 1986). Selain itu polietilen
juga bersifat fleksibel, lunak, dan mempunyai kekuatan benturan yang baik.
baik, polietilen mempunyai ketebalan 0.001 sampai 0.01 inchi yang banyak
Edible Coating adalah suatu lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat
misalnya kelembaban, oksigen, cahaya, lipid, zat terlarut dan sebagai pembawa
aditif serta untuk meningkatkan penanganan suatu makanan (Randy dkk., 2014).
setelah terbentuk (Sonti, 2003). Edible coating telah lama dikenal untuk
melidungi produk makanan sehingga lebih tahan terhadap kerusakan, karena dapat
buah-buahan dan sayuran segar, seperti apel dan ketimun dapat menggunakan
lipid). Protein dapat diperoleh dari jagung, kedelai, keratin, kolagen, gelatin,
kasein, protein susu, albumin telur dan protein ikan. Polisakarida dapat diperoleh
dari selulosa dan turunannya (metil selulosa, karboksil metil selulosa, hidroksi
propil metil selulosa), tepung dan turunannya, pektin ekstrak gangang laut
(alginat, karagenan, agar), gum (gum arab, gum karaya) (Darni et al., 2009).
Beberapa metode untuk aplikasi edible coating pada buah dan sayuran, antara lain
merupakan metode yang paling banyak digunakan terutama pada sayuran, buah,
daging dan ikan, dimana produk dicelupkan ke dalam larutan yang digunakan
Hasil atau akibat dari berbagai reaksi kimiawi yang terjadi didalam produk
mengakibatkan mutu makanan tak lagi dapat diterima. Jangka waktu akumulasi
hasil reaksi yang mengakibatkan mutu produk makanan tidak lagi dapat diterima
lagi disebut jangka waktu kedaluarsa (Syarief dan Halid, 1993). Umur simpan
keamanan dan tingkat kepercayaan konsumen. Ketika produk dalam kondisi yang
tidak dapat dikomsumsi, dapat dikatakan bahwa produk telah mencapai akhir
Menurut Arpah dan Syarief (2000) menyatakan masa simpan adalah kurun waktu
ketika suatu produk makanan akan tetap aman, mempertahankan sifat sensori,
kimia, fisik, dan mikrobiologi tertentu, serta sesuai dengan keterangan pelabelan
data nutrisi, ketika disimpan pada kondisi tertentu. Keterangan mengenai umur
supaya mereka dapat mengetahui waktu dan kondisi antara waktu pembelian
hingga konsumsi. Secara umum, ada tiga macam komponen penting yang
untuk produk dengan umur simpan yang pendek), serta perubahan kimia dan
sensori (terutama untuk produk dengan waktu simpan menengah hingga lama).
Floros (1993) menambahkan bahwa umur simpan adalah waktu yang diperlukan
25
produk pangan yang berada dalam kondisi penyimpanan, untuk sampai pada suatu
Menurut Syarief et al., (1993), beberapa faktor yang mempengaruhi umur simpan
mengindikasikan waktu proses dan pengemasan seperti hari dan tahun atau jam
yang ingin serba tahu, sistem “opening dating” diterapkan sehingga kode tersebut
mudah dibaca dan memberikan informasi pada konsumen lebih merasa aman saat
primer. Tapi tipe ini tidak memberikan informasi yang spesifik tentang berapa
penjual.
26
3. Pull date atau sell by date: menunjukkan tanggal terakhir produk harus dijual
mengkomsumsinya.
4. Best before best if used by date: tanggal terakhir kualitas tinggi maksimum.
5. Use by date/expiration date: tanggal setelah makanan tidak lagi berada pada
Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada April sampai dengan Mei
2016
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah brokoli yang diperoleh dari
salah satu pedagang di Pasar Gintung Bandar Lampung, bubuk kitosan yang
diperoleh dari PT. Surindo, asam asetat, aquades, media PCA, plastic wrapping
ketebalan 0,01 mm, dan alkohol 70% yang diperoleh dari laboratorium
Lampung.
pisau, baskom, erlenmeyer, jarum ose, autoklaf (WiseclaveTM)), cawan petri, labu
ukur, pipit tetes, kapas, gelas ukur, inkubator (Heraeus D-6450 Hanau), bunsen,
mikro pipet 1000µL (Thermo Scientific, Finnpipette F3), tabung reaksi, rak
tabung reaksi.
28
Penelitian ini disusun secara faktorial dalam rancangan acak kelompok lengkap
(RAKL) yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi kitosan yang
terdiri dari 4 taraf yaitu 0%, 1%, 2%, dan 3%. Faktor kedua adalah pengemasan
yang terdiri dari 2 jenis yaitu penggunaan plastic wrapping, dan tanpa
mikroba, dan organoleptik warna selama 5 hari (hari ke-1, ke-3, dan ke-5). Data
kemenambahan data diuji dengan uji Tukey dan apabila menunjukkan adanya
perbedaan baik yang nyata maupun sangat nyata, maka dilanjutkan dengan
Pelaksanaan penelitian ini terdiri atas beberapa tahap yaitu penyiapan larutan
kitosan, aplikasi edible coating pada brokoli, aplikasi kemasan plastic wrapping
Edible coating dengan konsentrasi kitosan 1%, 2%, dan 3% (b/v) dibuat dengan
cara melarutkan 10 gram kitosan dalam total volume 1000 ml dengan asam asetat
1%, diaduk pada suhu 40°C sampai larut. (Nurhayati, dkk, 2014).
29
Brokoli dicuci hingga bersih dan ditiriskan. Brokoli yang telah disiapkan
direndam ke dalam larutan kitosan (0%, 1%, 2%, dan 3%) pada suhu kamar
Setelah proses pencelupan selesai dan pelapis mulai kering, brokoli dikemas
dengan plastic wrapping, dan tanpa dikemas. Brokoli yang dikemas plastic
yang sudah direntangkan. Kemudian, brokoli disimpan pada suhu kamar (25°-
30°C) kemudian dilakukan analisis uji terhadap susut bobot, total mikroba, dan
diperlukan. Untuk uji Angka Lempeng Total Bakteri, dari setiap pengenceran
dipipet 1 ml ke dalam cawan petri dan dibuat duplo. Ke dalam setiap cawan petri
dituangkan 12-15 ml media PCA yang masih cair dengan suhu 45 ± 1°C. Media
PCA dan contoh diputar kebelakang, kedepan, kekanan dan kekiri agar tercampur
merata dan memadat. Setelah media memadat cawan petri dibalik dan diinkubasi
pada suhu 35°C selama 48 ± 2 jam. Pertumbuhan koloni pada setiap cawan petri
Setelah masa inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh pada cawan dihitung
denganrumus:
Penilaian organoleptik yang dilakukan ialah uji warna yang menggunakan uji
pengisian kuesioner. Contoh kuesioner yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
31
Nama :
Tanggal :
Dihadapan anda disajikan 8 sampel brokoli yang telah diberi kode acak. Berikan
penilaian anda terhadap warna pada produk dengan memberikan skor dari 1-5 sesuai
dengan penilaian anda.
Warna
Keterangan:
Warna
5= Sangat hijau
4= Hijau
3= Hijau kekuningan
2= Kuning kehijauan
1= kuning
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
suhu ruang, sedangkan kontrol hanya bertahan 3 hari penyimpanan pada suhu
ruang.
43
5.2 Saran
kerusakan. Serta perlu pengkajian lebih lanjut yang berkaitan dengan metode
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin. 2010. Kajian Pola Respirasi Dan Mutu Brokoli (Brassica Oleraceae
L. Var Italic) Selama Penyimpanan Dengan Beberapa Tingkatan Suhu.http:
// www. stppmedan. ac. id/ pdf/ Jurnal % 20 Vol % 205/4-Aminudin.pdf [
17 Desember 2015.
Asril, Zikra. 2009. Analisis dan Desain Indikator Kinerja Rantai Pasokan Brokoli
(Brassica Oleracea) di Sentra Hortikultura Cipanas-Cianjur,Jawa Barat.
Bogor: Skripsi IPB.
Darni, Yuli, Utami dan Asriah. 2009. Peningkatan Hidrofibisitas dan Sifat Fisik
Plastik Biodegradable Pati Tapioka Dengan Penambahan Selulosa Residu
Rumput Laut (Euchema spinossum). Jurnal Fakultas Teknik, Universitas
Lampung. ml.scribd.com/doc/72766632/17 Yuli-Darni-FT
Elizabeth, A. Baldwin and Robert Hagenmaier. 2012. edible coating and Films to
Improve Food Quality. CRC Press.United State of America.
Floros, J. D. 1993. Shelf life predition of package food. Di dalam shelf life
Studies of Food and Beverage. Chemical. Biological and nutritional aspect
(G. Charalambous, ed) Elsevier. London
Ghaout, A.E. 1991. Chitosan Coating Effect on Storability and Quality of Fresh
Strawberries. Journal of Food Science. 56(6)
Han, J.H. and Gennadios, A. 2003. Edible films and coatings: A review. In
Innovations in Food Packaging, ed. J.H. Han, pp. 239–262. London, U.K.:
Elsevier
Ida, P. 2009. Kajian Penyimpanan Buah Salak Segar pada Pengemasan Plastik
Polyethylen Terperforasi dalam Atmosfer Termodifikasi. In Prosiding
Seminar Nasional FTP UNUD ISBN: 978-602-8659-02.P 116-122.
Harris, H. 2001. Kemungkinan Penggunaan Edible Film dari Pati Tapioka. Jurnal
Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Vol 3(2):hlm 99-106
Karina, A.R. 2012. Pengaruh Macam dan Kadar Kitosan terhadap Umur Simpan
dan Mutu Buah Stroberi (Fragaria x ananassa Duch.). Fakultas pertanian
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Krotcha, J.M. 1992. Control of Mass Transfer in Food with Edible Coatings and
Film. Advances in Food Engineering. CRC Press, Boca Raton, F.L. : 517 –
538.
Mahmiah. 2005. Pemanfaatan Limbah Kulit Udang Sebagai Bahan Dasar Isolasi
Chitin dan Kitosan. Jurnal Perikanan, 2 (1) : 71-75.
No, H.K., N.Y. Park, S.H. Lee, dan S.P. Meyers. 2002. Antibacterial activity of
kitosan and kitosan oligomers with different molecular weight. Int. J. Food
Microbiol. 74(1-2): 65-72.
Nurhayati, Agusman. 2011. Edible Film Kitosan Dari Limbah Udang. Sebagai
Pengemas Pangan Ramah Lingkungan.J ofSqualen Vol.( 6 No.1), Mei
2011:1-7.
Pranoto, Y., V.M. Salokhe, and S.K. Rakshit. 2005. Physical and antibacterial
properties of alginate-based edible film incorporated with garlic oil. J. Food
Res. Intl. 38: 267−272 .
Restuati M. 2008. Perbandingan chitosan kulit udang dan kulit kepiting dalam
menghambat pertumbuhan kapang Aspergillus flavus. Di dalam: Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi; 2008 Nov 17; Lampung (ID):
Satek. hlm 582-590.
Robetson, G. L. 1993. Food Packing Principle and Practice. Marcell dekker, inc
New York.
Sabari, S.D., J. Rajagukguk dan A. Dwiwijaya. l994. Pengaruh Kimia dan Suhu
Penyimpanan terhadap DayaSimpan Kubis Bunga. Jurnal Hortikultura. Vol
4(2).
Sunu Pratignja & Wartoyo. 2006. Buku Ajar Dasar Hortikultura. Surakarta.
Universitas Sebelas Maret.
Sugita, P., (2009), Kitosan : Sumber Biomaterial Masa Depan, IPB Press, Bogor.