Bab Ii

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Adaptasi psikologi ibu masa nifas

Menurut Suherni, 2008 (p.85-90), proses adaptasi psikologi pada seorang ibu
sudah dimulai sejak hamil. Wanita hamil akan mengalami perubahan psikologis yang
nyata sehingga memerlukan adaptasi. Perubahan mood seperti sering menangis, lekas
marah, dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang merupakan manifestasi dari
emosi yang labil. Proses adaptasi berbeda-beda antara satu ibu dengan ibu yang lain.

Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani.


Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta
perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam
menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :

1) Fase taking in

Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari


hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus
terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan
yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri.
Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada
jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.
Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis
yang mungkin dialami, seperti mudah tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu
cenderung menjadi pasif. Pada fase ini petugas kesehatan harus menggunakan
pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati fase ini dengan baik.

2) Fase taking hold


Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga
komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan
kepercayaan diri ibu.

Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik
untuk memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan
ibu nifas. Tugas kita adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusu yang
benar, cara merawat luka jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan

kesehatan yang dibutuhkan ibu seperti gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.

3) Fase letting go

Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran


barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami
bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan
bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini.
Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya. Pendidikan kesehatan
yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih
mandiri dalam memenuhi

kebutuhan diri dan bayinya.

Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan oleh ibu. Suami
dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan
urusan rumah tangga sehingga ibu tidak telalu terbebani. Ibu
memerlukan istirahat yang cukup, sehingga mendapatkan kondisi fisik
yang bagus untuk dapat merawat bayinya.
2. Menyusui

a. Pengertian

Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan mengasuh
bayi, dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun pertama,
kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan
tahun tahun berikutnya (Varney, 2003, p.981). Banyak ibu yang beranggapan bahwa
menyusui merupakan aktivitas alami, sehingga tidak memerlukan persiapan atau
perawatan khusus. Hal ini tidak sepenuhnya benar, terutama bagi ibu yang menyadari
bahwa air susu sangat penting dan utama bagi bayi (Prasetyono, 2009, p.133).

b. Persiapan menyusui

Tubuh ibu bersiap untuk menyusui pada awal kehamilan, dan payudara pun
mulai berkembang. Tubuh ibu mengumpulkan persediaan energi dan nutrisi lainya
untuk membantu memproduksi ASI. Kapanpun bayi lahir, ASI tetap mengandung
kolostrum (Prasetyono, 2009, p.141)

Laktasi merupakan proses yang sangat efisien. Selama laktasi, metabolisme


ibu sedikit melambat untuk menghasilkan energi yang diperoleh dari makanan.
Persediaan ASI tergantung pada kebutuhan bayi. Ketika bayi tumbuh dan berkembang,
maka ibu akan memproduksi lebih banyak ASI. Terkait itu, ibu perlu menyadari bahwa
bayi harus disusui sesuai permintaanya, dan ibu memastikan bahwa ibu menyusu dengan
posisi yang tepat. Ibu tidak perlu mengkonsumsi makanan yang khusus dalam jumlah
besar agar bisa menyusui bayinya. Ibu hanya memerlukan beberapa kalori tambahan.
Bila ibu tidak dapat makan dengan baik, ia harus tetap memproduksi ASI. Ibu
membutuhkan kalori kira kira 500 kalori tambahan setiap hari (Prasetyono, 2009, p.142)

Dalam menyusui, yang lebih penting daripada menyiapkan payudara adalah


menyiapkan hal-hal tentang menyusui. Tidak ada perawatan khusus untuk puting atau
payudara sebelum menyusui.
Puting sudah dirancang untuk menyusui. Dalam banyak kasus, mereka akan
menjalankan fungsinya dengan sukses tanpa persiapan. Jika memungkinkan,
periksakanlah payudara ke dokter kandungan untuk mengetahui apakah ada kelainan
anatomi, seperti puting terbalik atau kelenjar yang kurang berkembang dengan baik
(Danuatmadja, 2003 ,

p.41).

c. Teknik dasar menyusui

Menurut penelitian, hampir semua masalah mulai dari puting susu lecet
sampai berkurangnya ASI, disebabkan karena kesalahan pada saat menyusui.
Mengingat hal itu akan lebih baik bila mempelajari teknik dasar menyusui (Musbikin,
2007, p.334)

Bayi menghisap secara alamiah, akan tetapi pada awalnya mungkin dia
mengalami kesulitan menemukan puting susu ibunya. Cara menolong paling mudah
adalah dengan menempelkan pipinya ke payudara. Lalu masukkan puting ke mulut bayi.
Ibu dapat melancarkan aliran air susu dengan cara menekan nekan areola. Untuk
menghentikan hisapan, masukkan sebuah jari di sudut mulutnya atau dorong dagunya
ke bawah perlahan lahan dengan ibu jari dan jari telunjuk. Pindahkan bayi ke payudara
yang satunya lagi sampai selesai menyusui. Dengan demikian, bayi menerima air susu
dengan volume yang sama dari setiap payudara setiap hari. Ibu pun terhindar dari
pembekakan payudara akibat terlalu penuh dengan air susu (Kristiyansari, 2009, p. 40)
1) Posisi menyusui

Ada banyak cara untuk memposisikan diri dan bayi selama proses
menyusui berlangsung. Sebagian ibu memilih menyusui dalam keadaan berbaring
miring, sambil merangkul bayinya. Sebagian lagi melakukanya sambil duduk di kursi
dengan punggung diganjal bantal dan kaki di atas bangku kecil. Seorang ibu
sebaiknya memposisikan diri dan bayinya sedemikian rupa agar kenyamanan
menyusui dapat tercapai (Kristiyansari, 2009, p.40)
Posisi ibu duduk :

a) Ibu duduk tegak dengan punggung lurus dan pangkuan rata, serta kaki dipijakkan
ke tanah secara rata.

b) Ibu bisa menggunakan bantal atau kantong pangkuan untuk menyangga berat
badan bayi dan agar bayi sejajar dengan

payudara ibu.

c) Ibu menggendong bayi menggunakan lengan kanan bila menyusui dengan


payudara kiri. Demikian pula sebaliknya. Pada posisi ini, kepala, leher, dan
punggung bayi dalam keadaan lurus dan dengan kepala agak terangkat ke
belakang.

d) Ibu membuat pangkal leher dan kepala bayi leluasa bergerak ke belakang saat bayi
menengadah.

e) Ibu mengangkat bayi agar hidungnya sejajar dengan puting

payudara.
f) Ibu menyentuh mulut bayi pada payudara dengan lembut. Sebaliknya, ibu
menunggu bayi dalam beberapa waktu hingga ia membuka lebar mulutnya,
misalnya saat ia menguap.

g) Ketika mulut bayi membuka lebar, segera mengarahkan mulut bayi ke payudara.

h) Bila bayi telah dapat menyusu dengan baik, ibu bisa

memindahkan bayi ke lengan sebelah (Prasetyono, 2009, p. 150-

151).

Posisi ibu tidur miring:


Posisi ibu menyusui dengan tidur miring dinilai kurang tepat karena posisi
payudara diatas kepala bayi, sehingga mulut bayi sukar mencapai puting payudara
ibu. Jika ibu menyukai posisi miring, hendaknya ibu mengusahakan agar puting
payudaranya sejajar mulut bayi, sehingga mulut bayi dapat lebih mudah mencapai
puting payudaranya, dan ia pun lebih leluasa menghisapnya

(Prasetyono, 2009, p.152).

2) Cara menyusui yang benar

Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada


puting dan disekitar kelang payudara. Cara ini mempunyai mempunyai manfaat
sebagai disinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.

a) Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara.


b) Ibu duduk dengan santai, bila duduk lebih baik gunakan kursi yang rendah agar
kaki ibu menggantung dan punggung ibu

bersandar pada sandaran kursi.

c) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak
pada lengkuk siku ibu.

d) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan satunya di depan.

e) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap

payudara.

f) Telinga dan lengan bayi teletak pada satu garis lurus.

g) Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang.

h) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang di bawah,
jangan menekan puting susu.
i) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut.

j) Setelah bayi membuka mulut, segera kepala bayi di dekatkan ke payudara ibu serta
areola payudara dimasukkan ke mulut bayi

(Kristiyansari, 2009, p.44).

d. Manfaat menyusui

Menurut Saleha, 2009 (p.31-33), manfaat menyusui antara lain :

1) Bagi bayi:

a) Komposisi sesuai kebutuhan.


b) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam

bulan.

c) ASI merupakan zat pelindung.

d) Perkembangan psikomotorik lebih cepat.

e) Menunjang perkembangan kognitif.

f) Memperkuat ikatan batin ibu dan anak 2) Bagi ibu:

a) Mencegah perdarahan pasca persalinan

b) Mencegah anemia defisiensi besi

c) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil

d) Menunda kesuburan

e) Mengurangi kemungkinan kanker payudara


3) Bagi keluarga:

a) Mudah dalam proses pemberianya

b) Mengurangi biaya rumah tangga

c) Bayi yang mendapatkan ASI jarang sakit, sehingga dapat


menghemat biaya untuk berobat.

e. Masalah pada saat menyusui

Aktifitas menyusui bayi ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Saat


menyusui, ibu seringkali mengalami kendalakendala. Sebenarnya kendala tersebut tidak
terjadi andaikan ibu memperoleh informasi yang memadai. Faktor internal sangat
mempengaruhi keberhasilan menyusui bayi. Diantaranya adalah kurangnya
pengetahuan yang terkait dalam menyusui. Karena tidak mempunyai pengetahuan yang
memadai, ibu tidak mengerti tentang cara menyusui bayi yang tepat, manfaat ASI,
berbagai dampak yang akan ditemui bila ibu tidak menyusui dan lain sebagainya (
Prasetyono, 2009, p.110).

Selain dari faktor internal diatas tedapat juga masalah masalah dalam
menyusui diantaranya :

1) Kurang atau salah informasi

Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik
dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang.

2) Puting susu datar atau terbenam

Setelah bayi lahir, puting susu datar atau terbenam dapat dikeluarkan dengan cara:

a) Susuilah bayi secepatnya segera setelah lahir saat bayi aktif dan ingin menyusui.
b) Susuilah bayi sesering mungkin ( misalnya tiap 2-21/2 jam ), ini akan
menghindarkan payudara terisi terlalu penuh dan memudahkan bayi untuk
menyusu.

c) Massage payudara dan mengeluarkan ASI secara manual sebelum menyusui dapat
membantu bila terdapat bendungan payudara dan puting susu tertarik ke dalam.
d) Pompa ASI yang efektif bukan yang berbentuk ”terompet” atau bentuk (Squeeze
dan bulb) dapat dipakai untuk mengeluarkan

ASI.

3) Puting susu nyeri

Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan sakit ini akan
berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan puting susu ibu benar,
perasaan nyeri akan segera

hilang.

Cara menangani :

a) Pastikan posisi menyusui sudah benar.

b) Mulailah menyusui pada payudara yang tidak sakit, guna membantu mengurangi
sakit pada puting susu yang sakit.

c) Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan pada puting susu dan
biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai puting susu kering.

Nyeri pada puting susu merupakan masalah yang umum terjadi pada wanita
menyusui. Dari hasil penelitian terhadap 100 ibu menyusui, 96 diantaranya
mengalami nyeri puting susu pada waktu tertentu, terutama hari ke 3 dan ke 7 bahkan
beberapa wanita nyeri puting susu dapat berlangsung selama 6 minggu (Wheeler,
2003, p.181).
4) Puting susu lecet
Puting susu akan terasa nyeri apabila tidak ditangani dengan benar akan menjadi
lecet. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat
pula disebabkan oleh dermatitis.

Cara menangani :

a) Cari penyebab puting lecet.

b) Obati penyebab puting lecet terutama perhatikan posisi menyusui.

c) Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri di atas tadi.

d) Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka tidak

begitu sakit.

e) Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekalikali memberikan
obat lain, seperti krim, salep, dan lain-lain.

f) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih
1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam.

g) Selama puting susu di istirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan


tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.

h) Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan dengan
sabun.

i) Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang sakit untuk
sementara, untuk memberi kesempatan lukanya sembuh.
j) Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan ( jangan dengan pompa
ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran pembentukan ASI.

k) Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas, jangan

menggunakan dot.
l) Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula dengan waktu yang
lebih singkat.

m)Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke puskesmas.

5) Payudara bengkak

Pada hari-hari pertama, payudara sering terasa penuh dan nyeri, disebabkan
bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi
dalam jumlah banyak.

Penyebab bengkak :

a) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah.

b) Produksi ASI berlebihan.

c) Terlambat menyusui.

d) Pengeluaran ASI yang jarang.

e) Waktu menyusui yang terbatas.

Cara mengatasinya :

a) Susui bayinya semaunya dia sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas
waktu.

b) Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau pompa ASI
yang efektif.
c) Sebelum menyusui, untuk merangsang reflek oksitosin dapat dilakukan: kompres
hangat untuk mengurangi rasa sakit, massage leher dan punggung.

d) Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema.

6) Mastitis atau abses payudara


Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak,
kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Kejadian ini terjadi
pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran
ASI yang berlanjut.

Tindakan yang dapat dilakukan :

a) Kompres hangat atau panas dan pemijatan.

b) Rangsang oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit yaitu stimulasi puting
susu, pijat leher punggung, dan lain-lain.

c) Pemberian antibiotik : Flucloxacilin atau erythromycin selama 710 hari.

d) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri.

e) Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin perlu tindakan
bedah.

7) Sindrom ASI kurang

Tanda bahwa ASI benar-benar kurang, antra lain :

a) Berat badan (BB) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan.
b) BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali.

c) Ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam, cairan urin pekat, bau dan
warna kuning.

8) Ibu bekerja

Seringkali alasan pekerjaan membuat seseorang ibu berhenti menyusui. Sebenarnya


ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja:

a) Susuilah bayi sebelum ibu bekerja


b) ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat

bekerja.

c) Pengosongan payudara ditempat kerja setiap 3-4 jam.

d) ASI dapat disimpan di lemari pendingin dan dapat diberikan pada bayi saat ibu
bekerja dengan cangkir.

e) Pada saat ibu di rumah sesering mungkin bayi disusui dan ganti jadwal
menyusuinya sehingga banyak menyusui di malam hari.

f) Keterampilan mengeluarkan ASI dan merubah jadwal menyusui sebaiknya telah


mulai dipraktikkan sejak satu bulan sebelum kembali bekerja.

9) Ibu melahirkan dengan SC

Posisi menyusui yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

a) Ibu dapat dalam posisi berbaring miring dengan bahu dan kepala yang ditopang
bantal, sementara bayi disusukan dengan kakinya ke arah ibu.
b) Apabila ibu sudah dapat duduk bayi dapat ditidurkan di bantal di atas pangkuan
ibu dengan posisi kaki bayi mengarah ke belakang ibu di bawah lengan ibu.

c) Dengan posisi memegang bola yaitu ibu terlentang dan bayi berada di ketiak ibu
dengan kaki ke arah atas dan tangan ibu memegang kepala bayi.

Masalah menyusui pada bayi:

1) Bayi sering menangis

Menangis untuk bayi adalah cara berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya.


Karena itu bila bayi sering menangis perlu dicari sebabnya, dan sebabnya tidak selalu
karena kurang ASI.
2) Bayi bingung puting

Bingung puting (nipple confusion) adalah suatu keadaan yang terjadi karena bayi
mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu.
Peristiwa ini terjadi karena mekanisme pada puting ibu berbeda dengan mekanisme
menyusu pada botol.

3) BBLR

Bayi kecil, prematur atau dengan berat badan lahir rendah ( BBLR ) mempunyai
masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih relatif lemah. Oleh karenanya
bayi kecil justru harus cepat dan lebih sering dilatih menyusu. Berikan sesering
mungkin walaupun waktu menyusunya pendek-pendek.
4) Bayi kuning ( ikterik )

Bayi kuning lebih sering terjadi dan lebih berat kasusnya pada bayibayi yang tidak
mendapat ASI cukup. Menyusui dini sangat penting, karena bayi akan mendapat
kolostrum atau susu jolong (susu awal). Kolostrum bersifat purgatif ringan, sehingga
membantu bayi untuk mengeluarkan mekonium (feses bayi pertama yang berwarna
kehitaman). Bilirubin dikeluarkan melalui feses, jadi di sini kolostrum berfungsi
mencegah dan menghilangkan bayi kuning.

5) Bayi kembar

Mula-mula ibu dapat menyusui seorang demi seorang, tetapi sebenarnya ibu dapat
menyusui sekaligus berdua. Salah satu posisi yang mudah untuk menyusui adalah
dengan posisi memegang bola (football position). Jika ibu menyusui bersama-sama,
bayi haruslah menyusu pada payudara secara bergantian, jangan hanya menetap pada
satu payudara saja.

6) Bayi sakit
Sebagian kecil sekali dari bayi yang sakit, dengan indikasi khusus tidak
diperbolehkan mendapatkan makanan per oral, tetapi apabila sudah diperbolehkan,
maka ASI harus tetap diberikan.

7) Bayi sumbing

Ibu harus tetap mencoba menyusui bayinya, karena bayi masih bisa menyusu dengan
kelainan seperti ini. Keuntungan khusus untuk keadaan seperti ini adalah bahwa
menyusu justru dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah, sehingga
memperbaiki perkembangan bicara anak.

8) Bayi dengan lidah pendek

Keadaan seperti ini jarang terjadi yaitu bayi mempunyai Lingual frenulum (jaringan
ikat penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis,
sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk
mengurut puting dengan optimal.

9) Bayi yang memerlukan perawatan

Bila bayi sakit dan memerlukan perawatan padahal bayi masih menyusu pada ibu,
baiknya bila ada fasilitas, ibu ikut dirawat agar pemberian ASI tetap dapat
dilanjutkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan maka ibu dianjurkan memerah
ASI setiap 3 jam dan disimpan didalam lemari es untuk kemudian sehari sekali
diantar ke rumah sakit di dalam termos es. Perlu diperlukan tanda pada botol
penampung ASI, jam berapa ASI diperah dan yang lebih dahuludiperah dapat
diperlukan terlebih dahulu.

You might also like