Laporan Kesuburan
Laporan Kesuburan
Laporan Kesuburan
Oleh:
AGROTEKNOLOGI-B
Asisten:
EKA LUPITA SARI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017
I. PENDAHULUAN
reproduksinya. Unsur hara dalam bentuk nutrisi dapat diserap oleh tanaman
melalui akar. Nutrisi dapat diartikan sebagai proses untuk memperoleh nutrien,
Nutrisi di dalam tanah diserap tanaman agar dapat tumbuh dengan baik.
Penyediaan nutrisi bagi tanaman dapat dilakukan dengan penambahan pupuk yang
merupakan kunci dari kesuburan tanah. Nutrisi yang biasanya dibutuhkan oleh
tumbuhan tidak terlepas dari tiga unsur hara, yaitu Nitrogen (N), fosfor (P), dan
kalium (K). Peranan ketiga unsur hara (N, P, dan K) sangat penting dan
mempunyai fungsi yang saling mendukung satu sama lain dalam proses
makanan. Secara umum ciri fisik terung berbentuk bulat/lonjong, panjang, warna
buah ungu, berkulit mulus, dengan tangkai buah yang besar sesuai dengan ukuran
tanah marginal yang memiliki beberapa masalah yang menjadi faktor pembatas.
baik untuk tanaman kebun, hutan, ataupun pangan. Tetapi secara alami kesuburan
an tanah marginal ini tergolong rendah yang ditunjukkan oleh tingkat keasaman
yang tinggi, ketersediaan hara yang rendah, kejenuhan, dan basa-basa dapat
basah maupun lahan kering. Lahan basah berupa lahan gambut, lahan sulfat
masam dan rawa pasang surut seluas 24 juta ha, sementara lahan kering berupa
baik fisika, biologi ataupun kimia. Menurut Prasetyo et al., (2006), peningkatan
1.2. Tujuan
respon terhadap pertumbuhan tanaman terong dengan media tanam Ultisol dan
basa yang intensif dan umumnya dijumpai pada lingkungan dengan drainase baik.
dominasi kaolinit tersebut tidak mempunyai kontribusi yang nyata pada sifat
kimia tanah, karena kapasitas tukar kation kaolinit sangat rendah, berkisar 1,20 −
12,50 cmol kg-1 liat. Pada umumnya Ultisol berwarna kuning kecoklatan hingga
tanah pada horizon argilik sangat bervariasi dengan hue dari 10YR hingga 10R,
dicirikan oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan
kedalaman tanah, reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada
bahan organik. Tanah ini juga miskin kandungan hara terutama P dan kation-
kation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na, dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar
kation rendah, dan peka terhadap erosi (Adiningsih dan Mulyadi, 1993).
Di Indonesia tanah jenis Ultisol cukup luas yaitu sekitar 38,4 juta hektar
atau sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan-
kelemahan yang menonjol pada Ultisol adalah pH rendah, kapasitas tukar kation
rendah, kejenuhan basa rendah, kandungan unsur hara seperti N, P, K, Ca, dan Mg
sedikit dan tingkat Al-dd yang tinggi, mengakibatkan tidak tersedianya unsur hara
Tanah ultisol memiliki ciri adanya horizon argilik atau kandik dengan
Sumatera (9.469.000 ha), Maluku dan Papua (8.859.000 ha), Sulawesi (4.303.000
ha), Jawa (1.172.000 ha), dan Nusa Tenggara (53.000 ha). Tanah ini dapat
dijumpai pada berbagai relief, mulai dari datar hingga bergunung (Prasetyo et al.,
2006).
menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki ciri reaksi tanah sangat masam (pH
4,1–4,8). Kandungan bahan organik lapisan atas yang tipis (8–12 cm), umumnya
potensial yang rendah dan K- potensial yang bervariasi sangat rendah sampai
rendah, baik lapisan atas maupun lapisan bawah. Jumlah basa-basa tukar rendah,
kandungan K-dd hanya berkisar 0 – 0,1 me 100 g-1 tanah disemua lapisan
bewarna merah kuning, yang sudah mengalami proses hancuran iklim lanjut
(ultimate), sehingga merupakan tanah yang memiliki penampang dalam (> 2 m),
Inceptisol adalah tanah – tanah yang dapat memiliki epipedon okhrik dan
horizon albik seperti yang dimiliki tanah Entisol juga yang menpunyai beberapa
sifat penciri lain (misalnya horizon kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi
ordo tanah yang lain. Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) yang
perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang dan masih
Inceptisol merupa kan ordo tanah yang belum berkembang lanjut dengan
ciri-ciri bersolum tebal antara 1.5-10 meter di atas bahan induk, bereaksi masam
kurang dari 5.0, dan kejenuhan basa dari rendah sampai sedang. Tekstur seluruh
solum ini umumnya adalah liat, sedang strukturnya remah dan konsistensi adalah
gembur. Secara umum, kesuburan dan sifat kimia Inceptisol relatif rendah, akan
air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut
dalam mus im – musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan
sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari
pasir geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan menahan kation
fraksi lempung ke dalam tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik
dalam tanah Inceptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol
dapat terbentuk hampir di semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutub
kandungan liat cukup tinggi (35-78%), tetapi sebagian termasuk berlempung halus
dengan kandungan liat lebih rendah (18-35%). Reaksi tanah masam sampai agak
tinggi, agak masam sampai netral (5.6-6.8). Kandungan bahan organik sebagian
rendah sampai sedang dan sebagian lagi sedang sampai tinggi. Kandungann
lapisan atas selalu lebih tinggi daripada lapisan bawah, dengan rasio C/N
sedang sampai tinggi. Kompleks absorbsi didominasi ion Mg dan Ca, dengan
kandungan ion K relatif rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) sedang sampai
tinggi di semua lapisan. Kejenuan basa (KB) rendah sampai tinggi (Damanik, et
al., 2011).
mempunyai tekstur yang beragam dari kasar hingga halus, dalam hal ini
tanahnya rendah, jeluk efektifnya beragam dari dangkal hingga dalam. Di dataran
solumnya tipis. Pada tanah berlereng cocok untuk tanaman tahunan atau tanaman
tergolong tinggi dan didominasi oleh mineral smekt it yang mempunyai KTK
tinggi. Dengan demikian pengaruh bahan organik terhadap nilai KTK Inceptisol
tidak nyata. Tampaknya, semakin tinggi KTK, nilai C-organik semakin rendah.
Hal ini relatif sama dengan pola hubungan antara pH tanah dengan C-Organik
(Nurdin, 2012).
bentuk buah. Tanaman terung yang dalam bahasa Inggris disebut eggplant
merupakan tanaman daerah tropis yang berasal dari benua Asia, terutama
Terung merupakan jenis sayur yang dapat tumbuh di iklim sub tropis
maupun iklim tropis. Terung disebut dengan istilah brinjal di India dan aubergine
di Eropa. Dalam bahasa Inggris, terung disebut dengan nama eggplant yang
berasal dari bentuk buah dari beberapa varietas berwarna putih dan berbentuk
tersendiri pada setiap daerah. Di pulau Jawa, terung disebut dengan istilah terong.
perdu yang dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 60-90 cm. Daun tanaman ini
lebar dan berbentuk telinga. Bunganya berwarna ungu dan merupakan bunga yang
sempurna, biasanya terpisah dan terbentuk dalam tandan bunga. Tinggi pohon
terung 40-150 cm, memiliki daun berukuran panjang 10-20 cm dan lebar 5-10 cm,
bunga berwarna putih hingga ungu memiliki lima mahkota bunga (Samadi, 2001).
bentuk, ukuran, dan warna tergantung dari varietas terungnya, terung memiliki
sedikit perbedaan konsistensi dan rasa. Secara umum terung memiliki rasa pahit
dan daging buahnya menyerupai spons. Varietas awal terung memiliki rasa pahit,
tetapi terung yang telah mengalami proses penyilangan memiliki perbaikan rasa.
Menurut Mashudi (2007) buah terung merupakan buah sejati tunggal dan
berdaging tebal, lunak dan tidak akan pecah meskipun buah telah masak. Daging
buahnya tebal, lunak dan berair, daging buah ini merupakan bagian yang enak
dimakan. Biji-biji terdapat bebas di dalam selubung lunak yang terlindung oleh
daging buah. Pangkal buah menempel pada kelopak bunga yang telah menjelma
menjadi karangan bunga. Morfologi terung ungu memiliki bentuk yang beragam
Letak buah terung tergantung dari tangkai buah. Dalam satu tangkai
umumnya terdapat satu buah terung, tetapi ada juga yang memiliki lebih dari satu
buah. Biji terung terdapat dalam jumlah banyak yang tersebar di dalam daging
buah. Daun kelopak melekat pada dasar buah, berwarna hijau atau keunguan.
Bunga terong ungu sering disebut sebagai bunga banci, karena memiliki dua
kelamin. Dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat
kelamin betina (putik). Bunga terung bentuknya mirip bintang, berwarna biru atau
namun kondisi tanah yang subur dan gembur dengan sistem drainase dan tingkat
keasamaan yang baik merupakan syarat yang ideal bagi pertumbuhan terung.
Untuk pertumbuhan optimum, pH tanah harus berkisar antara 5,5 -6,7, namun
tanaman terung masih toleran terhadap pH tanah yang lebih rendah yaitu 5,0
(Samadi, 2001).
Pada tanah dengan pH yang lebih rendah dari 5,0 akan menghambat
Tanaman terung adalah tanaman yang sangat sensitif yang memerlukan kondisi
tanam yang hangat dan kering dalam waktu yang lama untuk keberhasilan
tanaman dan pencapaian masa berbunga pada terung. Lingkungan tumbuh yang
umur panen menjadi lebih pendek. Tanaman terung dapat tumbuh baik di dataran
rendah hingga dataran tinggi. Terung yang dibudidayakan di dataran rendah dan
meskipun dalam jumlah rendah. Kandungan fosfor pada terung sama dengan yang
terkandung dalam wortel (37 mg/100 mg). Terung merupakan hasil pertanian
yang memiliki cita rasa yang khas, bernilai gizi yang diantaranya mengandung
2.4. NPK
Urea (N) adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon,
hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga
Nama lain yang juga sering dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl
Urea merupakan pupuk nitrogen yang paling mudah dipakai. Zat ini
mengandung nitrogen paling tinggi (46%) di antara semua pupuk padat. Unsur
tanaman, seperti daun, batang dan akar. Berperan penting dalam hal pembentukan
hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis, unsur N berperan untuk
mempercepat fase vegetative karena fungsi utama unsur N itu sendiri sebagai
Urea mudah dibuat menjadi pelet atau granul (butiran) dan mudah
diangkut dalam bentuk curah maupun dalam kantong dan tidak mengandung
bahaya ledakan. Zat ini mudah larut didalam air dan tidak mempunyai residu
garam sesudah dipakai untuk tanaman. Kadang-kadang zat ini juga digunakan
juga dalam produksi melamin, dalam pembuatan resin, plastik, adhesif, bahan
pelapis, bahan anti ciut, tekstil, dan resin perpindahan ion. Bahan ini merupakan
bahan antara dalam pembuatan amonium sulfat, asam sulfanat, dan ftalosianina
(Rinsema, 1993).
Fosfor merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat penting dalam
ditemukan sebagai fosfat dalam beberapa mineral, tanaman dan merupakan unsur
pokok dari protoplasma. Fosfor terdapat dalam air sebagai ortofosfat. Sumber
fosfor alami dalam air berasal dari pelepasan mineral-meneral dan biji-bijian
(Rinsema 1993).
Fosfat terdapat dalam tiga bentuk yaitu H2PO4-, HPO42-, dan PO43-. Fosfat
umumnya diserap oleh tanaman dalam bentuk ion ortofosfat primer H2PO4- atau
ortofosfat sekunder HPO42- sedangkan PO43- lebih sulit diserap oleh tanaman.
Bentuk yang paling dominan dari ketiga fosfat tersebut dalam tanah bergantung
pada pH tanah. Pada pH lebih rendah, tanaman lebih banyak menyerap ion
ortofosfat primer, dan pada pH yang lebih tinggi ion ortofosfat sekunder yang
2.4.3. Kalium
atom K+, berwarna putih perak dan merupakan logam yang lunak. Kalium
mempunyai nomor atom 19, titik didih 1033ºK, titik lebur 336,8 ºK, dan massa
jenis 0,86 gr/cm. Kalium dapat teroksidasi di udara dan bereaksi dengan air yang
menghasilkan kalium hidroksida dan gas hydrogen. Reaktif dengan air sehingga
Sumber hara kalium di dalam tanah adalah berasal dari kerak bumi. Kadar
kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K2O, sedangkan air laut
mengandung kalium sekitar 0,04 K2O. Rerata kadar kalium pada lapisan olah
tanah pertanian adalah sekitar 0,83% yang mana kadar ini lima kali lebih besar
dari nitrogen dan 12 kali lebih besar dari fosfor. Mineral-mineral primer sebagai
muskovit > felspart. Kalium dapat bertambah kedalam tanah melalui berbagai
sumber sisa tanaman, hewan, pupuk kandang dan pelapukan mineral kalium.
Pertambahan kalium dari sisa tanaman dan hewan merupakan sumber yang
penting dalam menjaga keseimbangan kadar kalium di dalam tanah. Pupuk kalium
yang banyak digunakan adalah pupuk KCl dan pupuk K2SO4 (Damanik, et al.,
2011).
Sumber kalium yang terdapat dalam tanah berasal dari pelapukan mineral
atau terjerapan tanah dalam bentuk tertukar. Letak kalium dalam lempung
umumnya dalam permukaan dakhil (internal surface) yang sering diduduki oleh
a) Nitrogen
Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang
pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu,
nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat
b) Fosfor
akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor berfungsi
buah.
c) Kalium
bunga, dan buah tidak mudah gugur. Kalium merupakan sumber kekuatan bagi
Teknis (UPT) Fakultas Pertanian Universitas Riau, Kampus Bina Widya km 12,5
Bahan yang digunakan adalah benih tanaman terong, tanah ultisol, tanah
3.3. ProsedurPelaksanaan
yang akan digunkaan untuk menyusun polybag yang telah di isi tanah. Persiapan
lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari gulma dan vegetasi – vegatasi
yang mengganggu proses pertumbuhan tanaman. Persiapan media tanam hal yang
paling utama dilakukan adalah mencari tanah subsoil ultisol, dan tanah Inceptisol
polybag.
3.3.2. Penanaman dan Perawatan
proses penyemaian benih terong yang telah tumbuh ditanam di polybag yang telah
diisi oleh tanah, tanah inceptisol dan ultisol. Benih ditanam setiap polybag dengan
3.3.3. Pemupukan
3.3.4. Pengamatan
yang diamati yaitu tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun.Tinggi
dengan seutas tali yang dililitkan ke batang tanaman lalu diukur panjangnya
dengan penggaris dan dibagi dua pada hasil pengukuran. Jumlah daun dihitung
Parameter
Perlakuan
Tinggi Tanaman Jumlah Daun Diameter Batang
P0 15,28 a 5,0 a 0,37 a
P1 17,78 a 5,0 a 0,46 a
P2 20,81 a 5,5 a 0,43 a
P3 13,08 a 4,7 a 0,34 a
berbagai dosis sesuai perlakuan memberikan hasil berbeda tidak nyata terhadap
parameter pertumbuhan seperti tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang.
Kendala pada tanah Ultisol adalah sifat fisik, kimia biologi tanah yang
terhadap parameter pertumbuhan meskipun sudah diberi dosis 1,5 kali dari dosis
unsur hara makro seperti Fosfor (P) menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Hal ini
tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan kedalaman tanah, reaksi
tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya tanah ini mempunyai
potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini juga miskin
kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na,
lapisan bawah.
Pelapukan yang lanjut pada tanah Ultisol dapat membentuk liat oksida,
hidrous Fe dan Al dalam jumlah yang tinggi dan dapat bereaksi dengan P
membentuk sederetan hidroksida yang sukar larut sehingga kurang tersedia bagi
tanaman. Tingkat pelapukan dan pembentukan Ultisol berjalan lebih cepat pada
daerah beriklim humid dengan suhu tinggi dan curah hujan tinggi (seperti halnya
di Indonesia) dengan iklim tropis, ini berarti Ultisol merupakan tanah yang telah
mengalami proses pencucian sangat intensif akibat keadanaa iklim yang tidak
stabil, hal ini yang menyebabkan Ultisol mempunyai kejenuhan basa rendah.
Selain itu, Ultisol juga memiliki kandungan Al-dd yang tinggi (Hardjowigeno,
2003).
Kandungan bahan organik lapisan atas tanah Ultisol yang tipis (8–12 cm),
umumnya rendah sampai sedang. Rasio C/N tergolong rendah (5–10) yang akan
tanah yang dibutuhkan oleh tanaman. Kandungan P- potensial yang rendah dan K-
potensial yang bervariasi dari rendah sampai sangat rendah, baik lapisan atas
maupun lapisan bawah. Hal ini yang akan menyebabkan beberapa parameter
lebih cepat bertambah tinggi (Rahayu, 2012). Fungsi unsur hara K secara umum
batang dan membantu perkembangan akar tanaman (Rahayu, 2012). Jumlah basa-
basa tukar rendah, kandungan K-dd hanya berkisar 0 – 0,1 me 100 g-1 tanah
disemua lapisan termasuk rendah, dapat disimpulkan potensi kesuburan alami
Parameter
Perlakuan
Tinggi Tanaman Jumlah Daun Diameter Batang
B0 19,45 a 5,5 ab 0,37 a
B1 17,43 a 4,5 a 0,36 a
B2 23,20 a 5,5 ab 0,39 ab
B3 22,97 a 6,2 b 0,53 b
Berdasarkan Tabel 2. pemberian pupuk Urea, TSP dan KCl dengan dosis
sesuai perlakuan memberikan hasil berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman.
Namun, parameter jumlah daun dan diameter batang memberikan hasil yang
berbeda nyata terutama pada perlakuan B3 (1,5 dari dosis anjuran) bila dibanding
Pemberian pupuk Urea, TSP dan KCl 1,5 dari dosis anjuran memberikan
pupuk N pada tanah Inceptisol lebih tinggi dibandingkan pada tanah Oksisol dan
unsur hara seperti N yang rendah, merupakan kendala penting dalam kaitannya
terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudirja (2007)
Inceptisol merupakan ordo tanah yang belum berkembang lanjut dengan ciri-ciri
bersolum tebal antara 1.5-10 meter di atas bahan induk, bereaksi masam dengan
dari 5.0, dan kejenuhan basa dari rendah sampai sedang. Tekstur seluruh solum ini
umumnya adalah liat, sedang strukturnya remah dan konsistensi adalah gembur.
Secara umum, kesuburan dan sifat kimia Inceptisol relatif rendah, akan tetapi
yang tepat. Selain itu akibat dari pemberian pupuk yang lebih dari dosis anjuran,
tanah inseptisol mempunyai nilai P-tersedia yang rendah, hal ini disebabkan oleh
kelarutan unsur Al, Fe dan Mn sangat tinggi pada tanah masam sehingga
cenderung mengikat ion-ion fosfat menjadi fosfat tidak larut dan tidak tersedia
bagi tanaman. Pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan hara fosfat didalam
tanah melalui hasil pelapukannya yaitu asam-asam organik dan CO2. Asam-asam
organik seperti tersebut akan menghasilkan anion organik, anion organik ini dapat
mengikat logam-logam seperti Al, Fe dan Ca dari dalam larutan tanah. Sehingga
unsur P yang diikat logam tersebut terlepas sehingga menjadi P yang tersedia.
Selain itu, penambahan pupuk anorganik juga akan meningkatkan hara tersedia
secara aktual (H2O) maupun potensial (KCl) dari hasil praktikum ini diperoleh
untuk pengukuran pH aktual untuk tanah ultisol + aquades adalah sebesar 3,51
dan pH Potensial tanah ultisol + KCL adalah sebesar 4,90. Sedangkan pH tanah
inceptisol aktual untuk tanah inceptisol + aquades adalah sebesar 3,77 dan ph
tanah inceptisol + KCL potensialnya sebesar 4,54. Hal ini sesuai dengan
merupakan ordo tanah yang belum berkembang lanjut dengan ciri-ciri bersolum
tebal antara 1.5-10 meter di atas bahan induk, bereaksi masam dengan pH 4.5-6.5.
Tekstur seluruh solum Inceptisol umumnya adalah liat, sedang strukturnya remah
tinggi dibandingkan pH KCl (potensial). Pelarut pada KCl lebih rendah jika di
bandingkan dengan pelarut H2O dikarenakan garam KCl akan melepas ion K+ dari
kompleks jerapan, sehingga tanah akan lebih masam. Tanah yang masam
memiliki kandungan H+ yang tinggi dan banyak ion Al3+ yang bersifat masam
karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Dengan menggunakan
H2O dan KCl, pH H2O dihasilkan lebih tinggi dari pH KCL. Hal ini sesuai dengan
diluar tanah disebabkan karena ion K+ yang berasal dari KCl dapat ditukar
dengan ion H+, sedangkan hal tersebut tidak berlaku untuk H2O.
Hasil analisis P dengan metode ekstraksi HCl pada tanah ultisol 0,082 dan
tanah inceptisol hasilnya 0,134. dengan status P-tanah rendah (Ultisol) dan sedang
bahwa tanah tersebut memiliki ciri reaksi tanah sangat masam. Kandungan bahan
organik lapisan atas yang tipis (8 – 12 cm), umumnya rendah sampai sedang.
Rasio C/N tergolong rendah (5 – 10). Kandungan P -potensial yang rendah yaitu
sekitar 0,05 – 0,3 mg/kg tanah. . Jumlah basa - basa tukar rendah, kandungan K-
kandungan Al dan Fe pada kedua jenis tanah yaitu Ultisol dan Inceptisol memiliki
tinggi akan menyebabkan kandungan Al dan Fe tinggi sehingga unsur hara P (ion
pada tanah alkalis juga kurang karena ion fosfat bereaksi dengan Ca membentuk
senyawa tidak larut. Hal ini menyebabkan ketersediaan P bagi tanaman sangat
rendah, P-total dalam tanah jarang lebih dari 0,01% . Pemberian pupuk P penting
Hasil analisis kadar air pada tanah ultisol adalah 1,5% sedangkan pada tanah
porositas tanah dan infiltrasi. Semakin tinggi tinggi kadar bahan organik didalam
tanah maka semakin tinggi pula kadar air dan ketersediaan air pada tanah tersebut
5.1. Kesimpulan
ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh
tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Kesuburan tanah merupakan
kemampuan tanah menghasilkan bahan tanaman yang dipanen. Sifat dan kelakuan
pengelolaan kesuburan tanah seperti halnya tanah Ultisol dan Inceptisol yang
menambah hara tanaman pada tanah . Pemberian bahan yang dimaksudkan untuk
5.2. Saran
Rinsema, W. T., 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bharata Karya Aksara.
Jakarta.
Subagyo, H., P. Sudewo, dan B.H. Prasetyo. 1986. Pedogenesis beberapa profil
Mediteran Merah dari batu kapur di sekitar Tuban, Jawa Timur. hlm.
103−122 dalam U. Kurnia, J. Dai, N. Suharta, I.P.G. Widjaya-Adhi, J. Sri
Adiningsih, S. Sukmana, J. Prawirasumantri (Ed.). Prosiding Pertemuan
Teknis Penelitian Tanah, Cipayung, 10−13 November.1981. Pusat
Penelitian Tanah, Bogor
LAMPIRAN
1. Data Pengamatan
1.1.Tanah Ultisol
PARAMETER
PERLAKUAN TINGGI TANAMAN JUMLAH DAUN DIAMETER BATANG
MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 1 MINGGU 2
P0U1 11,8 12,1 5 5 0,318 0,318
P0U2 12,8 13 6 4 0,318 0,382
P0U3 20 22 4 6 0,445 0,445
P1U1 17 17,8 5 4 0,414 0,414
P1U2 22,2 21 5 5 0,636 0,636
P1U3 13,7 15 6 5 0,382 0,286
P2U1 16,5 22,5 4 5 0,477 0,318
P2U2 16,5 19,3 10 5 0,445 0,382
P2U3 24,6 25,5 5 4 0,541 0,445
P3U1 11,5 11,8 5 5 0,318 0,286
P3U2 17,4 20,3 3 6 0,382 0,445
P3U3 9 8,5 4 5 0,318 0,318
1.2.Tanah Inseptisol
PARAMETER
TINGGI TANAMAN JUMLAH DAUN DIAMETER BATANG
PERLAKUAN MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 1 MINGGU 2
B0U1 7,7 26 5 6 0,191 0,477
B0U2 11,4 27 5 6 0,222 0,541
B0U3 20,6 24 6 5 0,382 0,414
B1U1 20,1 9,2 5 4 0,382 0,191
B1U2 20,1 11,5 5 5 0,382 0,286
B1U3 22,5 21,2 5 3 0,414 0,541
B2U1 24,5 24,1 6 6 0,414 0,573
B2U2 25,4 28,5 7 6 0,414 0,636
B2U3 13,5 23,2 2 6 0,414 0,509
B3U1 24,5 27,2 7 6 0,445 0,732
B3U2 23,8 24 8 4 0,478 0,605
B3U3 24,2 14,1 9 3 0,541 0,35
2. Analisis Sidik Ragam
2.1.Tanah Ultisol
Duncana,b
Subset
PERLAKUAN N 1
P3 3 ,3445
P0 3 ,3710
P2 3 ,4347
P1 3 ,4613
Sig. ,189
2.2.Tanah Inseptisol
Subset
PERLAKUAN N
1 2
B1 3 4,5
B0 3 5,5 5,5
B2 3 5,5 5,5
B3 3 6,1667
Sig. 0,142 0,309
Subset
PERLAKUAN N
1 2
B1 3 ,3660
B0 3 ,3712
B2 3 ,4933 ,4933
B3 3 ,5252
Sig. ,053 ,570
DOKUMENTASI