Cekaman Air

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 4

1 Setiawan et al., Pengaruh Cekaman Kekeringan…..

PERTANIAN
PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KARAKTER
PROTEIN PADA HASIL PRODUKSI TANAMAN
SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench)

Drought Stress Effect on Growth and Protein Character in Plant Production of


Sorghum (Sorghum bicolor L. Moench)

Rony Setiawan, Raden Soedradjad dan Tri Agus Siswoyo*


1
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember (UNEJ)
Jln. Kalimantan 37, Kampus Tegal Boto, Jember 68121
*E-mail : triagus.faperta@unej.ac.id

ABSTRACT

Drought stress is environmental condition that plant could not access sufficient water supply, so it cannot perform
optimal growth, development, and production. Drought stress is a major problem of most crop production worldwide. It
stymulate oxidative stress that was the improving of Reactive Oxygen Species (ROS) in environment due to an over-
reduction of photosynthetic process. The increasing ROS free radicals caused imbalance between ROS and antioxidant
status of plant. Tolerant crops such sorghum adapted by producing antioxidants compounds. This study aimed to
determine drought stress effect on protein content and proteins antioxidant activity of sorghum in every growth phase.
This study used Complete Randomized Design (CRD) with 4 variations of treatment that were PEG 0% (control), 10%
PEG at vegetative phase, 10% PEG at reproductive phase I, and 10% PEG reproductive phase II. Observed variables
were measured plant growth, total of soluble proteins content, protein patterns, and proteins antioxidant activity. The
results showed that there was the increasing of proteins content and proteins antioxidant activity in addition of 10%
PEG at different growth phases. The highest protein content that was 12.90 mg/g obtained in addition of 10% PEG at
vegetative phase, and the highest proteins antioxidant activity that was 52.63% showed by control.
Keywords: Sorghum, Drought stress, Protein character, Antioxidant.

ABSTRAK
Cekaman kekeringan merupakan kondisi lingkungan dimana tanaman tidak menerima asupan air yang cukup, sehingga
tanaman tidak dapat melakukan proses pertumbuhan dan perkembangan secara optimal serta produksi menurun.
Cekaman kekeringan adalah masalah utama pada hasil produksi tanaman di seluruh dunia. Hal tersebut juga dapat
memicu terjadinya cekaman oksidatif yakni suatu keadaan lingkungan yang mengalami peningkatan Reactive Oxygen
Spesies (ROS) akibat adanya suatu over reduksi dari proses fotosintesis. Peningkatan ROS yang bersifat radikal bebas
dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara ROS tersebut dan status antioksidan yang ada di dalam tanaman .
Tanaman yang toleran terhadap cekaman seperti tanaman sorgum beradaptasi dengan cara memproduksi senyawa-
senyawa yang bersifat antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cekaman kekeringan terhadap
kandungan protein dan aktivitas protein antioksidan tanaman sorgum pada setiap fase pertumbuhan. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 variasi perlakuan yaitu pemberian PEG 0% (kontrol), fase
vegetatif PEG 10%, fase reproduktif I PEG 10%, dan fase reproduktif II PEG 10%. Parameter yang diamati adalah
pertumbuhan tanaman, kandungan total protein terlarut, pola protein dan aktivitas protein antioksidan. Hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan kandungan protein dan aktivitas protein antioksidan pada fase pertumbuhan yang
berbeda dengan konsentrasi PEG 10%. Fase vegetatif menunjukkan kandungan protein tertinggi yaitu 12,90 mg/g dan
aktivitas protein antioksidan yaitu pada perlakuan kontrol 52,63 %.
Kata kunci: Sorgum, Cekaman kekeringan, karakter protein, Antioksidan.

How to citate: Setiawan, R., Siswoyo, T. A., Soedradjad, R. 2015. Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Pertumbuhan dan Karakter Protein pada Hasil
Produksi Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench). Berkala Ilmiah Pertanian 1(1): xx-xx

PENDAHULUAN masih mendominasi. Di negara Afrika, sorgum merupakan 90%


kebutuhan masyarakat sebagai bahan pangan (Soeranto, 2012).
Tanaman sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan salah Tanaman sorgum juga dapat dibudidayakan di Indonesia, karena
satu tanaman pangan yang telah lama dibudidayakan di negara Afrika Indonesia memiliki lahan yang cocok untuk menanam sorgum tersebut
dan India, karena pada negara tersebut memiliki iklim sedang. Sekitar dan tanaman sorgum dapat beradaptasi di daerah yang luas mulai 45ºLU -
80% area lahan yang menanam sorgum berada di wilayah Afrika dan di 40ºLS, serta di daerah beriklim tropis-kering sampai beriklim basah.
Benua Asia, tetapi Amerika Serikat merupakan produsen sorgum yang Tanaman sorgum dapat berproduksi meskipun ditanam pada lahan
marginal. Budidaya tanaman ini sangat mudah, biaya murah dan dapat

Berkala Ilmiah PERTANIAN. Volume x, Nomor x, Bulan xxxx, hlm x-x.


2 Setiawan et al., Pengaruh Cekaman Kekeringan…..

ditanam secara monokultur ataupun tumpangsari serta dapat tumbuh BAHAN DAN METODE
kembali setelah dilakukannya pemangkasan pada batang tanaman
sorgum. Selain itu tanaman sorgum memiliki resistensi terhadap serangan Percobaan dilaksanakan di Green house Agroteknopark dan
hama dan penyakit dengan tingkat kegagalan panen relatif kecil Laboratorium Analisis Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jember
(Sumarno dan Karsono, 1995). pada bulan Juli 2014 sampai februari 2015. Percobaan menggunakan
Tanaman sorgum memiliki toleransi terhadap cekaman kekeringan, Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu
tetapi tingkat ketahanan cekaman kekeringan dipengaruhi oleh fase Kontrol PEG 0%, fase vegetatif PEG 10%, fase reproduktif I PEG 10%
pertumbuhannya. Pada fase perkecambahan hingga reproduktif dan fase reproduktif II PEG 10%. Data yang diperoleh dianalisis dengan
merupakan fase kritis bagi tanaman sorgum (Filho et al., 2000). ANOVA dan apabila berbeda nyata maka dilanjutkan dengan Duncan
Sehingga perlakuan cekaman kekeringan diberikan pada setiap fase Multiple Range Test (DMRT) α = 5%.
pertumbuhan, untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tanaman sorgum Pelaksanaan percobaan dilakukan dengan beberapa tahap meliputi :
serta produksi yang dihasilkan. Cekaman kekeringan merupakan kondisi Pembuatan Media dan pembibitan. Media tanam yang digunakan
lingkungan tanaman tidak menerima asupan air yang cukup, sehingga untuk penanaman benih sorgum yaitu menggunakan tanah : pasir :
tanaman tidak dapat melakukan proses pertumbuhan dan perkembangan kompos dengan perbandingan 2 : 1 : 1, kemudian benih sorgum varietas
secara optimal serta produksi menurun. Cekaman kekeringan adalah numbu dikecambahkan menggunakan pottry. Pembibitan dilakukan
masalah utama pada hasil produksi tanaman di seluruh dunia (Farooq et sampai daun tanaman muncul 3 helai secara penuh (± 7 hari).
al., 2009). Dampak kekeringan juga mempengaruhi pertumbuhan, Penanaman. Bibit sorgum yang telah berdaun 3 helai (± 7 hari)
perkembangan dan produksi tanaman, terutama pada tahap pengisian biji dipindahkan ke dalam polybag dengan media yang sama. Polybag yang
dan pengaruh perkembangan. digunakan untuk penanaman benih yaitu ukuran 40 x 50 cm. Media pada
Cekaman kekeringan identik dengan kekurangan air, jadi apabila polybag diisi masing-masing dengan berat 12 kg per polybag.
tanaman mengalami kekurangan air maka stomata yang berada pada daun Perlakuan. Perlakuan cekaman kekeringan dilakukan dengan cara
akan menutup dan akan mengakibat CO2 terhambat untuk masuk serta mengaplikasikan PEG dengan konsentrasi 10% (w/v) pada saat fase
menurunkan aktivitas fotosintesis pada tanaman tersebut. Selain itu vegetatif, fase reproduktif I dan fase reproduktif II sedangkan untuk
tanaman juga akan mengalami keterhambatan dalam mensintesis protein perlakuan kontrol, penyiraman tetap dilakukan dengan air tanpa
dan dinding sel (Salisbury dan Ross, 1992). Salah satu senyawa model menggunakan PEG.
cekaman kekeringan yang digunakan untuk mengetahui tingkat Pemupukan. Pemupukan pada tanaman sorgum menggunakan Urea
ketahanan tanaman terhadap kondisi cekaman kekeringan yaitu (N), SP-36 (P) dan KCl (K) per polybag. Untuk total pemupukan yang
menggunakan polyethylene glycol (PEG). digunakan adalah 3,75 gram Urea, 1,87 gram SP-36 dan 0,94 gram KCl
Senyawa PEG merupakan senyawa yang dapat menurunkan (Pacific Seeds Yearbook. 2008/2009) . Pemberian pupuk urea dibagi
potensial osmotik melalui aktivitas matriks sub unit etilena oksida yang menjadi dua tahap yaitu pada 1/3 dosis sebelum tanam dan 2/3 saat
mampu mengikat molekul air dengan ikatan hidrogen (Rahayu, 2005). tanaman berumur 1 bulan. Pemberian pupuk awal 1/3 Urea, SP-36 dan
Penyiraman larutan PEG ke dalam media tanam diharapkan dapat KCl diberikan 1 – 2 hari setelah pemindahan bibit dari pottry ke polybag
menciptakan kondisi cekaman karena ketersediaan air bagi tanaman sedangkan 2/3 Urea diberikan pada saat tanaman berumur 1 bulan.
menjadi berkurang. PEG digunakan sebagai bahan untuk menstimulasi Pemupukan ini diberikan masing-masing per tanaman.
cekaman kekeringan pada tanaman sorghum. Ukuran molekul dan Panen. Pemanenan dilakukan dengan melihat umur tanaman,
konsentrasi PEG dalam larutan menentukan besarnya potensial osmotik biasanya sorgum dipanen apabila biji sudah dapat dikatakan masak
larutan yang terjadi pada larutan yang mengandung senyawa tersebut. optimal atau masak fisiologis dengan melihat warna, bentuk dan ukuran
Kekeringan yang terjadi pada tanaman dapat mempengaruhi proses biji. Umur biji dapat dipanen pada umur 120 mulai awal tanam. Panen
morfologi, anatomi, fisiologi dan biokimia (Salisbury dan Ross, 1992). dilakukan dengan cara memangkas tangkai mulai 7,5-15 cm dibawah
Ketika hal ini terjadi sebagian stomata daun menutup sehingga CO yang bagian biji dengan menggunakan sabit.
2

akan masuk terhambat dan terjadi penurunan aktivitas fotosintesis. Ekstraksi Sampel. Pengambilan sampel untuk ekstraksi yaitu biji
Cekaman ini juga dapat memicu terjadinya cekaman oksidatif yakni suatu yang telah dipanen dengan perlakuan cekaman pada fase yang berbeda.
keadaan lingkungan yang mengalami peningkatan Reactive Oxygen Sampel diperoleh dengan cara menghaluskan biji kemudian diambil
Spesies (ROS) akibat adanya suatu over reduksi dari proses fotosintesis. tepungnya. Untuk preparasi sampel yaitu mengambil tepung dari biji
Hal ini terjadi dikarenakan senyawa reduktan yang tidak termanfaatkan tersebut sebesar 0,3 gram dengan menambahkan buffer fosfat (buffer
akibat CO2 yang terhambat selama terjadinya proses cekaman fosfat dengan konsentrasi 0,1 M pH 7) tiga kali berat sampel dan pasir
kuarsa untuk mempermudah pengekstrakan, kemudian sampel yang telah
kekeringan. Peningkatan ROS yang bersifat radikal bebas dapat
halus ke dalam tube untuk disentrifuse selama 15 menit dengan
menyebabkan ketidakseimbangan antara ROS tersebut dan status
kecepatan 10.000 rpm. Hasil sentrifuse diambil supernatannya dan
antioksidan yang ada di dalam tanaman. Namun pada tanaman yang
diukur volume supernatan yang diperoleh kemudian digunakan untuk
toleran terhadap cekaman seperti tanaman sorgum akan melakukan suatu
analisa kandungan protein dan pola protein.
adaptasi dengan cara memproduksi senyawa-senyawa yang bersifat
Penentuan Kandungan Total Protein Terlarut. Penentuan
antioksidan.
kandungan total protein terlarut pada sampel menggunakan metode
Hasil produksi dari tanaman sorgum ini memiliki kandungan protein
Bradford (1976) dengan beberapa modifikasi. Sampel sebanyak 5 µL
yang lebih tinggi diantara tanaman serelia lainnya. Pada biji sorgum
ditambah dengan 45 µL methanol dan 950 µL Bradford, kemudian
kandungan protein mencapai 11 mg/g. Sehingga tanaman sorgum ini
diinkubasi selama 15 menit. Nilai absorbansi diukur dengan
dapat dijadikan sebagai pengganti bahan pangan fungsional (Sirappa,
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 595 mm.
2003). Biji sorgum mempunyai potensi penting sebagai sumber
Bovine serum albumin (BSA) digunakan sebagai standar untuk
karbohidrat dan bahan pangan, pakan dan komoditi ekspor. Keunggulan
penentuan konsentrasi total protein terlarut dengan satuan mg BSA/ g
sorgum kaya akan bermacam-macam fitokimia, termasuk asam phenolat,
sampel.
anthocyanin, phitosterol dan policosanol. Fitokimia ini sangat bermanfaat
Pola Protein. Supernatan yang didapat kemudian ditentukan berat
bagi kesehatan manusia karena mempunyai aktivitas antioksidan yang
molekulnya menggunakan elektroforesis sesuai dengan metode Laemmli
tinggi dibanding serealia lainnya, bahkan setara dengan buah-buahan
(1970), dengan konsentrasi gel 15%. Sebelum proses elektroforesis
(Awika and Rooney, 2004).
dibuat terlebih dahulu gel poliakrilamid yang terdiri dari lower gel dan
upper gel. Lower gel terdiri dari 1.65 mL aquadest, 1.75 mL Tris HCL
pH 8.8, 70 µL 10% SDS, 35 µL 10% Ammonium Persulfat (APS) dan

Berkala Ilmiah PERTANIAN. Volume x, Nomor x, Bulan xxxx, hlm x-x.


3 Setiawan et al., Pengaruh Cekaman Kekeringan…..

3.5 µL tetramethylethylenediamine (TEMED). Upper gel terdiri dari tanaman kontrol (T1) 133,33 cm, fase reproduktif I (T3) 136,23 cm dan
1.83 mL aquadest, 0.75 mL Tris HCL pH 6.8, 30 µL 10% SDS, 15 µL fase reproduktif II (T4) 127,40 cm.
10% APS dan 3 µL TEMED. Setelah terbentuk gel lalu dibuat kolom-
kolom untuk meletakkan sampel. Sebelum proses elektroforesis 14.00 12.50 12.90
dijalankan, sampel dilarutkan dalam buffer loading dan β-mercaptoetanol 11.56

Total Protein Terlarut (mg/g)


12.00
(perbandingan 95 : 5/ (v/v)) kemudian didenaturasi terlebih dahulu pada
suhu 100ºC selama ± 5 menit. Setelah gel poliakrilamid terbentuk maka 10.00
7.90
sampel yang telah didenaturasi dimasukkan kedalam kolom-kolom gel 8.00
poliakrilamid. Proses elektroforesis dilakukan selama ± 5 jam dengan
6.00
menggunakan tegangan awal 20-25 V untuk 60 menit pertama serta
tegangan sebesar 40-50 V sampai dengan elektroforesis selesai. 4.00
Kemudian dilakukan pewarnaan dengan Coomassie Brilliant Blue R-
2.00
250. Pencucian gel menggunakan larutan 40% methanol dan 10% asam
asetat. 0.00
Penentuan Retention factor (Rf). adalah hasil pembagian antara T1 T2 T3 T4
jarak perpindahan bercak dengan jarak pengembangan pelarut atau Perlakuan
perbandingan jarak yang ditempuh komponen terhadap jarak yang
ditempuh pelarut (Fase gerak), dan dituliskan dalam bentuk nilai decimal Gambar 2. Perubahan kandungan total protein biji sorgum pada berbagai fase
(Cairns, 2009). Faktor Retardasi (Rf) merupakan parameter kromatografi pertumbuhan dengan cekaman kekeringan.

kromotogon kertas dan kromatografi lapis tipis. Rf merupakan ukuran Cekaman kekeringan pada setiap fase pertumbuhan tanaman
kecepatan migrasi suatu komponen pada kromatografi dan pada kondisi berpengaruh terhadap perubahan kandungan protein pada biji sorgum.
tetap merupakan peranan karakteristik dan produksibel (Sastrohamidjojo, Kandungan total protein (Gambar 2) mengalami peningkatan pada fase
1985). vegetatif (T2) yaitu 12,90 mg/g dan mengalami penurunan sejalan dengan
fase pertumbuhannya yaitu pada fase reproduktif I (T3) yaitu 11,56 mg/g
dan fase reproduktif II (T4) yaitu 7,90 mg/g.
HASIL
Hasil sidik ragam pengaruh cekaman kekeringan pada setiap fase
pertumbuhan tanaman sorgum terhadap seluruh parameter percobaan
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil F-hitung seluruh variabel yang diamati
F-tabel
No Variabel F-hitung Notasi
0,05 0,01
1 Tinggi tanaman (cm) 8.21 7.59 4.43 **
2 Panjang akar (cm) 9.77 7.59 4.43 **
3 Berat 100 biji (g) 44.76 7.59 4.43 **
4 Kandungan klorofil (µmol-²) 182.83 7.59 4.43 **
5 Kandungan Protein (mg/g) 191.10 4.07 7.59 **
Keterangan : ** = berbeda sangat nyata
Hasil ANOVA (Tabel 1) menunjukkan perlakuan cekaman
kekeringan pada setiap fase pertumbuhan tanaman berbeda sangat nyata
terhadap parameter tinggi tanaman, panjang akar, berat 100 biji,
kandungan klorofil dan kandungan protein. Gambar 3. Pola protein biji sorgum pada berbagai fase pertumbuhan dengan cekaman
kekeringan.
160.00
136.23
Cekaman kekeringan pada setiap fase pertumbuhan tanaman
140.00 133.33
127.40 berpengaruh terhadap hasil SDS PAGE pada biji sorgum. Dari
Tinggi Tanaman (cm)

116.97
120.00 hasil SDS PAGE menunjukkan adanya perbedaan berat molekul
100.00 antar fase pertumbuhan dimana pada kontrol (T1) dan fase
80.00
reproduktif I memiliki berat molekul ± 90 kDa, pada fase
vegetatif ± 40 kDa dan fase reproduktif II ± 30 kDa.
60.00

40.00
PEMBAHASAN
20.00

0.00
Perubahan-perubahan morfologi pada tanaman yang mengalami
T1 T2 T3 T4 cekaman kekeringan antara lain terhambatnya pertumbuhan akar, tinggi
tanaman, diameter batang, luas daun dan jumlah daun (Sinaga, 2007).
Perlakuan
Lebih lanjut, cekaman kekeringan dapat menurunkan tingkat
Gambar 1. Tinggi tanaman sorgum pada setiap fase pertumbuhan yang berbeda dengan produktivitas (biomassa) tanaman, karena menurunnya metabolisme
cekaman kekeringan menggunakan PEG 10%.
primer, penyusutan luas daun dan aktivitas fotosintesis (Solichatun et al.,
Pertumbuhan tinggi tanaman (Gambar 1) mengalami perbedaan pada 2005). Hasil analisis ragam (Tabel 1) menunjukkan adanya pengaruh
setiap fase pertumbuhan yang diberi cekaman kekeringan Pertumbuhan berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman, volume akar, konduktansi
tinggi tanaman (Gambar 1) mengalami perbedaan pada setiap fase stomata dan kandungan total klorofil, namun berbeda tidak nyata pada
pertumbuhan yang diberi cekaman kekeringan, yaitu pada perlakuan fase parameter panjang akar, rasio tajuk akar dan luas daun tanaman sorgum.
vegetatif (T2) lebih rendah yaitu 116,97 cm dibandingkan dengan tinggi

Berkala Ilmiah PERTANIAN. Volume x, Nomor x, Bulan xxxx, hlm x-x.


4 Setiawan et al., Pengaruh Cekaman Kekeringan…..

Tinggi tanaman merupakan salah satu indikator pertumbuhan Rahayu ES, G Edi, I Satriyas, Sudarsono. 2005. Polietilena Glikol (PEG) dalam media
maupun parameter yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan oleh in vitro menyebabkan kondisi cekaman yang menghambat tunas kacang tanah
(Arachis hypogaea L.). Berk. Penel. Hayati 11 : 39-48.
pengaruh lingkungan karena mudah dilihat serta pengukuran tidak
merusak tanaman. Bray (1997) dalam Setiawan (2012) juga menyatakan Sabehat A, D Weiss, S Lurie .1998. Heatshock proteins and cross-tolerance in plants.
bahwa kekeringan merupakan salah satu cekaman lingkungan yang dapat Physiol Plant. 103: 437-441.
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, serta
Salisbury FB, CW Ross. 1992. Plant Physiology. Wadsworth Publishing Company.
produktivitas tanaman. Pertumbuhan tinggi tanaman juga dipengaruhi California.
oleh kadar lengas tanah. Hal itu dikarenakan tinggi tanaman yang diawali
dengan proses pembentukan tunas merupakan proses pembelahan dan Samanhudi. 2010. Pengujian cepat ketahanan tanaman sorgum manis terhadap cekaman
pembesaran sel. Kedua proses ini dipengaruhi oleh turgor sel. Proses kekeringan. Agrosains, 12 (1) : 9-13.
pembelahan dan pembesaran sel akan terjadi apabila sel mengalami Sastrohamidjojo H. 1985. Kromotografi. Yogyakarta : Liberty.
turgiditas yang unsur utamanya adalah ketersediaan air (Samanhudi,
2010). Tanaman yang mengalami kekurangan air atau ketersediaan air Setiawan, Tohari, D. Shiddieq. 2012. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap
terbatas (cekaman kekeringan) maka pertumbuhan tinggi tanaman akan akumulasi prolin tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.). 15 (2) : 85-99.
mengalami keterhambatan. Sirappa MP. 2003. Prospek pengembangan sorgum di Indonesia sebagai komoditas
Protein merupakan suatu senyawa organik kompleks berbobot alternatif untuk pangan, pakan dan industri.Litbang Pertanian, 22 (4): 133-140.
molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam
Sinaga R. 2007. Analisis model ketahanan rumput gajah dan rumput raja akibat
amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. cekaman kekeringan berdasarkan respon anatomi akar dan daun. Biologi
Tumbuhan menyerap unsur-unsur hara kemudian disalurkan ke seluruh Sumatera, 2 (1): 17-20.
bagian tanaman sampai ke daun sehingga tumbuhan membentuk protein
dan melakukan perombakan (proses katabolisme). Verslues et al. (2006) Solichatun, E Anggarwulan, W Mudyantini. 2005. Pengaruh ketersediaan air terhadap
pertumbuhan dan kandungan bahan aktif saponin tanaman ginseng jawa
tanaman yang mengalami cekaman kekeringan akan meningkatkan
(Talinum paniculatum Gaertn.). Biofarmasi, 3 (2): 47-51.
kandungan prolin yang berperan terhadap toleransi dehidrasi dengan cara
melindungi protein dan struktur membran. Pada mekanisme ini, terjadi Soeranto H. 2012. Prospek dan potensi sorgum sebagai bahan baku bioetanol.
sintesis dan akumulasi senyawa organik yang dapat menurunkan Jakarta Selatan : Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) dan
potensial osmotik sehingga menurunkan potensial air dalam sel tanpa Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
membatasi fungsi enzim serta menjaga turgor sel. Beberapa senyawa Sumarno, S Karsono. 1995. Perkembangan produksi sorgum di dunia dan
yang berperan dalam penyesuaian osmotikal sel antara lain gula osmotik, penggunaannya. 4: 13 – 24.
prolin dan betain, protein dehidrin (Setiawan, 2012).
Vaseva I, Y Akiscan., LS Stoilova, A Kostadinova, R Nenkova, I Anders, U Feller, K.
Pola pita protein merupakan pola yang jumlah pita protein pada
Demirevska. 2012. Antioxidant response to drought in red and white clover.
sampel yang dianalisis. Terdapat nilai pada setiap pita protein yang Acta Physiol Plant. 34(1): 1689-1699.
muncul dengan melihat marker yang digunakan sebagai penentuan nilai
dari hasil elektroforesis tersebut. Menurut Vaseva et al. (2012), Verslues PE, M Agarwal, S Katiyar-Agarwal, J Zhu, J Kang Zhu. 2006.
menyatakan bahwa tanaman yang mengalami suatu cekaman abiotik Methods and concepts in quantifying resistance to drought, salt and
salah satunya cekaman kekeringan, maka tanaman akan merespon freezing, abiotic stresses that affect plant water status. The Plant
kekeringan tersebut dengan cara mensintesis protein pelindung, seperti Journal, 45 : 523-539.
dehidrin. Hal ini juga didukung oleh penelitian sahebat et al. (1998), yang
dimana menyatakan bahwa ditemukan adanya akumulasi protein dengan
berat molekul yang rendah apabila tanaman mengalami cekaman
kekeringan.

KESIMPULAN
Cekaman kekeringan pada setiap fase pertumbuhan tanaman dapat
merubah kandungan protein tanaman sorgum, yaitu pada fase vegetatif
meningkat yaitu 12,90 mg/g. Pada hasil SDS PAGE menunjukkan adanya
perbedaan berat molekul pada fase pertumbuhan yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Awika JM, Rooney, L.W. 2004. Sorghum phitochemicals and their potential impact on
human health. Phitochemistry. 65: 1199-1221.

Bradford MM. 1976. A Rapid and sensitive methode for quantitaion of microgram
quantities of protein utilizing the principle of dye binding. Anal. Bichem., 72:
248-254.

Cairns D. 2009. Intisari Kimia Farmasi Edisi Kedua. Penerjemah: Puspita Rini. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari : Essentials of
Pharmaceutical Chemistry Second Edition.

Farooq M, A Wahid, N Kobayashi, D Fujita SMA. Basra, 2009. Plantdrought stress:


effects, mechanisms and management. Agron.Sustain. Dev., 29 : 185–212.

Filho MS, LF Carvalho, EM Teófilo, AG Rossetti. 2000. Effect of osmoconditioning on


the vigour of sorgum seeds. Ciência agrônomica. 31 : 33-42.

Laemmli UK. 1970. Cleavage of Structural Protein During the Assembly of The Head
of Bacteriophage T4. Nature, 227 : 680-685.

Berkala Ilmiah PERTANIAN. Volume x, Nomor x, Bulan xxxx, hlm x-x.

You might also like