Keywords: Mathematics, Cooperative Learning Model Type Teams Games

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

JURNAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ISSN: 2354-6441

http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Vol.2, No.3, hal 295 – 310, Mei 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL


PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT)
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS XI TSP SMK NEGERI 1 NGANJUK

Amrozi1
Soetarno2
Suharno3
1
Mahasiswa Magister Teknologi Pendidikan Pascasarjana FKIP UNS
2
Dosen Pembimbing I Magister Teknologi Pendidikan Pascasarjana FKIP UNS
3
Dosen Pembimbing II Magister Teknologi Pendidikan Pascasarjana FKIP UNS

ABSTRACT
The purpose of this research are to: (1) To describe the application of
mathematics learning with cooperative learning model Teams Games
Tournaments (TGT) to increase the motivation to learn math class XI student of
SMK Negeri 1 Nganjuk TSP. (2) To describe the application of mathematics
learning with cooperative learning model Teams Games Tournaments (TGT) to
improve learning outcomes math class XI student of SMK Negeri 1 Nganjuk TSP.
This study is a qualitative research approach to action research. Data collection
techniques through tests, interviews, documentation. The results showed: (1) The
application of TGT cooperative learning model to improve learning motivation
in class XI student of SMK Negeri 1 TSP Nganjuk Semester I. It is evident from the
increase in the percentage of students' motivation began preliminary data 42.42
% to 61.49 % in the first cycle and 81.44 % in the second cycle. (2) The application
of TGT cooperative learning model to improve learning outcomes in class XI
student of SMK Negeri 1 TSP Nganjuk Semester I. It is evident from the increase
in the percentage of students that mastery learning ranging from 45.45 % at
baseline, became 72.73 % in the first cycle and the second cycle becomes 90.91%.

Keywords: Mathematics, Cooperative Learning Model Type Teams Games


Tournaments, Motivation to Learn, Learning Outcomes.

PENDAHULUAN pendidikan sangat penting untuk


Masalah pendidikan selalu menarik menciptakan masyarakat yang
untuk diperbincangkan. Hal ini cerdas, damai, terbuka, dan
Kemajuan suatu bangsa sangat demokratis. Oleh karena itu,
ditentukan oleh kualitas sumber pembaharuan pendidikan harus
daya manusia, sedangkan kualitas selalu dilakukan untuk
sumber daya manusia tergantung meningkatkan kualitas pendidikan
pada kualitas pendidikannya. Peran suatu bangsa. Kemajuan bangsa

295
JURNAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ISSN: 2354-6441
http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Vol.2, No.3, hal 295 – 310, Mei 2014

Indonesia dapat dicapai melalui Guru bukan sebagai pusat


penataan pendidikan yang baik, pembelajaran, melainkan sebagai
dengan adanya berbagai upaya pembimbing, motivator, dan
peningkatan mutu pendidikan fasilitator. Selama kegiatan
diharapkan dapat menaikkan harkat pembelajaran berlangsung, siswalah
dan martabat manusia Indonesia. yang dituntut untuk aktif sehingga
Untuk mencapainya, pembaharuan guru tidak memegang peran utama
pendidikan di Indonesia perlu terus pembelajaran. Oleh karena itu, perlu
dilakukan untuk menciptakan dunia dikembangkan suatu model
pendidikan yang adaptif terhadap pembelajaran yang mampu
perubahan zaman. meningkatkan keaktifan siswa
Berbagai upaya yang telah dalam pembelajaran matematika,
ditempuh untuk meningkatkan sehingga pada akhirnya dapat
kualitas pembelajaran antara lain: meningkatkan hasil belajar siswa.
pembaharuan dalam kurikulum, Pemilihan model pembelajaran
pengembangan model harus mampu mengembangkan
pembelajaran, perubahan sistem kemampuan siswa dalam berpikir
penilaian, dan lain sebagainya. Salah logis, kritis, dan kreatif. Dalam hal
satu unsur yang sering dikaji dalam ini adalah pada pembelajaran
hubungannya dengan keaktifan dan Matematika.
hasil belajar siswa adalah model Menurut Godino (2004)
yang digunakan guru dalam “Mathematics is a symbolic language
kegiatan pembelajaran di sekolah. in which problem-situations and the
Selama ini kegiatan pembelajaran solutions found are expressed. The
yang berlangsung di dalam kelas systems of mathematical symbols
berpusat kepada guru, sehingga have a communicative function and
siswa cenderung kurang aktif. an instrumental role”. Lavy dan
Banyak cara yang dapat Eizenberg (2009) menjelaskan
dilaksanakan agar siswa menjadi matematika “constitute a symbolic
aktif, salah satunya yaitu dengan language which is independent of
merubah paradigma pembelajaran. any spoken language”. Dalam

296
JURNAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ISSN: 2354-6441
http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Vol.2, No.3, hal 295 – 310, Mei 2014

definisi ini, simbol Matematika Arguments used to validate and


diganti dengan kata-kata yang tepat explain the propositions (deductive,
dari bahasa lisan. Suherman dkk, inductive, etc.).
(2003: 18) mengatakan bahwa Kenyataan yang terjadi hingga
matematika adalah ilmu tentang saat ini, hasil belajar matematika
logika mengenai bentuk, susunan, siswa masih rendah, baik pada
dan konsep-konsep yang jenjang pendidikan dasar maupun
berhubungan satu dengan yang jenjang Menengah. Rendahnya hasil
lainnya dengan jumlah yang banyak belajar Matematika siswa tersebut
yang terbagi kedalam tiga bidang biasanya dikarenakan dalam proses
yaitu aljabar, analisis, geometri. pembelajaran guru Matematika
Matematika tumbuh dan umumnya terlalu berkonsentrasi
berkembang karena proses berfikir, pada pemberian latihan pada siswa
oleh karena itu logika adalah dasar untuk menyelesaikan soal. Dalam
untuk terbentuknya matematika. kegiatan pembelajaran, guru
Objek yang dibahas dalam biasanya menjelaskan konsep secara
matematika dijelaskan oleh informatif, memberikan contoh soal,
Wilhelmi dan Godino (2007) dan memberikan soal-soal latihan.
meliputi: (1) Language (terms, Guru merupakan pusat kegiatan,
expressions, notations, graphics). (2) sedangkan siswa selama kegiatan
Situations (problems, extra or intra- pembelajaran cenderung pasif.
mathematical applications, Siswa hanya mendengarkan,
exercises). (3) Subjects’ actions when mencatat penjelasan, dan
solving mathematical tasks mengerjakan soal. Dengan demikian
(operations, algorithms, techniques, pengalaman belajar yang telah
procedures). (4) Concepts, given by mereka miliki tidak berkembang.
their definitions or descriptions Kesulitan pada Matematika
(number, point, straight line, mean, salah satunya disebabkan karena
function). (5) Properties or attributes, pembelajaran Matematika kurang
which usually are given as bermakna, siswa masih belum aktif
statements or propositions. (6) terlibat dalam kegiatan

297
JURNAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ISSN: 2354-6441
http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Vol.2, No.3, hal 295 – 310, Mei 2014

pembelajaran, sehingga pemahaman helpful for effective knowledge


siswa tentang konsep Matematika acquisition”.
sangat lemah. Menurut Johar (2003), Berdasarkan pengamatan di
hal ini terjadi karena pembelajaran lapangan, diperoleh informasi
Matematika pada saat ini pada bahwa Matematika merupakan salah
umumnya siswa menerima begitu satu mata pelajaran yang dianggap
saja apa yang disampaikan guru. sulit oleh siswa. Siswa Kelas XI TSP
Padahal pada umumnya siswa telah SMK Negeri 1 Nganjuk yang
mengenal ide-ide Matematika sejak menganggap mata pelajaran
dini. Siswa memiliki pengalaman Matematika sangat sulit. Anggapan
belajar, sehingga siswa mempunyai ini mengakibatkan beberapa siswa
kemampuan untuk berkembang. menjadi malas dalam belajar
Dengan demikian, pembelajaran di Matematika, sehingga beberapa
sekolah akan lebih bermakna jika siswa masih enggan untuk ikut
guru mengaitkan pengetahuan berperan aktif pada saat
dengan pengalaman yang telah pembelajaran berlangsung.
dimiliki siswa, terlebih guru mampu Keaktifan siswa dalam pembelajaran
memilih strategi pembelajaran yang merupakan salah satu hal yang
sesuai. Hal ini sebagaimana penting dalam pembelajaran.
dikemukakan oleh Selama ini model pembelajaran yang
Lee (2010) menjelaskan bahwa sebagian besar digunakan oleh guru
“Learning strategies are the various di sekolah dalam mengajar adalah
operations that learners use in order model pembelajaran langsung.
to make sense of their learning”. Studi pendahuluan yang
Peran strategi pembelajaran sangat dilakukan di SMK Negeri 1 Nganjuk
penting untuk mengefektifkan dengan melakukan observasi untuk
kegiatan pembelajaran seperti yang pembelajaran Matematika terlihat
dijelaskan oleh Jading, Gruber, dan guru menggunakan model
Batinic (2009) yang menjelaskan pembelajaran langsung, guru
bahwa “Learning strategies are merupakan subyek utama kegiatan
pembelajaran. Guru dalam

298
JURNAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ISSN: 2354-6441
http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Vol.2, No.3, hal 295 – 310, Mei 2014

menyampaikan dan menyajikan tidak adanya motivasi belajar dari


bahan pelajaran disertai dengan diri mereka. Siswa tersebut masih
macam-macam penggunaan metode pasif, enggan, takut, dan malu
pembelajaran lain, seperti diskusi, untuk bertanya. Mereka memilih
tanya jawab, pemberian tugas, dan untuk diam jika ada suatu hal yang
sebagainya. Guru menjelaskan belum mereka mengerti atau
materi yang diajarkan dengan pahami dari pada harus bertanya
mengunakan contoh, kemudian kepada guru yang mengajar.
siswa diminta untuk menyebutkan Menurut seorang siswa, hal ini
kembali dan menerapkan ke soal disebabkan karena mereka tidak
yang lain yang sesuai dengan berani bertanya kepada guru, takut
contoh tersebut, guru merupakan salah dan lebih senang bertanya
subyek utama dalam proses kepada teman. Keaktifan siswa
pembelajaran. Siswa SMK Negeri 1 untuk mengerjakan Pekerjaan
Nganjuk selama kegiatan Rumah (PR) masih kurang, beberapa
pembelajaran hanya mendengarkan siswa mengatakan alasan mereka
semua hal yang dijelaskan oleh tidak mengerjakan PR karena tidak
guru, mecatat materi yang telah bisa mengerjakan, lupa, malas, dan
diberikan, dan mengerjakan segala lain sebagainya. Keadaan tersebut,
sesuatu yang diperintahkan oleh apabila didiamkan akan
guru. Selama pembelajaran siswa menyebabkan siswa semakin
menerima suatu materi yang sudah mengalami kesulitan dalam
jadi, siswa tidak ikut berfikir dan mempelajari dan memahami
menggunakan pengalaman konsep-konsep berikutnya.
belajarnya. Di akhir pembelajaran, Kurangnya motivasi siswa kelas
hasil kerja siswa sebatas mengenal XI TSP SMK Negeri 1 Nganjuk dalam
operasi hitung bilangan dalam pembelajaran Matematika seperti
bentuk yang sudah jadi. yang dijelaskan di atas ternyata
Ada beberapa siswa SMK Negeri memperngaruhi hasil belajar siswa.
1 Nganjuk yang kurang antusias Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
mengikuti pelajaran dikarenakan yang ditentukan untuk mata

299
JURNAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ISSN: 2354-6441
http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Vol.2, No.3, hal 295 – 310, Mei 2014

pelajaran Matematika yaitu 7.50 matematika untuk meningkatkan


masih belum dapat dicapai oleh keaktifan siswa dalam pembelajaran
siswa. Rata-rata nilai matematika matematika antara lain model
kelas XI untuk mata pelajaran pembelajaran berbasis masalah,
matematika hanya mampu model pembelajaran portofolio,
mencapai nilai 6.40. Pemahaman model pembelajaran kooperatif, dan
siswa yang kurang, ketidak aktifan model pembelajaran penemuan.
dalam pembelajaran, dan tidak Model pembelajaran tersebut
adanya keinginan untuk belajar melibatkan aktivitas seluruh siswa
menyebabkan hasil belajar siswa tanpa harus ada perbedaan status,
rendah untuk mata pelajaran melibatkan peran siswa sebagai
matematika. tutor sebaya dan mengandung
Sebagai upaya meningkatkan unsur permainan. Aktivitas belajar
motivasi dan hasil belajar dirancang sedemikian rupa sehingga
Matematika siswa, perlu memungkinkan siswa dapat belajar
dikembangkan suatu pembelajaran lebih santai, menumbuhkan
yang tepat, sehingga dapat tanggung jawab, kerjasama,
memberikan kesempatan bagi siswa persaingan sehat, dan keterlibatan
untuk bertukar pendapat, belajar. Melalui belajar kelompok
bekerjasama dengan teman, diharapkan keaktifan siswa dalam
berinteraksi dengan guru, pembelajaran matematika
menggunakan maupun mengingat mengalami peningkatan, sebab
kembali konsep yang dipelajari. siswa bisa ikut berperan aktif dan
Mengingat pentingnya pelajaran dapat memperoleh informasi
matematika untuk pendidikan, guru tambahan dari kelompoknya.
diharapkan mampu merencanakan Dengan demikian pembelajaran ini
pembelajaran sedemikian rupa mampu meningkatkan pemahaman
sehingga siswa akan tertarik dengan siswa tingkat sekolah menengah
matematika. Terdapat beberapa terhadap aspek materi bilangan.
model pembelajaran yang dapat Pada kegiatan belajar, siswa
digunakan dalam pembelajaran diarahkan pada latihan

300
JURNAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ISSN: 2354-6441
http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Vol.2, No.3, hal 295 – 310, Mei 2014

menyelesaikan masalah dengan 2. Pengaruh dari sifat staff


menyelesaikannya sendiri. penggajar tersebut
Dalam pembelajaran 3. Kepenatan atas gaya /sistem
matematika, seringkali rendahnya belajar yang diterapkan
motivasi belajar siswa disebabkan 4. Fasilitas/prasarana pembelajar-an
karena siswa memiliki beban belajar yang kurang memadai
yang banyak. Tinggi rendahnya 5. Suhu ruangan/Cuaca (hal ini
motivasi belajar matematika siswa kurang logis namun menurut
sering dikaitkan dengan peneliti tidak karena apabila
keberhasilan atau kegagalan siswa udaranya sejuk/dingin siswa
dalam berhasil. Siswa yang memiliki menjadi mengantuk)
motivasi belajar matematika tinggi Berbagai upaya dilakukan
dan sedang selalu berusaha untuk dapat meningkatkan hasil
menyelesaikan tugas dengan baik, belajar dan motivasi belajar siswa.
serta membandingkan hasilnya Salah satu upaya dalam
dengan orang lain. Salah satu faktor meningkatkan hasil belajar adalah
yang mempengaruhi motivasi pemilihan variasi pendekatan,
belajar matematika siswa adalah strategi ataupun model
karakteristik mata pelajaran yang pembelajaran yang digunakan guru
dipelajari. Dalam hal ini dapat dalam kegiatan pembelajaran di
diduga bahwa motivasi belajar siswa kelas. Pembelajaran matematika
terhadap matematika merupakan hendaknya memfasilitasi siswa
faktor yang sangat berpengaruh belajar dalam suasana yang aktif
terhadap perolehan hasil belajar dengan adanya interaksi siswa
matematika siswa. dengan siswa maupun siswa dengan
Adapun hal yang menyebabkan guru. Turmudi (2008: 10)
motivasi belajar rendah, diantaranya mengatakan bahwa “agar terjadi
adalah sebagai berikut. interaksi antara siswa dengan siswa,
1. Siswa menganggap pelajaran guru hendaknya memiliki
tersebut tidak perlu (tidak kemampuan mengajar dengan
berguna) pendekatan kerja kelompok. Sebab

301
JURNAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ISSN: 2354-6441
http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Vol.2, No.3, hal 295 – 310, Mei 2014

dengan kerja kelompok inilah digunakannya pembelajaran


interaksi antara siswa dengan siswa kooperatif antara lain hasil belajar
akan terjadi.” dan berbagai keterampilan sosial.
Berbagai macam model Hal ini dikemukakan pula menurut
pembelajaran dapat melibatkan Ibrahim dalam Trianto (2007: 44),
aktivitas siswa secara aktif dan bahwa “tujuan-tujuan pembelajaran
menjadikan pembelajaran lebih kooperatif mencakup tiga jenis
bermakna dalam pembelajaran tujuan penting yaitu hasil belajar
matematika, salah satu model akademik, penerimaan terhadap
pembelajaran yang dapat digunakan keragaman, dan pengembangan
guru adalah pembelajaran keterampilan sosial.”
kooperatif. Cooperative learning dikenal
Hijazi dan Al-Natour (2012) dengan pembelajaran yang mampu
menjelaskan bahwa “Cooperative mengefektifkan kegiatan
learning is a methodology that pembelajaran seperti yang
employs a variety of learning dijelaskan oleh Kupczynski (2012)
activities to improve students' “The effectiveness of CL principles
understanding of a subject by using and techniques in building a
a structured approach which motivating, supportive learning
involves a series of steps, requiring environment is well known”.
students to create, analyze and Dampak positif Cooperative
apply concepts”. Pembelajaran learning dijelaskan oleh Kupczynski
kooperatif merupakan pembelajaran (2012) “The positive impact of CL
yang menekankan adanya kerja has far-reaching effects that extend
kelompok di dalam kegiatan belajar beyond the classroom, into
mengajar di kelas. participants’ professional and
Pembelajaran kooperatif personal lives”.
menjadikan pembelajaran di kelas Beberapa kegiatan kelompok
menjadi lebih bermakna dengan dalam pembelajaran kooperatif
adanya komunikasi antar anggota yang dikembangkan beberapa ahli
dan yang menjadi tujuan antara lain Slavin, Lazarowitz dan

302
JURNAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ISSN: 2354-6441
http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Vol.2, No.3, hal 295 – 310, Mei 2014

Sharan dalam Widdiharto (2004: terutama bagi siswa usia sekolah


17), adalah Circle dasar.
learning/Learning Together, Elemen-elemen pembelajaran
Investigation Group, Co-op co-op, kooperatif tipe TGT menurut Ke dan
Jigsaw, Numbered Heads Together Grabowski (2007) adalah (1)
(NHT), Student Teams Achievment Teams—students are assigned to
Division (STAD), Team Assieted- three-member teams randomised on
Individualization atau Team equivalent achievement levels whose
Accelerated Instruction (TAI), dan membership remains intact
Team Games Tournament (TGT). throughout the cooperative learning
Model pembelajaran kooperatif process (2) games—skill exercises are
tipe TGT adalah salah satu tipe played during weekly tournaments.
pembelajaran kooperatif yang (3) tournament—students represent
melibatkan aktivitas seluruh siswa their teams and compete individually
dengan memberikan kesempatan against students from other teams.
pada siswa untuk saling Terkait dengan hal di atas,
bekerjasama menyelesaikan tugas peneliti mencoba untuk melakukan
secara berkelompok serta terdapat suatu tindakan pembelajaran
unsur permainan dalam bentuk Matematika dengan menerapkan
turnamen akademik. Pada model model pembelajaran yang
pembelajaran kooperatif tipe TGT, melibatkan siswa aktif. Selain model
siswa dilatih untuk saling pembelajaran, yang tidak hanya
berinteraksi, berkomunikasi dan mampu meningkatkan prestasi
bekerjasama untuk dapat siswa namun juga motivasi belajar
menyelesaikan tugas. Adanya siswa. Penelitian yang akan peneliti
turnamen akademik yang terdapat lakukan berjudul “Penerapan
pada model pembelajaran Pembelajaran Matematika dengan
kooperatif tipe ini adalah ciri yang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
dapat menjadikan proses Teams Games Tournaments (TGT)
pembelajaran menjadi menarik untuk Meningkatkan Motivasi dan

303
JURNAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ISSN: 2354-6441
http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Vol.2, No.3, hal 295 – 310, Mei 2014

Hasil Belajar Matematika Siswa kajian yang bersifat reflektif oleh


Kelas XI TSP SMK Negeri 1 Nganjuk”. pelaku tindakan, yang dilakukan
Tujuan yang akan dicapai untuk meningkatkan kemantapan
dalam penelitian ini adalah (1) rasional dari tindakan-tindakan
Untuk mendeskrisikan penerapan dalam melaksanakan tugas,
pembelajaran matematika dengan memperdalam pemahaman
model pembelajaran kooperatif tipe terhadap tindakan-tindakan yang
Teams Games Tournaments (TGT) dilakukan, serta memperbaiki
untuk meningkatkan motivasi kondisi di mana pembelajaran
belajar matematika siswa kelas XI tersebut dilakukan.
TSP SMK Negeri 1 Nganjuk. (2) Subjek dalam penelitian ini adalah
Untuk mendeskrisikan penerapan kelas XI TSP yang berjumlah 33
pembelajaran matematika dengan siswa.
model pembelajaran kooperatif tipe Data dikumpulkan dengan
Teams Games Tournaments (TGT) menggunakan teknik wawancara,
untuk meningkatkan hasil belajar obsrvasi dan tes. Angket untuk
matematika siswa kelas XI TSP SMK mengetahui motivasi belajar siswa,
Negeri 1 Nganjuk. Tes untuk mengetahui prestasi
belajar Matematika siswa, dan
METODE PENELITIAN wawancara untuk mengetahui
Penelitian ini mengambil lokasi di respon siswa terhadap pelaksanaan
SMKN 1 Nganjuk Jawa Timur. Waktu pembelajaran.
pelaksanaan penelitian dilakukan
selama 5 bulan dimulai pada bulan HASIL PENELITIAN DAN
Agustus hingga Desember 2013. PEMBAHASAN
Bentuk penelitian yang digunakan Motivasi belajar siswa tidak hanya
adalah penelitian Tindakan kelas ditentukan oleh siswa itu sendiri,
(PTK). akan tetapi juga ditentukan oleh
Menurut Raka (1998: 5), seorang guru dalam menerapkan
Penelitian tindakan kelas model pembelajaran baik di dalam
didefinisikan sebagai suatu bentuk maupun di luar kelas. Oleh karena

304
JURNAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ISSN: 2354-6441
http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Vol.2, No.3, hal 295 – 310, Mei 2014

itu, ketika menemukan situasi tipe TGT, keseriusan siswa untuk


motivasi belajar siswa yang rendah belajar meningkat, yang ditunjukan
yang berdampak pada pestasi oleh aktivitas mereka ketika guru
belajar, guru yang profesional tidak menjelaskan dan ketika mereka
serta merta memvonis bahwa diskusi, dimana mereka berusaha
siswanya bodoh, akan tetapi guru untuk bertanya, menjawab dan
akan mencari jalan keluar dengan menanggapi permasalahan serta
menerapkan berbagai model semua ikut andil menyelesaikan LKS
pembelajaran. yang ditugaskan pada setiap
Hasil penelitian dikelas XI TSP kelompok, sehingga jarang
SMKN 1 Nganjuk, menunjukkan ditemukan siswa yang mengantuk
bahwa rendahnya motivasi dan hasil seperti ketika mendengar ceramah
belajar yang selama ini hanya guru yang dianggap membosankan.
menggunakan model ceramah dan Peningkatan motivasi belajar
tanya jawab yang membosankan siswa dalam pembelajaran
siswa, ternyata permasalahan dapat Matematika di SMKN 1 Nganjuk
teratasi dengan penerapan salah berlangsung secara continue. Terjadi
satu model pembelajaran yaitu peningkatan motivasi belajar siswa
dengan model cooperative learning sebelum dan sesudah diberikan
tipe TGT. tindakan berupa model
Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran coopertive learning
sistem pembelajaran dengan tipe TGT. Sebelum diberikan
menggunakan model cooperative tindakan motivasi belajar siswa
learning tipe TGT dapat hanya mampu mencapai persentase
meningkatkan efektifitas sebesar 42.42% dalam kriteria
pembelajaran. Hal ini terbukti dari kurang baik. Pada siklus I naik
beberapa fenomena berikut ini : sebesar 13% menjadi 61.49% dalam
1. Motivasi Belajar Siswa kriteria baik. Pada siklus II naik
Berdasarkan data hasil penelitian, sebesar 19.95% menjadi 81.44%
melalui penggunaan model dalam kriteria sangat baik.
pembelajaran cooperative learning

305
JURNAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ISSN: 2354-6441
http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Vol.2, No.3, hal 295 – 310, Mei 2014

Motivasi belajar siswa tersebut Dalam proses perencanaan


terlihat dari berbagai peran yang hasil sharing pendapat dengan
dilakukan siswa seperti berikut ini. rekan peneliti lain dan hasil
Menunjukkan sikap kerjasama observasi pada pembelajaran
seperti memberikan bantuan sebelumnya telah menjadi masukan
terhadap temannya, melaksanakan yang sangat berarti dalam
tugas, ikut berperan dalam penyusunan perencanaan, sehingga
kelompok, melakukan kegiatan dapat diambil tindakan kelas yang
presentasi dengan kompak, dan tepat dalam pembelajaran. Dalam
menyusun laporan bersama. proses implementasi atau
a. Memiliki dorongan ingin tahu pelaksanaan terhadap beberapa
b. Memiliki dorongan ingin berhasil faktor yang mempengaruhi
c. Memiliki dorongan ingin bekerja keberhasilan. Pertama, setiap
sama kelompok adalah perpaduan antar
d. Memiliki rasa percaya diri anggota yang heterogen baik dari
e. Memiliki disiplin masuk sekolah jenis kelamin maupun kemampuan
f. Ingin mendapat pujian dan akademik. Kedua, pemberian tugas
hadiah. yang lebih efektif yang disesuaikan
dengan alokasi waktu dan sarana
2. Hasil Belajar yang tersedia. Ketiga, kemampuan
Pembelajaran dengan guru yang berhasil memposisikan
menggunakan model cooperative diri sebagai fasilitator, motivator
learning tipe TGT, terbukti cukup dan evaluator.
ampuh dalam meningkatkan siswa Hasil belajar siswa SMKN 1
sehingga dapat berubah pola Nganjuk untuk mata pelajaran
teacher centered ke student Matematika mengalami peningkatan
centetered. Hal ini tidak terlepas baik rata-rata kelas maupun
dari strategi yang diterapkan baik persentase ketuntasan belajar siswa
dalam hal perencanaan, setelah menggunakan model
implementasi maupun evaluasi. pembelajaran cooperative learning
tipe TGT. Hasil belajar siswa SMKN

306
JURNAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ISSN: 2354-6441
http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Vol.2, No.3, hal 295 – 310, Mei 2014

1 Nganjuk dalam pembelajaran dalam belajar dan juga rasa ingin


Matematika mengalami peningkatan tahu yang tinggi sehingga
sebelum dan sesudah diberikan pembelajaran lebih semangat.
tindakan berupa model
pembelajaran cooperative learning SIMPULAN DAN SARAN
tipe TGT. Sebelum diberikan Berdasarkan analisis dan
tindakan rata-rata kelas belum pembahasan uji hipotesis dapat
mencapai nilai KKM senilai 75. Rata- disimpulkan sebagai berikut:
rata kelas pada data awal adalah 1. Penerapan model pembelajaran
69.76 dengan persentase ketuntasan kooperatif tipe TGT dapat
sebesar 45.45%. Setelah diberikan meningkatkan motivasi belajar
tindakan mengalami peningkatan siswa kelas XI TSP di SMK Negeri
rata-rata kelas menjadi 73,93 1 Nganjuk Semester I. Hal ini
dengan persentase ketuntasan terlihat dari peningkatan
sebesar 72.73% pada siklus I. Begitu persentase motivasi belajar siswa
pula pada siklus II juga mengalami mulai data awal 42,42% menjadi
peningkatan rata-rata kelas menjadi 61,49% pada siklus I dan 81,44%
78.00 denagn persentase ketuntasan pada silklus II.
sebesar 90.91%. 2. Penerapan model pembelajaran
Aspek prestasi, model kooperatif tipe TGT dapat
pembelajaran cooperative learning meningkatkan hasil belajar siswa
tipe TGT, telah mampu kelas XI TSP di SMK Negeri 1
meningkatkan hasil tes belajar siswa Nganjuk Semester I. Hal ini
untuk mencapai kriteria ketuntasan terlihat dari peningkatan rata-
minimal dibandingkan dengan hasil rata prestasi belajar siswa yaitu
tes dengan model pembelajaran mulai dari 69,76 pada data awal,
sebelumnya yang banyak dari siswa menjadi 73,93 pada siklus I dan
tidak mendapatkan nilai tuntas. pada siklus II rata-rata hasil
Selain itu motivasi siswa juga belajara Matematika siswa
muncul dengan menghasilkan meningkat menjadi 78.
beberapa semangat kerja sama Peningkatan per-sentase

307
JURNAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ISSN: 2354-6441
http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Vol.2, No.3, hal 295 – 310, Mei 2014

ketuntasan belajar siswa yaitu


mulai dari 45.45% pada data
awal, menjadi 72.73% pada siklus
I dan pada siklus II menjadi
90.91%.
Saran dari penelitian ini,
diantaranya adalah bagi guru
hendaknya memiliki berbagai
macam variasi pembelajaran yang
bisa diterapkan untuk peningkatan
motivasi dan presatasi belajar siswa
mapel Matematika. Adapun saran
bagi siswa hendaknya memiliki
semangat yang tinggi dengan
menerapkan metode pembelajaran
yang diberikan oleh guru guna
meningkatkan hasil belajar
Matematika.

308
JURNAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ISSN: 2354-6441
http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Vol.2, No.3, hal 295 – 310, Mei 2014

not?”. British Journal of


Educational Technology. Vol 38
No 2. Pg: 249 – 259.
Kupczynski, Lori. 2012.
DAFTAR PUSTAKA “Cooperative Learning In
Godino, Juan D. 2004. Distance Learning: A Mixed
“Mathematical Concepts, Their Methods Study”. International
Meanings, And Understanding.” Journal of Instruction. Vol.5,
Journal of Mathematics No.2. Pg: 81-90.
Education. Vol.2. Pg: 417-425. Lavy, Ilana dan Eizenberg, Michal
Hijazi, Dima dan Al-Natour, Amal. Mashiach. 2009. “The Interplay
2012. “Teachers' Attitudes Between Spoken Language and
Towards Using Cooperative Informal Definitions of
Learning For Teaching English Statistical Concepts”. Journal of
Skills”. Interdisciplinary Journal Statistics Education. Volume 17,
of Contemporary ResearchiIn Number 1. Pg: 1-9.
Business. Vol 3 No 12. Pg: 443- Lee, Chien Kuo. 2010. “An Overview
460. Of Language Learning
Jading, Tanja, Gruber, Astrid, dan Strategies”. Journal of Education.
Batinic, Bernad. 2009. “Learning Vol.7, 132-152.
with E-lectures: The Meaning of Raka, Kardiawan, Trisno
Learning Strategies”. Journal of Hadisubroto. 1998. Konsep
Educational Technology & Dasar Penelitian Tindakan Kelas
Society. Vol 12 No 3. Pg: 282– (Classroom Action Research).
288. Jakarta: Proyek Pengembangan
Johar, Rahmah dkk. 2006. Strategi Guru Sekolah Menengah
Belajar Mengajar. Banda Aceh: Depdikbud Dirjen Dikti.
Universitas Syiah Kuala Slavin, Robert E. 1995. Cooperative
Ke, Fengfeng dan Grabowski, Learning Theory Research and
Barbara. 2007. “Gameplaying for Practise. Boston: Allyn&Bacon.
maths learning: cooperative or

309
JURNAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ISSN: 2354-6441
http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Vol.2, No.3, hal 295 – 310, Mei 2014

Trianto. 2007. Model-model


Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Kontrukstivis.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Turmudi. 2008. Taktik dan Strategi
Pembelajaran Matematika.
(Berparadigma Eksploratif dan
Investigatif). Jakarta: Leuser Cita
Pustaka.
Widdiharto. R. 2004. Model-Model
Pembelajaran Matematika SMP.
Makalah pada Diklat
Instruktur/Pengembang
Matematika SMP Jenjang Dasar.
Yogyakarta: tidak diterbitkan.
Wilhelmi, Miguel R. dan Godino,
Juan D. 2007. “Didactic
Effectiveness Of Mathematical
Definitions The Case Of The
Absolute Value”. International
Electronic Journal of
Mathematics Education. Volume
2, Number 2. Pg: 72-90.

310

You might also like