Bab I

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 38

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak orang beranggapan bahwa bumi itu bulat, tetapi itu merupakan
pemikiran berabad-abad tahun yang lalu sebelum ilmuwan/peneliti belum
melakukan riset lebih lanjut. Seperti yang kita ketahui sekarang, banyak ilmuwan
yang telah membuktikan bahwa bentuk bumi sebenarnya bukan bulat tetapi
menyerupai elips tiga dimensi atau elipsoid yang permukaannya tidak rata. Maka
perlu diketahui suatu cara dalam menyajikan suatu bentuk yang mempunyai
dimensi tertentu ke dimensi yang lain atau disebut dengan proyeksi. Dengan
menggunakan sistem proyeksi, kita dapat memperoleh gambaran permukaan bumi
pada bidang datar dengan skala tertentu yang biasa disebut dengan peta.
Dikarenakan permukaan bumi ini tidak rata melainkan melengkung-
lengkung tidak beraturan, sementara peta membutuhkan suatu gambaran dalam
bidang datar, maka diperlukan pengkonversian dari bidang lengkung bumi
sebenarnya ke bidang datar agar tidak terjadi distorsi permukaan bumi. Ilmu atau
teknik-teknik serta penggambaran peta tersebut dikenal dengan proyeksi peta, dan
kemudian untuk melihat serta menghitung suatu proyeksi diperlukan sistem
koordinat peta.
Terdapat beberapa sistem koordinat peta yang ada di dalam ilmu Sistem
Informasi Geografis (SIG) yaitu sistem koordinat geografis dan sistem koordinat
proyeksi berupa UTM (Universal Transvers Mercator) yang bersifat universal
sebagai sistem pemetaan nasional dan sistem koordinat TM 3o (Transvers
Mercator 3o) yang berlaku di Indonesia dan digunakan oleh BPN (Badan
Pertanahan Nasional). Untuk itu diperlukan pemahaman mendalam mengenai dua
sistem koordinat proyeksi yang berlaku dan digunakan di Indonesia.
2

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana sistem koordinat yang berlaku di Indonesia?
2. Bagaimana sistem koordinat UTM (Universal Transverse Mercator)
di Indonesia?
3. Bagaimana sistem koordinat TM 3 (Transverse Mercator 3) yang
digunakan BPN (Badan Pertanahan Nasional) di Indonesia?
4. Bagaimana perbedaan sistem koordinat UTM dan TM 3 ?
5. Bagaimana cara mengkonversi dari sistem koordinat UTM ke TM 3 ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini ialah agar dapat :
1. Mengetahui proyeksi peta dan sistem koordinat yang berlaku di
Indonesia.
2. Mengetahui sistem koordinat UTM (Universal Transverse Mercator)
di Indonesia.
3. Mengetahui sistem koordinat TM 3 (Transverse Mercator 3) yang
digunakan BPN (Badan Pertanahan Nasional) di Indonesia
4. Mengetahui perbedaan sistem koordinat UTM dan TM 3
5. Mengetahui dan memahami cara mengkonversi dari sistem koordinat
UTM ke TM 3.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan makalah tentang Sistem Koordinat UTM
(Universal Transverse Mercator) dan Sistem Koordinat TM 3o (Transverse
Mercator 3o)ini adalah sebagai referensi dalam pembelajaran mengenai SIG
(Sistem Informasi Geografis) dan sebagai pedoman untuk pembahasan mengenai
proyeksi peta dan sistem koordinat yang berlaku di Indonesia.
3

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah
adalah sebagai berikut :
 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah yang
dibahas, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, serta sistematika
penulisan untuk menjelaskan pokok-pokok permbahasan.
 BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas mengenai proyeksi peta dan jenis-jenisnyaserta
kajian mengenai koordinat dan sistem koordinat yang berlaku di
Indonesia secara umum.
 BAB III PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai pokok pembahasan dalam makalah
secara menyeluruh, yakni sistem koordinat yang berlaku di Indonesia
yaitu sistem koordinat geografis dan sistem koordinat proyeksi.
Sistem koordinat proyeksi terdiri atas sistem koordinat UTM
(Universal Transverse Mercator) dan sistem koordinat TM 3
(Transverse Mercator 3), serta pembahasan perbedaan dan cara
mengkonversi sistem koordinat tersebut.
 BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran berdasarkan materi yang telah
dibahas dalam makalah.
4

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Proyeksi Peta


2.1.1 Definisi Proyeksi Peta
Bumi kita merupakan bentuk tiga dimensi, sedangkan peta
merupakan bentuk dua dimensi. Agar peta dapat menggambarkan secara
akurat permukaan atau tampak bumi, peta harus memenuhi tiga aspek
yaitu conform, equivalent, dan equidistant. Adapun penjelasannya adalah
sebagai berikut :
1. Conform, berarti bentuk yang digambarkan di peta harus sesuai
dengan bentuk aslinya.
2. Equivalent, berarti daerah yang digambar di peta harus sama
luas dengan aslinya.
3. Equidistant, berarti jarak yang digambar pada peta harus tepat
perbandingannya dengan jarak sesungguhnya.

Untuk memenuhi tiga aspek tersebut, kegiatan proyeksi pun


dibutuhkan. Secara sederhana proyeksi adalah pemindahan dari bidang
lengkung ke bidang datar. Ini artinya proyeksi merupakan suatu sistem
yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di Bumi dan di peta.
Banyangkan jika pada saat membelah sebuah globe kemudian
dibentangkan menjadi bidang datar.
Pasti di beberapa posisi terkesan melengkung, inilah yang
namannya distorsi atau kesalahan. Dan dari kesalahan tersebut akan tibul
ketidak tepatan bentuk, luas, dan jarak (melanggar tiga aspek yang peta
harus penuhi di atas). Untuk mengurangi tingkat distorsi itulah, diperlukan
proyeksi peta. Terdapat beberapa jenis proyeksi yang digunakan untuk
menggambarkan peta, yaitu proyeksi azimutal, kerucut, dan silinder.
5

2.1.2 Proyeksi Azimutal


Proyeksi azimuthal / zenital ini bidang proyeksinya berupa bidang
datar. Proyeksi ini sesuai digunakan untuk memetakan daerah kutub,
namun akan mengalami penyimpangan yang besar jika digunakan untuk
menggambarkan daerah yang berada di sekitar khatulistiwa (Gambar 2.1)

Gambar 2.1 Penggambaran Peta Melalui Proyeksi Azimutal

Penggambaran kutub dengan proyeksi azimutal dapat dilakukan


dengan tiga cara yaitu:
a. Proyeksi Gnomonik
Pada proyeksi ini, titik pusat seolah berada di pusat lingkaran
(digambarkan seperti sinar matahari yang bersumber di pusat
lingkaran). Menggunakan proyeksi ini lingkaran paralel makin
keluar makin mengalami pembesaran hingga wilayah ekuator.
b. Proyeksi Azimuthal Stereografik
Pada proyeksi ini seolah-olah sumber arah sinar berasal dari
arah kutub berlawanan dengan titik singgung proyeksi. Akibatnya
jarak antarlingkaran paralel semakin membesar ke arah luar.
c. Proyeksi Azimuthal Orthografik
Pada proyeksi ini seolah-olah sumber arah sinar matahari
berasal dari titik jauh tidak terhingga. Akibatnya sinar proyeksi
sejajar dengan sumbu Bumi. Jarak antarlingkaran akan makin
mengecil apabila semakin jauh dari pusat.
6

Gambar 2.2 Penggambaran Kutub dengan Proyeksi Azimutal

2.1.3 Proyeksi Kerucut


Proyeksi kerucut ini bidang proyeksinya berupa kerucut. Proyeksi
kerucut adalah garis yang memotong atau menyinggung globe dan
bentangannya ditentukan oleh sudut puncaknya. Proyeksi ini
menggambarkan daerah di lintang 45°. Proyeksi seperti ini sesuai
digunakan untuk menggambarkan daerah yang berada pada lintang tengah
seperti pada negara-negara di Eropa. (Gambar 2.3)

Gambar 2.3 Penggambaran Kutub dengan Proyeksi Kerucut


7

2.1.4 Proyeksi Silinder


Proyeksi silinder ini bidang proyeksinya berupa silinder. Proyeksi
silinder adalah semua garis horizontal dan meridian berupa garis lurus
vertikal. Proyeksi seperti ini sangat baik untuk memetakan daerah yang
berada di daerah khatulistiwa, dan tidak sesuai digunakan untuk
memetakan daerah yang berada di sekitar kutub. (Gambar 2.4)

Gambar 2.4 Penggambaran Kutub dengan Proyeksi Silinder

2.1.5 Tujuan Proyeksi Peta


Adapun tujuan dari sistem proyeksi peta dibuat dan dipilih adalah
untuk :
1. Menyatakan posisi titik-titik pada permukaan bumi ke dalam
sistem koordinat bidang datar yang nantinya bisa digunakan
untuk perhitungan jarak dan arah antar titik.
2. Menyajikan secara grafis titik-titik pada permukaan bumi ke
dalam sistem koordinat bidang datar yang selanjutnya bisa
digunakan untuk membantu studi dan pengambilan keputusan
berkaitan dengan topografi, iklim, vegetasi, hunian dan lain-
lainnya yang umumnya berkaitan dengan ruang yang luas.
8

2.1.6 Cara Membuat Proyeksi Peta


Adapun cara yang dilakukan untuk membuat suatu proyeksi peta
adalah sebagai berikut :
1. Proyeksi Langsung (Direct Projection)
Proyeksi langsung yaitu proyeksi yang dilakukan dari elipsoid
langsung ke bidang proyeksi.
2. Proyeksi Tidak Langsung (Double Projection)
Proyeksi tidak langsung yaitu proyeksi yang dilakukan
menggunakan bidang antara, elipsoid ke bola dan dari bola ke
bidang proyeksi.

2.2 Sistem Koordinat


Koordinat adalah posisi titik yang dihitung dari posisi nol sumbu X dan
posisi nol sumbu Y. Sistem koordinat peta adalah sekumpulan aturan yang
menentukan bagaimana koordinat-koordinat yang bersangkutan
merepresentasikan titik-titik atau obyek pada sebuah peta. Aturan ini biasanya
mendefinisikan titik asal (origin) beserta beberapa sumbu-sumbu koordinat untuk
mengukur jarak dan sudut untuk menghasilkan koordinat.
Apabila digolongkan menurut dimensinya ada tiga sistem koordinat yang
digunakan yakni :
1. Sistem Koordinat Satu Dimensi
Merupakan sistem koordinat yang hanya memiliki satu sumbu, sumbu
ini menjelaskan posisi dari titik dengan menggunakan acuan jarak dari titik
lain. (Gambar 2.5)

Gambar 2.5 Sistem Koordinat Satu Dimensi


9

2. Sistem Koordinat Dua Dimensi


Merupakan sistem koordinat yang memiliki dua sumbu yaitu X dan Y,
sistem ini tidak memperhitungkan elevasi dari titik karena menganggap
semua titik berada pada sebuah bidang (Gambar 2.6).

Gambar 2.6 Sistem Koordinat Dua Dimensi

3. Sistem Koordinat Tiga Dimensi


Merupakan sistem koordinat yang memiliki tiga sumbu yaitu X, Y,
dan Z. Sistem ini merupakan sistem yang paling akurat diantara yang
lainnya karena memperhitungkan elevasi dari posisi titik. Sistem ini
menganggap titik tersebut berada pada sebuah ruang (Gambar 2.7)

Gambar 2.7 Sistem Koordinat Tiga Dimensi


10

Pada permukaan bumi, kita dapat membuat garis khayal yang berfungsi
sebagai sumbu X dan sumbu Y, lalu menganggap elevasinya sebagai sumbu Z.
Maka kita dapat melihat garis-garis yang membujur dan melintang. Garis –garis
tersebut memiliki jarak interval yang sama dan telah disepakati. Perpotongan yang
dibentuk dari garis lintang dan bujur tersebut merupakan koordinat. Sistem
koordinat memudahkan kita dalam membuat peta dan mengenali daerah tersebut.
Untuk menggambarkan permukaan bumi yang berbentuk bola (mendekati
bola atau elips) ke dalam bentuk peta (gambar dua dimensi), diperlukan sebuah
persamaan matematis untuk mentransformasikannya. Persamaan matematis ini
dikenal sebagai sistem koordinat. Penggunaan sistem koordinat merupakan ciri
khas utama GIS (Geographic Information System) karena sistem koordinat inilah
yang menunjukkan referensi geografis pada data-data GIS.
Dengan kata lain, sistem koordinat merupakan
semacam pendekatan dalam mendefinisikan posisi data-data GIS di
atas permukaan bumi. Pada umumnya, di Indonesia ada dua jenis sistem koordinat
yang lazim digunakan yakni Sistem Koordinat Geografis (Geographic Coordinate
System), dan UTM (Universal Transverse Mercator).
Kedua sistem koordinat tersebut menggunakan datum global WGS (World
Geodetic System) 84. Datum global merupakan salah satu pendekatan dalam
membuat permukaan bumi mendekati elips sempurna. Oleh karena itu, diperlukan
beragam pendekatan untuk membuat permukaan bola bumi (titik ketinggian nol)
mendekati elips supaya sistem koordinat bisa diterapkan.
Sebelum WGS 84, datum-datum global yang digunakan adalah WGS 60,
WGS 66, dan WGS 72 (Prahasta, 2001:118). Ketiga jenis datum global ini
dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Karena ditemukan
beberapa kelemahan pada tiga datum ini, pada tahun 1984 dipublikasikan WGS84
menggantikan datum-datum sebelumnya. Datum WGS84 yang dikembangkan
oleh DMA (Defence Mapping Agency) ini merepresentasikan pemodelan bumi
dari Sand point (posisi titik di mana pengamatan/pengukuran dilakukan)
gravitasional, geodetik, dan geometrik dengan menggunakan data-data, teknik,
dan teknologi yang sudah ada pada saat itu.
11

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sistem Koordinat Geografis


Sistem koordinat geografis atau Geographic Coordinate System (GCS)
merupakan sistem koordinat yang mengacu terhadap bentuk bumi sesungguhnya
yakni mendekati bola (ellipse). Posisi objek di permukaan bumi didefinisikan
berdasarkan garis lintang (latitude) dan garis bujur (longitude).
Garis lintang adalah garis vertikal yang mengukur sudut antara suatu titik
dengan ekuator /garis khatulistiwa. Sedangkan Garis bujur adalah garis horizontal
yang mengukur sudut suatu titik dengan titik nol bumi yakni Greenwich di
London Britania Raya. Unit satuan dari GCS adalah derajat.

Gambar 3.1 Sistem Koordinat Geografis

Garis lintang (latitude) terbagi menjadi dua yakni Lintang Utara (00 s/d
900)dan Lintang Selatan (00 s/d -900). Garis bujur (longitude) juga terbagi menjadi
dua yakni Bujur Barat (00 s/d 1800) dan Bujur Timur (00s/d -1800).
Penulisan koordinat pada GCS mengikuti kaidah dalam sistem koordinat
kartesius yakni x,y dengan titik (0,0) pada perpotongan garis khatulistiwa
dan greenwich. Garis lintang merepresentasikan posisi y dan garis bujur
merepresentasikan posisi x. Unit satuan GCS bisa juga ditulis dalam DMS
(Degree Minute Second) dengan 1 derajat = 60 menit dan 1 menit = 60 detik.
12

3.2 UTM (Universal Transverse Mercator)


3.2.1 Definisi UTM
UTM (Universal Transverse Mercator) merupakan metode grid
berbasis menentukan lokasi di permukaan bumi yang merupakan aplikasi
praktis dari 2 dimensi. Berbeda dengan GCS yang mengacu pada bentuk
bumi sesungguhnya, UTM tergolong salah satu jenis sistem koordinat
proyeksi. Artinya, UTM tidak mengacu pada bentuk bumi yang bulat,
melainkan mengacu pada bentuk bumi yang datar/planar melalui proyeksi
tertentu. Sistem koordinat UTM memproyeksikan bumi ke dalam bentuk
tabung dalam satuan meter.

3.2.2 Sejarah UTM


Universal Transerve Mercator merupakan sistem koordinat
dikembangkan oleh Army Corps of Engineers Amerika Serikat pada tahun
1940-an. Sistem ini didasarkan pada model yang elipsoidal bumi. Saat ini
WGS 84 elipsoid digunakan sebagai model yang mendasari bumi dalam
system koordinat UTM. Sebelum pengembangan model ini, beberapa
negara Eropa menunjukkan utilitas berbasis grid peta konformal dengan
pemetaan wilayah mereka selama periode antar perang. Menghitung jarak
antara dua titik pada peta ini dapat dilakukan lebih mudah di lapangan
daripada yang dinyatakan mungkin menggunakan rumus trigonometri
yang diperlukan dalam system graticule berbasis lintang dan bujur.

3.2.3 Zona UTM


Sistem UTM membagi permukaan bumi antara 80oLS dan 84oLU
menjadi 60 zona, masing-masing 6o bujur lebar dan berpusat di atas
meridian bujur. Zona 1 adalah dibatasi oleh bujur 180o sampai 174o dan
berpusat pada 177 barat meridian. Zona penomoran meningkatkan ke arah
timur.
13

Masing-masing dari 60 zona bujur dalam sistem UTM didasarkan


pada mercator melintang proyeksi. Pemetaan wilayah besar utara-selatan
dengan batas jumlah rendah distorsi, dengan menggunakan zona sempit
dari 6o bujur sampai 800 km lebarnya dan mengurangi skala faktor
sepanjang meridian sentral dengan hanya 0,0004 – 0,9996 (pengurangan
1:2500), jumlah distorsi diselenggarakan di bawah 1 bagian di 1.000 dalam
setiap zona. Distorsi skala meningkat menjadi 1.00010 pada batas luar
zona sepanjang khatulistiwa.
Pada setiap zona faktor skala meridian sentral mengurangi diameter
silinder melintang untuk menghasilkan proyeksi garis potong dengan dua
garis standar, atau garis-garis skala sebenarnya terletak di sekitar 180 km
di kedua sisi, dan kira-kira sejajar, pusat meridian (ARccOs 0,9996 =
1,62o pada khatulistiwa). Faktor skala kurang dari 1 dalam baris-baris dan
lebih besar dari 1 luar dari garis-garis, tetapi keseluruhan distorsi skala di
dalam zona seluruh diminimalkan.

3.2.4 Ketentuan Khusus Proyeksi UTM


Adapun ketentuan-ketentuan khusus dalam proyeksi UTM
(Universal Transverse Mercator) adalah sebagai berikut :
1. Seluruh wilayah permukaan bumi (Elipsoid Referensi) dibagi
menjadi 60 wilayah, masing-masing wilayah dibatasi oleh dua
meridian yang disebut "ZONA UTM" (Gambar 3.2)

Gambar 3.2 ZONA UTM


14

2. Zona UTM diberi nomer yaitu Zone 1 antara 1800 BB sampai


1740 BB terus kearah timur sampai Zone 60 antara 1740 BT
sampai 1800 BT.
3. Masing-masing Zona UTM mempunyai koordinat sendiri-
sendiri, yaitu : Sumbu X adalah proyeksi ekuator, sumbu Y
adalah proyeksi dari meridian tengah tiap Zone. Titik potong
antara sumbu X dan sumbu Y disebut titik nol (0) sejati.
(Gambar 3.3)

Gambar 3.3 Sumbu X dan Sumbu Y

4. Faktor perbesaran pada meridian tengah adalah 0,9996 pad


centimeter. (Gambar 3.4)

Gambar 3.4 Faktor Perbesaran pada Meridian


15

5. Zona pada proyeksi UTM diberi nomor, yaitu : mulai dari zona
1 (zona yang dibatasi oleh meridian 180 derajat BB dan
meridian 174 derajat BB) ke timur sampai Zone 60 (zona yang
dibatasi oleh meridian 174 derajat BT dan meridian 180 derajat
BT). (Gambar 3.5)

Gambar 3.5 Zona pada Proyeksi UTM

6. Batas-batas lintang pada proyeksi UTM adalah 80 derajat


Lintang Selatan (LS) dan 84 derajat Lintang Utara (LU),
dimana daerah ini dibagi dalam jalur-jalur selebar 8 derajat
lintang (pembagiannya dimulai dari 80o LS ke arah utara.
7. Jalur-jalur dengan lebar 8 derajat lintang tersebut diberi tanda
dengan huruf-huruf, dimulai dengan huruf C untuk jalur antara
80 derajat LS dan 72 derajat LS, ke utara berturut-turut sampai
dengan huruf X (huruf I dan O tidak digunakan).
8. Jalur-jalur dengan lebar 8 derajat lintang tersebut diberi tanda
dengan huruf-huruf, dimulai dengan huruf C untuk jalur antara
80 derajat LS dan 72 derajat LS, ke utara berturut-turut sampai
dengan huruf X (huruf I dan O tidak digunakan). (Gambar 3.6)
16

Gambar 3.6 Pemberian Nomor Zona

Wilayah Indonesia tercakup dalam 9 zona yakni:


1. Meridian : 90 derajat BT - 144 deraja BT
2. Lintang : 06 deajat LU - 11 derajat LS

Kesembilan Zona tersebut adalah:


1. Zone 46 dengan Central Meridian : 93 derajat
2. Zone 47 dengan Central Meridian : 99 derajat
3. Zone 48 dengan Central Meridian : 105 derajat
4. Zone 49 dengan Central Meridian : 111 derajat
5. Zone 50 dengan Central Meridian : 117 derajat
6. Zone 51 dengan Central Meridian : 123 derajat
7. Zone 52 dengan Central Meridian : 129 derajat
8. Zone 53 dengan Central Meridian : 135 derajat
9. Zone 54 dengan Central Meridian : 141 derajat

Apabila bujur suatu titik diketahui, maka kita dapat menghitung


Central Meridian menggunakan Rumus:
N = ((B + 183 derajat)/6)
maka:
B = (N x 6) - 183 Derajat
17

3.3 Sistem Koordinat UTM (Universal Transverse Mercator)


3.3.1 Definisi Sistem Koordinat UTM
Sistem Proyeksi Koordinat UTM (Universal Transverse Mercator)
adalah rangkaian proyeksi Transverse Mercator untuk global dimana bumi
dibagi menjadi 60 bagian zona. Setiap zona mencangkup 6 derajat bujur
(longitude) dan memiliki meridian tengah tersendiri. Sistem koordinat
UTM menggunakan satuan unit meter. Setiap zona memiliki panjang x
sebesar 500.000 meter dan panjang y sebesar 10.000.000 meter. Sistem
UTM akan membagi bumi ke dalam beberapa zona grid (kotak) dan
posisinya akan selalu dapat diindikasikan melalui posisi timur (easting)
dan utara (northing) pada setiap sel-sel grid ini.

Gambar 3.7 Sistem Koordinat UTM

Sistem koordinat UTM (Universal Transvers Mercator ) dengan


sistem koordinat WGS 84 sering digunakan pada pemetaan wilayah
Indonesia. UTM menggunakan silinder yang membungkus elipsoid dengan
kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak elipsoid (sumbu
perputaran bumi) sehingga garis singgung elipsoid dan silinder merupakan
garis yang berhimpit dengan garis bujur pada elipsoid.
Pada sistem proyeksi UTM didefinisikan posisi horizontal dua
dimensi (x,y) menggunakan proyeksi silinder, transversal, dan conform
yang memotong bumi pada dua meridian standar.
18

Seluruh permukaan bumi dibagi atas 60 bagian yang disebut


dengan UTM zone. Setiap zone dibatasi oleh dua meridian sebesar 6° dan
memiliki meridian tengah sendiri. Sebagai contoh, zone 1 dimulai dari
180° BB hingga 174° BB, zone 2 di mulai dari 174° BB hingga 168° BB,
terus k earah timur hingga zone 60 yang dimulai dari 174° BT sampai 180°
BT. Batas lintang dalam sistem koordinat ini adalah 80° LS hingga 84°
LU. Setiap bagian derajat memiliki lebar 8 yang pembagiannya dimulai
dari 80° LS ke arah utara. Bagian derajat dari bawah (LS) dinotasikan
dimulai dari C,D,E,F, hingga X (huruf I dan O tidak digunakan). Jadi
bagian derajat 80° LS hingga 72° LS diberi notasi C, 72° LS hingga 64°
LS diberi notasi D, 64° LS hingga 56° LS diberi notasi E, dan seterusnya.

3.3.2 Sistem Proyeksi Peta UTM di Indonesia


Ada dua instansi yang menggunakan sistem proyeksi Transverse
Mercator untuk pemetaan dasar nasionalnya dengan sistem grid UTM.
Salah satunya Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional
(Bakosurtanal) :
a. Peta Dasar Nasional yang diterbitkan oleh Bakosurtanal
merupakan suatu seri peta yang meliputi seluruh daerah
Indonesia, terdiri dari beberapa skala peta yaitu 1:25.000,
1:50.000, 1:100.000, 1:250.000.
b. Sistem proyeksi yang digunakan adalah Transverse Mercator
dengan lebar zone 6° serta sistem grid UTM.
c. Sumbu pertama adalah meridian tengah dari tiap zone, sedang
sumbu keduanya adalah ekuator.
d. Absis semu sebesar 500.000 meter pada meridian tengah,
sedang ordinat semu 0.00 meter di ekuator untuk belahan bumi
bagian Utara, dan 10.000.000 meter di ekuator untuk belahan
bumi bagian selatan. Angka perbesaran pada meridian tengah
adalah sebesar 0.9996.
19

e. Model matematik bumi sebagai bidang referensi adalah


Spheroid Nasional dengan parameter a (jari-jari ekuator) =
6.378.160 meter, dan f (pengepengan) = 1:298.247

Muka peta seri peta Rupa Bumi Indonesia (Peta Dasar Nasional)
dibatasi atau menggunakan garis tepi peta dalam bentuk gratikul. Pada
setiap ujung peta dicantumkan koordinat geografis (lintang dan bujur) dan
juga koordinat kartesian hasil transformasi dari koordinat geografis ke
koordinat proyeksi Transverse Mercator (TM). Pada muka peta dibuat
garis-garis gratikul yang panjang ukurannya tergantung pada skala peta
yang disajikan.
Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan sistem proyeksi
yang digunakan secara nasional di wilayah Indonesia. Berikut ini akan
dijelaskan lasan mengapa sistem UTM dipakai :
1. Kondisi geografi negara Indonesia membujur disekitar garis
khatulistiwa atau garis lintang equator dari barat sampai ke
timur yang relative seimbang.
2. Untuk kondisi seperti ini, sistem proyeksi Tansverse Mecator/
Silinder Melintang Mecator adalah paling ideal (memberikan
hasil dengan distorsi mnimal).
3. Dengan pertimbangan kepentingan teknis maka akan dipilih
sisatem proyeksi Universal Transverse Mecator yang
memberikan batasan luasan bidang antara dua garis bujur dan
ellipsoide yang dinyatakan sebagai zone.

Keuntungan dalam penggunaan UTM adalah sudut-sudut pada


permukaan bumi conform, satu bagian zone derajat dengan ukuran 6 ° x 8°
sama dengan 665 km x 885 km, dapat dipakai untuk pembuatan peta
penerbangan.
20

Sementara kerugian dalam penggunaan UTM adalah karena


pembesaran jarak dan konvergensi meredian, maka unsur ini harus
diperhatikan dalam perhitungan, walaupun satu bagian derajat meliputi
daerah luas akan tetapi masih dibutuhkan hitungan-hitungan pemindahan
bagian derajat, jadi tidak praktis, konvergensi meredian pada jarak 15 km
maksimum dapat mencapai lebih kurang 150 meter.

3.3.3 Sistem Penyebutan Koordinat UTM


Ada beberapa cara dalam penyebutan atau penulisan koordinat
UTM yang bisa digunakan dengan tingkat keakuratan yang berbeda-beda.
Pemilihan sistem koordinat berkenaan dengan cakupan luas daerah yang
diinginkan dari penunjukan lokasinya di lapangan. Setiap digit dari angka-
angka sistem koordinat grid merupakan penunjukan ukuran panjang suatu
daerah pada permukaan bumi dengan satuan meter.
Perhatikan gambar di bawah ini yang menyatakan penunjukan jarak
di permukaan bumi yang diwakili oleh tiap digit dari koordinat UTM.
Gambar di atas menggunakan koordinat lengkap empat belas angka, tujuh
angka untuk nilai urutan KIKA (easting coordinate) dan tujuh angka untuk
nilai urutan BATAS (northing coordinate). Empat belas angka tersebut
merupakan penunjukan koordinat UTM secara lengkap dan juga yang
ditunjukkan pada GPS untuk setting koordinat UTM/UPS.

Gambar 3.8 Satuan Digit yang Mewakili Jarak di Permukaan


Bumi pada Koordinat UTM
21

Beberapa penyebutan sistem koordinat UTM yang umum dan tidak


umum digunakan adalah sebagai berikut:
1. Sistem Karvak
Sistem karvak dalam penentuan koordinat grid digunakan
untuk penyebutan wilayah yang lebih luas dengan cara
menyebutkan nomor karvak yang bersangkutan, baik satu karvak
atau lebih, misalnya untuk menyatakan luasnya wilayah
kebakaran hutan dan lain-lain.
2. Sistem 4 Angka
Sistem 4 angka merupakan sistem koordinat grid yang
mengindikasikan panjang dengan digit puluh ribuan, ribuan meter
pada permukaan bumi. Dua angka untuk easting coordinat dan
dua angka lagi untuk northing coordinat.
Sistem grid ini pada dasarnya sama dengan sistem karvak
pada contoh 1 sistem karvak, yaitu untuk menunjukkan daerah
yang luasnya satu karvak. Untuk menentukan koordinat pada
sistem ini dapat dilakukan langsung dengan melihat garis vertikal
dan horizontal daerah yang ditentukan.
3. Sistem 6 Angka
Sistem 6 angka merupakan sistem koordinat grid yang
mengindikasikan panjang dengan digit puluh ribuan, ribuan dan
ratusan meter pada permukaan bumi. Sistem ini merupakan cara
penunjukan suatu titik di peta dengan tingkat akurasi di lapangan
pada angka ratusan meter. Penunjukan koordinat suatu kota
dengan koordinat grid sering menggunakan sistem 6 angka ini
untuk menunjukkan suatu titik dengan wilayah yang lebih luas.
Pada prinsipnya untuk menentukan koordinat sistem 6 angka
dalam koordinat UTM yaitu tiap sisi karvak dibagi menjadi
sepuluh bagian yang sama, sepuluh bagian tersebut dapat
digambarkan dengan garis ticks.
22

Pada peta skala 1:25.000 tiap karvaknya berukuran 4 cm x 4


cm dan peta skala 1:50.000 berukuran 2 cm x 2 cm. Ini berarti
pada skala 1:25.000 tiap sisi karvak jika dibagi 10 bagian yang
sama maka tiap bagian ticks berjarak 4 mm, dan pada skala
1:50.000 tiap tick berjarak 2 mm. Jika tidak memiliki alat bantu
penunjuk koordinat UTM khusus (yaitu romer grid) untuk
menentukan titik koordinat maka dapat menggunakan alat bantu
penggaris centimeter dengan memperhatikan luas karvak pada
masing-masing skala. Romer grid/UTM untuk peta skala 1:25.000
dan 1:50.000 biasanya sudah tersedia pada protractor yang dijual
di pasaran.
Adapun langkah-langkah dalam menentukan koordinat UTM
sistem 6 angka:
1. Tentukan dan beri tanda silang (x) pada titik di peta yang
akan dicari titik koordinatnya.
2. Catat nomor karvak tempat titik ‘x’ berada, yaitu ,,,, ,,, .
Empat angka telah didapat, yaitu angka 00 dan angka 00
yang menunjukkan jarak puluh ribuan dan ribuan. Dua
angka lagi yang tersisa, yaitu satu angka untuk KIKA
dan satu untuk BATAS yang menunjukkan jarak ratusan
meter.
3. Taruh romer grid pada titik ‘x’, nilai nol yang ada pada
sudut romer berhimpitan dengan titik ‘x’, pilih romer
grid sesuai dengan skala peta yang digunakan.
4. Catat nilai grid pada romer yang berhimpitan dengan
garis vertikal dan garis horizontal pada peta, yaitu,,,,,,,
dan ,,,,,,,,
5. Tulis koordinat lengkapnya, yaitu ,,,,,,,, ,,,,,,,,
Jadi koordinat sistem 6 angka untuk titik ‘x’ adalah ,,,,,
,,,,,,,
23

4. Sistem 8 Angka
Sistem 8 angka merupakan sistem koordinat grid yang
mengindikasikan panjang dengan digit puluh ribuan, ribuan,
ratusan dan puluhan meter pada permukaan bumi. Sistem 8 angka
pada sistem penentuan koordinat peta adalah cara penunjukan
suatu titik di peta dengan tingkat akurasi di lapangan pada angka
puluhan meter. Sistem koordinat ini yang sering digunakan dalam
kegiatan-kegiatan alam terbuka seperti penjelajahan hutan-
gunung, operasi SAR dan lainnya.
Penunjukan titik koordinat sistem 8 angka ini memiliki
tingkat akurasi pada hitungan puluhan meter di lapangan. Adapun
cara menentukan Koordinat Sistem 8 Angka yaitu jika pada
sistem 6 angka hitungan dalam penentuan titik koordinatnya
dengan cara membagi tiap sisi-sisi karvak menjadi 10 bagian
yang sama, maka untuk sistem 8 angka tiap sisi-sisi karvaknya
dibagi menjadi seratus bagian yang sama juga, atau tiap satu digit
dari sepuluh bagian yang sama (pada sistem 6 angka) dibagi lagi
menjadi sepuluh bagian yang sama pula. Jika menggunakan
penggaris centimeter dalam pencarian koordinat sistem 8 angka,
untuk skala peta 1:25.000 setiap jarak 1 mm (satu tick) pada
penggaris sama dengan nilai 2,5 bagian dari 100 bagian sisi
karvak.
Dan untuk skala peta 1:50.000, tiap kelipatan 1 mm (satu
tick) pada penggaris sama dengan nilai 5 bagian dari 100 bagian
sisi karvak, atau nilai kelipatan 10 bagian pada sisi karvak adalah
2 mm pada penggaris. Langkah-langkah dalam penentuan titik
koordinat 8 angka pada prinsipnya sama dengan cara yang
dilakukan pada sistem 6 angka. Jika pada sistem 6 angka
kelebihan atau kekurangan dari koordinat yang ada dilakukan
pembulatan ke atas atau ke bawah, maka pada sistem 8 angka
24

kelebihan/kekurangan pada pengukuran sistem 6 angka dihitung


menjadi angka satu digit (angka 0 – 9).
5. Sistem 10 Angka
Sistem 10 angka merupakan sistem koordinat grid yang
mengindikasikan panjang dengan digit puluh ribuan, ribuan,
ratusan, puluhan dan satuan meter. Sistem 10 angka pada sistem
penentuan koordinat peta adalah cara penunjukan suatu titik di
peta dengan tingkat akurasi di lapangan pada angka satuan meter
(0 – 9 m). Sistem 10 angka ini merupakan cara penunjukan titik
koordinat yang paling akurat dari beberapa sistem lainnya dan
sistem 10 angka ini juga yang ditunjukkan oleh receiver GPS
seperti pada merek Garmin.
Namun pada prakteknya untuk tingkat akurasi satuan meter
ini sering diabaikan saat penggunaan romer UTM khususnya
untuk skala peta 1:50.000 dan skala 1:25.000 dikarenakan
sempitnya jarak antar ticks pada romer grid tersebut. Perhitungan
sistem 10 angka pada romer UTM pada prinsipnya adalah
membagi tiap ticks menjadi 10 bagian yang sama.
6. Sistem 14 Angka
Sistem 14 angka merupakan sistem koordinat UTM yang
mengindikasikan panjang pada permukaan bumi dimulai dari
angka jutaan, ratus ribuan, puluh ribuan, ribuan, ratusan dan
satuan meter. Sistem 14 angka dalam penyebutan koordinat grid
dilihat dari tingkat akurasinya tidak berbeda dengan sistem 10
angka. Perbedaannya hanya pada penambahan dua angka jutaan
dan ratus ribuan di depan lima angka easting dan lima angka
northing saja. Sistem 14 angka adalah penulisan koordinat grid
secara utuh yang ditunjukkan oleh GPS.
Pada lembar peta RBI penulisan nilai garis-garis grid
koordinat grid/UTM pada tiap kelipatan lima angka ditulis dengan
25

menggunakan empat angka. Dua angka pertama ditulis dengan


huruf yang lebih kecil dari dua huruf yang kedua.
Dua huruf pertama yang lebih kecil ini biasanya tidak
disebutkan dalam penggunaan sistim koordinat 4 angka, 6 angka,
8 angka dan 10 angka karena keberadaannya tidak memberikan
pengaruh dalam penentuan akurasi dari beberapa sistem
koordinat. Namun untuk penggunaan tertentu dalam skala yang
sangat luas di permukaan bumi dua angka pertama pada easting
coordinate dan northing coordinate ini diperlukan untuk
membedakannya dengan wilayah yang lain pada.
7. Sistem Penulisan Lengkap Koordinat UTM
Koordinat UTM pada peta RBI Bakosurtanal pada skala peta
1: 25.000 atau 1:50.000 mempunyai standar khusus dalam
penulisannya. Penulisan atau penyebutan koordinat grid pada peta
RBI Bakosurtanal secara lengkap sebagai berikut.
Contoh:
a. 0210045 mT 9211608 mUpada peta skala 1:25.000
b. 0421986 mT 9723407 mU pada peta skala 1:50.000
Dan keterangan lainnya adalah penyebutan nomor zona dari
pembagian zona-zona UTM untuk membedakan posisi koordinat-
koordinat tersebut dengan koordinat pada zona lainnya, misalnya
zona 49 M.

Sistem proyeksi Universal Transverse Mercatoratau UTM adalah


Proyeksi bekerja pada setiap bidang elipsoid yang dibatasi cakupan garis
meridian dengan lebar 60 yang disebut zona. Selain itu perbedaan lintang
juga mempengaruhi apakah wilayah tersebut berada di zona utara atau
selatan (batasnya adalah garis khatulistiwa atau 00).
26

Untuk Indonesia yang berada pada posisi kurang lebih berada pada
900BT – 1440BT dan 110LS – 60LU terbagi ke dalam 9 zona UTM yaitu
zona 46 – 54. Adapun sebagai gambaran, bisa lihat gambar di bawah ini :

Gambar 3.9 Zona UTM di Indonesia


Dari informasi di atas, sebagai contoh Provinsi Aceh berada di
zona UTM 46N dan 47N, Provinsi DKI Jakarta berada di 48S, Provinsi
Bali berada pada zona 50S. dengan mengetahui informasi zona UTM
Indonesia diharapkan jika ingin merubah sistem koordinat ke UTM, kita
mengetahui zona berapa wilayah yang akan kita ubah.

3.3.4 Penggunaan Koordinat UTM pada Peta Rupa Bumi Indonesia


Koordinat UTM atau koordinat grid merupakan sistem koordinat
yang juga ditampilkan pada peta RBI Bakosurtanal di samping koordinat
geografis, walaupun dalam prakteknya pengguna peta harus membuat
garis-garis grid baru di atas muka peta RBI dengan panduan garis-garis
tick yang ada pada tiap sisi muka peta. Sistem koordinat UTM inilah yang
biasanya lebih mudah dipakai dalam kegiatan navigasi darat dan berbagai
kegiatan lainnya, karena menggunakan grid dalam satuan jarak, yaitu
meter. Juga karena romer yang tersedia pada protraktor yang umum
27

beredar di pasaran merupakan romer dari koordinat UTM/Grid dengan


skala 1:25.000 dan skala 1:50.000.
Penggunaan koordinat grid pada peta cetakan RBI Bakosurtanal
harus membuat sendiri garis-garis grid vertikal dan horizontal pada isi
muka peta karena garis-garis grid tersebut tidak tersedia. Jika
menggunakan koordinat grid pada peta cetakan RBI Bakosurtanal maka
pada muka peta akan terdapat dua jenis garis-garis grid peta, yang pertama
adalah garis-garis grid koordinat geografis asli cetakan Bakosurtanal
berwarna biru dan yang kedua garis-garis grid koordinat grid/UTM hasil
buatan sendiri.
Pembuatan garis-garis grid peta dapat dilakukan dengan
memanfaatkan garis bantu (ticks) yang terdapat pada keempat sisi muka
peta (sisi atas, bawah, kiri dan kanan). Umumnya penggambaran garis
bantu grid pada pada RBI Bakosurtanal berupa garis panjang yang diberi
garis ticks berwarna hitam pada sisi bawah dan sisi kanan muka peta
dengan mencantumkan angka nilai grid setiap kelipatan lima angka. Pada
sisi atas dan sisi kiri muka peta hanya mencantumkan tanda ticks warna
hitam saja tanpa garis panjang dan angka nilai grid. (lihat dan perhatikan
peta RBI). Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik koordinat
dinyatakan dalam ukuran jarak dari titik acuan pada tiap zona proyeksi
UTM. Garis vertikal diberi nomor urut dari barat ke timur (dari arah kiri ke
arah kanan), sedangkan garis horizontal dari selatan ke utara (dari arah
bawah ke arah atas).
Pada koordinat grid sistem urutan penomoran ini sangat penting
untuk dipahami karena merupakan prinsip dasar dari sistem penomoran
urutan garis-garis grid. Untuk mempermudah dalam mengingatnya
disingkat menjadi KIKA BATAS, yaitu urutan penomoran dari KIri ke
KAnan dan dari BAwah ke aTAS.
KIKA adalah urutan penomoran dari garis-garis grid vertikal (easting
coordinate) dan BATAS merupakan urutan penomoran dari garis-garis
grid horizontal (northing coordinate).
28

Luas tiap karvak adalah 4 cm x 4 cm untuk skala peta 1:25.000 atau


sama dengan luas 1 km x 1 km di lapangan, dan 2 cm x 2 cm untuk skala
peta 1:50.000 atau sama dengan luas 1 km x 1 km di lapangan.
3.4 Sistem Koordinat TM 3 (Transverse Mercator 3)
3.4.1 Definisi TM 3
Menurut pasal 3 PMNA tahun 1997, TM3 adalah proyeksi
Transverse Mercator Nasional dengan lebar zone 3° (tiga derajat). Sistem
proyeksi TM3 di berlakukan di Instansi BPN berdasarkan pasal 3 PMNA
tahun 1997. Berikut bunyi pasal 3 PMNA tahun 1997 :
1. Sistem koordinat nasional menggunakan sistem koordinat
proyeksi Transverse Mercator Nasional dengan lebar zone 3°
(tiga derajat) dan selanjutnya dalam peraturan ini disebut TM-
3°.
2. Meridian sentral zone TM-3 ° terletak 1,5 ° (satu koma lima
derajat) di timur dan barat meridian sentral zone UTM yang
bersangkutan.
3. Besaran faktor skala di meridian sentral (k) yang digunakan
adalah 0,9999.
4. Titik nol semu yang digunakan adalah timur (x) = 200.000
meter, dan utara (y) = 1.500.000 meter.
5. Model matematik bumi sebagai bidang referensi adalah
spheroid pada datum WGS1984 dengan parameter a =
6.378.137 meter dan f = 1/298,25722357.
6. Penggunaan sistem proyeksi lain hanya diperkenankan dengan
persetujuan Menteri.

3.4.2 Definisi Sistem Koordinat TM 3


Sistem Koordinat TM3 biasa digunakan oleh BPN untuk
pengukuran tanah. Untuk kalangan BPN (Badan Pertanahan Nasional),
koordinat TM3 pasti tidak asing lagi.
29

Koordinat TM3 adalah sistem koordinat Grid yang membagi bumi


dalam grid tiga derajat. Para pengguna GPS dan atau AutoCAD, biasanya
yang muncul di layar adalah koordinat lintang bujur atau UTM. Padahal
data yang diperlukan dalam pencatatan koordinat adalah koordinat
kartesian X,Y.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, sistem
koordinat TM3 memiliki ketentuan – ketentuan sebagai berikut :
1. Meridian sentral zone TM-3 terletak 1,5 derajat di timur
dan barat meridian sentral zone UTM yang bersangkutan
2. Besaran faktor skala di meridian sentral yang digunakan
dalam Zone TM-3 adalah 0,9999
3. Titik nol semu yang digunakan mempunyai koordinat (X)
= 200.000 m barat dan (Y) = 1.500.000 m selatan.
4. Model matematik bumi sebagai bidang referensi adalah
spheroid pada datum WGS-1984 dengan parameter a =
6.378.137 meter dan f = 1 / 298,25722357

Sistem koordinat ini biasa digunakan di peta-peta kadastral/hgu


perkebunan. Perangkat lunak GIS import secara default tidak menyertakan
sistem koordinat ini di dalam daftar sistem koordinat yang ada. Meskipun
demikian, dengan mengetahui parameter-parameter TM3, kita bisa
membuat sistem koordinat TM3 dengan mudah.

3.4.3 Cara Membuat Sistem Koordinat TM 3 di GPS


Berikut ini adalah langkah-langkah untuk membuat koordinat TM3
menggunakan GPS Etrex 10 :
1. Pilih SETUP (PENGATURAN)
2. Pilih POSITION FORMAT ( FORMAT POSISI)
3. Pilih USER GRID (GRID PENGGUNA)
30

4. PILIH UTM
5. Isi False Easting (False Timuran) : 200000
6. Isi False Norting ( False Utara) : 1500000
7. Isi SCALE FACTOR ( Faktor Skala) : 0.9999
8. Isi Longitude Origin (Garis Bujur Asal) disesuaikan dengan
Lokasi garis tengah grid anda, setiap daerah berbeda-beda
tergantung dari Zona UTMnya Misal : E 106.30.000 untuk
Jakarta. (lihat gambar 2.6.1)

Gambar 3.10 Garis Bujur Asal

Setelah selesai setting, kembali ke tampilan koordinat, posisinya


sudah berubah bukan lintang bujur lagi. Koordinat yang tampil sudah
merupakan koordinat TM3 sesuai format BPN.

3.5 Perbedaan Sistem Koordinat UTM dan Sistem Koordinat TM 3


(BPN)
Berikut adalah perbedaan sistem koordinat UTM dan sistem koordinat
TM3 (BPN) :
1. TM3 memiliki lebar zona 3 Derajat, sedangkan di UTM satu zona memiliki
lebar 6 Derajat.
2. Satu Zona UTM dibagi menjadi dua zona TM3. MisalnyaUTM Zona 50
dibagi menjadi TM3 Zona 50.1 dan TM3 Zona 50.2
3. Proyeksi TM3 dan UTM sama-sama menggunakan Transverse Mercator
31

4. False Easting setiap zona di TM3 adalah 200000, sedangkan di UTM adalah
500000
5. False Northing setiap zona di TM3 adalah 1500000, sedangkan di UTM
adalah 10000000
6. Central meridian di TM3 berbeda dengan UTM. Tetapi prinsipnya sama.
Zona-zona UTM dibagia dua, meridian di setiap zona yang dibagi dua tersebut
otomatis menjadi Central meridian
7. Scale Factor di TM3 adalah 0,9999 sedangkan di UTM adalah 0,9996
8. Latitude of Origin sama yaitu 0 (nol) derajat

3.6 Konversi Sistem Koordinat UTM ke Sistem Koordinat TM 3


Sistem koordinat TM 3 biasa disebut juga sistem koordinat BPN (Badan
Pertanahan Nasional), karena yang menggunakan sistem koordinat ini adalah
BPN. Biasanya menggunakannya dalam peta – peta kadastral atau perkebunan.
BPN telah menggunakan sistem koordinat TM 3 ini sejak tahun 1997. Sistem
koordinat UTM dan TM 3 sama-sama menggunakan Transverse Mercator.
Terdapat dua cara untuk mengubah koordinat geodetic (lintang bujur)
menjadi koordinat TM 3 atau sebaliknya :
1. Cara Pertama :
a. Sistem proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) :
 Didasarkan pada sistem proyeksi Transverse Mercator (TM)
 Lebar zona adalah 6 derajat
 Meridian central terletak di tengah-tengah zona
 Longitude of origin adalah central meridian
 Latitude of origin adalah ekuator (Nol derajat)
 False Easting adalah 500.000
 False Northing adalah 10.000.000
 Faktor skala di meridian sentral adalah 0.9996
32

b. Sistem proyeksi Transverse Mercator 3 (TM-3) :


 Didasarkan pada sistem proyeksi Transverse Mercator (TM)
 Lebar zona adalah 3 derajat
 Meridian central terletak di tengah-tengah zona
 Longitude of origin adalah central meridian
 Latitude of origin adalah ekuator (Nol derajat)
 False Easting adalah 200.000
 False Northing adalah 1.500.000
 Faktor skala di meridian sentral adalah 0.9999

2. Cara Kedua Menggunakan Perangkat Lunak

Gambar 3.11 Perangkat Lunak Transformasi Koordinat


33

hingga menghasilkan :

Gambar 3.12 Proses Transformasi Koordinat

AutoCAD adalah perangkat lunak komputer CAD untuk menggambar 2


dimensi dan 3 dimensi yang dikembangkan oleh Autodesk. Keluarga produk
AutoCAD, secara keseluruhan, adalah software CAD yang paling banyak
digunakan di dunia. AutoCAD digunakan oleh insinyur geodesi, sipil, land
developers, arsitek,insinyur mesin, desainer interior dan lain-lain.
Format data asli AutoCAD, DWG, dan yang lebih tidak populer, Format
data yang bisa dipertukarkan (interchange file format) DXF, secara de
facto menjadi standard data CAD. Akhir-akhir ini AutoCAD sudah
mendukung DWF, sebuah format yang diterbitkan dan dipromosikan oleh
Autodesk untuk mempublikasikan data CAD.
Dalam ilmu geodesi, autoCAD merupakan salah satu software yang sering
digunakan. Para geodet menuangkan hasil pengukuran mereka menggunakan
software tersebut dan jadilah gambar hasil pengukuran di lapangan. Dengan
adanya software ini pekerjaan menjadi semakin mudah dan praktis. Salah satu
fungsi autoCAD lagi adalah automated mapping yaitu dapat mengkonversi
koordinat. Menu yang digunakan menu map. Langkah-langkah untuk
34

mengkonversi koordinat dengan software autoCAD akan dibahas dalam laporan


ini pada bab selanjutnya.
Berikut adalah langkah-langkah konversi koordinat TM3 dengan
menggunakan autoCAD :
1. Sumber data
Sumber data biasanya berupa peta topografi, peta pendaftaran tanah,
dan peta hasil digitasi citra. Peta – peta tersebut telah memiliki koordinat
sendiri. Misalnya peta pendaftaran tanah yang sumbernya dari Badan
Pertanahan Nasional (BPN) yang memiliki sistem kordinat TM3.
2. Karakteristik sistem koordinat
Kali ini yang akan dibahas adalah konversi kordinat BPN atau TM3.
Karakteristik sistem koordinat TM3 adalah memiliki lebar zona 3 derajat.
Sama seperti UTM menggunakan sistem tranverse mercator juga.
Meridian tengahnya adalah zona yang dibagi menjadi dua bagian, titik
tengah dari zna tersebut merupakan meridian tengah (Central Meridian).
False easting tiap zona TM3 adalah 200.000, sedangkan alse northing
untuk tiap zona TM3 adalah 1.500.000. Sistem koordinat TM3 ini
mempunyai faktor skala sebesar 0,9999. Software yang digunakan adalah
autoCAD Map 3D 2009.

3. Operasi Koordinat
a. Jalankan aplikasi autoCAD
b. Klik menu Map > Tools > Define Global Coordinates System
c. Setelah itu akan muncul tampilan seperti pada gambar di bawah
ini
d. Definisikan sistem koordinat TM3, pada kotak “Category” pilih
Lat Long, dan pada kotak “Coordinate System in Category” pilih
no datum seperti pada gambar di bawah :
e. Setelah itu klik define sehingga muncul tampilan berikut :
f. Isikan TM3 pada kotak “Code”.
35

g. Klik OK lalu isikan proyeksi, northing, easting, reduksi skala, dan


meridian centralnya. Lalu klik OK.
h. Buka data masing-masing peta, pilih Map > Tools > Assign
Global Coordinate System
i. Pilih select coordinate system, kemudian muncul tampilan seperti
di bawah ini, pilih Select Coordinate System, WGS 84 Datum.
Klik OK.
j. Kemudian pilih Map > Define / Modify Drawing Set
k. Pilih attach, telusuri file yang akan dibuka lalu klik OK. Akan
kembali ke tampilan sebelumnya, klik OK lagi.
l. Klik Map > Define Query > Location lalu muncul tampilan
berikut, kemudian pilih all > OK.
m. Pada Jendela Define Query of Attached Drawings(s) pilih Query
Mode Draw dan klik Execute Query
n. Buka lagi menu Map > Define / Modify Drawing Set > klik
drawing. Select all kemudian klik Detach > OK.
o. Kemudian lakukan zoom extent dan simpan data.
36

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada umumnya, di Indonesia ada dua jenis sistem koordinat yang lazim
digunakan yakni Sistem Koordinat Geografis (Geographic Coordinate System),
dan UTM (Universal Transverse Mercator).
Sistem Proyeksi Koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) adalah
rangkaian proyeksi Transverse Mercator untuk global dimana bumi dibagi
menjadi 60 bagian zona. Setiap zona mencangkup 6 derajat bujur (longitude) dan
memiliki meridian tengah tersendiri. Sistem koordinat UTM menggunakan satuan
unit meter. Setiap zona memiliki panjang x sebesar 500.000 meter dan panjang y
sebesar 10.000.000 meter. Sistem UTM akan membagi bumi ke dalam beberapa
zona grid (kotak) dan posisinya akan selalu dapat diindikasikan melalui posisi
timur (easting) dan utara (northing) pada setiap sel-sel grid ini.
Sedangkan sistem koordinat TM3 adalah sistem koordinat Grid yang
membagi bumi dalam grid tiga derajad. Sistem proyeksi TM3 di berlakukan di
Instansi BPN berdasarkan pasal 3 PMNA tahun 1997 untuk pengukuran tanah.
Sistem koordinat ini biasa juga digunakan di peta-peta kadastral/hgu perkebunan

4.2 Saran
Setelah menyusun makalah ini, penyusun mempunyai saran bagi pembaca
bahwa hendaknya belajar memahami serta banyak membaca khususnya mengenai
materi sistem koordinat UTM dan sistem koordinat TM3 (BPN) agar ada korelasi
dari apa yang dijelaskan oleh dosen.
37

DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Blench, Roger dan Mathew Spriggs. 1999. Archeology and Language Volume 35.
Inggris : Penerbit Routledge.
Hehahia, Pieter Levianus dan Sujanto Farlin. 2008. Kamus Praktis Bahasa
Indonesia. Jakarta : Penerbit Scientific Press
Suhardi, S.Pd. 2009. Bergiat dalam Penelitian Ilmiah Remaja. Yogyakarta :
Penerbit Flamingo

INTERNET

Anonim. 2011. Proyeksi Universal Transverse Mercator [Online]. Tersedia :


http://geografiuntukmu.blogspot.co.id/2011/04/proyeksi-universal-
transvers-mercator.html [4 April 2017 Pukul 11.48 WIB]
Anonim. 2012. Panduan Menulis Daftar Pustaka yang Baik dan Benar [Online].
Tersedia : http://www.imuzcorner.com/2012/11/penulisan-daftar-pustaka-
yang-benar.html, [28 Maret 2018 Pukul 14.00 WIB]
Anonim. 2012. Sistem Proyeksi UTM [Online]. Tersedia :
http://kingsurveytopo.blogspot.co.id/p/sistem-proyeksi-utm.html [7 April
2018 Pukul 10.30 WIB]
Anonim. 2013. Konversi Sistem Koordinat [Online]. Tersedia :
https://grivinayuliantika.blogspot.co.id/2013/10/konversi-sistem-koordinat-
dari-utm-ke.html [7 April 2017 Pukul 12.45 WIB]
Anonim. 2013. Makalah UTM Universal Transverse Mecator [Online]. Tersedia :
http://virgiantidesvir.blogspoerse.htmlt.co.id/2013/05/makalah-utm-
universal-transv [4 April 2017 Pukul 11.12 WIB]
Anonim. 2014. Proyeksi Transverse Mercator [Online]. Tersedia :
https://ginamelia.wordpress.com/2014/10/10/proyeksi-transverse-mercator-
tm/ [7 April 2017 Pukul 10.37 WIB]
38

Anonim. 2014. Sistem Koordinat dan Proyeksi Peta [Online]. Tersedia :


http://geoenviron.blogspot.co.id/2014/05/sistem-koordinat-dan-proyeksi-
peta.html [5 April 2017 Pukul 11.37 WIB]
Anonim. 2016. Pengertian dan Cara Menentukan Titik Koordinat UTM pada Peta
RBI Bakosurtanal [Online]. Tersedia :
http://kompasalam123.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-dan-cara-
menentukan-titik-koordinat-utm-pada-peta-rbi-bakosurtanal.html [5 April
2017 Pukul 12.49 WIB]
Anonim. 2016. Sistem Proyeksi dan Sistem Koordinat [Online]. Tersedia :
https://sagagisindonesia.wordpress.com/2016/09/15/3-8sistem-proyeksi-
dan-sistem-koordinat/ [4 April 2017 Pukul 11.32 WIB]
Anonim. 2016. Zona Universal Transverse Mercator UTM Indonesia [Online].
Tersedia : http://www.gispedia.com/2016/03/zona-universal-transverse-
mercator-utm-indonesia.html [7 April 2017 Pukul 11.14 WIB]

You might also like