Bab I
Bab I
Bab I
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada permukaan bumi, kita dapat membuat garis khayal yang berfungsi
sebagai sumbu X dan sumbu Y, lalu menganggap elevasinya sebagai sumbu Z.
Maka kita dapat melihat garis-garis yang membujur dan melintang. Garis –garis
tersebut memiliki jarak interval yang sama dan telah disepakati. Perpotongan yang
dibentuk dari garis lintang dan bujur tersebut merupakan koordinat. Sistem
koordinat memudahkan kita dalam membuat peta dan mengenali daerah tersebut.
Untuk menggambarkan permukaan bumi yang berbentuk bola (mendekati
bola atau elips) ke dalam bentuk peta (gambar dua dimensi), diperlukan sebuah
persamaan matematis untuk mentransformasikannya. Persamaan matematis ini
dikenal sebagai sistem koordinat. Penggunaan sistem koordinat merupakan ciri
khas utama GIS (Geographic Information System) karena sistem koordinat inilah
yang menunjukkan referensi geografis pada data-data GIS.
Dengan kata lain, sistem koordinat merupakan
semacam pendekatan dalam mendefinisikan posisi data-data GIS di
atas permukaan bumi. Pada umumnya, di Indonesia ada dua jenis sistem koordinat
yang lazim digunakan yakni Sistem Koordinat Geografis (Geographic Coordinate
System), dan UTM (Universal Transverse Mercator).
Kedua sistem koordinat tersebut menggunakan datum global WGS (World
Geodetic System) 84. Datum global merupakan salah satu pendekatan dalam
membuat permukaan bumi mendekati elips sempurna. Oleh karena itu, diperlukan
beragam pendekatan untuk membuat permukaan bola bumi (titik ketinggian nol)
mendekati elips supaya sistem koordinat bisa diterapkan.
Sebelum WGS 84, datum-datum global yang digunakan adalah WGS 60,
WGS 66, dan WGS 72 (Prahasta, 2001:118). Ketiga jenis datum global ini
dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Karena ditemukan
beberapa kelemahan pada tiga datum ini, pada tahun 1984 dipublikasikan WGS84
menggantikan datum-datum sebelumnya. Datum WGS84 yang dikembangkan
oleh DMA (Defence Mapping Agency) ini merepresentasikan pemodelan bumi
dari Sand point (posisi titik di mana pengamatan/pengukuran dilakukan)
gravitasional, geodetik, dan geometrik dengan menggunakan data-data, teknik,
dan teknologi yang sudah ada pada saat itu.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Garis lintang (latitude) terbagi menjadi dua yakni Lintang Utara (00 s/d
900)dan Lintang Selatan (00 s/d -900). Garis bujur (longitude) juga terbagi menjadi
dua yakni Bujur Barat (00 s/d 1800) dan Bujur Timur (00s/d -1800).
Penulisan koordinat pada GCS mengikuti kaidah dalam sistem koordinat
kartesius yakni x,y dengan titik (0,0) pada perpotongan garis khatulistiwa
dan greenwich. Garis lintang merepresentasikan posisi y dan garis bujur
merepresentasikan posisi x. Unit satuan GCS bisa juga ditulis dalam DMS
(Degree Minute Second) dengan 1 derajat = 60 menit dan 1 menit = 60 detik.
12
5. Zona pada proyeksi UTM diberi nomor, yaitu : mulai dari zona
1 (zona yang dibatasi oleh meridian 180 derajat BB dan
meridian 174 derajat BB) ke timur sampai Zone 60 (zona yang
dibatasi oleh meridian 174 derajat BT dan meridian 180 derajat
BT). (Gambar 3.5)
Muka peta seri peta Rupa Bumi Indonesia (Peta Dasar Nasional)
dibatasi atau menggunakan garis tepi peta dalam bentuk gratikul. Pada
setiap ujung peta dicantumkan koordinat geografis (lintang dan bujur) dan
juga koordinat kartesian hasil transformasi dari koordinat geografis ke
koordinat proyeksi Transverse Mercator (TM). Pada muka peta dibuat
garis-garis gratikul yang panjang ukurannya tergantung pada skala peta
yang disajikan.
Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan sistem proyeksi
yang digunakan secara nasional di wilayah Indonesia. Berikut ini akan
dijelaskan lasan mengapa sistem UTM dipakai :
1. Kondisi geografi negara Indonesia membujur disekitar garis
khatulistiwa atau garis lintang equator dari barat sampai ke
timur yang relative seimbang.
2. Untuk kondisi seperti ini, sistem proyeksi Tansverse Mecator/
Silinder Melintang Mecator adalah paling ideal (memberikan
hasil dengan distorsi mnimal).
3. Dengan pertimbangan kepentingan teknis maka akan dipilih
sisatem proyeksi Universal Transverse Mecator yang
memberikan batasan luasan bidang antara dua garis bujur dan
ellipsoide yang dinyatakan sebagai zone.
4. Sistem 8 Angka
Sistem 8 angka merupakan sistem koordinat grid yang
mengindikasikan panjang dengan digit puluh ribuan, ribuan,
ratusan dan puluhan meter pada permukaan bumi. Sistem 8 angka
pada sistem penentuan koordinat peta adalah cara penunjukan
suatu titik di peta dengan tingkat akurasi di lapangan pada angka
puluhan meter. Sistem koordinat ini yang sering digunakan dalam
kegiatan-kegiatan alam terbuka seperti penjelajahan hutan-
gunung, operasi SAR dan lainnya.
Penunjukan titik koordinat sistem 8 angka ini memiliki
tingkat akurasi pada hitungan puluhan meter di lapangan. Adapun
cara menentukan Koordinat Sistem 8 Angka yaitu jika pada
sistem 6 angka hitungan dalam penentuan titik koordinatnya
dengan cara membagi tiap sisi-sisi karvak menjadi 10 bagian
yang sama, maka untuk sistem 8 angka tiap sisi-sisi karvaknya
dibagi menjadi seratus bagian yang sama juga, atau tiap satu digit
dari sepuluh bagian yang sama (pada sistem 6 angka) dibagi lagi
menjadi sepuluh bagian yang sama pula. Jika menggunakan
penggaris centimeter dalam pencarian koordinat sistem 8 angka,
untuk skala peta 1:25.000 setiap jarak 1 mm (satu tick) pada
penggaris sama dengan nilai 2,5 bagian dari 100 bagian sisi
karvak.
Dan untuk skala peta 1:50.000, tiap kelipatan 1 mm (satu
tick) pada penggaris sama dengan nilai 5 bagian dari 100 bagian
sisi karvak, atau nilai kelipatan 10 bagian pada sisi karvak adalah
2 mm pada penggaris. Langkah-langkah dalam penentuan titik
koordinat 8 angka pada prinsipnya sama dengan cara yang
dilakukan pada sistem 6 angka. Jika pada sistem 6 angka
kelebihan atau kekurangan dari koordinat yang ada dilakukan
pembulatan ke atas atau ke bawah, maka pada sistem 8 angka
24
Untuk Indonesia yang berada pada posisi kurang lebih berada pada
900BT – 1440BT dan 110LS – 60LU terbagi ke dalam 9 zona UTM yaitu
zona 46 – 54. Adapun sebagai gambaran, bisa lihat gambar di bawah ini :
4. PILIH UTM
5. Isi False Easting (False Timuran) : 200000
6. Isi False Norting ( False Utara) : 1500000
7. Isi SCALE FACTOR ( Faktor Skala) : 0.9999
8. Isi Longitude Origin (Garis Bujur Asal) disesuaikan dengan
Lokasi garis tengah grid anda, setiap daerah berbeda-beda
tergantung dari Zona UTMnya Misal : E 106.30.000 untuk
Jakarta. (lihat gambar 2.6.1)
4. False Easting setiap zona di TM3 adalah 200000, sedangkan di UTM adalah
500000
5. False Northing setiap zona di TM3 adalah 1500000, sedangkan di UTM
adalah 10000000
6. Central meridian di TM3 berbeda dengan UTM. Tetapi prinsipnya sama.
Zona-zona UTM dibagia dua, meridian di setiap zona yang dibagi dua tersebut
otomatis menjadi Central meridian
7. Scale Factor di TM3 adalah 0,9999 sedangkan di UTM adalah 0,9996
8. Latitude of Origin sama yaitu 0 (nol) derajat
hingga menghasilkan :
3. Operasi Koordinat
a. Jalankan aplikasi autoCAD
b. Klik menu Map > Tools > Define Global Coordinates System
c. Setelah itu akan muncul tampilan seperti pada gambar di bawah
ini
d. Definisikan sistem koordinat TM3, pada kotak “Category” pilih
Lat Long, dan pada kotak “Coordinate System in Category” pilih
no datum seperti pada gambar di bawah :
e. Setelah itu klik define sehingga muncul tampilan berikut :
f. Isikan TM3 pada kotak “Code”.
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada umumnya, di Indonesia ada dua jenis sistem koordinat yang lazim
digunakan yakni Sistem Koordinat Geografis (Geographic Coordinate System),
dan UTM (Universal Transverse Mercator).
Sistem Proyeksi Koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) adalah
rangkaian proyeksi Transverse Mercator untuk global dimana bumi dibagi
menjadi 60 bagian zona. Setiap zona mencangkup 6 derajat bujur (longitude) dan
memiliki meridian tengah tersendiri. Sistem koordinat UTM menggunakan satuan
unit meter. Setiap zona memiliki panjang x sebesar 500.000 meter dan panjang y
sebesar 10.000.000 meter. Sistem UTM akan membagi bumi ke dalam beberapa
zona grid (kotak) dan posisinya akan selalu dapat diindikasikan melalui posisi
timur (easting) dan utara (northing) pada setiap sel-sel grid ini.
Sedangkan sistem koordinat TM3 adalah sistem koordinat Grid yang
membagi bumi dalam grid tiga derajad. Sistem proyeksi TM3 di berlakukan di
Instansi BPN berdasarkan pasal 3 PMNA tahun 1997 untuk pengukuran tanah.
Sistem koordinat ini biasa juga digunakan di peta-peta kadastral/hgu perkebunan
4.2 Saran
Setelah menyusun makalah ini, penyusun mempunyai saran bagi pembaca
bahwa hendaknya belajar memahami serta banyak membaca khususnya mengenai
materi sistem koordinat UTM dan sistem koordinat TM3 (BPN) agar ada korelasi
dari apa yang dijelaskan oleh dosen.
37
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Blench, Roger dan Mathew Spriggs. 1999. Archeology and Language Volume 35.
Inggris : Penerbit Routledge.
Hehahia, Pieter Levianus dan Sujanto Farlin. 2008. Kamus Praktis Bahasa
Indonesia. Jakarta : Penerbit Scientific Press
Suhardi, S.Pd. 2009. Bergiat dalam Penelitian Ilmiah Remaja. Yogyakarta :
Penerbit Flamingo
INTERNET