CKD Gizi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Nutrisia

Vol. 20 No. 1, Maret 2018


ISSN 1693-945X (Print), ISSN 26147165 (Online)
DOI 10.29238/jnutri.v20i1.253 Tiarapuri, Hubungan Antara Asupan Kalsium dan Status Amenore ....
Journal homepage: https://ejournal.poltekkesjogja.ac.id/index.php/JNUTRI

Efek Konseling Gizi terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan Pembatasan Intake Cairan
pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Maulida Ulfah1, Yuniarti2, Arintina Rahayuni3
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Semarang
1,2,3

Jl. Wolter Monginsidi No.115, Pedurungan Tengah, Pedurungan, Kota Semarang, Jawa Tengah 50192
(Email : yuni4rti1976@yahoo.com)

ABSTRACT

Background:Between 8 to 10% of the adult population suffers kidney damage and every year millions of people die from complications
related to CKD. Fluidintake restrictions is the most difficult aspect to adhere, in RSUD Sukoharjo 45,16% who do not adherence of
fluid intake restrictions. Based on the results of research in RSUD Sukoharjo as much as 58,06% patients have less knowledge of
fluid intake restrictions.
Objective: Know the effects of nutrition counseling to knowledge and adherence of fluid intake restrictions on CKD patients in RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Methods:The type of research was quasi experiment, using pre-post test control group design. Total research subjects were 15 people
treatment and 15 control people. Data analysis used to know the difference using different test.
Results:There was a significant difference in knowledge of fluid intake restrictionsbefore and after nutritional counseling using leaflets
p <0,05 (p = 0,001). There was a significant difference in adherence of fluid intake restrictionsbefore and after nutritional counseling
using leaflets p <0,001 (p=0,000). There was a significant difference in knowledge of fluid intakerestrictions before and after nutrition
counseling between treatment group and control group p <0,05 (p = 0,006). There was no significant difference in adherence of fluid
intakerestrictions before and after nutrition counseling between treatment group and control group p> 0,05 (p = 0,109).
Conclusion:Nutrition counseling can improve the knowledge and adherence of fluid intake restrictions in CKD patients undergoing
Hemodialysis significantly.

Keywords:nutrition counseling, fluid intakerestrictions

ABSTRAK

Latar Belakang: Antara 8 sampai 10% populasi orang dewasa mengalami kerusakan ginjal dan setiap tahun jutaan orang meninggal
akibat komplikasi yang berkaitan dengan CKD. Pembatasan intake cairan adalah aspek yang paling sulit untuk dipatuhi, di RSUD
Sukoharjo 45,16% yang tidak patuh pada pembatasan intake cairan. Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Sukoharjo sebanyak
58,06% pasien memiliki pengetahuan yang kurang terhadap pembatasan intake cairan.
Tujuan: Mengetahui efek konseling gizi terhadap pengetahuan dan kepatuhan pembatasan intake cairan pada Pasien CKD yang
menjalani Hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Metode: Jenis penelitian quasi experiment, menggunakan pre-post test control grup design. Jumlah subjek penelitian yaitu 15 orang
treatment dan 15 orang kontrol. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui perbedaan menggunakan uji beda.
Hasil: Ada perbedaan bermakna pengetahuan pembatasan intake cairan sebelum dan sesudah konseling gizi menggunakan leaflet p
<0,05 (p=0,001). Ada perbedaan bermakna kepatuhan pembatasan intake cairan sebelum dan sesudah konseling gizi menggunakan
leaflet p <0,001 (p=0,000). Ada perbedaan bermakna pengetahuan pembatasan intake cairan sebelum dan sesudah konseling gizi
antara kelompok treatment dan kelompok kontrol p <0,05 (p=0,006). Tidak ada perbedaan bermakna kepatuhan pembatasan intake
cairan sebelum dan sesudah konseling gizi antara kelompok treatment dan kelompok kontrol p >0,05 (p=0,109).
Kesimpulan: Konseling gizi dapat meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pembatasan intake cairan pada pasien CKD yang
menjalani Hemodialisis secara signifikan.

Kata Kunci : konseling gizi, pembatasan intake cairan

27
Jurnal Nutrisia, Vol. 20 Nomor 1, Maret 2018, halaman 27-33

PENDAHULUAN menjalani Hemodialisis untuk meningkatkan kepatuhan


Penyakit Ginjal Kronik (PGK) atau Chronic Kidney dalam pembatasan intake cairan di RSUD Abdul Wahab
Disease (CKD) adalah hilangnya fungsi ginjal yang Sjahranie Samarinda. Rumah sakit ini dipilih karena
progresif selama periode bulan atau tahun. Setiap ginjal merupakan rumah sakit rujukan dimana perawatan HD
memiliki nefron yaitu filter kecil yang jumlahnya sekitar banyak dilakukan. Selain itu penelitian mengenai intake
satu juta. Jika sebagian nefron ini rusak dan berhenti cairan oleh tenaga gizi belum banyak dilakukan. Hasil
bekerja maka nefron yang sehat mendapatkan pekerjaan penelitian diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
tambahan, tetapi jika kerusakan terjadi secara terus dan kepatuhan pasien CKD yang menjalani HD di rumah
menerus, maka semakin banyak nefron yang rusak. Hal sakit tersebut.
ini akan mengakibatkan ginjal tidak dapat menyaring darah
dengan baik1. METODE
Global Burden of Diseasepada tahun 2010 menyatakan Penelitian ini termasuk dalam penelitian di bidang
bahwa CKD merupakan peringkat 18 dalam daftar penyebab gizi klinik yang mengkaji “Efek Konseling Gizi terhadap
kematian di seluruh dunia (2). Antara 8 sampai 10 % Pengetahuan dan Kepatuhan Pembatasan Intake Cairan
populasi orang dewasa mengalami kerusakan ginjal dan pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang Menjalani
setiap tahun jutaan orang meninggal akibat komplikasi yang Hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda”.
berkaitan dengan CKD2. Jenis penelitian ini merupakan penelitian quasi
Hemodialisis (HD) merupakan terapi pengganti ginjal experiment, menggunakan pre-post test control grup
yang menggunakan mesin untuk menyaring darah dari luar design yaitu bentuk desain eksperimen yang menggunakan
tubuh. Pasien CKD yang menjalankan HD perlu melakukan kelompok kontrol tetapi kelompok kontrolnya tidak
perubahan pola makan, jumlah obat-obatan dan asupan berfungsi secara penuh untuk mengontrol variabel-
cairan terkait dengan ginjal yang tidak berfungsi normal3. variabel luar yang dapat mempengaruhinya. Melakukan
Pasien yang pada awalnya telah diberikan penyuluhan rangkaian percobaan untuk mengetahui konseling gizi
untuk mengurangi intake cairan masih sering mengalami sebagai variabel independent terhadap pengetahuan
keluhan sesak napas saat datang untuk melakukan HD, dan kepatuhan sebagai variabel dependent. Populasi
hal ini akibat kelebihan volume cairan tubuh yaitu kenaikan dalam penelitian ini yaitu pasien CKD yang menjalani
melebihi dari 5% dari berat badan kering4. Data Kepatuhan Hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
terhadap pembatasan intake cairan di RSUD Arifin Achmad pada April 2017. Teknik pengambilan subjek penelitian
Pekanbaru 31,5% sedangkan di RSUD Sukoharjo 45,16%, dengan purposive sampling, berdasarkan kriteria inklusi
hal ini menunjukkan masih banyaknya pasien CKD yang yaitu IDWG (Interdialytic Weight Gain) ≥ 4%; dapat makan
tidak patuh5,6. Ketidakpatuhan terhadap pembatasan intake dan berjalan tanpa bantuan; umur minimal 18 tahun
cairan akan terjadi edema dan meningkatkan risiko pada dan maksimal 65 tahun; menjalani hemodialisis 2 kali
kardiovaskuler dan hipertensi6. Angka kejadian edema dalam seminggu; bersedia menjadi subjek penelitian;
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda mencapai tidak mengalami gangguan kognitif dan psikologi; lama
25% dari total pasien CKD yang menjalani HD, hal ini hemodialisis <2 tahun dan kriteria eksklusi yaitu pasien
merupakan akibat ketidakpatuhan pasien. meninggal dunia; pasien mengundurkan diri sebagai
Cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan subjek penelitian; pasien pindah rumah sakit. Besar subjek
kepatuhan diet pembatasan intake cairan pasien salah penelitian dihitung menggunakan rumus uji hipotesis beda
satunya dengan meningkatkan pengetahuan pasien. rata-rata pada 2 kelompok independent.
Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Sukoharjo Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah
sebanyak 58,06% pasien memiliki pengetahuan yang identitas subjek penelitian diambil dengan wawancara, data
kurang terhadap pembatasan intake cairan. Pasien pengetahuan pembatasan intake cairan diambil melalui
yang memiliki pengetahuan lebih luas diharapkan dapat penilaian kuesioner, dan data kepatuhan pembatasan intake
mengatasi masalah yang dihadapi, percaya diri dan mudah cairan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan
mengikuti anjuran dari tenaga kesehatan4,6. Peningkatan BB sebelum dan sesudah melakukan HD menggunakan
pengetahuan dapat dilakukan dengan pendidikan secara timbangan injak digital yang kemudian menghitung IDWG
individu salah satunya dengan konseling yang merupakan pasien.
proses komunikasi dua arah7,8. Hal ini didukung oleh Konseling gizi merupakan proses komunikasi dua
penelitian tentang pemberian pendidikan secara individu arah oleh konselor gizi dalam mengatasi masalah tentang
dapat meningkatkan pengetahuan pembatasan intake pembatasan intake cairan yang dilakukan setiap satu
cairan dan penurunan IDWG pada pasien CKD yang minggu sekali selama tiga minggu10,11dievaluasi melalui
menjalani Hemodialisis7. Ahli gizi sebagai salah satu tenaga pengetahuan dan kepatuhan pasien, dilakukan dengan
kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan panduan menggunakan leaflet, hasil ukur tidak diberikan
rawat jalan dengan memberikan edukasi melalui konseling konseling dan diberikan konseling.
gizi karena dapat meningkatkan kepatuhan diet pasien9. Pengetahuan pembatasan intake cairan merupakan
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk pengetahuan pasien HD tentang intake cairan meliputi
melakukan konseling gizi pada Pasien CKD yang pengertian, tujuan, indikasi dilakukannnya pembatasan

28
Maulida, Efek Konseling Gizi terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan Pembatasan Intake ....

intake cairan, akibat kelebihan cairan, cara membatasi Treatment Kontrol


Variabel
intake cairan, penilaian dilakukan sebelum treatment n % n %
dan sesudah dilakukan treatment pada minggu terakhir
penelitian, yang diukur menggunakan kuesioner yang Jenis Kelamin
sudah divalidasi dengan uji Reliability Statistics pada Perempuan 9 60,0 11 73,3
penelitian sebelumnya6 dengan total pertanyaan sebanyak   Laki-laki 6 40,0 4 26,7
20 pertanyaan.
Pendidikan Terakhir
Kepatuhan pembatasan intake cairan merupakan
kepatuhan pasien dalam membatasi konsumsi cairan Tidak Sekolah/Tidak Tamat
1 6,7 1 6,7
SD
yang dilihat dari kenaikan berat badan diantara dua waktu 6
dialysis yaitu setelah HD pertama dan sebelum HD kedua, SD 4 26,7 3 20,0
penilaian dilakukan sebelum treatment dan sesudah SMP 0 0,0 2 13,3
dilakukan treatment pada minggu terakhir penelitian, yang SMA/SMK 7 46,7 3 20,0
diukur menggunakan rumus
  Perguruan Tinggi 3 20,0 6 40,0
Pekerjaanskala ukur yang
, hasil ukurnya %IDWG,
, Guru 0 0,0 1 6,7
hasil ukurnya digunakan
%IDWG, skala ukur
yaitu interval.yang digunakan yaitu
PNS/ABRI/POLRI 1 6,7 1 6,7
interval.
Analisis statistik yang digunakan yaitu
Analisis statistik yang digunakan yaitu analisis univariat analisis univariat dan analisis
Karyawan Swasta bivariat. 0 0,0 1 6,7
dan analisis bivariat. Analisis dilakukan
Analisis univariat univariatuntuk
dilakukan untuk
mendiskripsikan karakteristik
Pedagang subjek penelitian 1 6,7 0 0,0
mendiskripsikan karakteristik subjek penelitian Analisis
Analisis bivariat digunakan untuk melihat pengaruh Tidak masing-masing
Bekerja variabel 12 80,0 11 73,3
bivariat digunakan untuk melihat pengaruh masing-masing
independent yaitu konseling gizi, dengan variabel dependent   Lain-lainyaitu perbedaan 1 6,7 1 6,7
variabel independent yaitu konseling gizi, dengan variabel
dependent yaitu pengetahuan
perbedaan sebelum dan sesudah
pengetahuan pada dan
sebelum kelompok treatment dan kontrol tidak
sesudah pada kelompok treatment dan kontrol tidak
berdistribusi normal menggunakan uji Wilcoxon; perbedaan kepatuhan sebelum
berdistribusi normal menggunakan uji Wilcoxon; perbedaan Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa umur
dan sesudah pada kelompok treatment berdistribusi normal
pasien menggunakan
antara 46-65 tahun uji mendominasi pada kelompok
kepatuhan sebelum dan sesudah pada kelompok treatment
Paired T-Test;
berdistribusi normal perbedaanujikepatuhan
menggunakan treatment dan
sebelum dan sesudah pada kelompok
Paired T-Test; kelompok kontrol. Hal ini dapat dipengaruhi
perbedaan kepatuhan oleh Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang mulai mengalami
kontrol sebelum dan sesudah
tidak berdistribusi pada kelompok
normal menggunakan uji Wilcoxon; perbedaan
kontrol tidak berdistribusi normal menggunakan uji Wilcoxon; penurunan secara progresif pada umur diatas 40 tahun
pengetahuan sebelum konseling gizi antara kelompok treatment
sampai 70 dan kelompok
tahun sebanyak ± 50%, kemampuan inilah
perbedaan pengetahuan sebelum konseling gizi antara
kontrol tidak berdistribusi normal menggunakan
kelompok treatment dan kelompok kontrol tidak berdistribusi uji yang
Mann mempengaruhi
Whitney; kerja
perbedaan ginjal12
.Pendidikan terakhir atau
normal menggunakan
pengetahuan ujisesudahkonseling
Mann Whitney;gizi perbedaan tingkat pendidikan
antara kelompok treatment dan kelompok pasien memiliki kekuatan hubungan
pengetahuan kontrol
sesudahkonseling gizi normal
antaramenggunakan positif untuk
kelompok uji Mann Whitney; perbedaan memahami informasi dan mengaplikasikannya
tidak berdistribusi dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari yang termasuk
treatment dan kelompok kontrol tidak berdistribusi normal
kepatuhan sebelum konseling gizi antara kelompok
menggunakan uji Mann Whitney; perbedaan kepatuhan dalam kepatuhan
treatment .
dan kelompok
13

sebelum konseling
kontrolgizi
tidakantara kelompok
berdistribusi normal dan uji Mann
menggunakan
treatment Dari tabel 2,perbedaan
Whitney; diketahui bahwa pengetahuan pasien
kelompok kontrol tidak berdistribusi normal menggunakan tentang pembatasan intake cairan dalam kategori baik
kepatuhan sesudah konseling gizi antara kelompok treatment dan kelompok
uji Mann Whitney; perbedaan kepatuhan sesudah konseling mengalami peningkatan setelah dilakukan konseling gizi
kontrol berdistribusi normal menggunakan uji Independent T-test.
menggunakan leaflet. Hal ini dapat dilihat pada jawaban dari
gizi antara kelompok treatment dan kelompok kontrol
berdistribusi normal menggunakan uji Independent T-test. pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner diperoleh hasil
bahwa pertanyaan yang paling banyak salah pada kelompok
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN treatment sebelum dilakukan konseling gizi menggunakan
Subjek penelitian adalah pasien CKD yang menjalani Hemodialisis
leaflet yaitu pertanyaan yaitu“Apabila terjadi pembengkakan
Subjek penelitian adalah pasien CKD yang menjalani
sebanyak 30 orang dimana
Hemodialisis yaitu sebanyak 30 orang dimana terbagi terbagi menjadi dua pada kaki
kelompok atau
yaitu tangan
kelompok dianjurkan membatasi makanan
menjadi dua kelompok
treatment dan yaitu kelompok
kelompok kontroltreatment
masing-masing
yang mengandung
dan sebanyak 15 orang. gula” sebesar 60,0%, “Makan permen,
kelompok kontrol masing-masing sebanyak 15 orang. dan sikat gigi adalah cara yang dapat dilakukan untuk
mengurangi rasa haus” dan “Untuk mengurangi rasa haus
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur, Jenis Kelamin, pasien tidak dianjurkan mengkonsumsi air dingin” masing-
Pendidikan Terakhir dan Pekerjaan Subjek Penelitian masing sebesar 46,7%. Setelah dilakukan konseling
menggunakan leaflet pertanyaan yang paling banyak salah
Variabel Treatment Kontrol
pada kelompok treatmentyaitu masih pada pertanyaan
n % n % yang sama hanya saja persentasenya yang menurun yaitu
Umur (Tahun) “Apabila terjadi pembengkakan pada kaki atau tangan
26-45 4 26,7 5 33,3 dianjurkan membatasi makanan yang mengandung gula”
sebesar 26,7%, “Makan permen, dan sikat gigi adalah cara
  46-65 11 73,3 10 66,7

29
e – ISSN 2614-7165
Jurnal Nutrisia, Vol. 20 Nomor 1, Maret 2018, halaman 27-33

yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa haus” dan Pengetahuan tentang pembatasan intake cairan pada
“Untuk mengurangi rasa haus pasien tidak dianjurkan kedua kelompok sama-sama mengalami peningkatan,
mengkonsumsi air dingin” masing-masing sebesar 20,0%. namun pada kelompok treatment perubahannya jauh
Kemudian pengetahuan pembatasan intake cairan dalam lebih tinggi karena dilakukan konseling gizi. Konseling
kategori baik mengalami peningkatan setelah diberikan gizi dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
leaflet pada kelompok kontrol. yang lebih baik14.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan dan Kepatuhan Pembatasan Intake Cairan (Pre-Post Test)
Variabel Treatment Kontrol

Pre Post Pre Post

N % n % n % n %

Pengetahuan
Sedang 7 46,7 1 6,7 4 26,7 2 13,3
  Baik 8 53,3 14 93,3 11 73,3 13 86,7
Kepatuhan
Tidak Patuh 15 100,0 6 40,0 15 100,0 10 66,7
Patuh 0 0,0 9 60,0 0 0,0 5 33,3

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa pada adanya konseling gizi dapat dijadikan metode dalam
awal penelitian semua subjek penelitian dalam kategori mencapai tujuan komunikasi karena melibatkan pemberi
tidak patuh. Kemudian setelah dilakukan konseling gizi dan penerima pesan secara aktif. Komunikasi yang
menggunakan leaflet pada kelompok treatment, kategori memberikan peluang untuk saling tanya jawab, menggali
patuh meningkat. Beberapa yang dikategorikan tidak informasi dan mengklarifikasi akan memudahkan dalam
patuh masih menunjukkan angka penurunan IDWG yang menerima informasi14.
baik. Pada kelompok kontrol yang hanya diberikan leaflet Sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh
saja, kategori patuh juga meningkat yaitu sebanyak hasil ada perbedaan bermakna antara pengetahuan
5 orang (33,3%), sedangkan 10 orang (66,7%) masih dan pembatasan intake cairan setelah diberikan leaflet
dalam kategori tidak patuh yaitu angka IDWG ada yang (p=0,008). Adanya perbedaan pengetahuan pembatasan
menurun, tetap dan ada pula yang meningkat. Hasil ini intake cairan pada kelompok kontrol, menunjukkan bahwa
menggambarkan bahwa masih ≥40% subjek penelitian pemberian leaflet memberikan perubahan pengetahuan
yang tidak patuh pada pembatasan intake cairan. pada pasien CKD yang menjalani HD. Peningkatan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada pengetahuan pada kelompok kontrol dimungkinkan karena
tabel 3, diperoleh hasil ada perbedaan bermakna antara subjek penelitian membacaleaflet berulang kali sehingga
pengetahuan pembatasan intake cairan sebelum dan dapat mempercepat ingatannya11,15.
sesudah konseling gizi menggunakan leaflet(p=0,001).
Tabel 3. Perbedaan Pengetahuan dan Kepatuhan Pembatasan Intake Cairan Sebelum dan
Sesudah Konseling Gizi
Treatment   Kontrol  

Rata-rata±SD Rata-rata±SD
Sig Sig
Variabel
(p) (p)
Pre Post Pre Post

Pengetahuan 81,33±9,35 94,33±6,23 0,001** 84,33±4,95 88,00±5,28 0,008**

Kepatuhan 6,43±1,38 4,13±1,54 0,000* 6,47±1,90 5,13±1,75 0,023**

(*): Uji Paired T-Test (**):Uji Wilcoxon

Berdasarkan tabel 3, diperoleh hasil ada perbedaan Adanya perbedaan kepatuhan pembatasan intake cairan
antara kepatuhan pembatasan intake cairan sebelum dan pada kelompok treatment, menunjukkan bahwa konseling
sesudah konseling gizi menggunakan leaflet (p=0,000). gizi dengan menggunakan leaflet memberikan perubahan

30
Maulida, Efek Konseling Gizi terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan Pembatasan Intake ....

kepatuhan pada pasien CKD yang menjalani HD. Konseling


dinilai efektif karena ada perubahan perilaku14 sehingga
membawa dampak secara klinis.
Pada kelompok kontrol, ada perbedaan bermakna
antara kepatuhan pembatasan intake cairan setelah
diberikan leaflet (p=0,023). Adanya perbedaan kepatuhan
pembatasan intake cairan pada kelompok kontrol,
menunjukkan bahwa pemberian leaflet memberikan
perubahan kepatuhan pada pasien CKD yang menjalani
HD.
Menurut Lawrence Green kepatuhan dipengaruhi
oleh faktor predisposisi salah satunya yaitu tingkat
pendidikan, semakin tinggi pendidikan subjek maka
kepatuhan pembatasan intake cairan semakin baik13. Faktor Gambar 1. Grafik Pengetahuan Pembatasan Intake
predisposisi yang lain yaitu umur yang menunjukkan bahwa Cairan antara Kelompok Treatment dan Kelompok
Kontrol
semakin tua umur pasien semakin tinggi skala demensia
yang diperoleh dan semakin tinggi pula ketidakpatuhan
Hasil ini dapat disimpulkan ada perbedaan pengetahuan
pasien16,17. Oleh karena itu, dapat dimungkinkan pada
secara signifikan terhadap pembatasan intake cairan
kelompok kontrol juga mengalami peningkatan kepatuhan
sebelum dan sesudah konseling gizi antara kelompok
walaupun hanya menggunakan leaflet.
treatment dan kelompok kontrol. Pendidikan kesehatan
Pada awal penelitian pengetahuan tentang pembatasan
secara individual lebih meningkatkan pengetahuan
intake cairan tidak berbeda pada kelompok treatment
dibanding kelompok leaflet. Hal ini karena jika diberikan
dan kontrol (p=0,427). Sesudah penelitian diperoleh
secara individual menghasilkan kontak antar penerima dan
hasil ada perbedaan bermakna antara pengetahuan
pemberi pesan menjadi lebih intensif18. Sedangkan konseling
pembatasan intake cairan sebelum dan sesudah konseling
merupakan salah satu cara untuk memberikan pendidikan
gizi antara kelompok treatment dan kontrol, (p=0,006).
kesehatan dengan sasaran individu dengan kedudukan atau
Peningkatan pengetahuan lebih besar pada kelompok
hubungan secara horizontal, yaitu kedudukan pasien dan
treatment dibandingkan dengan kelompok kontrol (grafik
konselor sejajar yang diharapkan menimbulkan perasaan
pada gambar 1).
yang nyaman dan informasi mudah untuk diterima14.
Tabel 4. Perbedaan Pengetahuan dan Kepatuhan Pembatasan Intake Cairan Sebelum dan Sesudah Konseling
Gizi antara Kelompok Treatment dan Kelompok Kontrol

Pre Post

Rata-rata±SD Rata-rata±SD
Sig Sig
Variabel
(p) (p)
Treatment Kontrol Treatment Kontrol

Pengetahuan 81,33±9,35 84,33±4,95 0,427** 94,33±6,23 88,00±5,28 0,006**


Kepatuhan 6,43±1,38 6,47±1,90 0,619** 4,13±1,54 5,13±1,75 0,109*
(*): Uji Independent T-Test (**):Uji Mann Whitney

Pada awal penelitian kepatuhan pembatasan intake maupun eksternal (lingkungan, organisasi, social budaya,
cairan tidak berbeda pada kelompok treatment dan kontrol sosioekonomi)19. Sedangkan dalam proses konseling
(p=0,619). Sesudah penelitian, diperoleh hasil tidak ada seseorang yang membutuhkan pertolongan (pasien)
perbedaan bermakna antara kepatuhan pembatasan dan seorang petugas konseling akan bertatap muka dan
intake cairan sebelum dan sesudah konseling gizi pada berbicara hingga pasien mampu untuk memecahkan
kelompok treatment dan kelompok kontrol (p=0,109). Tidak masalah yang dihadapinya14.
adanya perbedaan antara pengetahuan pembatasan intake Pada penelitian ini pasien yang menjadi subjek
cairan sebelum dan sesudah konseling gizi pada kelompok penelitian memberikan respon yang baik dalam usaha
treatment dan kelompok kontrol, menunjukkan bahwa pembatasan intake cairan yang telah disesuaikan dengan
kemungkinan terjadi karena pada kelompok treatment yang kebutuhan masing-masing pasien yaitu cairan yang masuk
telah diberikan konseling masih ada yang tidak patuh pada bergantung pada jumlah urin per 24 jam ditambah dengan
pembatasan intake cairan yang dilihat dari IDWG pasien. IWL (500-750 ml)20. Walaupun masih ada pasien yang tidak
Keberhasilan konseling itu sendiri tergantung dari berbagai patuh terhadap pembatasan intake cairan pada kelompok
faktor, baik faktor internal (pendidikan, keahlian, persepsi) treatment, dilihat IDWG ≥4%. Hal ini mungkin karena pada

31
Jurnal Nutrisia, Vol. 20 Nomor 1, Maret 2018, halaman 27-33

pasien CKD terdapat peningkatan kadar angiotensin II DAFTAR PUSTAKA


yang dapat menimbulkan rasa haus, akan tetapi pasien ini 1. World Kidney Day. World Kidney Day. International
tidak bisa mengelola secara normal terhadap haus yang Urology and Nephrology [Internet]. 2015; Available
dirasakan21. from: http://www.worldkidneyday.org/faqs/chronic-
Meskipun secara uji statistik diperoleh hasil tidak ada kidney-disease/
perbedaan bermakna antara kepatuhan pembatasan intake 2. Jha V, Garcia-Garcia G, Iseki K, Li Z, Naicker S, Plattner
cairan sebelum dan sesudah konseling gizi pada kelompok B, et al. Chronic kidney disease: Global dimension and
treatment dan kelompok kontrol, namun terjadi peningkatan perspectives. Lancet [Internet]. 2013;382(9888):260–
kepatuhan yang lebih tinggi pada kelompok treatment 72. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/S0140-
dibandingkan dengan kelompok kontrol berdasarkan 6736(13)60687-X
penurunan IDWG yaitu dilihat dari beda rata-rata sebesar 3. NIDDK. Treatment Methods for Kidney Failure:
2,3 (grafik pada gambar 2). Sehingga dengan melakukan Hemodialysis. 2010; Available from: https://www.niddk.
konseling gizi menggunakan leaflet lebih baik daripada nih.gov/health-information/kidney-disease/kidney-
hanya memberikan leaflet saja. failure/hemodialysis
4. Kamaluddin R, Rahayu E. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kepatuhan Asupan Cairan pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisis di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. J
Keperawatan Soedirman [Internet]. 2009;4(1):20–5.
Available from: http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=
j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ve
d=0CCUQFjAB&url=http://jos.unsoed.ac.id/index.php/
keperawatan/article/download/175/40&ei=K7tQVdGvI
4vi8gXHkIHwAw&usg=AFQjCNEvLx1LVFkHHyrg7Bo
Mayl3dSivMw&sig2
5. Setia Rini, Siti Rahmalia HD APD. Hubungan antara
Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan dalam
Pembatasan Asupan Nutrisi dan Cairan pada Pasien
Gambar 2. Grafik Kepatuhan Pembatasan Intake Cairan Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisa. Progr Stud
antara Kelompok Treatment dan Kelompok Kontrol Ilmu Keperawatan Univ Riau. 2013;16–8.
6. Umayah E. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan
dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan dalam
KESIMPULAN DAN SARAN Pembatasan Asupan Cairan pada Pasien Gagal
Ada perbedaan pengetahuan, kepatuhan pembatasan Ginjal Kronik (GGK) yang Menjalani Hemodialisa (HD)
intake cairan serta intake cairan sebelum dan sesudah Rawat Jalan di RSUD Kabupaten Sukoharjo. Skripsi,
konseling gizi pada Pasien CKD yang menjalani Hemodialisis Universitas Muhamadiyah Surakarta; 2016.
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Tidak ada 7. Hanum R, Nurchayati S, Hasneli Y. Pengaruh
perbedaan kepatuhan pembatasan intake cairan sebelum Pendidikan Kesehatan secara Individual tentang
dan sesudah konseling gizi antara kelompok treatment Pembatasan Asupan Cairan terhadap Pengetahuan
dan kontrol pasien CKD yang menjalani Hemodialisis di tentang Pembatasan Cairan dan IDWG (Interdialytic
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarindanamun terjadi Weight Gain) pada Pasien Hemodialisis. Jom.
peningkatan kepatuhan yang lebih tinggi pada kelompok 2015;2(2):1427–34.
treatment. 8. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman PGRS
Perlu adanya kebijakan pemberian program intervensi Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Vol. 53. Jakara; 2013.
konseling gizi yang berkesinambungan dengan mengatur 1689-1699 p.
frekuensi konseling untuk meningkatkan pengetahuan dan 9. Sucipto A. Efektivitas Konseling DM Dalam
kepatuhan pasien Meningkatkan Kepatuhan Diet DM pada Diabetes
Bagi Pasien, harus memahami dan mentaati Melitus Tipe 2. Med Respati. 2014;
pola pembatasan intake cairan yang sesuai dengan 10. Howren MB, Kellerman QD, Hillis SL, Cvengros J,
rekomendasi ahli gizi maupun tenaga medis lainnya. Lawton W, Christensen AJ. Effect of a Behavioral Self-
Bagi Peneliti Lain perlu adanya penelitian lebih lanjut Regulation Intervention on Patient Adherence to Fluid-
mengenai efek konseling gizi terhadap pengetahuan Intake Restrictions in Hemodialysis: a Randomized
dan kepatuhan pembatasan intake cairan pada pasien Controlled Trial. Ann Behav Med. 2016;50(2):167–76.
CKD yang menjalani HD dengan memperhatikan sikap, 11. Larasari P. Pengaruh Konseling dengan Bantuan Media
dukungan keluarga dan dilakukan pendekatan secara Leafleat terhadap Pengetahuan Penggunaan Antibiotik
longitudinal. pada Masyarakat Patrang Kabupaten Jember. Skripsi,
Universitas Jember; 2015.

32
Maulida, Efek Konseling Gizi terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan Pembatasan Intake ....

12. Anita DC, Novitasari D. Kepatuhan Pembatasan record.uri?eid=2-s2.0-79955935618&partnerID=40&


Asupan Cairan terhadap Lama Menjalani Hemodialisa. md5=6f72a97abd61717ecd9c1ccd45c5b038
In: Prosiding Seminar Nasional & Internasional. 2017. 17. Hakiki AF. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
p. Vol. 1, No. 1. Kepatuhan Asupan Cairan dan Nutrisi pada Klien
13. Fatmah Mardjun, Zuhriana K. Yusuf AA. Faktor yang Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Berhubungan dengan Kepatuhan Pembatasan Asupan Doctoral dissertation. Doctoral dissertation, STIKES
Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang ’Aisyiyah Yogyakarta; 2015.
Hemodialisa RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota 18. Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat : Ilmu & Seni.
Gorontalo. Doctoral dissertation. Doctoral dissertation, Jakarta: Rineka Cipta; 2007. 144 p.
Universitas Negeri Gorontalo; 2014. 19. Octa P I, Tjahjono D.K. K, Nuggetsiana S A. Pengaruh
14. Cornelia, Sumedi E dkk. Konseling Gizi. 3rd ed. Frekuensi Konseling Gizi dan Gaya Hidup Terhadap
Jakarta: Penebar Swadaya Grup; 2016. 9-42 p. Indeks Massa Tubuh, Lingkar Pinggang, Tekanan
15. Kawuriansari R, Fajarsari D, Mulidah S. Studi Efektifitas Darah, dan Glukosa Darah pada Penderita Diabetes
Leaflet Terhadap Skor Pengetahuan Remaja Putri Mellitus. 2011;1–19.
Tentang Disminorea di SMP Kristen 01 Purwokerto 20. Almatsier S. Penuntun Diet. 25th ed. Almatsier S,
Kabupaten Banyumas. J Bidan Prada. 2010;1(1):108– editor. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2010.
22. 178-179 p.
16. Kugler C, Maeding I, Russell CL. Non-adherence in 21. Kuniawati desak putu, Widyawati ika yuni, Mariyanti H.
patients on chronic hemodialysis: An international edukasi dalam meningkatkan kepatuhan intake cairan
comparison study. J Nephrol [Internet]. 2011;24(3):366– pasien penyakit ginjal kronik (PGK) on hemodialisis.
75. Available from: https://www.scopus.com/inward/ 2014;1–7.

33

You might also like