Brain Gym
Brain Gym
Brain Gym
ABSTRACT
Introduction: The degradation of cognitive function present early dementia in elderly. Brain gym is
one of the alternative implementation to improve the cognitive function of elderly. The objective of
this study was to analyze the effect of brain gym to the improvement of cognitive function in elderly.
Method: This study used Quasy Experimental design. The populations were elderly in Social Service
Unit Tresna Werdha Lamongan. The samples were recruited using purposive sampling, consist of 30
respondents, taken according to the inclusion criteria. Samples then divided into 2 groups, experimental
groups and control groups. The independent variable of research this study was brain gym and the
dependent variable was cognitive function at elderly. Data were collected by using MMSE score and
then analyzed using Wilcoxon Signed Rank Test and Mann Whitney Test with level of significance α
≤ 0.05. Result: Result showed that there is an effect of brain gym to the improvement of cognitive
function in elderly (p = 0.001). The difference of cognitive function also seen between experimental
groups and control groups (p = 0.001). Discussion: The conclusion of this research is brain gym
improve cognitive function in elderly. The simple movement of brain gym able to coordinate the brain
function so the brain activity become more optimal hence the improvement of memory function, recall
and concentration.
79
Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 79–86
25% (Silvia, 2008). Brain gym (senam otak) mengalami penurunan kognitif sampai usia
merupakan latihan yang terangkai dari gerakan 75 tahun.
tubuh yang dinamis, yang memungkinkan Korteks serebral adalah daerah otak
keseimbangan aktivitas kedua belahan otak yang paling besar dipengaruhi oleh kehilangan
secara bersamaan. Gerakan ini merangsang neuron. Perubahan dalam sistem neurologis
seluruh bagian otak untuk bekerja. Senam otak, dapat termasuk kehilangan dan penyusutan
mengaktifkan tiga dimensi, yakni lateralitas- neuron, dengan potensial 10% kehilangan yang
komunikasi, pemfokusan-pemahaman, dan diketahui pada usia 80 tahun. Sistem neurologis
pemusatan-pengaturan (Dennison, 2002). terutama otak adalah suatu faktor utama dalam
Dampak positif senam otak pada lansia, penuaan yang adaptif. Neuron menjadi semakin
setelah 2 bulan pelaksanaan senam otak terjadi kompleks dan tumbuh seiring kita dewasa,
peningkatan fungsi memori, konsentrasi, atensi tetapi neuron tersebut tidak dapat mengalami
dan kewaspadaan untuk mengurangi pikun regenerasi. Penelitian yang dilakukan dewasa
(Lihardo, 2005). Penelitian tentang pengaruh ini pada otak menunjukkan bahwa walaupun
senam otak terhadap peningkatan fungsi neuron mengalami kematian, hubungan di
kognitif belum pernah dilakukan. antara sel yang tersisa meningkat dan mengisi
Umur harapan hidup di Indonesia tahun kekosongan tersebut. Keadaan ini mendukung
2000 mencapai lebih dari 70 tahun (Darmojo, kemampuan lansia untuk terus terlibat dalam
1999). Jumlah usia lanjut pada tahun 2000 tugas kognitif seperti yang dilakukannya
sebesar 7,28% dan diproyeksikan sebesar pada beberapa tahun sebelumnya, walaupun
11,34% pada tahun 2020 (BPS, 1992). Data secara perlahan. Perubahan struktural yang
USA-Bureau of the Census, menyatakan paling terlihat terjadi pada otak itu sendiri,
Indonesia diperkirakan akan mengalami walaupun bagian lain dari sistem saraf pusat
pertambahan warga lansia terbesar di dunia, (SSP) juga terpengaruh. Perubahan ukuran
antara tahun 1990–2025, yaitu sebesar 414% otak yang diakibatkan oleh atrofi girus dan
(Kinsella & Taeuber, 1993 dalam Darmojo, dilatasi sulkus dan ventrikel otak (Stanley,
2006). Menurut penelitian di Inggris terhadap 2006). Berat otak akan menurun sebanyak
10.255 orang, terdapat lansia dengan gangguan sekitar 10% pada penuaan antara umur
fisik seperti anthrosis atau gangguan sendi 30 sampai 70 tahun (Darmojo, 2006). Dari
(55%), keseimbangan berdiri (50%), fungsi banyak penelitian diterima secara luas bahwa
kognitif pada susunan saraf pusat (45%), kecepatan memproses informasi mengalami
penglihatan (35%), pendengaran (35%), penurunan pada masa dewasa akhir.
kelainan jantung (20%), sesak napas (20%), Penelitian lain membuktikan bahwa orang
serta gangguan miksi (ngompol) (10%) dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan
(Sulianti, 2000). Darmojo mengatakan, para kembali informasi yang telah disimpan dalam
lansia umumnya mengalami kemunduran ingatannya. Kecepatan memproses informasi
mental-psikologik. Hasil penelitiannya pada secara pelan-pelan memang akan mengalami
tahun 1997 menunjukkan, mereka yang penurunan pada masa dewasa akhir, namun
mengalami penurunan daya ingat (kognitif) faktor individual differences juga berperan
mencapai 50,3 persen, kesepian (20,4), dalam hal ini. Denney (1986) menyatakan
sulit tidur (21,3), dan depresi (4,2). Itu bahwa kebanyakan tes kemampuan mengingat
semua merupakan gejala dini kelainan mental dan memecahkan masalah mengukur bagaimana
(demensia) alzheimer. Berdasarkan data di Unit orang dewasa lanjut melakukan aktivitas
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Lamongan yang abstrak atau sederhana (Juliani, 2008).
didapatkan, bahwa sampai bulan November Orang yang mengalami gangguan pada sistem
tahun 2008 jumlah penghuni panti sebanyak 47 transmisi (neurotransmitter) sel-sel saraf pusat
lansia. Berdasarkan tes MMSE yang dilakukan otak nantinya dapat mengakibatkan gangguan
untuk mengetahui kemampuan kognitif lansia, mental dan perilaku (mental disorder and
didapatkan hasil sebanyak 30 lansia yang behaviour disorder) salah satu akibatnya adalah
80
Senam Otak Meningkatkan Fungsi Kognitif Lansia (Ah. Yusuf)
melemahnya fungsi kognitif yang meliputi Menurut Sapardjiman (2003), senam otak
kemampuan memecahkan masalah, memori, merupakan latihan yang terangkai dari gerakan
perhatian dan bahasa sumber daya manusia tubuh yang dinamis, yang memengaruhi
yang bersangkutan (Dadang, 2003). Dari keseimbangan aktivitas kedua belahan otak
penelitian diketahui bahwa ada fungsi otak yang secara bersamaan.
sedikit saja mengalami perubahan atau tidak
mengalami perubahan dengan melanjutnya
BAHAN DAN METODE
usia, misalnya dalam menyimpan (storage)
informasi (Lumbantobing, 2001). Tidak hanya Desain penelitian yang digunakan adalah
terdapat di Indonesia, kebanyakan orang di quasy-experiment pre-post test control group
dunia memang hidup dengan mengandalkan design. Populasi di dalam penelitian ini adalah
otak kiri. Jumlah mereka ada sekitar 80 sampai seluruh lansia yang tinggal di Panti Werdha
85 persen. Sebagian di antaranya memang tidak sebanyak 47 lansia. Sampel sebanyak 30 lansia
didominasi otak kiri saja, tetapi campuran diambil dengan purposive sampling dengan
antara keduanya. Sisanya, 15–20 persen adalah kriteria lansia berumur 60–75 tahun serta sehat
para pengguna otak kanan. fisik dan mental. Variabel independen dalam
Penurunan kognitif ini dapat diperbaiki penelitian ini metode senam otak (Brain Gym),
dengan diberikan senam otak. Biasanya latihan sedangkan variabel dependen yang digunakan
ini yang dianjurkan empat kali seminggu, fungsi kognitif lansia. Penelitian ini akan
masing-masing sekitar 15–20 menit. Brain dilaksanakan di Unit Pelayanan Sosial Tresna
Gym mengoptimalkan otak belahan kanan Werdha Lamongan pada tanggal 17 Desember
secara garis besar bertugas mengontrol 2008 sampai dengan 18 Januari 2009.
badan bagian kiri, serta berfungsi untuk Proses pengambilan dan pengumpulan
intuitif, merasakan, bermusik, menari, kreatif, data selama penelitian diperoleh dengan
dan melihat keseluruhan. Otak kanan juga melakukan observasi. Instrumen yang
mendorong manusia untuk bersosialisasi, digunakan untuk menilai fungsi kognitif adalah
komunikasi, interaksi dengan manusia lain, Mini Mental State Examination (MMSE).
Setyopranoto & Lamsudin (1999) dalam Santi
serta pengendalian emosi. Pada otak kanan ini
Martini (2005) menyebutkan bahwa dalam tes
pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan
MMSE ini terdapat lima domain dari fungsi
merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh.
kognitif yang dinilai yaitu orientasi, registrasi,
Otak belahan kiri secara garis besar bertugas
perhatian dan berhitung serta kemampuan
mengatur badan bagian kanan yang berfungsi
bahasa. Menurut McDowell et al. (1996),
untuk berpikir logis, rasional, menganalisis,
tes MMSE terdiri atas 11 item yang dibagi
kemampuan menulis dan membaca, berbicara,
dalam dua bagian, bagian pertama meliputi
berorientasi pada waktu, dan hal-hal yang rinci.
respon verbal terhadap orientasi, memori, dan
Otak kiri juga merupakan pusat matematika
perhatian. Bagian kedua meliputi membaca dan
(Sapardjiman, 2003). Brain Gym bukanlah
menulis serta kemampuan mencakup nama,
suatu terapi melainkan suatu metode untuk
mengikuti perintah secara verbal dan tertulis,
membantu mengakses potensi otak. Prinsip
menulis kalimat, menggambar kembali suatu
dasarnya adalah bagaimana bergerak itu bisa
poligon (Tabel 1). Nilai MMSE 27–30 = fungsi
menstimulasi otak. Gerakan senam otak bisa
kognitif baik, nilai MMSE 22–26 = fungsi
membantu menyeimbangkan kedua belahan
kognitif cukup, nilai MMSE <21 = fungsi
otak, mempertajam konsentrasi, meredakan kognitif kurang.
ketegangan otot (relaksasi), mempertajam Senam otak (Brain Gym) diajarkan kepada
daya ingat. Dampak senam otak tidak saja responden berdasarkan Standar Operasional
akan memperlancar aliran darah dan oksigen Prosedur (SOP). Senam otak diberikan
ke otak, tetapi juga merangsang kedua belahan sebanyak 4 kali dalam seminggu selama
otak untuk bekerja (Sapardjiman, 2003). 1 bulan dengan durasi waktu tiap pertemuan
81
Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 79–86
Total 30
82
Senam Otak Meningkatkan Fungsi Kognitif Lansia (Ah. Yusuf)
Tabel 2. Tingkat fungsi kognitif lansia di Unit Pelayanan Sosial Tresna Werdha Lamongan
Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol
Pre Post Pre Post Post Post
Rerata 1,20 2,00 1,40 1,07 2,00 1,07
SD 0,41 0,65 0,63 0,26 0,65 0,26
p = 0,001 p = 0,025 p = 0,001
Wilcoxon Signed Rank Wilcoxon Signed Rank Mann-Whitney U-Test
Test Test
Keterangan: SD = Standar Deviasi p = signifikansi
83
Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 79–86
tahun, mempunyai riwayat pendidikan SD dan pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan
mempunyai riwayat pekerjaan swasta. Rerata merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh.
kenaikan skor MMSE mencapai 3–5, jika Otak belahan kiri secara garis besar bertugas
dibandingkan dengan lansia berumur 67–75 mengatur badan bagian kanan yang berfungsi
tahun dan mempunyai riwayat pendidikan untuk berpikir logis, rasional, menganalisis,
tidak sekolah terjadi penurunan skor MMSE kemampuan menulis dan membaca, berbicara,
mencapai 1–4. berorientasi pada waktu, dan hal-hal yang rinci.
Otak besar jika dibelah menjadi otak Otak kiri juga merupakan pusat matematika
kiri dan kanan dan dilihat dari atas tampak (Sapardjiman, 2003).
dipisahkan oleh lekukan yang dalam dan Dalam pertemuan dari berbagai area
memanjang disebut fissura longitudinalis. interpretasi sensorik ini terutama berkembang
Pada dasar lekukan terdapat sekumpulan serat pada sisi otak yang dominan yaitu sebelah sisi
yang menghubungkan kedua belahan otak dan kiri pada hampir semua orang dan area ini
disebut dengan corpus callosum dan di juluki sangat berperan pada fungsi otak yang lebih
sebagai ”jembatan emas atau golden bridge”. tinggi dalam bagian setiap korteks serebri,
Senam otak dapat mencapai brain exrcise fungsi ini kita sebut ”berpikir”. Untuk proses
melalui gerakan crossing the midline. Gerakan berpikir, pemahaman bahasa dan pola ingatan
tubuh, kepala dan bola mata yang menyilang pada area fungsional korteks serebri terdapat
garis tengah tubuh dapat meningkatkan potensi di area wernicke. Bila Area wernicke pada
otak (Sidiarto, 2004). hemisfer dominan seorang yang tumbuh
Lansia mengalami penurunan berat dengan baik mengalami kerusakan, maka
otak berkisar sampai 10% pada usia 30–70 penderita akan kehilangan hampir seluruh
tahun. Volume otak yang berkurang sejalan fungsi berpikir, pola ingatan yang berhubungan
dengan penuaan memengaruhi penyusutan dengan bahasa (Guyton dan Hall, 1997).
neuron sel-sel otak. Penyusutan neuron ini Senam otak sendiri bertujuan untuk
akan memengaruhi kinerja dari korteks serebri. menjaga keseimbangan kinerja antara otak
Sebagian besar penyimpanan informasi dan kanan dan kiri tetap optimal. Senam otak
proses berpikir terjadi di dalam korteks memberikan stimulus perbaikan pada serat-
serebri. Penyimpanan informasi merupakan serat di corpus callosum yang menyediakan
proses yang disebut daya ingat (memori). banyak hubungan saraf dua arah antara area
Penurunan kemampuan korteks serebri akan kortikal kedua hemisfer otak, termasuk
mengakibatkan gangguan sistem transmisi hypokampus dan amygdala. Gerakan senam
neurotransmitter yang dapat mengakibatkan otak mengaktifkan kembali hubungan saraf
gangguan mental dan perilaku sehingga antara tubuh dan otak sehingga memudahkan
berakibat pada penurunan fungsi kognitif. aliran energi elektromagnetik ke seluruh tubuh.
Penurunan fungsi kognitif lansia dapat Gerakan ini menunjang perubahan elektrik
diberikan terapi senam otak. Di dalam aplikasi dan kimiawi yang berlangsung pada semua
metode senam otak terdapat dimensi pemusatan kejadian mental dan fisik (Dennison, 2008).
untuk sistem limbis (midbrain) dan otak besar Peranan hipokampus dalam konsolidasi
(cerebral cortex) (Dennison, 2008). Di dalam sebagai sistem referensi silang, yang
korteks serebri terdapat area fungsional yang mengkaitkan aspek memori tertentu yang
membagi fungsi dari masing-masing hemisfer disimpan dibagian otak yang terpisah sehingga
kanan dan kiri. Brain gym mengoptimalkan otak dapat meningkatkan kandungan asam nukleat
belahan kanan yang secara garis besar bertugas dalam perubahan memori neuron. Sinaps
mengontrol badan bagian kiri, serta berfungsi berpengaruh dalam mengolah informasi atau
untuk intuitif, merasakan, bermusik, menari, data yang diterima sehingga manusia akan
kreatif, dan melihat keseluruhan. Otak kanan menyimpan informasi dalam memorinya.
juga mendorong manusia untuk bersosialisasi, Penyimpanan informasi merupakan proses yang
komunikasi, interaksi dengan manusia lain, kita sebut daya ingat dan juga merupakan fungsi
serta pengendalian emosi. Pada otak kanan ini dari sinaps. Sinaps adalah tempat hubungan
84
Senam Otak Meningkatkan Fungsi Kognitif Lansia (Ah. Yusuf)
85
Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 79–86
Lumbantobing, S.M., 2001. Neurogeriatri. Sidiarto, L.D., 2004. Rekreasi Terapeutik untuk
Jakarta: Penerbit FKUI, hlm. 158–170. Warga Senior. Disampaikan dalam
Lumbantobing, S.M., 2001. Kecerdasan pada Semiloka Kesehatan dan Kesejahteraan
Usia Lanjut dan Dimensia. Jakarta: Sosial Lansia, Cimahi 21 Februari
Fakultas Kedokteran Universitas 2004.
Indonesia. Stanley, M., 2006. Perawatan pada Lansia.
Setyopranoto et al., 2000. Peranan Stroke Jakarta: EGC.
Iskemik Akut terhadap Timbulnya Watson, R., 2003. Perawatan pada Lansia.
Gangguan Fungsi Kognitif di RSUD Jakarta: EGC.
Dr. Sardjito Yogyakarta. Berkala Neuro
Sains 2(1), 34–227.
86