The Effect of Brain Gym To The Improveme D5717cba
The Effect of Brain Gym To The Improveme D5717cba
The Effect of Brain Gym To The Improveme D5717cba
2, Juli 2014
DOI: 10.26699/jnk.v1i2.ART.p087-092
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup lansia mengalami penurunan fungsi (Nugroho,
manusia yang akan dialami setiap individu 2008). Perubahan biologis yang terlihat sebagai
secara alamiah. Menjadi lansia berarti seseorang gejala kemunduran fisik antara lain kulit yang
telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu mulai mengendur, timbul keriput, rambut
anak, dewasa hingga tua. Pada fase ini lansia memutih, gigi mulai ompong, pendengaran dan
banyak mengalami perubahan baik secara fisik penglihatan mulai berkurang, mudah lelah,
maupun mental khususnya kemunduran dalam gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta
berbagai fungsi tubuh dan kemampuan yang penimbunan lemak terutama di perut dan
pernah dimilikinya (Soejono, 2000). Menurut pinggul. Selain itu, lansia juga mengalami
Smith (1999), lansia dibagi menjadi tiga yaitu perubahan psikologis misalnya kesepian, takut
young old (65 – 74 tahun), middle old (75 – 84 kehilangan kebebasan, takut menghadapi
tahun), dan old – old (lebih dari 85 tahun) kematian, depresi, cemas dan mengalami
(Tamher & Noorkasiani, 2011). penurunan daya ingat (Maryam, 2008).
Lansia mengalami penuaan (aging Berdasarkan data dari Badan Pusat
proses) sebagai proses berkurangnya daya tahan Statistik (BPS) tahun 2012 menjelaskan bahwa,
tubuh menghadapi rangsangan dari dalam di Indonesia angka pertumbuhan lansia terus
maupun dari luar tubuh. Hal ini terjadi karena meningkat setiap tahun dengan rata – rata
lansia mengalami kehilangan jaringan pada otot, populasi usia lanjut adalah 3,9% pertahun. Pada
susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh tahun 2010 presentase populasi lansia mencapai
90
Amtonis dan Fata, Pengaruh Senam Otak…91
7,56%. Kemudian pada tahun 2011 angka ini Salah satu upaya untuk meningkatkan
meningkat menjadi 7,58%. Berdasarkan jenis fungsi kognitif lansia adalah dengan senam otak
kelamin, pada tahun 2012 jumlah lansia (brain gym). Verany (2013), telah meneliti
terbanyak adalah perempuan (perempuan = bahwa ada pengaruh senam otak (brain gym)
8,2% ; laki-laki = 6,9%). Menurut organisasi terhadap peningkatan fungsi kognitif. Jumlah
kesehatan dunia (WHO, 1998) diperkirakan 121 sampel yang di diteliti sebanyak 14 orang,
juta lansia mengalami penurunan fungsi dengan golongan umur 45-90 tahun. Senam otak
kognitif, dari jumlah itu sebanyak 5,8% lansia dilakukan 1 kali selama 30 menit. Hal ini juga
laki – laki dan 9,5% lansia perempuan (Ahmad didukung oleh hasil penelitian dari Festi (2010),
Djojosugito, 2008). yang mengatakan bahwa ada pengaruh senam
Penurunan fungsi kognitif atau daya otak (brain gym) terhadap peningkatan fungsi
ingat adalah menurunnya kemampuan dalam kognitif (daya ingat) lansia. Jumlah sampel yang
proses berpikir atau mengingat kembali suatu diteliti sebanyak 20 orang, terbagi dalam 2
kejadian atau peristiwa baik jangka pendek kelompok yaitu 10 responden sebagai kelompok
maupun jangka panjang, yang sering terjadi pada perlakuan dan 10 responden sebagai kelompok
lansia. Folstein et al, 1975 mengatakan bahwa, kontrol dengan golongan usia 45-59 tahun.
penurunan fungsi kognitif pada lansia terdiri dari Senam otak dilakukan 2 kali sehari yakni
beberapa aspek, salah satunya yaitu aspek menjelang dan setelah bangun tidur. Dari kedua
mengingat kembali. Hal ini disebabkan karena hasil penelitian tersebut di atas dapat
berkurangnya jumlah sel secara anatomis, disimpulkan bahwa apabila senam otak (brain
kurangnya aktivitas, dan kurangnya asupan gym) sering dilakukan pada lansia maka akan
nutrisi (Maryam, 2008). Penurunan fungsi mengalami peningkatan yang jauh lebih baik.
kognitif yang paling ringan adalah mudah lupa Supardjiman (2005) mendefinisikan
(forgetfulness). Gejala mudah lupa diperkirakan senam otak sebagai rangkaian latihan gerakan
dikeluhkan oleh 39% lanjut usia yang berusia 50 sederhana yang dapat memperbaiki konsentrasi,
– 59 tahun, meningkat menjadi lebih dari 85% meningkatkan rasa percaya diri, menguatkan
pada usia lebih dari 80 tahun. Masuk pada fase motivasi belajar, serta lebih mampu
ini seseorang masih bisa berfungsi normal mengendalikan stress. Senam ini mendorong
walaupun mulai sulit mengingat kembali keseimbangan aktifitas kedua belahan otak
informasi yang telah dipelajari. Jika penduduk secara bersamaan, memperlancar aliran darah
berusia 60 tahun di Indonesia berjumlah 7% dari dan oksigen ke otak, serta memperbaiki
seluruh penduduk, maka keluhan mudah lupa kemampuan struktur dan fungsi otak agar tetap
tersebut diderita 3% populasi di Indonesia berkembang karena stimulasi.
(Wreksoatmodjo 2012). Gangguan mudah lupa Gerakan senam otak (brain gym) memberikan
berlanjut dari gangguan kognitif ringan (mild rangsangan atau stimulasi pada kedua belahan
cognitive impairment-MCI) sampai ke demensia otak yang dikoordinasikan secara fisiologis
sebagai bentuk klinis yang paling berat. Kondisi melalui korpus kolosum, sehingga bisa
tersebut sangat berbahaya karena dapat meningkatkan daya ingat dan fungsi kognitif
mengganggu kegiatan sehari – hari lansia lainnya (Paul, 2004). Berdasarkan uraian dari
(Maryam, 2008). latar belakang di atas maka penulis tertarik
Berdasarkan data yang didapatkan di untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh
UPT PSLU Blitar pada bulan April, didapatkan senam otak terhadap peningkatan fungsi kognitif
bahwa lansia yang mengalami gangguan fungsi pada lansia di UPT PSLU Blitar”.
kognitif ringan sebanyak 15 orang lansia (27%), Rumusan masalah dalam penelitian ini
gangguan fungsi kognitif sedang sebanyak 18 adalah bagaimana pengaruh senam otak terhadap
orang (33%), gangguan fungsi kognitif berat peningkatan fungsi kognitif pada lansia di UPT
sebanyak 4 orang lansia (7%), dan fungsi PSLU Blitar?. Tujuan umumnya adalah
kognitif baik sebanyak 17 orang (31%) dari 55 Menjelaskan pengaruh senam otak terhadap
lansia secara keseluruhan. Gangguan fungsi peningkatan fungsi kognitif pada lansia di UPT
kognitif yang dialami lansia di UPT PSLU Blitar PSLU Blitar . Sedangkan tujuan khususnya
terbanyak yaitu gangguan fungsi kognitif sedang adalah (1) Mengidentifikasi fungsi kognitif
sebanyak 33%. lansia sebelum diberikan senam otak, (2)
Mengidentifikasi fungsi kognitif lansia setelah
92 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, Nomor 2, Juli 2014, hlm. 90 - 96
adalah penurunan fungsi kognitif. Dari hasil penting dalam memelihara fungsi otak
penelitian sebelum dilakukan senam otak (Czonkowska, 2003).
membuktikan bahwa sebagian besar lansia telah Diketahui pula bahwa lansia yang
mengalami penurunan fungsi kognitif. Hal ini berpendidikan rendah lebih banyak mengalami
diperkuat oleh Pramanta, (2009) yang penurunan kognitif. Semakin tinggi tingkat
mengatakan bahwa kemampuan kognitif lansia pendidikan lansia akan semakin luas daya
berubah atau menurun secara perlahan pikirnya sehingga kognitif lansia semakin
bersamaan dengan lajunya proses penuaa. terampil dalam hal berpikir. Terlihat bahwa
Menurut WHO (1998), prevelensi gangguan kebanyakan responden ketika berkomunikasi
kognitif meningkat sejalan dengan dengan lawan bicara seringkali tidak memahami
bertambahnya usia, pada usia 60 – 70 tahun isi percakapan dari lawan bicara, serta rasa
terjadi penurunan kurang dari 3% dan menjadi keingintahuan lansia yang kurang. Ini
25% pada usia 85 tahun ke atas. Hasil penelitian disebabkan karena pengetahuan yang dimiliki
Scanlan et al, 2007 menunjukkan bahwa lansia juga terbatas sehingga wawasan berpikir
penurunan fungsi kognitif sebesar 16% pada pun minim. Menurut Ramdhani (2012), bahwa
kelompok umur 65-69 tahun, 21% pada tingkat pendidikan yang telah dicapai seseorang
kelompok umur 70-74 tahun, 30% pada umur secara tidak langsung dapat berpengaruh
75-79 tahun, dan 44% pada umur 80 tahun ke terhadap fungsi kognitif seseorang terlebih bila
atas. Maka terlihat adanya hubungan positif tingkat pendidikan yang ditempuh sangat
antara usia dan penurunan fungsi kognitif pada rendah. Karena tingkat pendidikan yang rendah
lansia. Menurut Kuczynski (2009), menyebutkan merupakan salah satu indikator terjadinya
bahwa walaupun tanpa adanya penyakit penurunan kognitif pada lansia. Hal ini juga
neurodegeneratif, jelas terdapat perubahan diperkuat oleh Scanlan (2007), bahwa
struktur otak manusia seiring bertambahnya usia Kelompok dengan pendidikan rendah tidak
yang mengakibatkan lansia mengalami pernah lebih baik dibandingkan kelompok
penurunan fungsi kognitif. dengan pendidikan lebih tinggi
Berdasarkan hasil penelitian ini, Data demografi juga menunjukan pekerjaan
menunjukan sebanyak 2 orang responden lansia terbanyak adalah wiraswasta. Searah
memiliki fungsi kognitif baik. Melalui hasil dengan kemajuan teknologi biasanya orang usia
pengamatan peneliti menunjukkan bahwa lanjut, sesuai dengan kompetensi yang dimiliki,
responden tersebut memiliki motivasi hidup cenderung bekerja dengan jenis pekerjaan yang
yang tinggi. Hal ini didukung oleh Mariam belum mengarah ke orientasi kognitif, seperti
(2008), yang mengatakan bahwa kurangnya generasi sesudahnya (Hultsch, Hammer &
motivasi juga mengakibatkan penurunan fungsi Small, 1993 dalam Fadhia, 2012). Hal ini juga
kognitif pada lansia. Bahkan menurut Pramanta, menjadi salah satu penyebab lansia mengalami
(2009) mengatakan bahwa 50% dari seluruh penurunan kognitif. Adanya lansia berada di
populasi lansia menunjukan fungsi kognitif panti maka memudahkan lansia mengalami
masih baik. penurunan kognitif karena aktivitas lansia yang
Berdasarkan data demografi menunjukan sebelumnya aktif akhirnya harus dibatasi sesuai
bahwa perempuan lebih berisiko mengalami kemampuan dari setiap individu yang berada di
penurunan fungsi kogitif. Hal ini terlihat dari panti. Hal ini dikatakan Sidiarto (1999), bahwa
hasil pengamatan yang menunjukan bahwa pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi fungsi
sebagian besar lansia perempuan kurang kognitifnya, dimana perbedaan yang terus-
menjalin hubungan baik antar sesamanya. Hal menerus melatih kapasitas otak dan dapat
ini memungkinkan lansia banyak berdiam diri membantu mencegah terjadinya penurunan
karena tidak memiliki banyak teman untuk fungsi kognitif dan mencegah terjadinya
mengobrol dan mengakibatkan pengalaman dan demensia.
pikiran lansia pun kurang terasah dengan baik Dari penjelasan di atas diketahui bahwa ada
sehingga memudahkan fungsi kognitifnya ikut beberapa faktor penting yang sangat
menurun. Diketahui bahwa penurunan hormon berpengaruh terhadap fungsi kognitif lansia,
estrogen pada wanita menopause meningkatkan diantaranya yaitu faktor pendidikan, jenis
resiko mengalami penurunan kognitif, karena kelamin dan pekerjaan seseorang. Pernyataan
hormon ini diketahui memegang peranan tersebut didukung oleh Freidi et al., (1996) yang
94 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, Nomor 2, Juli 2014, hlm. 90 - 96
mengatakan bahwa faktor yang berpengaruh sehingga oksigen akan terserap maksimal. Serta
terhadap fungsi kognitif termasuk faktor unsur gerakan utama pada senam otak adalah
sosiodemografi seperti usia, pendidikan, gerakan menyilang untuk menimbulkan stimulus
pekerjaan dan status menikah. pada otak. Maka senam otak dapat memperbaiki
Kemampuan otak dapat ditingkatkan atau bahkan meningkatkan fungsi otak. Hal ini
dengan memberikan stimulus atau rangsangan didukung oleh teorinya Dennison (2006), yang
ke otak yang dapat meningkatkan kemampuan mengatakan bahwa kegiatan senam otak yang
kognitif melalui gerakan – gerakan ringan. dilakukan secara teratur oleh kelompok lansia
Gerakan yang dapat meningkatkan potensi kerja dapat mencegah dan memperlambat penurunan
otak dan meningkatkan kebugaran tubuh secara daya ingat sebagai akibat proses menua. Senam
umum yaitu dengan melakukan gerakan senam otak dapat meningkatkan aktivitas otak melalui
otak (Markam, 2005). Oleh karena itu dengan gerakan – gerakan sederhana yang dirancang
adanya aktivitas senam otak ini, diharapkan untuk mengaktifkan seluruh bagian otak. Proses
dapat membantu mengatasi atau mengurangi tersebut akan selalu merangsang pusat otak
resiko terjadi penurunan konitif yang sering (brain learning stimulation), yang didalamnya
dialami oleh lansia. terdapat pusat-pusat yang mengurus berbagai
fungsi tubuh.
Fungsi Kognitif Lansia setelah diberikan Menurut Denisson (2004), senam otak
senam otak pada Lansia di UPT PSLU Blitar mengaktifkan seluruh bagian otak untuk
Gambaran fungsi kognitif lansia setelah kemampuan akademik, hubungan perilaku, serta
diberikan senam otak menunjukan bahwa sikap karena pada dasarnya otak terbagi menjadi
kemampuan kognitif lansia setelah dilakukan dua belahan yaitu otak kanan dan otak kiri.
senam otak tergolong kategori fungsi kognitif Masing – masing belahan mempunyai fungsi
baik yaitu sebanyak 15 orang (83%), sedangkan yang berbeda. Otak kiri berhubungan dengan
yang tergolong kategori gangguan fungsi potensi dalam kemampuan kebahasaan (verbal),
kognitif ringan sebanyak 3 orang (17%). kotruksi objek (teknis dan mekanis), temporal,
Hasil penelitian ini terbukti bahwa aktivitas logis, analitis, rasional dan konsep kegiatan yang
senam otak dapat meningkatkan fungsi kognitif terstruktur. Sedangkan otak kanan memiliki
pada lansia. Hal ini didukung oleh teori potensi dalam kemampuan kretivitas
Dennison (2006), yang mengatakan bahwa (kemampuan berinisiatif dan memunculkan ide),
gerakan – gerakan pada senam otak dapat kemampuan visual, potensi intuitif, abstrak dan
memberikan rangsangan atau stimulus pada emosional (berhubungan dengan nilai rasa).
otak. Gerakan yang menimbulkan stimulus
inilah yang dapat meningkatkan kemampuan Pengaruh senam otak terhadap peningkatan
kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, fungsi kognitif pada lansia di UPT PSLU
persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah Blitar.
dan kreativitas). Dari hasil analisa data yang dilakukan
Hal ini terbukti bahwa setelah dilakukan dengan SPSS dan uji statistika menggunakan uji
senam otak pada lansia selama tiga minggu wilcoxon test didapatkan nilai signifikan adalah
setiap hari fungsi kognitif lansia mengalami α = 0,00 maka dapat disimpulkan bahwa
peningkatan dalam hal pengenalan tempat, terdapat perbedaan yang signifikan antara fungsi
waktu, menghitung angka, mengingat, serta kognitif lansia sebelum dilakukan senam otak
atensi. Hal ini didukung oleh penelitian Verany (pre-test) yang mana gangguan fungsi kognitif
(2013) dan Festi (2010), yang mengatakan berat lebih mendominasi dengan hasilnya 50%,
bahwa ada pengaruh senam otak terhadap yang mengalami gangguan fungsi kognitif
peningkatan fungsi kognitif lansia. Senam otak ringan hasilnya 39% dan lansia yang fungsi
mempunyai manfaat besar karena dapat kognitif masih baik sebanyak 11%, dan setelah
menyelaraskan antara anggota gerak dan diberikan senam otak (post-test) fungsi kognitif
pernafasan. Gerakan pada senam otak cenderung lansia yang tergolong kategori gangguan berat
lambat. Hal ini sangat berhubungan dengan berkurang menjadi 0% , kategori gangguan
pernafasan, gerak yang lambat akan diimbangi ringan berkurang menjadi 17% dan rata – rata
dengan pernafasan untuk menghirup dan meningkat menjadi kategori kognitif baik
menghembus udara sedalam – dalamnya, sebanyak 83%.
Amtonis dan Fata, Pengaruh Senam Otak…95
Jurnal Kesehatan
(Http://www.Fik.Umsurabaya .
Ac.Id/diakses 8 Maret 2014).
Kuczynski, B, Jagust, W, Chui, HC., Reed, B
2009, “An Inverse Association of
Cardiovascular Risk and Frontal Lobe
Glucose Metabolism”, Neurology, vol. 72.
Diakses 24 Juni 2014.
Markam, S. 2005. Latihan Vitalisasi Otak
(Senam untuk Kebugaran Fisik Dan
Otak). Jakarta: Grasindo.
Maryam, R.S., et al., 2008. Mengenal Usia
Lanjut dan Perawatnnya. Jakarta:
Salemba Medika.
Martono, HH & Pramanta, K (ed.) 2009. Buku
Ajar Boedhi-Darmojo: Geriatri (Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut), Edisi 4, Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Nugroho, W., 2008 Keperawatan Gerontik dan
Geriatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Ramdhani N. 2012. Gambaran Fungsi Kognitif
Dan Keseimbangan Pada Lansia Di Kota
Manado. KTIS. Manado: FK UNSRAT.
S. Tamher & Noorkasiani, 2011. Kesehatan
Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Sidiarto, LD, Kusumoputro, S 1999, “Mild
Cognitive Impairment (MCI) Gangguan
Kognitif Ringan”, Berkala NeuroSains,
vol. 1
Soejono Heriawan dkk, 2000. Pedoman
Pengelolaan Kesehatan Geriatri untuk
Dokter dan Perawat. Jakarta: Pusat
Informasi Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Verany, dkk., 2013. Pengaruh brain gym
terhadap tingkat kognitif lansia di panti
sosial tresna werdha warga tama
indralaya. Diakses: 11 April 2014