Analisis Pelaksanaan Program Pencegahan Kecurangan (Fraud) Jaminan Kesehatan Nasional Di Puskesmas Kota Semarang
Analisis Pelaksanaan Program Pencegahan Kecurangan (Fraud) Jaminan Kesehatan Nasional Di Puskesmas Kota Semarang
Analisis Pelaksanaan Program Pencegahan Kecurangan (Fraud) Jaminan Kesehatan Nasional Di Puskesmas Kota Semarang
National Health Insurance (NHI) fraud is actions taken by the participants, BPJS
Kesehatan officers, medicines and medical devices providers intentionally by
obtaining financial benefits from the NHI program through fraudulent conduct that
isn’t in accordance with the provisions. In 2017, 26 puskesmas in 14 provinces
have fraud potential of their capita funds. The government is implementing NHI
fraud prevention program at puskesmas, as stated in the PMK RI no. 36 Year
2015. This study aims to analyze the implementation of PMK RI no.36 year 2015
in the Implementation of NHI fraud prevention program in Puskesmas Semarang
City. This research used descriptive qualitative method with purposive sampling
criteria toward 5 main informants and 2 informant triangulation. Processing and
data analysis based on validity and reliability with triangulation. The result of this
research shows that the establishment of NHI fraud prevention team is late
because of SK DKK legality weakness about NHI fraud prevention team, and
commitment of team members. Funding sources have not been allocated
specifically for this program and team members' ignorance on its. The absence of
monev activities, the planning of target, performance, budget, and technical
guidelines from Ministry of Health or Semarang’s specific regulation. And, SKB3
hasn’t give a clear direction. The main cause of this team late establishment is
SK DKK legality weakness about NHI fraud prevention team that affect to
commitment of team members. Ministry of Health is suggested to make technical
guidance related to PMK no. 36 of 2015. Semarang government is suggested to
improve the coordination across sectors, and strengthen SKK DKK with the
Mayor Regulation, so the legality is stronger. DKK Semarang is suggested to
increase commitment and performance of program implementation. Head of
Puskesmas is suggested to socialize prevention of NHI fraud to subordinates.
And BPJS Kesehatan is suggested to increase cooperation
Keywords : National Health Insurance, Fraud Prevention Program,
Puskesmas, Policy Implementation
95
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
96
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
biaya kapitasi dan atau non kapitasi dan fraud ,dan mendeteksi tindak
sesuai dengan standar tarif yang kecurangan yang dilakukan oleh
ditetapkan,sejumlah 5 temuan. pelaku.7 Maka, sesuai PMK no.36
Sedangkan menurut para penegak tahun 2015 DKK harus membangun
hukum untuk pengelolaan dana sistem pencegahan Kecurangan JKN
kapitasi periode 2014-2018 ditemukan di Fasilitas Kesehatan Tingkat
8 kasus korupsi pengelolaan dana Pertama melalui penyusunan
kapitasi puskesmas di 8 daerah, yang kebijakan dan pedoman pencegahan
menimbulkan kerugian negara Kecurangan JKN, pengembangan
mencapai Rp. 5,8 miliar. Selain itu, di pelayanan kesehatan yang
awal Februari tahun 2018, KPK dalam berorientasi kepada kendali mutu dan
pelaksanaan Operasi Tangkap kendali biaya, dan pengembangan
Tangan (OTT) menemukan kasus budaya pencegahan Kecurangan JKN
pengelolaan dana kapitasi di sebagai bagian dari tata kelola
Jombang, dimana Kepala Dinas organisasi dan tata kelola klinis yang
Kesehatan mengumpulkan dana baik, melalui pembentukan tim
kapitasi dari 34 puskesmas untuk pencegahan Kecurangan JKN di
menyuap Bupati Jombang. Dana FKTP. Selain itu, DKK bertujuan untuk
kapitasi yang ditransferkan oleh BPJS menerima Pengaduan tentang fraud. 5
Kesehatan untuk FKTP, terutama Selain itu Kementerian
puskesmas, sangat rentan untuk Kesehatan, Badan Penyelenggara
dikorupsi. Dana kapitasi yang diterima Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
FKTP tahun 2014 sebesar Rp 8 triliun, dan KPK melakukan
2015 sebesar 10 triliun, 2016 sebesar penandatanganan Surat Keputusan
Rp13 triliun, dan terus meningkat Bersama (SKB) mengenai Tim
seiring bertambahnya jumlah peserta Bersama Penanganan Kecurangan
JKN. 6 dalam Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) pada pada bulan
Dalam hal pencegahan fraud,
Agustus 2017. Tim ini bertujuan untuk
dinas kesehatan Kabupaten/Kota
melakukan deteksi awal kecurangan
termasuk dalam institusi yang bekerja
dan cara penyelesaiannya, yang
sama dengan BPJS Kesehatan,
direncanakan bisa diterapkan di tahun
organisasi profesi, dan asosiasi
2018.8
fasilitas kesehatan untuk membangun
Pada era JKN, Puskesmas
sistem pencegahan kecurangan JKN.
merupakan fasilitas pelayanan
Menurut Laksono Trisnantoro, Guru
kesehatan tingkat pertama (FKTP)
Besar Universitas Gajah Mada
yang menyelenggarakan upaya
(UGM), DKK serta Kemenkes
kesehatan masyarakat (UKM) dan
menjadi pihak ketiga ketika jika ada
upaya kesehatan perorangan (UKP)
perselisihan antara BPJS Kesehatan
serta menjalin kerja sama dengan
dan faskes saat adanya dugaan fraud
BPJS Kesehatan untuk menjadi
sehinnga perlu adanya SDM yang
pemberi pelayanan kesehatan tingkat
berkualitas agar dapat
pertama bagi peserta JKN. Selaku
mengidentifikasi teknik-teknik klaim
pelaksana gatekeeper. Implementasi
97
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
98
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
99
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
perencanaan bidang kesehatan harus segi ketaatan, Tim ini kurang menaati
menentukan kebutuhan sumber daya peraturan yang ada, pembentukan tim
untuk menyelesaikan masalah ini harus menunggu inisiasi dari BPJS
tersebut, menetapkan tujuan program Kesehatan, tim jarang melakukan
tesebut, dan menyusun cara praktis rapat, ada anggota yang tidak pernah
demi tercapainya tujuan program. 13 diajak rapat sama sekali. TKMKB lah
yang sering melakukan rapat. Sesuai
Variabel pengorganisasian
dengan PMK No. 36 Tahun 2015 dan
menunjukkan bahwa penyusunan
SK DKK No. 441.91/877,
struktur organisasi dan pembagian
menyantumkan bahwa pembentukan
tugas semua dilakukan oleh DKK
paling lambat 6 bulan setelah
tanpa melibatkan anggota tim yang
diundangkan (30 Apil 2015) dan
lain berdasarkan PMK no. 36 tahun
pelaksanaan tugas ini dilaksanakan
2014 serta SK Dinkes 441.91/877. Hal
oleh semua anggota tim pencegahan
ini sesuai penelitian Sugiana tahun
fraud JKN terhadap Puskesmas ini.
2012, suatu kebijakan akan
Dilihat dari segi komunikasi antar
berpotensi gagal implementasinya
organisasi pelaksana diketahui bahwa
terutama jika kurangnya koordinasi
komunikasi dan koordinasi yang
vertikal atau horizontal antar staff
dilakuan oleh tim ini masih dirasa
maupun antar intansi yang terlibat. 18
kurang baik oleh anggotanya sendiri.
Variabel pelakasanaan dilihat dari Sesuai dengan PMK No. 36 Tahun
segi prestasi kerja menunjukkan 2015 dan Surat Keputusan Kepala
bahwa penyelesaian masalah prestasi Dinas Kesehatan Kota Semarang No.
kerja, akan ditindak secara berjenjang 441.91/877 yang menyebutkan
dari internal tim masing-masing anggota tim pencegahan fraud ini,dan
organisasi tersebut, kemudian tugas nya. Dilihat dari segi
berjenjang keatas. Bisa hingga kepemimpinan, dirasa masih kurang
ditindaklanjuti oleh BKD, inspektorat, berjalan, pelaksanaan tim ini masih
dll sesuai dengan Perwal Semarang diatas kertas saja, pihak BPJS
No. 62 Tahun 2016 Tentang SOTK Kesehatan lebih sering menginisasi
DKK, fungsi DKK Semarang dan rapat dan refreshing daripada pihak
setiap Kasubbag ialah pelaksanaan DKK Semarang (pj dan ketua
penilaian kinerja pegawai dalam program). Hal ini sesuai dengan
lingkup tanggungjawabnya. Dilihat penelitian Nawawi. 2010.
dari segi tanggung jawab, tim kepemimpinan sangat penting dalam
pencegahan fraud JKN ini masih membina, meyakinkan pihak lain agar
dirasa kurang karena dalam bisa menjalankan tugasnya. 20
pelaksanaannya hanya beberapa
Dilihat dari segi pelaksanaan
anggota saja yang aktif. Hal ini sesuai
tugas sosialisasi kebijakan,pedoman,
PMK No. 36 Tahun 2015 dan SK DKK
dan budaya baru yang berorientasi
No. 441.91/877, telah menyantumkan
pada kendali mutu dan kendali biaya,
bahwa pelaksanaan tugas ini
sosialisasi masih belum dilakukan
dilaksanakan oleh semua anggota tim
secara khusus oleh tim pencegahan
pencegahan fraud JKN. 19 Dilihat dari
100
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
fraud ini (oleh DKK dan BPJS penyelesaian masalah ini bisa
Kesehatan), materi yang diberikan dikendalikan oleh OP,BPJS, dan
masih umum (UHC) Sosialisasi DKK. Peran DKK dirasa masih
diperkirakan dilaksanakan sejak tahun kurang, karena BPJS sering bersurat
2017 hingga April 2018. Puskesmas kepada DKK jika menemukan kasus
menyataan sosialisasi hanya indikasi fraud JKN. Namun, sejauh ini
diberikan bacaan mengenai PMK belum ada tindak lanjut yang nyata
fraud yang berlaku, sehingga oleh DKK. Sementara, puskemas
menyebabkan ketidakpahaman dan menyatakan tidak adanya indikasi
kurang optimalnya pelayanan. Hal ini kejadian fraud JKN di Puskesmas
sesuai penelitian Thahir tahun 2011, Kota Semarang.
sosialisasi kebijakan berperan penting
Indikasi dan kejadian fraud JKN di
terhadap dampak pelayanan kepada
Puskesmas Semarang antara lain
masyarakat atau pasien. 21 Dilihat dari
memperpajang hari rawat inap &
segi pelaksanaan tugas mendorong
Pemalsuan data rekam medis :
pelaksanaan tata kelola organisasi
Kecurangan Laporan Keuangan
dan tata kelola klinik yang baik,
dalam bentuk Asset/Revenue
anggota tim pencegahan fraud yang
Overstatement dengan cara
lebih berwenang ialah DKK
pemalsuan bukti transaksi, &
(pembinaan akreditasi Puskesmas)
kecurangan Non-Financial
dan BPJS (syarat kerjasama faskes)
pemanipulasian dokumen internal.
sedangkan anggota yang lain belum
Sementara kejadian fraud yang
melaksanakan tugas ini. Dilihat dari
dilakukan oleh peserta BPJS
segi pelaksanaan tugas melakukan
Kesehatan duplikasi fungsi kartu oleh
upaya pencegahan,deteksi, dan
peserta BPJS Kesehatan, termasuk
penindakan kecurangan JKN di FKTP,
dalam penyalahgunaan Inventoris dan
kegiatan ini masih dilaksanakan
Aset Lainnya atau Misuse. Selain itu
terpisah oleh instansi masing-masing
ada perselisihan antara BPJS
seperti IDI bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan dan Puskesmas seperti
saat menyelesaikan masalah JKN,
telatnya pembayaran kapitasi
adanya pelaporan online DKK yaitu
Puskesmas oleh BPJS Kesehatan.
SIMPUS dan BPJS yaitu P-care.
Sesuai PMK no 36/tahun 2015. Tim Dilihat dari pelaksanaan monev,
harus melakukan peningkatan menunjukkan bahwa Monev tim ini
kemampuan nakes dan manajemen belum dilakukan karena pelaksanaan
yang berhubungan dengan klaim. tim ini belum jelas, namun pihak DKK
Tetapi kegiatan ini belum dilakukan. menyatakan bahwa monev dilakukan
Maka, pelaksanaan kegiatan ini dengan rapat koordinasi 4x setahun.
kurang sesuai. Dilihat dari segi Untuk pembinaan dan pengawasan
pelaksanaan tugas Menyelesaikan pada RS, DKK telah melaksanakan 1
Perselisihan Fraud JKN, terdapat tahun 1x
Indikasi dan kejadian fraud JKN di
Semarang ,namun belum ada yang Variabel penilaian menunjukkan
dibawa ke APH. Sejauh ini bahwa, penilaian untuk tim
101
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
102
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
103
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
104