2246-File Utama Naskah-12850-1-10-20230219

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA BANDUNG

Author
Novia Yuliannisa Nuurjannah
Affiliasi
Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Kota Bandung
Email:
yuliannisanovia@gmail.com

ABSTRACT
The National Health Insurance / JKN aims to protect all Indonesian residents in the
insurance system, so that the government can meet the basic needs of proper public health, to
support this policy to form the Social Security Administering Body / BPJS Kesehatan. This study
seeks to identify and analyze internal and external factors as well as determine the right strategy
in achieving the successful implementation of the national health insurance policy in Bandung
City Hospital. Qualitative with a descriptive research approach. Using primary data and
secondary data. Eleven informants in the study were obtained directly from related officials and
JKN participants, who were conducted with structured and semi-structured interviews as well as
regulations, data related to the implementation of JKN. The data were analyzed using the data
analysis model of Milles and Huberman and presented in the form of a SWOT analysis diagram
and a table of priority strategic issues. Implementation of the JKN policy was not optimal, the
MOU from BPJS Kesehatan was made unilaterally and was unclear, this had an impact on claims
that were not paid, arrears in payments from BPJS to hospitals affected the availability of drugs
and communication between BPJS Kesehatan and hospitals related to regulations was not going
well as well as the role of BPJS Kesehatan as an insurance party that does not socialize to the
community as beneficiaries, where the community does not understand the types of diseases and
types of medicines that are guaranteed and not guaranteed.

Keywords: Implementation, National Health Insurance, Strategy

ABSTRAK
Jaminan Kesehatan Nasional/JKN bertujuan untuk melindungi seluruh penduduk Indonesia
dalam sistem jaminan, sehingga pemerintah dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak, untuk mendukung kebijakan tersebut membentuk Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial/BPJS Kesehatan. Penelitian ini berupaya untuk mengidentifikasi dan
menganalisis faktor internal dan eksternal serta menentukan strategi yang tepat dalam mencapai
keberhasilan implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di RSUD Kota Bandung.
Kualitatif dengan pendekatan penelitian deskriptif. Menggunakan data primer dan data sekunder.
Sebelas informan dalam penelitian diperoleh langsung dari pejabat terkait dan peserta JKN, yang
dilakukan dengan wawancara terstruktur dan semi terstruktur serta regulasi, data terkait
penyelenggaraan JKN. Data dianalisis dengan menggunakan model analisis data Milles and
Huberman dan disajikan dalam bentuk diagram analisis SWOT dan tabel prioritas isu strategis.
Implementasi kebijakan JKN belum optimal, MOU dari BPJS Kesehatan dibuat sepihak dan tidak
jelas, hal ini berdampak pada klaim yang tidak dibayarkan, tunggakan pembayaran dari BPJS ke
rumah sakit mempengaruhi ketersediaan obat dan komunikasi antara BPJS Kesehatan dengan
rumah sakit terkait regulasi tidak berjalan dengan baik serta peran BPJS Kesehatan sebagai pihak
asuransi yang tidak mensosialisasikan kepada masyarakat sebagai penerima manfaat, dimana
masyarakat tidak memahami jenis penyakit dan jenis obat yang dijamin dan tidak dijamin .
Kata Kunci: Implementasi, Jaminan Kesehatan Nasional, Strategi

63
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 5
ayat (1), (2) dan (3) menyatakan bahwa:
(1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan.
(2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau.
(3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
Maka dapat disimpulkan kesehatan adalah hak bagi setiap warga masyarakat yang
dilindungi oleh Undang-Undang. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar
masyarakat, setiap Negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk
mencapai kesejahteraan. Oleh karena itu, perbaikan pelayanan kesehatan pada dasarnya
merupakan suatu investasi sumber daya manusia untuk mencapai masyarakat yang
sejahtera (welfare society).
“Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat
melalui Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bagi upaya kesehatan perorangan”.
Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional meliputi jaminan kesehatan, jaminan
kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian. Sejalan
dengan UU tersebut pada UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial/Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang bersifat wajib (mandatory), dimana setiap orang
mempunyai kewajiban turut serta dalam program tersebut. Tujuannya agar semua
penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga pemerintah dapat
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak. Jaminan Kesehatan
Nasional yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN).
Tanggung jawab Pemerintah Indonesia untuk memberikan perlindungan
kesehatan bagi masyarakat Indonesia diwujudkan melalui Kebijakan Pemerintah
Tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), untuk mendukung Kebijakan tersebut
Pemerintah Indonesia menetapkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, UU ini mengamanatkan bahwa perlu dibentuk
Badan Penyelenggara yang berbentuk badan hukum untuk menyelenggarakan program
jaminan kesehatan. Upaya memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah memberikan
kepercayaan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan yang terdiri dari tiga unsur
yaitu: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Penyelenggara
Pelayanan Kesehatan (PPK) dan masyarakat. Untuk mendukung Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) pada tanggal 1 Januari 2014 diresmikan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) sebagai badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan kesehatan bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Adapun penyelenggara pelayanan kesehatan dalam Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) meliputi seluruh fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

64
yaitu Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang terdiri dari puskesmas, klinik,
praktek dokter dan Rumah Sakit tipe D. Fasilitas Kesehatan Tingkat Dua atau Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) terdiri dari Rumah Sakit tipe C dan B,
di tingkat ini untuk rujukan memiliki sistem rujukan berjenjang. Terakhir Fasilitas
Kesehatan Tingkat 3, Fasilitas Kesehatan pada tingkat ini yaitu Rumah Sakit tipe A
merupakan yang terbaik dan terlengkap dari segi sarana dan prasarana dan disini
merupakan akhir dari rujukan apabila pasien tidak bisa tertangani di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama dan Kedua. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 71 Pasal 15 Tahun 2013, menyatakan bahwa:
“Dalam hal peserta memerlukan pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan atas
indikasi medis, fasilitas kesehatan tingkat pertama harus merujuk ke fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan terdekat sesuai dengan sistem rujukan yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan”. Rumah Sakit sebagai Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan (FKRTL) menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional
yang diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan layak, aman, bermutu dan
terjangkau kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mendukung rumah sakit sebagai
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut untuk menyesuaikan standar pelayanan yang
ditetapkan pemerintah mulai dari prosedur administrasi yang jelas dan mudah,
ketersediaan obat dan peralatan medis, serta pelayanan sesuai standar. RSUD Kota
Bandung sebagai Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) melayani
peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau pasien BPJS Kesehatan yang dirujuk
oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Berikut data kunjungan masyarakat
yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bandung tahun 2018.

Tabel 1.1
Kunjungan Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan Tahun 2018

No Kunjungan Pasien Rawat Jalan Rawat Inap


1 BPJS PBI 26.361 7.757
2 BPJS NON PBI 60.985 6.816
3 SKTM 42 137
4 Umum 30.508 3.556
5 Kontrak 255 31
Jumlah 118.151 18.297
Sumber : Data RSUD Kota Bandung

Data diatas menunjukan kunjungan pasien rawat jalan pada tahun 2018 sejumlah
118.151 yang terdiri dari pasien BPJS 87.346, SKTM 42, umum 30.508, kontrak 255
dan kunjungan pasien rawat inap sejumlah 18.297 terdiri dari pasien BPJS 14.573,
SKTM 137, umum 3.556 serta kontrak 31. Sejalan dengan jumlah kunjungan pasien,
RSUD menjadi pilihan masyarkat kota Bandung untuk berobat terutama peserta
JKN/BPJS Kesehatan dimana jumlah kunjungan pasien BPJS di rawat jalan sejumlah

65
87.346 dan rawat inap sejumlah 15.573, jumlah tersebut jauh lebih banyak dibandingkan
peserta Non BPJS di rawat jalan 30.508 dan rawat inap 3.556.
Pada saat peneliti melaksanakan preliminary study peneliti menemukan indikator
pelayanan rumah sakit yang tergetnya masih belum tercapai, grafik akan ditampilkan
berikut ini :

Grafik 1.1
Indikator Pelayanan Tahun 2015-2018

BOR (%) Av Los (Hari) BTO (Kali) TOI (Hari) NDR (%) GDR (%)
2015 70.89 2.87 85.33 1.25 12.42 21.88
2016 77.17 3.03 94.97 0.88 7.3 20.97
2017 78.39 3.03 92.7 0.88 9.73 23.99
2018 67.85 3.21 73.1 1.61 7.25 22.41

Berdasarkan standar jasa pelayanan kesehatan nasional, data indikator pelayanan


diatas dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan dan mutu serta efisiensi
pelayanan rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal anatara 75- 85% namun BOR
pada tahun 2018 mengalami penurunan berada di 67,85% hal ini menunjukan kurang
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. TOI dan BTO tidak sesuai standar artinya rumah
sakit masih kekurangan Tempat Tidur (TT) untuk memberikan pelayanan yang bermutu,
hal ini terlihat dari TOI yang singkat dan BTO yang tinggi. Adapun rata-rata lama rawat
seorang pasien (AvLos) dan angka kematian kurang 48 jam (NDR) serta angka kematian
kasar (GDR) masih dalam batas normal.
Terbatasnya tempat tidur merupakan salah satu penyebab pelayanan Rumah Sakit
belum optimal, hal ini sesuai dengan pernyataan direktur RSUD Kota Bandung
Exsenvenny Lalopua mengatakan sarana dan prasarana RSUD perlu diperbaiki dan
ditingkatkan, dalam wawancaranya kepada republika.co.id : Venny menyebutkan sarana
dan prasarana RSUD sudah membutuhkan untuk diperbaiki dan ditingkatkan. Hal ini
juga untuk memenuhi standar regulasi fasilitas kesehatan yang setiap tahunnya terus
meningkat. “Area pendukung butuh diupgrade seperti parkir, sarana prasarana apalagi
regulasi fasilitas kesehatan juga terus berkembang. Contohnya Saat ini kita kelas B
kemudian di kelas B ada fasilitas CT Scan, tadinya hanya sebagai penunjang tapi
sekarang jadi kebutuhan, fasilitasnya harus ditingkatkan, tutur Venny. Kamis

66
(05/09/2019), 15:21 WIB.
Selain sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan, adapun keterangan mengenai
indeks kepuasan masyarakat di RSUD Kota Bandung, diperoleh jumlah responden
sebanyak 500 orang dengan nilai rata-rata dari setiap unsur pelayanan dikalikan dengan
penimbang yang sama yaitu 0,11. Data ditampilkan pada tabel berikut ini :

Tabel 1.2
Indeks Kepuasan Masyarakat Per Triwulan I

No Unsur Pelayanan Nilai Unsur Nilai Indeks Nilai Kategori


Pelayanan Unit Konversi
(NRR) Pelayanan
1 Persyaratan (U1) 3,11 3,11 x 0,11 = 77,70 Baik
0,3421
2 Prosedur (U2) 2,99 2.99 x 0,11 = 74,76 Kurang Baik
0,3289
3 Waktu Pelayanan (U3) 2,95 2,95 x 0,11 = 73,65 Kurang Baik
0,3245
4 Biaya Tarif (U4) 3,33 3,33 x 0,11 = 83,25 Baik
0,3663
5 Produk Spesifikasi Jenis 2,90 2,90 x 0,11 = 72,50 Kurang Baik
Pelayanan (U5) 0,319
6 Kompetensi 3,07 3,07 x 0,11 = 76,68 Baik
Pelaksana (U6) 0,3377
7 Perilaku Pelaksanam (U7) 3,13 3,13 x 0,11 = 78,28 Baik
0,3443
8 Sarana Prasarana (U8) 2,80 2,80 x 0,11 = 69,95 Kurang Baik
0,308
9 Penanganan Pengaduan 3,17 3,17 x 0,11 = 79,35 Baik
Saran dan Masukan (U9) 0,3487
Jumlah Nilai Indeks Unit Pelayanan 3,0195 x 25 = 75,4875 -
Nilai IKM setelah di Konversi 76,23
Mutu Pelayanan C
Kinerja Unit Pelayanan Kurang Baik

Sesuai data indeks kepuasan diatas menunjukan mutu pelayanan dan kinerja unit
pelayanan masih kurang baik, namun ada juga lima (5) unsur pelayanan yang sudah
dilaksanakan dengan baik. Seperti persyaratan, biaya/tarif, kompetensi pelaksana,
perilaku pelaksana, penangan pengaduan dan saran.
Kemudian untuk memperjelas pelaksanaan JKN peneliti melakukan wawancara
pada peserta JKN/BPJS Kesehatan di RSUD Kota Bandung. Berdasarkan hasil
wawancara dengan tiga orang peserta BPJS Kesehatan terdapat kesenjangan antara
tujuan JKN yang ditetapkan pemerintah dengan pelaksanaan di lapangan dimana

67
banyaknya prosedur mengenai sistem rujukan dalam pelaksanaan JKN, seperti : satu
surat rujukan hanya berlaku untuk satu jenis penyakit, pemeriksaan penyakit lain tidak
diperkenankan dihari yang sama, kontrol rutin bagi pasien rujukkan hanya satu kali
dalam sebulan, serta kurangnya sosialisasi mengenai prosedur pelaksanaan jaminan
kesehatan nasional kepada peserta JKN/BPJS. Adapun jumlah layanan yang dapat
digunakan oleh pasien BPJS Kesehatan menjadi terbatas, seperti keterbatasan tempat
tidur pasien, keterbatasan obat yang di cover BPJS, keterbatasan fasilitas lahan parkir,
selain itu ketidakpuasan peserta BPJS pada mutu pelayanan, meliputi waktu pelayanan
spesifikasi jenis pelayanan rumah sakit, kurangnya rasa peduli petugas pelaksana dan
sopan santun pada pasien BPJS.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan penelitian deskriptif. Adapun data yang dipergunakan adalah data primer
dan data sekunder, data primer diperoleh melalui wawancara terstruktur dan semi
terstruktur dari aparat terkait dan peserta JKN yang dilakukan dengan wawancara dan
data sekunder merupakan dokumen, peraturan-peraturan yang berkaitan implementasi
JKN. Informan dalam penelitian ini adalah petugas pelaksana/orang yang ahli dan
memahami implementasi JKN dan masyarakat peserta JKN karena sebagai penerima
manfaat langsung dari kebijakan implementasi JKN
Teknik penentuan informan menggunakan purposive sampling dan insidental
sampling meliputi pihak-pihak yang dianggap memiliki informasi dan memahami
tentang implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di RSUD Kota Bandung,
kemudian dikembangkan sesuai dengan informasi yang penulis peroleh di lapangan dan
observasi. Adapun narasumber dalam penelitian ini adalah : Bidang pelayanan medis
dan keperawatan, bidang rekam medis, sub bagian pengembangan SDM, sub bagian
umum dan perlengkapan, sub bagian keuangan dan anggaran, staf bagian kerjasama dan
hubungan masyarakat serta masyarakat peserta JKN.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini observasi langsung dengan
mengamati implementasi JKN pada RSUD Kota Bandung, mulai dari keadaan
bangunan, lingkungan, fasilitas sarana dan prasarana, pelayanan kesehatan serta
kepuasan masyarakat. Instrumen selanjutnya menggunakan wawancara semi struktur
dengan menyiapkan terlebih dahulu pedoman wawancara untuk menentukan arah proses
wawancara. Instrumen terakhir adalah dokumentasi untuk mengetahui catatan atau data
resmi yang berkaitan dengan implementasi kebijakan JKN.
Teknik analisis data menggunakan analisis data model Milles dan Huberman
menggambarkan suatu tindakan cross check atau konfirmasi terhadap kebenaran, yang
digabungkan dari hasil observasi melalui dokumentasi dan hasil wawancara pada
akhirnya menarik satu kesimpulan yang hakiki dari apa yang diteliti dan sebagai hasil
temuan penelitian. Pengolahan data yang akan digunakan adalah analisis SWOT.
Analisis SWOT bertujuan untuk memformulasikan dan mengimplementasikan strategi-
strategi untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini data dikelompokan pada tabel berdasarkan

68
faktor kekuatan internal, faktor kelemahan internal, faktor peluang eksernal dan faktor
ancaman eksternal, dari tabel tersebut maka didapat adanya alternatif strategi (SO),
strategi (ST), strategi (WO) dan strategi (WT). Maka untuk menentukan sejauh mana
strategis isu tersebut penulis menggunakan litmus test oleh Bryson. Isu-isu strategis
merupakan hasil interaksi antara faktor internal dan faktor eksternal yang ada pada
analisis SWOT.

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Analisis Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Kota Bandung
1. Standar dan Sasaran Kebijakan, yang diselenggarakan pemerintah sudah berjalan tetapi
belum optimal. Dimana standar kebijakan merujuk UU dan permenkes tetapi kenyataan di
lapangan berakhir berdasarkan MOU yang ditetapkan oleh BPJS, MOU itu yang menjadi
dasar BPJS dan RS, sampai saat ini MOU yang dikeluarkan, RS harus TTD tanpa tau dasar
nya bagaimana? Karena ada pelayanan di RS yang tidak di bayarkan oleh BPJS padahal
mereka mengeluarkan SEP.
Sasaran kebijakan untuk menjamin peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dasar telah tercapai dapat dilihat dari tabel
kunjungan pasien pd halaman 118 dimana peserta yang berobat/tahap pemulihan di RSUD
hampir 80% adalah pasien BPJS
2. Sumber Daya
• Sumber Daya Manusia
Tabel 4.1
Sumber Daya Manusia RSUD Kota Bandung Tahun 2019

Non
NO TENAGA KERJA PNS PNS PTT Jumlah
1 Struktural 13 - - 13
2 Dokter Spesialis 24 8 4 36
Dokter Gigi Spesialis & Dokter
3 Gigi 6 - - 6
4 Dokter Umum 14 3 4 21
5 Perawat 109 145 - 254
6 Perawat Anesthesi 4 4 - 8
7 Perawat Gigi 6 - - 6
8 Bidan 23 12 17 52
9 Analis Kesehatan 13 12 - 25
10 Bank Darah 1 1 - 2
11 Apoteker 5 7 - 12
12 Assisten Apoteker 12 19 - 31
13 Radiografer 8 1 - 9
14 Nutrisionis 5 - - 5
15 Rekam Medis 10 13 - 23

69
16 Sanitarian 3 - - 3
17 Fisioteraphis 1 2 - 3
18 Okupasi Terapi - 1 - 1
19 Terapis Wicara - 1 - 1
20 Elektro Medis 1 1 - 2
21 Epidiologi - - - 0
22 Fungsional Umum 70 - - 70
23 VCT - 1 - 1
24 Operator - 4 - 4
25 Pengadministrasi - 42 - 42
26 Pendistribusi Rm - 3 - 3
27 Penyaji Makanan - 10 - 10
28 Cssd - 6 - 6
29 Laundry - 6 - 6
30 Sim Rs - 4 - 4
31 Pos - 15 - 15
32 Protokoler - - - 0
33 Sopir - 2 - 2
34 Gas Medis - 5 - 5
35 IPSRS - 4 - 4
36 Lab Pa - 1 - 1
37 Cleaning Service - 34 - 34
38 Pengawas Cleaning Service - 2 - 2
39 Operator Air & TPS - 2 - 2
40 Petugas Pemulasaraan Jenazah - - - 0
41 Satpam - 23 - 23
42 Spi - 1 - 1
43 Koki - 4 - 4
Total 329 398 25 752

Berdasarkan tabel diatas, jumlah tenaga pelaksana sudah tercukupi namun dikarenakan
pasien BPJS yang berkunjung ke RSUD rata-rata 257 pasien/hari sedangkan jam kerja petugas
pelaksana di bagi menjadi beberapa shift hal ini berpengaruh pada pelayanan, seperti poli
penyakit dalam, dimana jumlah peserta BPJS lebih banyak dibandingkan dengan tenaga
medis, sehingga berpengaruh pada waktu tunggu pelayanan pasien BPJS menjadi lebih lama.
• Sumberdaya Financial
Secara umum penerimaan pendapatan RSUD Kota Bandung mengalami penurunan dari
penerimaan pendapatan sebelumnya. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini :

70
Tabel 4.2
Realisasi Penerimaan Pendapatan RSUD Kota Bandung Tahun 2015-2019

Target Rp 100.000.000.000 Target Rp 140,300,000,000


Target Rp 100.000.000.000 Target Rp 82.000.000.000 Target Rp 140,300,000,000

100%

Rp. 88.284.393.578
Rp. 98.818.120.258

Rp. 81.585.476.237
Rp. 79.101.026.520

Rp. 96.905.466.941
80%

Realisasi
Realisasi

Realisasi
Realisasi

Realisasi
60%
40%
20%
0%
2015 2016 2017 2018 2019
Sisa 21% 3% 0% 37% 42%
Realisasi 79% 97% 121% 63% 58%

Sumber : Data RSUD Kota Bandung 2019

Sesuai data diatas, realisasi penerimaan pendapatan RSUD tidak mencapai target
seharusnya Rp. 140.300.000.000 namun pendapatan yang diterima 81.585.476.237
bahkan realisasi ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebanyak Rp.
58.714.523.763, jika tidak ada bantuan dari APBD Pemprov Jabar dan Pemerintah Kota
Bandung operasional rumah sakit sebenarnya tidak akan berjalan stabil, tahun 2018 dan
tahun 2019 terjadi penurunan pendapatanya cukup drastis.
Pernyataan terkait adanya keterlamabatan pembayaran klaim dari pihak BPJS Kesehatan kepada
pihak rumah sakit, didukung oleh data berikut ini :
Tabel 4.3
Data Pelayanan BPJS RSUD Kota Bandung

Bulan Tangga jumlah Tanggal


KLAIM klaim2 Pembayaran SELISIH
Klaim l klaim pasien3 bayar
SUSULAN JKN 29-Nov-
1-Okt 459.263.900 229 459.260.400 3.5
APRIL 2019 19
OKT SUSULAN JKN
5-Okt 55.097.600 17 3-Des-19 55.097.600 -
2019 JAN 2018
SUSULAN JKN
5-Okt 109.040.100 51 3-Des-19 109.036.600 3.5
FEB 2018
SUSULAN JKN
5-Okt 103.355.300 39 3-Des-19 103.355.300 -
APRIL 2018
SUSULAN JKN
5-Okt 35.423.000 17 3-Des-19 35.423.000 -
JUNI 2018
OBAT KRONIS
8-Okt 133.730.825 1398 13-Des-19 133.727.325 3.5
JUNI 2019
SUSULAN APRIL
11-Okt 1.171.600 10 11-Des-19 1.171.600 -
2018
11-Okt SUSULAN MARET 445.426.700 118 11-Des-19 445.423.200 3.5

71
2018
OBAT KRONIS
23-Okt 168.619.666 1811 168.619.666
JULI 2019
SUSULAN MEI
23-Okt 365.851.700 77 18-Des-19 365.848.200 3.5
2018
SUSULAN JULI
23-Okt 1.076.035.300 1603 23-Des-19 1.076.005.300 30
2018
SUSULAN
23-Okt 1.011.024.900 1146 23-Des-19 1.011.024.900 -
AGUSTUS 2018
23-Okt JKN JULI 2019 6.073.267.400 7769 6.073.267.400
10.037.307.991 14.285 3.795.373.425 6.241.934.566
SUSULAN MEI
5-Nov 865.301.500 341 865.301.500
2019
SUSULAN JUNI
NOV 5-Nov 508.008.800 303 508.008.800
2019
2019
SUSULAN MEI
11-Nov 31.983.600 9 31.983.600
2019
JKN AGUSTUS
27-Nov 6.076.593.600 6826 6.076.593.600
2019
7.481.887.500 7.479 - - 7.481.887.500
SUSULAN JKN
7-Des 17.640.900 17 17.640.900
JUNI 2019
SUSULAN JKN
7-Des 5.882.267.600 6490 5.882.267.600
SEPTEMBER 2019
DES
OBAT KRONIS
2019 10-Des 151.993.798 1720 151.993.798
AGUSTUS 2019
OBAT KRONIS
17-Des 30.591.799 374 30.591.799
SEPTEMBER 2019
SUSULAN JULI
23-Des 522.808.500 295 522.808.500
2019
SUSULAN JULI
23-Des 5.865.900 374 5.865.900
2019
6.611.168.497 9.27 - - 6.611.168.497
TOTAL 73.138.397.128 114.044 52.802.987.565 20.335.409.563
Sumber : RSUD Kota Bandung Tahun 2019

• Sumber daya financial, secara anggaran ada penunggakan pembayaran dari pihak BPJS
ke pihak RS lebih dari 3 bulan, hal berdampak pada pelayanan yang tidak maksimal.
Dimana adanya keterlambatan pembayaran obat dari BPJS ke RS ke distributor obat
(jika sudah terlalu banyak supply obat dihentikn sementara), sehingga berpengaruh pada
pelayanan dimana jumlah obat yang diberikan terbatas.
• Sumber daya sarana dan prasarana di RSUD Kota Bandung masih perlu diperbaiki dan
ditingkatkan, hal ini dapat dilihat dr indikator pelayanan RS masih kekurangan Tempat
Tidur dimana TOI singkat 0,9% dan BTO yg tinggi 79,21% serta ukuran RS u/tipe B
tdk sesuai standar.

72
Gambar 4.1
Indikator Pelayanan Tahun 2017 - 2019
80.41 79.21
67.85 73.1 22.15
78.39 82.7
3.26 0.9 7.93 22.41
3.21 1.61 7.25
3.03 0.88 9.73 23.99

BOR Av LOS BTO TOI NDR GDR


(%) (Hari) (Kali) (Hari) (%o) (%o)
2017 78.39 3.03 82.7 0.88 9.73 23.99
2018 67.85 3.21 73.1 1.61 7.25 22.41
2019 80.41 3.26 79.21 0.9 7.93 22.15
Sumber : RSUD Kota Bandung, 2019

Berdasarkan standar pelayanan kesehatan nasional, data indikator pelayanan diatas dapat
dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan dan mutu serta efisiensi pelayanan rumah sakit.
Nilai parameter BOR yang ideal anatara 75- 85%, nilai BOR pada tahun 2019 berada di 80.41%
hal ini menunjukan pemanfaatan tempat tidur rumah sakit sudah sesuai standar, namun TOI dan
BTO tidak sesuai standar, standar menurut Departemen Kesehatan TOI 2-3 hari dan BTO 40-50
kali artinya rumah sakit masih kekurangan Tempat Tidur (TT) untuk memberikan pelayanan yang
bermutu, hal ini terlihat dari TOI yang singkat 0.9% dan BTO yang tinggi 79,21%. Sejalan dengan
hasil wawancara diatas, prasarana penunjang utama yakni obat-obatan di RSUD terkendala dengan
keterlambatan pembayaran dari rumah sakit, rumah sakit karena tunggakan BPJS. Selain itu,
keterbatasan tempat tidur dikarenakan lahan RSUD tidak memenuhi syarat, kurang besar karena
rumah sakit tipe B. Dapat ditarik kesimpulan bahwa Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan
Nasional di RSUD Kota Bandung terkait sarana dan prasarana perlu ditingkatkan.
3. Komunikasi antar Organisasi, tidak berjalan dengan baik antar institusi yang berkaitan
terutama BPJS Kesehatan dengan RSUD terkait regulasi dmn regulasi yg dikeluarkan hari ini
dianggap semua mengetahui. Hal ini berakibat ketika diverifikasi tdk sesuai aturan dan
tindakan yang sdh dilaksanakan tdk dijamin oleh BPJS. Adapun BPJS Kesehatan tidak
mensosialisasikan kepada masyarakat sbgai penerima manfaat terkait ketentuan jenis penyakit
yang dijaminkan dan obat yang dicover.
4. Karakteristik Badan Organisasi, secara keseluruhan keterlibatan organisasi luar (dinas
kesehatan, anggota DPR, dinas sosial dan unsur jajaran lain sangat membantu dalam setiap
tahapan dan prosesnya karena saling bersinergi guna mencapai tujuan bersama yaitu agar
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang layak.
5. Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Politik
• Secara sosial derajat kesehatan masyarakat meningkat,
• Maka secara ekonomi masyarakat bisa beraktivitas dan produktif seperti biasa bahkan
terbantu dengan adanya program BPJS.
• Berdasarkan lingkungan politik krn yg tujuan pemerintah maka pelaksanaan JKN relatif
terkendali, maka secara keseluruhan lingkungan sosial, ekonomi n politik berpengaruh
positif.
6. Sikap Implementor

73
a. Respon (menerima, netral atau menolak) respon petugas pelaksana menerima
kebijakan jaminan kesehatan nasional dan petugas pelaksana sudah mematuhi akan
aturan yang ditetapkan dalam pelaksanaan JKN, petugas sadar akan tupoksi dan
kewajiban untuk melayani masyarakat.
b. Kognisi, petugas pelaksana sudah mengetahui dan memahami SOP serta
petugasberkomitmen dalam pelaksanaan JKN. Hal ini dapat dilihat dari petugas pelaksana
konsisten memberi layanan kesehatan pada peserta BPJS di RSUD.

4.2 Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bandung
4.2.1 Faktor Internal
A. Kekuatan (Strenghts)
o Adanya dana APBD/Anggaran Pendapatan Belanja Daerah untuk mendukung
pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.
o Adanya Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah/PPK-BLUD di RSUD
Kota Bandung terkait pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.
o Komitmen petugas pelaksana RSUD Kota Bandung untuk melaksanakan Jaminan
Kesehatan Nasional.
o Telah diperolehnya sertifikasi akreditasi Rumah Sakit tingkat utama (SNARS Edisi I TK
Utama) dan izin operasional Rumah Sakit Umum kelas B.

B. Kelemahan (Weakness)
o Kurangnya sosialisasi terkait regulasi yang dikeluarkan BPJS Kesehatan pada RSUD
Kota Bandung dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.
o Tunggakan pembayaran pihak BPJS Kesehatan pada RSUD Kota Bandung dalam
pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.
o Terbatasnya sarana dan prasarana RSUD Kota Bandung (obat-obatan, tempat tidur, kursi
roda, kursi tunggu, lahan parkir) dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.
o Keterbatasan SDM di RSUD Kota Bandung dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional.

4.2.2 Faktor Eksternal


A. Peluang (Opportunities)
o Adanya dukungan dan kerjasama dari Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan DPRD dalam
pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.
o Diterapkannya sistem rujukan berjenjang dari fasilitas kesehatan tingkat satu ke tingkat
lanjutan.
o Adanya kebutuhan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh masyarakat yang cukup
tinggi.
o Peningkatan jumlah anggota BPJS Kesehatan dari tahun ke tahun.

B. Ancaman (Threats)
o Dampak dari tunggakan pembayaran Jaminan Kesehatan Nasional/BPJS Kesehatan.
o Klaim tagihan penyakit pasien Jaminan Kesehatan Nasional yang tidak tercover.
o Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.

74
o Tuntutan dari masyarakat terkait kualitas pelayanan kesehatan peserta Jaminan Kesehatan
Nasional meningkat.
o Banyaknya Rumah Sakit Swasta di Kota Bandung yang megikuti program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan pesaing dalam meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanan.

4.3 Strategi yang Sebaiknya Digunakan untuk Keberhasilan Implementasi Kebijakan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bandung
1. Isu sangat strategis, meliputi:
o Melakukan pengawasan, pengendalian dan evaluasi secara berkala oleh pemerintah
pusat terkait regulasi dan MOU yang diterapkan dilapangan oleh BPJS Kesehatan dan
RS dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.
o Melaksanakan forum komunikasi dan koordinasi secara rutin antara pihak BPJS
Kesehatan dengan petugas pelaksana RSUD kota Bandung serta masyarakat dalam
pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.
o Mengoptimalkan pola pengelolan keuangan BLUD dalam melaksanakan Jaminan
Kesehatan Nasional.
o Pemerintah pusat dan BPJS Kesehatan membuat rencana anggaran dan menentukan
solusi yang tepat guna mengatasi keterlambatan pembayaran dalam pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional.
o Melaksanakan sosialisasi terkait program JKN terhadap masyarakat dalam rangka
meningkatkan pemahaman masyarakat.
2. Isu strategis, meliputi:
o Meningkatkan sarana dan prasarana RSUD Kota Bandung dalam pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional.
o Melaksanakan sosialisasi terkait program JKN terhadap masyarakat dalam rangka
meningkatkan pemahaman masyarakat.
o Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pada masyarakat dalam pelaksaan JKN.
o Meningkatkan jumlah SDM dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.
3. Isu bersifat operasional, meliputi:
o Mengoptimalkan fungsi pegawai yang ada untuk melaksanakan tugas masing-
masing pada pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.

KESIMPULAN
1. Implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di RSUD kota Bandung berada dalam
kategori baik. Dimensi yang paling baik adalah karakteristik badan pelaksana, lingkungan
sosial ekonomi dan politik serta sikap pelaksana, sedangkan dimensi yang kurang baik adalah
standar dan sasaran kebijakan, sumber daya serta komunikasi antar organisasi.
2. Faktor penghamabat implementasi kebijakan jaminan kesehatan nasional di RSUD kota
Bandung adalah : Kurangnya sosialisasi terkait regulasi yang dikeluarkan BPJS kesehatan
pada RSUD kota Bandung, tunggakan pembayaran pihak BPJS kesehatan pada RSUD kota
Bandung, terbatasnya sarana dan prasarana seperti obat-obatan, tempat tidur, kursi roda, kursi
tunggu, lahan parkir dan keterbatasan sumber daya manusia.

75
3. Strategi yang dapat digunakan untuk keberhasilan implementasi kebijakan jaminan kesehatan
nasional di RSUD kota Bandung sebagai berikut :
a. Melakukan pengawasan, pengendalian dan evaluasi secara berkala oleh pemerintah pusat
terkait regulasi dan MOU yang diterapkan dilapangan oleh BPJS kesehatan dan rumah
sakit.
b. Melaksanakan forum komunikasi dan koordinasi secara rutin antara pihak BPJS
kesehatan dengan petugas pelaksana RSUD kota Bandung serta masyarakat.
c. Mengoptimalkan pola pengelolan keuangan BLUD dalam melaksanakan jaminan
kesehatan nasional.
d. Pemerintah pusat dan BPJS kesehatan membuat rencana anggaran dan menentukan solusi
yang tepat guna mengatasi keterlambatan pembayaran.
e. Melaksanakan sosialisasi terkait program JKN terhadap masyarakat dalam rangka
meningkatkan pemahaman masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Jakarta: CV. Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi., 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit:
Rineka Cipta, Jakarta.
Bryson, John M. 2008. Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Creswell, Jonh. W. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar.
Danim. Sudarwan 2004. Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grafindo Persada.
Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogyakarta:
Gadjah Mada Univesity Press.
Grindle, Merilee S., dan Thomas, Jonh W., 1980, Public Choices and Public Change,
Penerbit : The John Hopkins University Press, London.
Hamdi, Muchlis., 2014, Kebijakan Publik,Penerbit : Ghalia Indonesia, Bogor.
Hardiyansyah. 2018. Kualitas Pelayanan Publik Edisi Revisi. Yogyakarta: Gava Media.
Hunger, J David. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta: Andi.
Indiahono, Dwiyanto., 2009, Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy
Analysis,Penerbit: Gaya Media, Yogyakarta.
Kemenkes. 2013. Bahan Paparan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan
Sosial Nasional. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kemenkes. 2013. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam
Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.
Mazmanian, D. A. And Sabatier, P.A., 1983, Implementation and Public Policy,Penerbit
: Foresman and Company, Skotlandia.
Meter, Donald Van, dan Carl Van Horn., 1975, The Policy Implementation Process: A
Conceptual Framework. Dalam administration and Society6,1975, Penerbit :
Sage, London.
Mulyadi, Deddy 2015. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Bandung: CV
Alfabeta.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

76
Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:PT. Remana Rosdakarya.
Nugroho, D. Riant. (2014). Kebijakan Publik di Negara-Negara Berkembang.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nunik Kusumawardani dan Rachmalina Soerachman. 2015. Penelitian Kualitatif di
Bidang Kesehatan. Bandung: PT Kanisus.
Uddin B.Sore dan Sobirin 2017. Kebijakan Publik: CV Sah Media.
Rangkuti, Freddy. 2014. Analisis SWOT. Jakarta Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Safroni, Ladzi, (2012), Manajemen dan Reformasi Pelayanan Publik dalam Konteks
Birokrasi Indonesia, Aditya Media Publishing, Surabaya.
Siagian, Sondang P. 2008. Management Strategi. Jakarta: Rineka Cipta.
Supriatna, Tjahya, 1996. Administrasi Birokrasi dan Pelayanan Publik, Jakarta Nimas
Multima.
Wahab, Solihin Abdul. 2005. Analisis Kebijaksanaan Negara. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Winarno, Budi. 2005. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media
Pressindo.

77

You might also like