Cahyani2018 Demam Tifoid
Cahyani2018 Demam Tifoid
Cahyani2018 Demam Tifoid
ABSTRACT
Typhoid fever is an acute infection of the digestive tract caused by Salmonella typhi.
Riskesdas Report in 2007, stated that prevalence of typhoid fever in Central Java
province was 1.61%. In Semarang, densely population areas with high potential for
typhoid fever for children 4-15 years old are Genuk district with number of
percentage 9.8% and noticed as top three in Semarang in 2016. Recent studies in
Southeast Asia showed the highest incidence occurring in children due to hygiene
factors where it is closely related to the Practice of Clean and Healthy Life. This
research aimed to determine the factors that correlated with the practice of clean and
healthy life as prevention of typhoid fever for students in primary school of
Genuksari 02 Semarang.
The type of this research is descriptive analytic with quantitative approach. The
sample in this research using total sampling for all students of 5th grade in Primary
School of Genuksari 02 who had never suffered typhoid fever with amount 60. The
data was collected by interview using questionnaire. This research use univariate
and bivariate analysis.
The research showed that most of respondents are 11 years old 53.3%, female
genders are 51.7%. 61.7% of respondents have good practice of clean and healthy
life. Variables that related with practice of clean and healthy life are Knowledge (p =
0,006) and facility of infrastructure (p = 0,005).While the unrelated variables are age
of respondent (p=0,907), gender (p=0,876), Attitude (p=0,114), and environmental
support (p=0,936).
This research is expected to be an input to improve learning about CHLB in order to
prevent typhoid fever in school-age children, especially primary school.
PENDAHULUAN
Demam tifoidmerupakan tifoid cenderung meningkat tiap
penyakit infeksi akut pada saluran tahunnya dengan rata-rata 800 per
(1)
pencernaan yang disebabkan oleh 100.000 penduduk. Prevalensi
Salmonella typhi.Menurut data dari kasus tergantung tempat, perilaku
WHO tahun 2007, penderita Demam masyarakat, dan lingkungan. Setiap
826
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
tahun, di seluruh Indonesia terdapat klinis tifoid yang tinggi pada umur 5 –
sekitar 17 juta kasus dengan 600.000 14 tahun di kota semarang. Di
kematian. WHO memperkirakan 70% antaranya adalah puskesmas
kematian karena demam tifoid terjadi Tlogosari Kulon dengan jumlah klinis
di Asia. (2) Di Indonesia, diperkirakan tifoid 145 dan persentase 24,7%,
angka kejadian demam tifoid adalah puskesmas Ngaliyan dengan jumlah
300 – 810 kasus per 100.000 klinis tifoid 58 dan persentasi 9,8%,
penduduk per tahun. (3) dan puskesmas Genuk dengan jumlah
Laporan Riskesdas Tahun klinis tifoid 57 dengan persentase
2007, menyatakan bahwa prevalensi 9,7%.
demam tifoid di Provinsi Jawa tengah Di kota Semarang,
sebesar 1,61%. Prevalensi klinis tifoid persebaran kasus demam tifoid
banyak di temukan pada kelompok tersebar secara merata di daerah
umur sekolah (5-14 tahun) yaitu yang padat penduduk. Curah hujan
sebesar 1,9%. Terendah pada bayi yang tinggi juga dapat memicu
yakni 0,8%.(4) persebaran bakteri Salomella typhi
Demam tifoid erat kaitannya lebih cepat. Berdasarkan waktu,
dengan hygiene pribadi dan keadaan peningkatan kasus demam tifoid
lingkungan, seperti lingkungan yang terjadi pada buan November 2009
kumuh, sanitasi yang tidak baik, yakni sebanyak 74 kasus (43,8%).
kurangnya kebersihan makanan, dan Kasus demam tifoid baru memiliki
kebersihan tempat-tempat umum yang kecenderungan terjadi pada populasi
kurang.(5) di sekitar penderita demam tifoid yang
Data yang diperoleh dari dipengaruhi oleh beberapa faktor
Dinas Kesehatan Kota Semarang diantaranya yaitu adanya vektor
menunjukkan bahwa kasus Demam mekanik berupa lalat. (6) Di kota
Tifoid selalu terjadi setiap bulannya Semarang, daerah dengan penduduk
dan merupakan penyakit yang sering padat dan memiliki potensi besar
terjadi dalam jumlah yang besar. untuk terjangkit demam tifoid pada
Rekapitulasi bulanandata kesakitan anak 4-15 tahun adalah Genuk
Demam Tifoid tingkat puskesmas se- dengan persentasi klinis tifoid 9,8%
Kota Semarang kasus Demam Tifoid dan tertinggi ketiga di Semarang
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun 2016.
tahun, yaitu pada tahun 2008 sebesar Perilaku hidup bersih dan
2141 kasus, kemudian mengalami sehat (PHBS) di Sekolah adalah
peningkatan kasus pada tahun 2009 sekumpulan perilaku yang
yaitu sebanyak 5091 kasus, dan pada dipraktikkan oleh siswa-siswi, guru
tahun 2010 mengalami peningkatan dan masyarakat di lingkungan sekolah
sebanyak 6578 kasus. Sedangkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pada tahun 2011 sedikit mengalami pembelajaran, sehingga secara
penurunan yaitu sebanyak 5030 mandiri mampu mencegah penyakit,
penderita. meningkatkan kesehatan, serta
Berdasarkan rekapitulasi berperan aktif dalam mewujudkan
laporan tifoid kota Semarang dari lingkungan sehat.(7) Kurangnya PHBS
bulan Januari – Desember 2016. pada anak usia sekolah sangat
Terdapat tiga puskesmas dengan berpengaruh terhadap terjangkitnya
827
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
demam tifoid, karena dengan tidak siswa dari jumlah siswa kelas V
diterapkannya PHBS akan memicu berjumlah 83. Hal tersebut
mudahnya bakteri Salmonella typhi menunjukkan bahwa 27,7% siswa
untuk masuk kedalam tubuh merek kelas V pernah mengalami demam
sehingga anak-anak akan terjangkit tifoid. Selain itu tidak adanya kantin
demam tifoid. sehat di sekolah, melainkan hanya
Hasil studi terakhir di Asia pedagang jajanan yang berjajar
Tenggara menunjukkan insiden dengan minimnya tingkat higienitas di
tertinggi terjadi pada anak-anak. area berjualan sehingga hal tersebut
Adanya faktor higienitas dimana hal berpotensi terdapat salmonella Typhi
tersebut erat kaitannya dengan PHBS, yang dapat mengakibatkan demam
daya tahan tubuh dan kontaminasi tifoid.
susu atau produk susu oleh carrier Kelas V merupakan program
menyebabakan anak-anak lebih pembinaan untuk UKS dan sudah
banyak terinfeksi bakteri Salmonella lumayan matang untuk berfikir dan
typhi. (8) menganalisa masalah kesehatan yang
Anak sekolah merupakan ada disekitar mereka beserta upaya
kelompok yang rentan terhadap pencegahannya. Oleh karena itu
penularan bakteri dan virus yang peneliti ingin mengetahui faktor- faktor
disebarkan melalui makanan atau di yang berhubungan dengan praktik
kenal dengan food borne diseases. hidup bersih dan sehat sebagai upaya
Food borne disease adalah suatu pencegahan demam tifoid di SDN
penyakit karena adanya agen yang Genuksari 02.
masuk ke dalam tubuh manusia
melalui proses pencernaan makanan. METODE PENELITIAN
Hasil Riset Kesehatan Dasar Jenis penelitian ini adalah deskriptif
(Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan analitik dengan pendekatan
Typhoid pada kelompok anak usia kuantitatifdan menggunakan
sekolah menempati prevalensi rancangan penelitian cross sectional.
tertinggi dibandingkan semua Penelitian ini dilaksanakan di SDN
kelompok usia yang ada, yaitu Genuksari 02. Pengumpulan data
sebesar 1,9%. dilakukan melalui wawancara dengan
Data terbaru dari Dinas menggunakan kuesioner. Sampel
Kesehatan Kota Semarang tahun penlitian menggunakan total sampling
2016, Wilayah Puskesmas Genuk yag didapatkan dari jumlah siswa
merupakan wilayah dengan kasus kelas V SDN Genuksari 02 yang
demam tifoid yang cukup tinggi, belum pernah menderita demam tifoid
tercatat 193 kasus ditemukan pada berjumlah 60 siswa. Analisis data
tahun 2016, dengan data klinis tifoid yang dilakukan yaitu analisis univariat
pada anak berumur 5-14 tahun dan bivariat dengan menggunakan uji
tertinggi ketiga di Semarang yaitu chi square (taraf siginifikansi 5%).
dengan jumlah 57. Penelitian ini menggunakan teori
Melalui studi pendahuluan Lawrence Green yang melibatkan 5
diperoleh informasi mengenai siswa variable yakni usia, jenis kelamin,
kelas V yang pernah menderita pengetahuan, sikap, dukungan
demam tifoid adalah sebanyak 23
828
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
829
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
830
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
831
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
0,876 > 0,05 yang artinya Ha demam tifoid pada waktu yang
ditolak dan H0 diterima. Maka akan datang.
dapat disimpulkan bahwa Hasil uji hipotesis
tidak ada hubungan antara menggunakan chi square
jenis kelamin dengan praktik didapatkan p-value = 0,007
hidup bersih dan sehat sehingga 0,007<0,05 maka H0
sebagai upaya pencegahan ditolak dan Ha diterima yang
demam tifoid. berarti ada hubungan antara
Hal ini sejalan dengan sikap dengan praktik hidup
penelitian yang dilakukan oleh bersih dan sehat.
Lisafatur tahun 2012 dengan Penelitian ini sejalan
judul “Hubungan Karakteristik dengan penelitian Syafni dkk
dan Pengetahuan Tentang yang berjudul “Hubungan
Kebersihan Perorangan Pengetahuan dan Sikap
dengan Perilaku Hidup Bersih Keluarga Tentang PHBS
dan Sehat (PHBS) di MI dengan Penerapan PHBS di
Matholiul Ulum II Menco Tatanan Rumah tangga”
Wedug Demak” dengan nilai Berdasarkan hasil uji statistic
p-value = 0,270 > 0,05 yang Chi-square didapatkan p value
berarti tidak ada hubungan = 0.434 >α (0,05), berarti Ho
bermakna antara jenis gagal ditolak sehingga dapat
kelamin dengan PHBS di MI disimpulkan bahwa tidak ada
Matholiul Ulum II Menco hubungan antara sikap
Wedung Demak. keluarga tentang PHBS
3. Sikap dengan penerapan PHBS di
Hasil distribusi tatanan rumah tangga.
frekuensi mengenai sikap 4. Dukungan Lingkungan
terhadap PHBS menunjukkan Sekolah
sikap yang baik lebih besar Dari hasil distribusi
persentasenya yaitu 56,7% frekuensi mengenai dukungan
dibandingkan dengan sikap lingkungan sekolah di
yang kurang baik yaitu 43,3%. dapatkan 63,3% mendukung
Sebagian besar responden dan 36,7% tidak mendukung.
tidak setuju bahwa jajan Rata-rata dukungan dari
sembarangan menyebabkan teman sebaya untuk
masalah Typhus 80% hal ini melakukan PHBS adalah
dikarenakan mereka merasa kurang. Sebanyak 85%
tidak pernah menderita responden menyatakan tidak
Typhus setelah pernah diingatkan untuk tidak
mengkonsumsi jajanan yang jajan sembarangan oleh
ada di sekolah, padahal teman. Sebanyak 78,3%
salmonella typhi sangat rentan teman tidak pernah
berada pada jajanan yang mengingatkan untuk buang air
tidak higienis dan dapat besar di jamban, dan
masuk kedalam tubuh siswa sebanyak 73,3% teman tidak
sehingga akan mengakibatkan pernag mengingatkan untuk
832
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
833
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
834