Skripsi Tanpa Bab Pembahasan
Skripsi Tanpa Bab Pembahasan
Skripsi Tanpa Bab Pembahasan
(Skripsi)
Oleh
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRACT
By
deployment and the nesting naturally. Ngambur the natural habitat of Olive Ridley
turtles, green turtles, leatherback and hawksbill. Turtle habitat is located in the
coastal area of vegetated and rescue area at the beach Ngambur, the turtle habitat
environmental changes around the beach Ngambur thought to trigger the decline
the species diversity of turtles and turtle nesting habitat types in Muara Pekon
May 2016 using a concentrated area and method of Rapid Assessment Procedures.
Based on the research of sea turtle species found in Ngambur namely the green
Ngambur has a length of 941.23 meters beach, intertidal beach width ranging
between 11.52 to 14.76 meters, the width of the beach supratidal ranged from 5.04
to 10.96 meters, temperature in the range of 26.5 to 33.750 C, the texture of the
Brina Wanda Pratiwi
sand was 84.22% and 13.98% of fine sand texture, the flatness of the beach
dominated nesting sites are the type of pandan sea (Pandanus tectorius) and
animals that potentially predatory turtles and turtle eggs are paederinae (Paederus
dogs (Canis lupus familiaris) and lizard (Varanus salvator). The existence of
turtles in Ngambur still be maintained, with good habitat conditions will help the
Oleh
penyebaran dan peneluran penyu secara alami. Ngambur merupakan habitat alami
penyu lekang, penyu hijau, penyu belimbing dan penyu sisik. Habitat penyu
terletak di area pantai bervegetasi dan area penyelamatan yang berada di pantai
Ngambur diduga memicu penurunan populasi spesies penyu. Tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengetahui keragaman spesies penyu dan karakteristik tipe habitat
ini dilakukan pada bulan Februari sampai bulan Mei 2016 menggunakan metode
penelitian jenis penyu yang ditemukan di Ngambur yaitu penyu hijau (Chelonia
di Ngambur memiliki panjang pantai 941,23 meter, lebar pantai intertidal berkisar
Brina Wanda Pratiwi
antara 11,52-14,76 meter, lebar pantai supratidal berkisar antara 5,04-10,96 meter,
suhu pada kisaran 26,5-33,750C, tekstur pasir sedang 84,22% dan tekstur pasir
halus 13,98%, kelandaian pantai Ngambur termasuk kategori landai dengan rata-
rata ±2,43%. Vegetasi yang mendominasi lokasi peneluran yaitu jenis pandan laut
(Pandanus tectorius) dan satwa yang berpotensi sebagai predator penyu dan telur
(Macaca fascicularis), ular cincin emas (Boiga dendrophila), anjing (Canis lupus
Oleh
Skripsi
Pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
pendidikan dasar di Taman Kanak-Kanak Tunas Melati II Pewa Natar dan pada
Menengah Pertama Negeri 1 Natar dan selesai pada tahun 2009 dan pada tahun
Negeri 1 Natar dan selesai pada tahun 2012. Penulis melanjutkan kuliah dan
penulis aktif dalam organisasi eksternal kampus, yaitu sejak tahun 2013 tercatat
Pada Anak Usia Dini Di Penangkaran Rusa PT. Gunung Madu Plantation.
Penulis tercatat sebagai asisten dosen mata kuliah Ilmu Ukur Wilayah dan
Pada Januari 2015 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di
Desa Punjul Agung, Kecamatan Buay Bahuga, Kabupaten Way Kanan dan
Kedu Selatan, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah dan telah
Menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana
keberhasilan penulis
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Lampung.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Pekon
Pesisir Barat”.
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
3. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku pembimbing utama yang
5. Ibu Dra. Elly Lestari Rustiati, M.Sc., selaku pembimbing kedua yang telah
6. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku dosen penguji dan dosen
7. Kepada kedua orang tua (Bapak Drs. Bustomy dan Ibu Dewi Hayanti) dan
saudara kandung saya (Bryan Willy Pratama dan Berliana Wanissa Putri) yang
8. Tim yang telah membantu penulis saat pengambilan data di lapangan: Bang
Yus, Rudi, Mas Pur, Pak Wardana, Enggar, Dina, Mba Ayu, Bang Subki.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang tidak dapat
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah
diberikan kepada penulis. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 4
E. Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................... 4
Halaman
LAMPIRAN .............................................................................................. 71
Gambar 19-20 ............................................................................................. 72
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Gambar Halaman
A. Latar Belakang
Penyu adalah spesies yang hidup di muka bumi sejak jutaan tahun yang lalu, dan
mampu melakukan migrasi tahunan, dalam jarak ribuan kilometer antara daerah
tempat makan dan tempat bertelur. Penyu termasuk kelas Reptilia yang mampu
Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Perdagangan penyu baik dalam keadaan hidup maupun mati itu dilarang.
Menurut Undang Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya pelaku perdagangan satwa yang dilindungi seperti
penyu dikenakan hukuman penjara 5 tahun dan denda Rp 100 juta. Pemanfaatan
pengetahuan dan penyelamatan jenis satwa yang bersangkutan agar tetap lestari
keberadaannya.
Species of Wild Flora and Fauna), semua jenis penyu laut telah dimasukkan
hijau, penyu lekang, dan penyu tempayan digolongkan ke dalam spesies yang
Di dunia ada tujuh jenis penyu dan enam di antaranya terdapat di Indonesia. Jenis
penyu yang ada di Indonesia adalah penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik
tempayan (Caretta caretta). Penyu belimbing adalah penyu yang terbesar dengan
ukuran panjang badan mencapai 2,75 meter dan bobot 600 - 900 kilogram.
Sedangkan penyu terkecil adalah penyu lekang, dengan bobot sekitar 50 kilogram.
Konservasi Laut Daerah) yang aktifitasnya sejak tahun 2007 oleh kelompok
dapat dilakukan melalui upaya melindungi telur penyu yang berada di alam dari
tahun 2010 oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung sehingga pihak
baik dengan mengumpulkan data tentang aspek biologis, habitat dan faktor yang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
penyebaran dan peneluran penyu secara alami. Kawasan tersebut dikelola oleh
Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Pesisir Barat. Sejak tahun 2007,
Upaya pelestarian dilakukan dengan cara menyelamatkan penyu dan telur penyu
dari gangguan predator dan membantu proses pelepasan tukik kembali ke laut.
Kawasan konservasi penyu di Ngambur merupakan habitat alami bagi jenis penyu
lekang, penyu hijau, penyu belimbing dan penyu sisik. Habitat penyu di Ngambur
terdiri dari area bervegetasi yang berada di pantai dan area penyelamatan penyu
adanya predator alami penyu serta kerusakan habitat di lokasi peneluran penyu.
diduga sebagai tempat dengan peluang perjumpaan satwa tinggi dan metode
(Gambar 1).
6
-
Metode Area Terkonsentrasi dan Metode
Rapid Assessment
- Keragaman Penyu
- Karakteristik Habitat
A. Taksonomi Penyu
Indonesia ada 6 jenis yaitu penyu hijau, penyu sisik, penyu lekang, penyu
belimbing, penyu pipih dan penyu lekang kempii (Yusuf, 2000). Menurut Jatu
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Sauropsida
Ordo : Testudines
Family : Cheloniidae
Species :
Family : Dermochelyidae
B. Bio-ekologi Penyu
penyu sebagai hewan yang tangkas berenang di dalam air tetapi sulit untuk
penyu memiliki kesamaan fisik dengan kelas reptilia seperti ular, cicak, kura-kura,
dan labi-labi. Penyu mempunyai kulit yang bersisik, bernafas melalui paru-paru,
Tubuh penyu terbungkus oleh tempurung atau karapas keras yang berbentuk pipih
serta dilapisi oleh zat tanduk. Karapas tersebut mempunyai fungsi sebagai
pelindung alami dari predator. Penutup pada bagian dada dan abdomen disebut
plastron. Ciri khas penyu secara morfologis terletak pada terdapatnya sisik infra
marginal (sisik yang menghubungkan antara karapas, plastron dan terdapat alat
gerak berupa flipper). Flipper pada bagian depan berfungsi sebagai alat dayung
dan flipper pada bagian belakang berfungsi sebagai alat kemudi. Penyu yang ada
di Indonesia mempunyai ciri-ciri khusus yang dapat dilihat dari warna tubuh,
bentuk karapas, serta jumlah dan posisi sisik pada badan dan kepala penyu.
lebih lama dibandingkan dengan di darat, walaupun berada di dalam air penyu
tetap harus naik ke permukaan air untuk bernapas, dikarenakan penyu termasuk
C. Jenis-Jenis Penyu
Jenis penyu yang ada di dunia yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik
Penyu belimbing telah bertahan hidup selama lebih dari ratusan juta tahun, kini
spesies ini menghadapi kepunahan. Selama dua puluh tahun terakhir jumlah
spesies ini menurun dengan cepat, khususnya di kawasan Pasifik, hanya sekitar
2.300 betina dewasa yang tersisa. Hal ini menempatkan penyu belimbing Pasifik
(2.983 sarang pada 1999 dari 13000 sarang pada tahun 1984). Mengatasi hal
tersebut, pada tanggal 28 Agustus 2006 tiga negara yaitu Indonesia, Papua New
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Sauropsida
Ordo : Testudinata
Family : Dermochelyidae
Genus : Dermochelys
10
Penyu belimbing memiliki karapas berwarna gelap dengan bintik putih. Ukuran
penyu belimbing dapat mencapai 180 cm dan berat mencapai 500 kg. Penyu
belimbing dapat ditemukan dari perairan tropis hingga ke lautan kawasan sub
kutub dan biasa bertelur di pantai kawasan tropis. Spesies ini menghabiskan
sebagian besar hidupnya di lautan terbuka dan hanya muncul ke daratan pada saat
bertelur. Penyu belimbing betina dapat bertelur empat sampai lima kali per
musim, setiap kali sebanyak 60 sampai 129 telur. Penyu belimbing bertelur setiap
dua atau tiga tahun dengan masa inkubasi sekitar 60 hari (WWF, 2008).
Populasi penyu belimbing saat ini sangat memprihatinkan, erosi dan perusakan
oleh pemburuan secara ilegal dan eksploitasi telur yang tidak terkendali yang
dilakukan oleh manusia, serta adanya parasit yang tumbuh di karapas penyu
Penyu hijau merupakan jenis penyu yang paling sering ditemukan dan hidup di
laut tropis. Jenis penyu ini mempunyai ciri dengan bentuk kepalanya yang kecil
dan paruhnya yang tumpul. Disebut penyu hijau bukan karena sisiknya berwarna
hijau, tapi warna lemak yang terdapat di bawah sisiknya berwarna hijau. Tubuh
11
inilah yang paling banyak dikonsumsi oleh manusia terutama di Bali, maka penyu
ini juga disebut penyu daging. Penyu hijau dewasa memiliki berat yang mencapai
400 kg dan banyak menghabiskan waktu di hamparan rumput laut dan ganggang,
sedangkan untuk anakan penyu hijau (tukik), akan menghabiskan waktu di pantai
Penyu hijau akan kembali ke pantai asal dilahirkan untuk bertelur setiap 3 hingga
4 tahun sekali. Individu muda penyu hijau makan berbagai jenis biota laut seperti
cacing laut, udang remis, rumput laut juga alga. Ketika tubuhnya mencapai ukuran
sekitar 20-30 cm, mereka berubah menjadi herbivora dengan makanan utamanya
Tahun 1971, Hirth memasukkan penyu hijau dalam klasifikasi seperti berikut.
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Testudinata
Family : Cheloniidae
Genus : Chelonia
Penyu hijau (Chelonia mydas) merupakan reptil laut yang terancam punah
terancam punah karena berbagai faktor, baik itu karena predasi, perburuan penyu
12
Penyu pipih (flatback turtle), mempunyai sisik marginal sangat rata dan sedikit
Chelonia, satu-satunya spesies yang tersisa hingga saat ini. Jenis ini memiliki
bentuk punggungnya rata dengan sisi dan ditemukan sisik di depan mata, serta
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Sauropsida
Ordo : Testudinata
Family : Cheloniidae
Genus : Natator
daratan pasir yang luas tanpa vegetasi, dengan kondisi pantai yang gersang
keberadaan telur-telur penyu pipih sangat mudah diketahui oleh predator seperti
babi hutan, ular dan anjing. Selain adanya predator, kondisi laut sangat
dengan ombak tinggi dan cuaca yang buruk dapat mengurangi minat penyu pipih
Penyu lekang (olive ridley turtle), serupa dengan penyu hijau dengan ciri kepala
lebih besar, karapas lebih ramping dan bersudut. Tubuhnya berwarna hijau pudar,
mempunyai lima buah atau lebih sisik lateral dan merupakan penyu terkecil di
antara semua jenis penyu yang ada saat ini. Penyu lekang termasuk jenis
karnivora yang memakan kepiting, udang dan kerang remis (Agus, 2007).
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Sauropsida
Ordo : Testudinata
Family : Cheloniidae
Genus : Lepidochelys
organ tubuhnya seperti karapas dan kepala penyu. Penyu lekang merupakan jenis
penyu yang tinggi produktivitas telurnya tetapi kehidupan embrio saat berada di
sarang sangat dipengaruhi oleh suhu, sehingga suhu pasir di sarang tersebut harus
terjaga dengan baik dengan tujuan untuk mengurangi tingkat kematian pada telur
sebelum telur menetas (Nuitja, 1992). Ancaman lainnya yaitu penyu lekang yang
14
sedang bertelur seringkali diserang oleh anjing laut dan mengakibatkan kematian
pada penyu.
dengan rahang yang agak besar mirip paruh burung elang. Sisiknya yang
tumpang tindih imbricata, seperti sisik ikan. Karakteristik morfologi penyu sisik
adalah warna karapas bervariasi kuning, hitam dan coklat bersih, plastron
bekko dalam bahasa Jepang) banyak digunakan sebagai bahan baku industri
kerajinan tangan seperti membuat pin, sisir dan bingkai kacamata. Paruh penyu
berada di celah karang seperti sponge dan anemon. Jenis penyu ini makan udang
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Sauropsida
Ordo : Testudinata
Family : Cheloniidae
Genus : Eretmochelys
Pergerakan penyu sisik sangat kecil, tindakan pengamatan terhadap spesies ini
alam. Penyu sisik termasuk dalam daftar IUCN sebagai “Endangered, actively
threatened with extinction” yang artinya, jenis ini terancam punah. Selain itu,
penyu sisik sangat disukai oleh nelayan dan masyarakat karena warna karapasnya
sangat indah dan memiliki nilai estetika yang tinggi, sehingga banyak diminati
kemerahan, kepalanya yang besar dan paruh yang tumpang tindih, dengan lima
buah sisik di kepala bagian depan, umumnya terdapat empat pasang sisik coastal,
lima buah sisik vertebral. Plastron berwarna coklat muda sampai kuning. Penyu
tempayan termasuk karnivora yang umumnya memakan ikan, udang, kerang dan
panjang 70 - 210 cm dengan berat 135 – 400 kg. Penyu tempayan mulai bertelur
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Sauropsida
16
Ordo : Testudinata
Family : Cheloniidae
Genus : Caretta
Penyu tempayan atau penyu merah penyebarannya tidak sampai ke daerah tropis
tempayan banyak yang tertangkap oleh para nelayan dan kemudian di konsumsi
Penyu lekang kempi (Kemp’s ridley turtle), tubuhnya mirip dengan penyu lekang
hanya sedikit lebih besar. Kata Kemp’s pada Kemp’s ridley turtle digunakan
untuk mengenang Richard Kemp yang telah meneliti jenis ini sehingga bisa
dibedakan dengan penyu lekang. Sedikit informasi mengenai asal usul penyu
Penyu lekang kempi melakukan proses peneluran pada keadaan yang tenang dan
menghasilkan telur dalam jumlah yang sangat banyak. Tahun 1947, penyu lekang
Rancho Nuevo (Mexico) di siang hari. Hal ini bertujuan untuk memastikan
sebagian telur akan terselamatkan walaupun sebagian lagi akan dimakan oleh
17
pemangsa. Seperti halnya penyu tempayan, penyu lekang kempii termasuk jenis
karnivora yang memakan udang, kerang, kepiting dan kerang remis (Agus, 2007).
Klasifikasi penyu lekang kempii/ Kemp’s ridley turtle menurut Jatu (2007) adalah:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Sauropsida
Ordo : Testudinata
Family : Cheloniidae
Genus : Lepidochelys
Daerah yang cocok untuk ditempati oleh makhluk hidup disebut habitat (Garis,
pakan, air dan lingkungan. Habitat penyu sesuai dengan jenisnya, penyu sisik
bertelur di pantai yang berpasir dan berbatu kerikil di bawah naungan pohon
sedangkan penyu hijau, penyu lekang dan penyu belimbing bertelur di pantai yang
lebar dan terbuka tanpa naungan pohon. Penyu lebih menyukai tempat yang sepi
18
untuk bertelur dikarenakan penyu termasuk hewan yang sangat peka terhadap
tempat berlindung dan berkembang biak, makanan, interaksi dengan satwa lain.
Penyu hidup di dua habitat yang berbeda yaitu laut sebagai habitat utama bagi
keseluruhan hidupnya dan habitat darat yang digunakan penyu pada waktu
bertelur dan penetasan telur. Umumnya tempat pilihan bertelur yaitu daratan luas
dan landai yang terletak di atas bagian pantai dengan rata-rata kemiringannya 300
serta di atas pasang surut 30-80 meter dan pantai yang memiliki tipe pasir berbatu
halus dan terdapat fraksi konkresi besi sedikit yang mudah digali oleh penyu,
sehingga secara naluriah dianggap aman oleh penyu untuk bertelur di lokasi
Nuitja (1992) menyatakan susunan tekstur daerah peneluran penyu berupa pasir
tidak kurang dari 90% yang berdiameter antara 0,18 - 0,21 mm dan sisanya debu
maupun liat dengan diameter butiran berbentuk halus dan sedang. Adanya pohon
tertinggi yang memiliki tajuk lebar sangat memberikan rasa aman dan sebagai
pertanda khusus bagi penyu untuk bertelur, sedangkan kondisi pasir yang berkrikil
kasar (Tabel 1) dan pantai yang curam dapat mempersulit penyu melihat objek
yang ada di depannya karena mata penyu mampu berakomodasi dan melihat
Keadaan pantai peneluran harus dalam keadaan tenang, tidak ada badai ataupun
angin yang kencang dan dalam keadaan gelap. Widiastuti (1998), intensitas
cahaya yang diukur pada malam hari berkisar 0-1 luks, yang berarti bahwa
kondisi ini dikatakan gelap. Kondisi tersebut sangat aman untuk penyu naik ke
darat dan membuat sarang telur. Sarang alami merupakan sarang yang memiliki
kondisi temperatur dan kelembaban yang tepat. Salah satu fungsi penting dari
sarang adalah menjaga telur dan tukik dari kekeringan, pasang air laut dan
Masa inkubasi telur penyu sangat dipengaruhi oleh suhu dalam sarang dan suhu
Suhu yang diperlukan agar pertumbuhan embrio dapat bejalan dengan baik yaitu
antara 24°C - 33°C. Jenis kelamin seekor tukik ditentukan juga oleh suhu dalam
pasir. Bila suhu kurang dari 29°C maka kemungkinan besar yang akan menetas
20
sebagian besar adalah penyu jantan, sebaliknya bila suhu lebih dari 29°C maka
yang akan menetas sebagian besar adalah tukik betina (Yusuf, 2000).
1. Suhu udara, suhu substrat dan kadar air substrat mempengaruhi laju inkubasi
substrat. Ukuran pasir yang terlalu besar menyulitkan penyu untuk menggali.
3. Suhu udara dan suhu subtrat berkorelasi negatif terhadap kadar air substrat.
Semakin besar suhu udara dan suhu substrat menyebabkan kadar air semakin
4. Jarak sarang ke vegetasi berkorelasi negatif terhadap komposisi debu dan suhu
udara. Semakin besar jarak sarang ke vegetasi terluar maka komposisi debu
5. Semakin tinggi curah hujan dan semakin rendah jarak sarang ke batas pasang,
6. Kemiringan pantai berkorelasi positif terhadap kadar air dan jarak sarang ke
vegetasi. Jika kemiringan pantai landai, maka kadar air substrat dan jarak
Penyu laut biasanya mencari makan di daerah yang ditumbuhi oleh tanaman laut
atau alga laut. Setiap jenis penyu mempunyai kesukaan makan berbagai jenis alga
laut, tetapi pada umumnya menyukai alga jenis rumput laut (Erwanto, 2008).
21
Masa tukik sampai berumur 1 tahun, penyu laut bersifat karnivora. Tetapi setelah
berumur lebih dari 1 tahun, sifatnya tergantung dari jenis penyu itu sendiri.
Chelonia mydas yang tergolong herbivora, mencari makan pada daerah yang
Anak penyu (tukik), sangat menyukai tumbuhan alga coklat, rumput laut, moluska
dan udang-udangan (Crustacea). Anakan penyu sisik berbeda dari tukik yang lain
dikarenakan sifat utama adalah omnivora dan paling banyak memakan binatang-
binatang kecil (invertebrata) yang hidup di daerah koral (Agus, 2007). Makanan
penyu berbeda-beda, penyu belimbing, penyu sisik dan penyu hijau lebih
ubur-ubur, ganggang hijau, rumput laut dan rumput laut. Penyu lekang dan penyu
tempayan menyukai makanan jenis sargassum, kepiting, moluska, bulu babi dan
Penyu merupakan satwa yang memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi (Agus,
tanggap dan merasa terancam dengan adanya gangguan di sekitarnya. Alat peraba
dan alat penciuman penyu sangat tajam dan merupakan dasar bagi perkembangan
susunan syaraf pada otaknya. Di antara kelas reptil lain, susunan syaraf penyu
bekerja dengan baik, sehingga adanya angin, bau, cahaya dan pergerakan secara
Penyu merupakan satwa yang rentan terhadap pemangsa seperti babi hutan, luak,
anjing hutan, burung elang, ikan cucut dan monyet. Selain penyu, sarang penyu
yang berisi telur juga menjadi sasaran bagi pemangsa seperti manusia, kepiting,
monyet, biawak, anjing dan ular (Soesilo, 2006). Parasit jenis teritip hidup
berkoloni di tubuh penyu, jika dibiarkan makin lama akan bertambah banyak dan
menyebabkan kematian.
Nuitja (1992) menyatakan penyu hidup di perairan laut tropis dan subtropis,
a. Penyu hijau dan penyu sisik terdapat di Kepulauan Karibia, Nikaragua, Kosta
Meksiko.
Jepang.
perairan Timor.
Kosta Rika.
Di Indonesia, penyu laut menyebar mulai dari Aceh hingga Irian Jaya. Penyu laut
melakukan migrasi jarak jauh dari lokasi sumber makanan menuju lokasi
alga laut. Penyu dewasa bermigrasi ke daerah pantai peneluran pada periode
musim kawin (Nuitja, 1992). Penyu jantan melakukan kopulasi dengan penyu
semula atau ke tempat lain untuk mencari makan sedangkan penyu betina tetap
menuju daratan untuk bertelur. Setelah bertelur, penyu betina akan kembali ke
tempat semula atau tempat lain untuk mencari makan (Nuitja, 1992).
Indonesia memiliki enam spesies penyu, yaitu penyu hijau, penyu sisik, penyu
tempayan, penyu pipih, penyu lekang dan penyu belimbing. Menurut IUCN
(2013), status jenis penyu ini secara berurutan adalah penyu belimbing
pipih dan penyu lekang endangered (terancam punah) dan penyu hijau vulnerable
(rentan punah).
Spesifikasi laut yang dihuni oleh jenis penyu laut yang hidup di perairan
Indonesia yaitu.
1. Penyu sisik menghuni perairan karang pada pulau-pulau kecil di Laut Jawa
2. Penyu hijau dan penyu belimbing menghuni pantai yang landai dan luas,
terutama pantai yang langsung berhadapan dengan laut seperti Pulau Penyu di
Sumatra Barat, Pantai Ujung Kulon, Pantai Pangumbahan (Jawa Barat), Pantai
Sukamade, Pulau Barung (Jawa Timur), Pulau Penyu di Laut Banda dan Pantai
3. Penyu pipih menghuni laut yang dalam seperti di perairan Timor dan Irian
Jaya.
4. Penyu lekang menghuni pantai yang luas dan berkarang seperti di pulau
dikarenakan kepercayaan nelayan, jika di laut tersebut masih banyak penyu maka
dapat dipastikan populasi ikan di laut tersebut sangat melimpah (Saputro, 2003).
Bagi masyarakat pesisir di sekitar pantai peneluran, penyu laut memiliki beragam
arti. Selain erat kaitannya dengan kearifan lokal, daging dan telur penyu laut
dikonsumsi masyarakat dan merupakan sumber protein. Sejak tiga dekade lalu
Angkanya kian tahun kian meningkat drastis. Perdagangan daging penyu banyak
Nuitja (1992) menyatakan bahwa ada spesifikasi laut yang dihuni oleh jenis penyu
di Indonesia adalah:
a. Perairan karang terutama pada pulau-pulau kecil di sekitar laut Jawa seperti
pulau kecil di selat Flores dan selat Makasar, dan pulau Menjangan yang
b. Pantai yang landai dan luas terutama yang berhadapan dengan laut dalam
misalnya Pulau Penyu di Sumatra Barat, Pantai Ujung Kulon, dan Pantai
25
Timur Manokwari dan pantai di Sumbawa Selatan yang dihuni oleh penyu
1. Umumnya karakteristik pantai yang dipilih oleh penyu sebagai habitat bertelur
adalah daratan luas dan landai yang terletak di atas bagian pantai dengan
kemiringan ± 300 serta di atas pasang surut antara 30 – 80 meter (Nuitja, 1992).
2. Laut yang dipilih penyu dangkal, dimana masih ditemukan jenis rumput laut
dan waru laut. Sebagian besar penyu laut membuat sarang di daerah supratidal
atau daerah yang tidak terkena pasang surut air laut (Nuitja, 1992).
4. Kelembaban atau kadar air dalam pasir sarang telur penyu sangat dibutuhkan
kelembaban yang tepat. Salah satu fungsi penting dari sarang adalah menjaga
telur dan tukik dari kekeringan, pasang air laut dan fluktuasi suhu yang tinggi.
Masa inkubasi telur penyu sangat dipengaruhi oleh suhu dalam sarang dan
pertama perkembangan embrio dimulai sejak telur keluar dari perut induknya.
Suhu yang diperlukan agar pertumbuhan embrio dapat bejalan dengan baik
6. Komponen utama yang menjadi faktor penentu yaitu berupa pasir kwarsa atau
1. Suhu udara, suhu substrat dan kadar air substrat mempengamhi laju inkubasi
substrat. Ukuran pasir yang terlalu besar menyulitkan penyu untuk menggali
3. Suhu udara dan suhu subtrat berkorelasi negatif terhadap kadar air substrat.
Semakin besar suhu udara dan suhu substrat menyebabkan kadar air semakin
4. Jarak sarang ke vegetasi berkorelasi negatif terhadap komposisi debu dan suhu
udara. Semakin besar jarak sarang ke vegetasi terluar maka komposisi debu
5. Semakin tinggi curah hujan dan semakin rendah jarak sarang ke batas pasang,
6. Kemiringan pantai berkorelasi positif terhadap kadar air dan jarak sarang ke
vegetasi. Jika kemiringan pantai landai, maka kadar air substrat dan jarak
Kecamatan Ngambur atau sekitar 59 km dari Liwa atau 172 km dari Bandar
Lampung. Kawasan tersebut beroperasi sejak tahun 2006 dan dikelola oleh
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. Area ini merupakan bagian
dari Kawasan Konservasi Laut Daerah Pesisir Barat. Dari tujuh jenis penyu yang
ada di dunia dan 6 jenis yang ada di Indonesia, empat jenis di antaranya singgah
di daerah sekitar Pantai Muara Tembulih yaitu penyu sisik, penyu lekang, penyu
hijau dan penyu belimbing. Kawasan ini seluas 2.164 meter persegi atau sekitar
wisatawan asing maupun domestik terutama para peneliti atau mereka yang
Namun demikian, data tahun 2006 menunjukkan, empat jenis penyu yang biasa
mendarat di pesisir Lampung Barat tinggal 165 ekor saja, yang terdiri atas penyu
hijau 30 ekor, penyu sisik 30 ekor, penyu belimbing 15 ekor, dan penyu lekang 90
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) Dinas Kelautan dan Perikanan Lampung
Barat Imam Pujono mengatakan, hasil survei tahun 2008 populasi penyu indukan
di sepanjang pantai pesisir Lampung Barat hanya tinggal 400 ekor. (Lampung
Barat, yang salah satu tujuannya adalah untuk melindungi penyu dari kepunahan.
karang, dan ekowisata bahari. Balai Konservasi Laut Daerah Lampung Barat
telah membentuk kelompok penangkar penyu dalam upaya melindungi penyu dari
kepunahan dan anggota dari kelompok penangkar penyu tersebut terdiri dari
masyarakat setempat.
dengan baik hingga akhir tahun 2012, telah diadakan pergantian pengurus
sebelumnya yaitu Bapak Akhyar dan digantikan oleh Bapak Wardana. Setelah
menurun, banyak masyarakat yang mengambil telur penyu di sekitar pantai dan
tidak ingin menyerahkan telur penyu secara gratis ke pihak pengelola. Sebutir
telur penyu dijual dengan Rp. 2.000. Ketidaksanggupan pihak pengelola dalam
melestarikan penyu karena kurangnya dana untuk membeli telur penyu dari
masyarakat dan saat ini belum ada masyarakat yang memberikan telur penyu
secara sukarela.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Mei 2016 di Pekon
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu kamera digital Canon EOS 60D
lensa jenis Canon EF 28-105 mm usm, roll meter untuk pengukuran jarak pantai,
jam tangan sebagai penunjuk waktu, binokuler Bushell, GPS map 78s, termometer
untuk mengukur suhu, pita meter untuk panjang dan lebar penyu, lembar
C. Batasan Penelitian
1. Penelitian dilakukan selama 30 hari efektif, dimulai dari pagi hari pukul 06.00
wib – 12.00 wib sedangkan malam hari pukul 18.00 wib – 24.00 wib.
3. Karakteristik habitat yang diteliti adalah jenis vegetasi, temperatur pasir dan
D. Jenis Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi jenis penyu yang dijumpai
pada lokasi pengamatan dan perjumpaan dengan penyu baik secara langsung atau
tidak langsung serta data habitat yang meliputi tanggal dan waktu pengambilan
data, nama lokasi, substrat/lingkungan tempat ditemukan, tipe vegetasi, suhu pasir
pada lokasi penelitian, cuaca, dan kelandaian pantai. Sedangkan data bio-ekologi
penyu dan lokasi penelitian diperoleh dengan wawancara bersama pihak pengelola
a. Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan adalah langkah awal untuk memulai penelitian, tujuan survei
kondisi di lapangan, menentukan jalur, dan lokasi pengamatan penyu serta untuk
Satu lubang berisi 97 butir telur penyu lekang (Lepidochelys olivacea) yang
dan penyinaran lampu pada malam hari dari pengelola tambak di sekitar kawasan
1) Teknik observasi
baik areal penelitian maupun karakteristik penyu yang ada pada areal tersebut.
32
lokasi penetasan, lokasi pemeliharaan, telur penyu, dan penyu yang ada di
penangkaran.
yang diduga sebagai tempat dengan perjumpaan satwa tinggi (Man, 2012).
serta kondisi habitat peneluran penyu meliputi panjang dan lebar pantai, jenis
vegetasi pantai, tekstur dan suhu pasir lubang peneluran, ukuran lubang dan
koordinat dengan menggunakan GPS secara langsung saat terjadi pasang surut
penyusun vegetasi pantai dan satwa lain yang berada di sekitar pantai dan
F. Analisis Data
diperoleh saat di lapangan dan disusun dalam bentuk kalimat ilmiah secara
yaitu meliputi keragaman penyu dan karakteristik habitat peneluran penyu pada
lokasi penelitian.
1. Keragaman Penyu
Penangkaran Penyu (Agus, 2007), The Anatomy Of Sea Turtles (Wyneken, 2001),
Biologi dan Ekologi Pelestarian Penyu Laut (Nuitja, 1992). Identifikasi jenis
b. Warna karapas
deskriptif, yaitu:
GPS dengan mengambil titik koordinat awal dan titik koordinat akhir di
(daerah yang mengalami pasang surut) dilakukan dengan menarik garis lurus
dari batas surut terendah air laut sampai batas tertinggi air laut. Mengukur
lebar pantai daerah supratidal (daerah yang tidak mengalami pasang surut)
diukur dari batas tertinggi air laut sampai dengan batas vegetasi.
terbentuk antara tinggi saat pasang dengan jarak datar pantai yang terjadi pada
Tg ơ = H/D
supratidal. Pengukuran suhu pasir pada daerah intertidal dan daerah supratidal
dilakukan 3 kali sehari yaitu pagi (pukul 06.00-07.00), siang (pukul 12.00-
Pengukuran dilakukan 3 kali dalam sehari (pukul 06.00, 12.00 dan 24.00 wib).
d. Tekstur pasir pantai, untuk mengetahui komposisi dan tekstur pasir dilakukan
tekstur serta komposisi yang terkandung pada pasir pantai. Analisis pasir
dan mengamati secara langsung jenis vegetasi yang tumbuh di lokasi penelitian
dan mencatat data yang telah diperoleh dengan metode rapid assessment.
Jenis satwa yang dijumpai selama penelitian dicatat dan diambil gambar
sebagai predator terhadap penyu yang sedang naik untuk bertelur maupun
g. Aktivitas manusia
gangguan terhadap penyu yang sedang naik untuk bertelur maupun memangsa
2007, wilayah pesisir pantai Pekon Muara Tembulih, Sukanegara, Gedung Cahya
Lambung Barat, selanjutnya disebut KKLD Penyu. Penamaan ini dipilih karena
biota langka penyu masih banyak ditemukan mendarat dan bertelur di pantai,
sehingga upaya pelestarian biota langka dan habitatnya yang dipadu dengan
Kawasan ini membentang mulai dari Muara Way Tembulih (50 27’ 22.28’’LS,
1040 7’ 11.97’’BT) hingga Muara Way Ngaras (50 29’ 53.51’’LS, 1040 12’
7.66’’BT) mengikuti garis pantai sepanjang ± 10 km. Luas total KKLD Penyu di
Kawasan Konservasi Laut Daerah terletak di tiga pekon Pesisir yang berbatasan
langsung dengan Samudera Hindia. Pekon di Pesisir Barat yaitu Pekon Muara
Tembulih, Pekon Sukanegara dan Pekon Gedung Cahya Kuningan yang secara
37
berkisar 0 – 10 mdpl. Daerah ini relatif sempit dan memanjang sepanjang pantai,
seperti umumnya Pantai Barat Sumatera daerah ini rawan dengan gempa bawah
C. Iklim
dipengaruhi oleh Samudera Indonesia yang dicirikan dengan adanya angin musim
dan curah hujan yang tinggi (2500 – 3000 mm/tahun). Pada musim barat, angin
berhembus dari arah utara selama bulan November sampai Maret sedangan saat
musim timur angin berhembus dari arah selatan selama bulan Mei sampai
Tembulih Ngambur adalah 330C dan temperatur minimum adalah 220C. Rata-rata
D. Penduduk
Pekon Muara Tembulih Kecamatan Ngambur yaitu sebanyak 872 jiwa yang
terdiri dari 485 jiwa penduduk laki-laki dan 387 jiwa penduduk perempuan.
tersebar di 314 Rumah Tangga. Sebagian besar dari penduduk Pekon Muara
seperti penangkapan ikan dengan menggunakan jaring dan pancing di tepi laut.
38
Ketua : Wardana
Sekretaris : Zubairi
Bendahara : Arzan
Anggota : Aminudin
Siddik
Ahmad
Rodi
A. Simpulan
a). Panjang pantai 941,23 meter dan lebar pantai intertidal 11,52 m – 14,76 m
b). Suhu pasir 26,5-33,750C, tekstur pasir sedang, kelandaian pantai Ngambur
termasuk landai.
c). Tumbuhan yang mendominasi lokasi peneluran yaitu jenis pandan laut
(Pandanus tectorius) dan satwa yang berpotensi sebagai predator penyu dan
B. Saran
Adapun saran yang dapat menjadi masukan untuk proses pengelolaan Kawasan
2. Perlu dilakukan kajian mengenai parasit (teritip) yang hidup pada karapas
Garis. 2005. Metode Survey Vegetasi. Buku. Institut Pertanian Bogor Press.
Bogor. 126 p.
Hirth, H.F. 1971. Synopsis of Biological Data on the Green Turtle. FAO Fisheris
synopsis. No. 85. Rome Research. Jhon Willey and sons Inc. USA. 1-120 p.
69
Jatu. 2007. Penyu Laut (Testudines), Arti Harafiah dari Sea Turtle. Sumber:
www.ifnugroho.blogspot.com.
Diakses tanggal 26 November 2015. Pukul 10.37 wib.
Nuitja. I.N.S. 1992. Biologi dan Ekologi Pelestarian Penyu Laut. Buku. Institut
Pertanian Bogor Press. Bogor. 157-160 p.
Rifqi, A. 2008. KSPLK Chelonidae dan Konservasi Penyu Laut. Sumber:
http://arifqbio.multiply.com/journal/item/6
Diakses tanggal 26 November 2015. Pukul 14.34 wib
Yusuf, A. 2000. Mengenal Penyu. Buku. Yayasan Alam Lestari Press. Jakarta.
97 p.
Yayasan Alam Lestari. 2000. Mengenal Penyu. Buku. Yayasan Alam Lestari
Press. Jakarta. 62 p.
Zakaria, Z., Ismawan dan Haryanto, I. 2011. Indentifikasi dan mitigasi pada zona
rawan gempa bumi di Jawa Barat. Jurnal Buletin of Scientific Contribution.
9 (1) : 35-41.