"Penulisan Ilmiah" Membuat Artikel (Sejarah Kebudayaan Batak Mandailing)
"Penulisan Ilmiah" Membuat Artikel (Sejarah Kebudayaan Batak Mandailing)
"Penulisan Ilmiah" Membuat Artikel (Sejarah Kebudayaan Batak Mandailing)
MEMBUAT ARTIKEL
DOSEN PENGAMPU
Isroyati M.Pd
Disusun Oleh :
Abstract. Indonesia is a country rich in culture and heritage of beauty. It is presented in colorful
cultures. Indonesian culture has various shapes and colors. The culture is conveyed in the activities
of tribes in Indonesia. Culture is human thought while culture is the result of that thinking. Tribe is
the highest MADAT social unit consisting of one or more clans (in Ambon language known as
mataruma). One tribe that has a variety of cultures is the Batak tribe. The Batak tribe is not just one
but is based on the area where they live. There are Toba Batak, Karo Batak, Simalungun Batak and
also Mandailing Batak. These tribes are Batak tribes on the island of Sumatra. Mandailing is a
tribal name as well as region in Mandailing Natal district, North Sumatra. The Mandailing tribe
has similarities with other Batak tribes such as the existence of a clan system and respect for adat.
The Mandailing tribe has its own customs, culture and language. They speak in Mandailing. The
Mandailing language itself is closely related to the Angkola and Toba Batak languages. Judging
from the cultural, customary and linguistic traditions there are close links in the past between the
Mandailing Batak tribe and the Angkola, Toba and Padang Lawas Batak tribes. In addition, they
are also expected to be related to past relations with the Rokan Batak tribe and the Rao tribe.
Abstrak. Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan warisan keindahan. Hal itu tersajikan
dalam warna-warni budaya. Budaya yang dimiliki oleh Indonesia beragam bentuk dan warnanya.
Budaya tersebut tersampaikan dalam kegiatan suku-suku di Indonesia. Budaya adalah pemikiran
manusia sedangkan kebudayaan adalah hasil dari pemikiran tersebut. Suku ialah unit sosial MADAT
tertinggi yang terdiri dari satu atau lebih marga (dalam bahasa ambon dikenal dengan mataruma).
Salah satu suku yang memilki ragam kebudayaanadalah suku batak. Suku batak tidak hanya satu
saja melainkan ada sesuai daerah tempat tinggalnya. Ada batak Toba, batak Karo, batak Simalungun
dan juga batak Mandailing. Suku-suku tersebut merupakan suku batak yang ada di Pulau Sumatera.
Mandailing merupakan nama suku sekaligus wilayah di kabupaten Mandailing Natal, Sumatera
Utara. Suku mandailing memiliki persamaan dengan suku batak lainnya seperti adanya sistem marga
dan penghormatan terhadap adat. Suku Mandailing memiliki adat, budaya dan bahasa sendiri.
Mereka berbicara dalam bahasa Mandailing. Bahasa Mandailing sendiri sangat berkerabat dengan
bahasa Batak Angkola dan Batak Toba. Dilihat dari tradisi budaya, adat dan bahasa terdapat
keterkaitan erat di masa lalu antara suku Batak Mandailing dengan suku Batak Angkola, Toba dan
Padang Lawas. Selain itu mereka juga diperkirakan masih terkait hubungan di masa lalu dengan
suku Batak Rokan dan suku Rao.
Jika sedang membahas tentang suku batak pastilah tidak ada habisnya, dari
diartikel sebelumnya sudah pernah membahas tentang Suku Batak, maka kita dapat
mengetahui bahwa Suku batak memiliki 7 subetnis, yaitu Toba, Karo, Pakpak,
berasal dari kata Mandala dan Holing. Mandala berarti pusat dari federasi beberapa
Affan pada abad ke-7 M. Sri Paduka Maharaja Indrawarman adalah putra dari Ratu
pendiri Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 itu juga. Pada abad ke-10, Kerajaan
Chola dari wilayah Tamil, India Selatan, dengan rajanya Rajendra telah menyerang
yang bermaksud “ibu yang hilang”. Oleh karenanya ada pula anggapan berdasarkan
Mandailing di Sumatra.
rangka kristenisasi, menjadikan Mandailing menjadi sub etnis dari Batak. Secara
administrasi, pemasukan Mandailing dalam sub etnis Batak dimulai pada masa
pemerintahan Belanda pada awal abad ke-20 lalu, walau pun orang-orang
Mandailing yang diwakili raja-raja Kuria menolak untuk disub etniskan dalam etnis
Batak. Akibatnya muncul peristiwa yang dikenal sebagai Riwajat Tanah Wakaf
Bangsa Mandailing di Soengai Mati, Medan pada tahun 1925, hingga berlanjut ke
Hindia Belanda di Batavia, Mandahiling diakui sebagai etnis terpisah dari Batak,
karena berdasarkan de facto, etnis Batak sendiri sebenarnya lebih muda dari etnis
Mandailing. Berdasarkan silsilah yang diakui etnis Batak sendiri dalam Tarombo
Si Raja Batak,- Si Raja Batak merupakan nenek moyang orang Batak, ibunya yang
bernama Deak Boru Parujar berasal dari etnis Mandailing. Jadi sebelum ada etnis
Batak, etnis Mandailing sudah ada. Etnis Mandailing sendiri, menurut silsilahnya
tuntunan yang bernama Surat Tumbaga Holing (Serat Tembaga Kalinga). Surat
Tumbaga Holing biasanya selalu dibacakan dalam upacara-upacara adat. Selain itu,
orang Mandailing pun mengenal tulisan yang dinamakan Aksara Tulak-Tulak atau
Urup Tulak-Tulak, yang merupakan varian dari aksara Proto-Sumatra, yang berasal
dari huruf Pallawa. Bentuknya tidak berbeda dengan Aksara Minangkabau, Aksara
Rencong dari Aceh, Aksara Sunda Kuno, dan Aksara Nusantara lainnya.
tulak dan dipergunakan untuk menulis kitab-kitab kuno yang disebut pustaha /
pustaka, tetapi hampir tidak ada sejarah yang dituliskan dalam huruf itu, umumnya
huruf itu hanya digunakan untuk menulis aturan adat dan pengobatan. Sejarah
matrilineal.
dengan orang Batak yang mengenal sampai 500 marga, walau pun orang
Mandailing jauh lebih banyak, tetapi hanya mengenal belasan marga saja,
berasal dari Bugis/Lubis, sehingga tanah Mandailing disebut juga sebagai Tanah
pelarangan perkawinan semarga seperti yang terjadi pada etnis Batak. Tak heran,
semarga yang diharuskan membuat marga baru, sementara pada etnis Mandailing
hanya ada kewajiban memotong korban berupa ayam, kamping, atau kerbau
Mandailing Julu dan Pakantan, seperti berikut: Lubis yang terbagi kepada Lubis
Kota Nopan dan Lubis Singa Soro, Nasution, Parinduri, Batu Bara, Matondang,
Borotan, Lancat, Jior, Tonga, Dolok, Maga, Pidoli, dan lain-lain. Di Mandailing
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan melalui pengalaman saya sendiri yang tinggal di daerah
suku rao jadi suku rao ini perbatasan antara Sumatra barat dan Sumatra utara.
Secara garis besar, Mandailing adalah salah satu suku yang banyak ditemui
di utara Pulau Sumatera atau lebih spesifik berada di selatan Provinsi Sumut. Suku
ini memiliki ikatan darah, nasab, bahasa, aksara, sistem sosial, kesenian, adat, dan
kebiasaan tersendiri yang berbeda dengan Batak dan Melayu. Generalisasi kata
Batak terhadap etnis Mandailing umumnya tak dapat diterima oleh keturunan asli
wilayah itu. Meski sebagian masih mengakui dirinya bagian dari suku Batak.
Defined and Divided. In: 'From Palermo to Penang: A Journey into Political
berdasarkan aturan irisan yang dibuat untuk mengklasifikasi dan membuat tipologi.
Akibatnya Suku Mandailing melebur menjadi satu yang dinamai Suku Batak
dicantumkannya nama Mandailing dalam sumpah Palapa Gajah Mada pada syair
Majapahit sekitar tahun 1287 Caka (1365) ke beberapa wilayah di luar Jawa.
tinggi (berdasarkan catatan sejarah serangan Rajendra Cola dari India pada tahun
1023 M ke Kerajaan Panai) di hulu sungai Barumun atau di sepanjang aliran sungai
Batang Pane mulai dari Binanga, Portibi di Gunung Tua hingga lembah
kata Mandalay (nama kota di Burma) dan kata Mandala Holing (nama kerajaan di
Portibi, Gunung Tua) Munda adalah nama bangsa di India Utara, yang menyingkir
ke Selatan pada tahun 1500 SM karena desakan Bangsa Aria. Sebagian bangsa
Mandailing memiliki riwayat asal usul marga yang diyakini berawal sejak
abad ke-9 atau ke-10. Mayoritas marga yang ada di Mandailing adalah Lubis dan
Nasution. Nenek Moyang Marga Lubis yang bernama Angin Bugis berasal dari
Sulawesi Selatan. Angin Bugis atau Sutan Bugis berlayar dan menetap di
pada anak yang bergelar Namora Pande Bosi III. Marga Hutasuhut adalah generasi
berikutnya dari keturunan Namora Pande Bosi III, yang berasal dari ibu yang
Pande Bosi III yang menetap di daerah Portibi, Padang Bolak. Marga Pulungan
berasal dari Sutan Pulungan, yang merupakan keturunan ke lima dari Namora
Sedangkan pembawa marga Nasution adalah Baroar Nasakti, anak hasil pernikahan
antara Batara Pinayungan (dari kerajaan Pagaruyung) dengan Lidung Bulan (adik
berasal dari kerajaan Panai, Padang Lawas. Keturunan Sutan Pane, Datu Janggut
Marpayung Aji dijuluki ‘orang Nan Ditakuti’, dan berubah menjadi Rangkuti yang
menetap di Huta Lobu Mandala Sena (Aek Marian). Keturunan Datu Janggut
Marpayung Aji tersebar ke beberapa tempat dan salah satunya ke daerah Tamiang,
Daulay bernama Parmato Sopiak dan Datu Bitcu Rayo (dua orang pemimpin
1. Suku Sakai, bermukim di hulu-hulu sungai kecil, dan beberapa juga ditemukan
2. Suku Hulu Muarasipongi diduga berasal dari Riau, sedangkan bahasa dan
adatnya, mirip dengan bahasa dan adat Riau serta Padang Pesisir.
3. Suku Lubu Siladang bermukim di lereng Gunung Tor Sihite, bahasa dan adatnya
Hasilnya, suku ini dipengaruhi oleh budaya Islam. Suku ini juga tersebar di
Malaysia, tepatnya di Selangor dan Perak. Suku ini juga memiliki keterkaitan
membuka huta harajoan (beraja) yang baru, membawa diri kerana perselisihan
mengikuti nasab keturunan ayah. Karena itu, hanya laki-laki saja bisa menyambung
marga orang tuanya. Sebagaimana orang Arab dan China, orang Mandailing
satu struktur sistem adat yang disebut Dalihan Natolu (tungku yang tiga).
kegiatan adat, seperti Horja (pekerjaan/pesta), yaitu tiga jenis yaitu, (1) Horja
(haroan boru); (2) Horja Siluluton (upacara Kematian) dan (3) Horja Siulaon
(gotong royong).
dan Namora Natoras sebagai pemegang kekuasaan dan adat. Raja di Mandailing
terdiri atas beberapa jenis, yaitu Panusunan (raja tertinggi), Ihutan (di bawah
Panusunan), Pamusuk (raja satu huta, tunduk pada Panusunan dan Pamusuk),
Sioban Ripe (di bawah raja Pamusuk) dan Suhu (di bawah Pamusuk dan Sioban
Ripe, tetapi tidak terdapat di semua Huta). Semua raja Panusunan yang ada di
Mandailing berasal dari satu keturunan yaitu marga Lubis di Mandailing Julu dan
wilayahnya. Namora Natoras terdiri atas Namora (orang yang menjadi kepala dari
tiap parompuan kaum kerabat raja yang merupakan kahanggi raja), Natoras
(seseorang yang tertua dari satu parompuan), suhu (orang yang semarga dengan
Nagodang (mereka yang tidak semarga dengan raja, yang datang bersama-sama
menghormati dan menghargai orang tua. Namun demikian, orang tua yang
dihormati tidak lantas tinggi hati. Tetapi justru mengayomi semua kerabat, saudara
bahkan orang lain yang bukan siapa-siapa bagi mereka dalam melaksanakan setiap
Marga-Marga Mandailing
kepada Lubis Huta Nopan dan Lubis Singa Soro), Nasution, Parinduri, Batu
Nasution dan Lubis di Padang Lawas. Selain di Mandailing Natal (Madina), suku
Kelompok pertama yang datang di wilayah tersebut adalah Pulungan dan Nasution.
Indonesia dan luar negeri. Mereka mudah dikenal karena adanya identitas marga
Kesenian tradisional
1. Gordang Sambilan adalah alat kesenian terdiri atas sembilan gendang besar
(beduk) yang ditabuh bersamaan, dalam rangka tertentu, misalnya pada hari
raya. Salah satu beduk ditabuh oleh seorang raja/pemimpin wilayah, yang
Mandailing bisa berarti gunung, bisa juga berarti bukit, yang berasal dari
dengan irama lambat, dengan gerakan pelan dan lembut dari penarinya, dan
berpindah tempat secara pelan atau diam di tempat, sehingga terkesan
sakral. Biasanya Tarian Tortor ini diiringi musik yang disebut sebagai
Sulaiman yang berasal dari suku Levi's, yang diciptakan sekitar 3000 tahun
3. Moncak atau Poncak adalah tarian yang berasal dari gerakan pencak silat.
mempelai perempuan.
4. Markusip yang berarti berbisik adalah acara yang dilakukan para bujang di
Mandailing dalam rangka merayu anak gadis yang diincarnya pada tengah
malam, dengan cara mendatangi bawah kolong kamar dimana sang anak
meniup Tulila, yaitu alat tiup tradisional dengan irama tertentu, sehingga
7. Salung adalah alat musik tiup yang digunakan untuk menghibur dengan cara
Islam yang taat meskipun demikian ada juga orang mandailing yang menganut
kristen. Namun sebelumnya, suku batak adalah penyembah berhala dan banyak
dewa (begu) atau yang disebut si pelebegu. Orang mandailing hampir 100% adalah
penganut agama islam yang taat, oleh karena itu Islam memiliki pengaruh yang
besar dalam pelaksanaan upacara adat. Dalam mandailing ada falsafah yang
menyebutkan Hombar do adat dohot ibadat yang artinya adalah adat dan ibadat
tidak dapat dipisahkan. Adat tidak boleh bertentangan dengan agama islam. Jika
dalam upacara adat ada hal-hal yang mengganggu dengan pelaksanaan agama, adat
itu harus dikesampingkan. Adat istiadat mandailing baik dalam kehidupan sehari-
hari atau upacara adat masih tetap dipakai oleh orang mandailing. Adat istiadat
Sebelum Islam masuk, pelaksanaaan upacara adat masih terasa kental sekali
namun setelah Islam masuk , upacara masih dilakukan namun disesuaikan dengan
kaidah islam. Contohnya sebelum islam masuk, mayat dibawa dengan keranda
bertingkat-tingkat atau yang disebut roto dam keluarga harus meratapi kepergian
anggota keluarganya tersebut, namun setelah islam masuk kegiatan meratap itu
dihiliangkan.
Barat tahun 1821-1837. Agama Islam disebarkan dari Minangkabau dan sekarang
ini dianut oleh sebagian besar masyarakat batak Mandailing dan batak Angkola.
Sedangkan agama Kristen Katolik dan Protestan disebarkan oleh para missionaris
Jerman dan Belanda sejak tahun 1863 ke daerah batak Toba, Simalungun, Pak Pak
Fungsionaris Adat
Fungsionaris adat adalah orang yang berfungsi mengatur dan menjaga agar
adat dapat terpelihara dengan baik. Fungsionaris adat adalah orang yang berfungsi
mengatur dan menjaga agar adat dapat terpelihara dengan baik, fungsionaris adat
a. Raja Panusunan yaitu raja tertinggi sesuai perjanjian dan sekaligus sebagai
raja huta. Raja ini menjadi pemimpin dalam hutanya sendiri. Raja
b. Raja Ihutan merupakan raja dari kumpulan huta yang berada dibawah Raja
Panusunan.
c. Raja Pamusuk yaitu raja yang berada dibawah raja Ihutan yang memimpin
satu huta.
d. Raja Sioban Ripe berada dibawah raja pamusuk dan berdiam bersama-sama
di satu huta.
e. Suhu, yang berada dibawah raja pamusuk dan raja sioban ripe.
belum memnuhi syarat sebagai suatu huta. Contoh Pagaran Sigatal dan pagaran
Korak. Jika pagaran sudah berkembang karena penduduk banyak dan syarat
sebagai huta terpenuhi, maka menjadi huta. Apabila beberapahuta bersatu untuk
kepentingan tertentu maka disebut janjian dan dipimpin oleh Raja Janjian.
2. Namora Natoras
empu, eyang, kakak. Kemudian natoras yaitu seorang yang tertua dari satu
parompuan yang oleh suatu kerapatan adat suatu huta diangkta dan disahkan
sebagai utusan untuk mewakili kerabatnya pada setiap kerapatan adat. Toras
berarti seorang teras (trunk) yang secara sosiologis dipandang sebagai primus
a. Anggi ni Raja yaitu yang duduk membantu raja dalam pelaksanaan tugas
kepada raja.
keamanan.
Tanda bahwa sebuah huta telah menjadi bpna bulu adalah mempunyai bagas
godang sebagai tempat tinggal raja dan sopo godang sebagai balai pertemuan serta
terhadap seranagan musuh dari luar dan telah disesuaikan dengan ketentuan adat.
Bagas godang mempunyai pekarangan yang luas yang disebut dengan alaman bolak
atau alaman silang se utang yang berarti apabila sesorang yang berutang dikejar
oleh yang berpiutang dan dia lari ke alaman bolak dia tidak boleh lagi diganggu,
Bagas godang berfungsi sebagai tempat timpat raja panusunan maupun raja
pamusuk sebagai tempat tinggal raja. Biasanaya bagas godang raja panusunan lebih
besar dari raja pamusuk. Secara adat, bagas godang melambangkan bona bulu yang
berarti bahwa huta tersebut telah memiliki satu perangkat desa yang lengkap seperti
dalihan na tolu, namora natoras, datu, sibaso, ulu balang, panggora dan raja
pamusuk sebagai raja adat. Setiap Bagas Godang yang senantiasa didampingi oleh
sebuah Sopo Godang harus mempunyai sebidang halaman yang cukup luas. Oleh
kerana itulah maka kedua bangunan tersebut ditempatkan pada satu lokasi yang
cukup luas dan datar dalam Huta. Halaman Bagas Godang dinamakan Alaman
https://travel.dream.co.id/news/4-fakta-unik-suku-batak-mandailing-yang-
jarang-diketahui-1711215.html
https://daerah.sindonews.com/read/1260799/29/asal-asul-mandailing-sejarah-
dan-kebesaran-marga-marga-1511712612
http://geschiedenisfarizpratama.blogspot.com/2015/11/sejarah-suku-
mandailing-sumatera-utara.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Mandahiling