Draft Buku Tata Bahasa

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 52

ASKOLANI NASUTION

Tata Bahasa
Mandailing

Intishar Publishing
KEBUMEN

2
KONSEP

Bahasa Angkola-Mandailing adalah bahasa yang digunakan sebagai


bahasa adat dan budaya di wilayah bekas Asisten Residen Angkola
Mandailing atau di wilayah Tapanuli Bagian Selatan. Penyebutan Tapanuli
Bagian Selatan hanya untuk menjelaskan satu kawasan yang berbeda
dengan Tapanuli lainnya, baik dari sisi bahasa maupun budaya. Penyebutan
Angkola-Mandailing pun hanya satu acuan yang merujuk pada kawasan yang
sama, yang sejak masa kolonialisme selalu disebut dengan istilah itu. Jadi
wilayah yang saat ini kita namai kawasan Sipirok dan Padang Lawas, pada
masa dahulu dianggap sebagai bagian dari entitas Mandailing Angkola, baik
secara administratif maupun budaya. Dengan begitu, tulisan ini tidak
menimbulkan keraguan bahwa penyebutan Angkola-Mandailing bukan
hanya satuan yang berlaku di wilayah Kabupaten Mandailing Natal saya,
tetapi seluruh wilayah Tapanuli Bagian Selatan yang menjadi wilayah
administrasi Aisten Residen Angkola Mandailing sejak tahun 1830. Selain itu,
memang tidak ada perbedaan diksi dan muatan makna bahasa di masing-
masing sub-kawasan Tapanuli Bagian Selatan, kecuali sebatas perbedaan
lafal.
Dari ribuan bahasa daerah yang ada di Nusantara, bahasa Angkola-
Mandailing ditetapkan sebagai bahasa adat dan budaya yang utuh, baik
dalam tataran lisan maupun tulisan. Tataran tulisan misalnya, bahasa
Angkola Mandailing juga memiliki bentuk huruf tersendiri yang bukan
menjadi bagian dari aksara daerah lain.
Dalam berbagai studi ilmiah, rumpun bahasa Angkola-Mandailing
hanya disebut sebagai bahasa Mandailing saja. Tidak ditemukan sebutan
untuk bahasa Angkola. Itu karena penutur bahasa Angkola pun hanya
menggunakan rumpun bahasa Mandailing. Perbedaannya hanya tingkat
pelafalan. Perbedaan pelafalan itu tampak pada perubahan fonem akhir
suku pertama setiap diksi, jika fonem suku kata kedua berfonem konsonan.
Misalnya, kata [dangka] di kawasan Mandailing, dilafalkan menjadi [dak-ka]
pada penutur angkola. Dalam tataran tertulis dan makna bahasa, semuanya
sama.
***

Rumpun bahasa Tapanuli sejak masa kolonial sering


dikelompokkan atas lima sub-bahasa, yakni sub-bahasa Angkola-Mandailing,
Toba, Karo, Simalungun dan Pakpak-Dairi. Penetapan itu terjadi sejak masa
kolonial dan seolah-olah menjadi hal yang diterima bersama, baik di
lingkungan umum, maupun lingkungan akademis. Itu ekuivalen dengan
pendapat yang juga menyamakan adat dan budaya Angkola-Mandailing
sebagai sub-bagian dari adat dan budaya Tapanuli.

3
Penyamaan itu sebenarnya diciptakan oleh pemerintah kolonial
untuk membendung pengaruh kekuasaan Aceh di Utara dan Minangkabau di
Selatan. Karena itu, kawasan Mandailing dan Angkola tidak pernah
mengakui bahwa mereka menjadi sub-domain dari Batak.
Meskipun bahasa Mandailing menjadi bahasa yang berdiri sendiri,
tetapi penggunaannya amat terbatas. Berbeda dengan bahasa etnik lainnya,
bahasa Angkola-Mandailing nyaris tidak pernah dipergunakan untuk menulis
cerita, kecuali sekedar tulisan ungkapan perasaan seseorang yang ditulis di
sebilah bambu. Tulisan di sebilah bambu itu disebut dengan Ratapan.
Selebihnya, tulisan Angkola-Mandailing, atau yang disebut Aksara Tulak-
Tulak, lebih banyak digunakan untuk menulis perjanjian keamanan antar-
desa, tarombo (silsilah), poda (nasehat), hapantunon (sikap), dan hadatuon
(mantra).
Ragaman tulisan itu dibuat di media kulit kayu, yakni kulit kayu
Alim yang diolah sedemikian rupa sehingga menyerupai buku. Dibuat tipis
berlipat-lipat dan panjangnya beberapa meter. Setiap lipatannya merupakan
lembar penulisan. Tulisan aksara Tulak-Tulak di atas kulit kayu tersebut
disebut Pustaha atau Pustaha Laklak. Sebutan “laklak” mengacu kepada
kulit kayu yang menjadi mediumnya.
Tidak semua penduduk asli Angkola-Mandailing bisa menulis dan
membaca Aksara Tulak-Tulak. Bahkan masa sebelum munculnya dominasi
huruf Latin yang dibawa oleh kolonialisme, diperkirakan hanya 30 persen
laki-laki dan 10 persen perempuan penduduk Mandailing-Angkola yang bisa
menggunakan huruf tersebut. Dengan begitu, sekalipun bahasa Mandailing
menjadi bahasa pengantar sehari-hari, tetapi hanya sebagian kecil penutur
yang mampu mengaksarakannya. Itu juga yang membuat Aksara Tulak-Tulak
tidak dikenal luas, bahkan oleh penutur bahasa itu sendiri.
Biasanya yang paling
sering menggunakan huruf
tersebut adalah datu, yakni
seseorang yang diyakini
memiliki kekuatan
supranatural, sehingga bisa
berkomunikasi dengan roh
leluhur atau dewa. Datu
menggunakan huruf tersebut
untuk menuliskan mantra atau
resep obat tradisional. Resep
obat tersebut disebut dengan
pulungan ni ubat. Mantra adalah prosesi literer yang diucapkan datu saat
berkomunikasi dengan roh leluhur. Karena itu, bahasa bagi masyarakat
tradisional Angkola-Mandailing bukan hanya sebagai alat komunikasi
antarmanusia, tetapi juga sarana berkomunikasi dengan roh leluhur atau
Tuhan.

4
Terbatasnya penggunaan Aksara Tulak-tulak dalam bentuk tulisan,
membuat banyak konsep etika dan falsafah Angkola-Mandailing tidak
terpublikasi. Ditambah lagi, saat invasi Minangkabau atas wilayah Angkola-
Mandailing tahun 1830-an, banyak Pustaha Lak-lak yang dimusnahkan
karena dianggap tidak sesuai dengan misi Islam yang dibawa oleh Perang
Paderi.
Selain itu, masuknya misionaris Kristen di Mandailing tahun 1850-
an, banyak pustaha-pustaha Mandailing yang diboyong ke Eropah untuk
penelitian. Pustaha-pustaha yang dikenal sekarang diduga yang ditulis pasca
berakhirnya dominasi Perang Paderi, yakni tahun 1875. Karena itu, banyak
jejak klasik dalam Pustaha sebelum masuknya kolonialisme, tidak ditemukan
lagi di kawasan Angkola-
Mandailing.
Apalagi sastranya.
Karena tidak pernah digunakan
untuk menuliskan cerita, maka
bahasa Angkola-Mandailing
tidak mengenal tradisi lisan
dalam bercerita. Berbagai cerita
legenda etnik Angkola-
Mandailing hanya diturunkan
secara lisan. Karena itu, sastra
Angkola-Mandailing adalah
sastra lisan. Cerita “Sampuraga”
atau “Si Bisuk Na Oto”
misalnya, hanya diceritakan
dari mulut ke mulut.

5
TATA BAHASA ANGKOLA-MANDAILING

Pada tahun 1861, HN Van Der Tuuk, ahli tata bahasa Belanda,
menulis buku “Stukken in het Mandailingsch”, tulisan ilmiah pertama
tentang bahasa Mandailing yang terbit di Amsterdam. Melalui buku itu,
bahasa Mandailing dikenal secara luas.
Bahasa Mandailing memiliki banyak perbedaan dengan bahasa
daerah lainnya di Nusantara. Jika bahasa Jawa misalnya dibedakan atas dua
ragam penggunaan berdasarkan kelas sosial pendengarnya, bahasa halus
dan bahasa kasar, maka bahasa Mandailing jauh lebih luas lagi
ragamannya. Perbedaan itu tidak menyangkut kelas sosial. Misalnya,
bahasa seorang raja Mandailing tetap sama dengan bahasa rakyat biasa.
Perbedaan ragam pengungkapan ada pada tataran situasi.
Ada lima ragam bahasa Mandailing berdasarkan situasi
penggunaannya, yakni:

 Ragam Bahasa Adat.

Ragam ini digunakan dalam prosesi adat, baik saat proses pernikahan,
kemalangan, dan lain-lain. Pilihan kata yang digunakan merujuk
kepada pilihan kata klasik yang amat berbeda dengan pilihan kata yang
dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan beberapa kata yang
digunakan dalam prosesi adat, tidak pernah lagi digunakan dalam
komunikasi sehari-hari.
Contohnya:
“Marhite-hite tu ujung ni tahi.” Kata [marhite-hite] dan [tahi] tidak
ditemukan lagi dalam ragam komunikasi sehari-hari. Terjadinya
perbedaan ini karena dalam prosesi adat setiap orang dibedakan
kedudukannya atas kahanggi, anak boru dan mora. Selain itu, urutan
pembicaraan juga diatur berdasarkan mekanisme tertentu yang
disebut ruas. Ruas tersebut mengatur materi atau inti pembicaraan
yang harus dilalui secara berurutan.

 Ragam Bahasa Andung (situasi bersedih).


Ragam ini digunakan saat seseorang meratapi kemalangan yang
sedang menimpanya. Misalnya ratapan ketika orang tua, suami/istri,
anak, atau kekasihnya meninggal. Penutur akan mengungkapkan
kesedihannya dengan bahasa tertentu dan disampaikan dengan lagu
tertentu.

 Ragam Bahasa Parkapur (komunikasi di hutan)


Ragam ini digunakan saat berada di lingkungan hutan. Beberapa kata
yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dianggap pantang
diucapkan dalam lingkungan rimba. Tentu karena kepercayaan bahwa

6
rimba dikuasai oleh penguasa rimba. Misalnya harimau. Jadi untuk
menyebut harimau diganti menjadi ‘nagogoi’. Karena kata itu dianggap
lebih halus. Dalam lingkungan hutan setiap orang dituntut untuk
berprilaku santun, baik dalam tingkah laku maupun ucapan.

 Ragam Bahasa Somal (komunikasi sehari-hari)


Ragam ini digunakan dalam komunikasi sehari-hari tanpa mengenal
usia dan jenis kelamin. Bahasa ini lah yang disebut bahasa Ibu, yaitu
bahasa yang diturunkan kepada anak dalam lingkungan keluarga.
Bahasa tersebut tidak ada perbedaan pilihan kata dalam penggunaan
di lingkungan rumah, di antara teman sebaya, maupun di lingkungan
sosial penutur. Jumlah koso kata yang digunakan tidak terhingga, juga
variasi ungkapannya.

 Ragam Bahasa Bura (situasi marah)


Ragam ini digunakan dalam situasi emosional. Kebanyakan digunakan
oleh wanita saat mengekspresikan rasa marahnya kepada orang lain.
Kata-kata yang digunakan dianggap tidak patut diucapkan dalam
situasi normal. Selain menggunakan kata tertentu juga disampaikan
dengan nada yang keras.
Misalnya:

Seseorang dituntut untuk terampil memilih kosa kata yang tepat


untuk ragam yang sesuai. Misalnya, Sirih, sama dengan napuran (ragam
adat), simanggurak (ragam andung), burangir (ragam nabiaso), dan siroan
(ragam parkapur). Karena itu, dalam bahasa Mandailing, setiap konteks dan
latar komunikasi berbeda, akan berbeda juga diksi (kata) yang digunakan.

7
HATA

Kata dalam bahasa Mandailing disebut dengan hata. Hata adalah


perpaduan beberapa huruf yang sudah membentuk makna yang utuh.
Sekalipun beberapa huruf bertemu, sepanjang tidak membentuk makna
tidaklah disebut kata. Misalnya kata bahasa Mandailing seperti ah, ekle, dan
baya, bukan termasuk jenis kata.
Berdasarkan bentuk kejadiannya, hata terbagi atas beberapa jenis:

HATA BONA

Hata Bona adalah Kata Dasar, yakni kata yang belum mendapat
tambahan imbuhan. Dengan demikian makna yang melekat pada kata itu
masih merupakan makna bawaan. Misalnya, hata [mangan] maknanya
adalah pamasuk panganon tu bagasan ni papangan niba salaos ni ilkil dohot
nitolon.
Makna bawaan yang melekat pada hata bona disebut dengan makna
leksikal. Ketika sebuah hata dimasukkan dalam kalimat, dapat membentuk
makna yang berbeda dengan makna bawaannya. Makna yang berubah
karena pengaruh kalimat tersebut disebut dengan makna gramatikal.

HATA NA MARPANAMBA

Hata na Marpanamba sama pengertiannya dengan Kata Berimbuhan


dalam bahasa Indonesia, yakni Hata Bona yang sudah mendapat tambahan
imbuhan. Tambahan imbuhan tersebut, bisa di awal, di akhir, maupun di
tengah kata. Dengan penambahan awalan, sebuah hata bisa berubah
maknanya, tidak sama lagi persis dengan makna kata bawaannya. Misalnya
hata [mangan] ditambah dengan panamba [mar] menjadi [marmangan-
mangan] maka maknanya menjadi pekerjaan [mangan] yang dilakukan oleh
lebih dari satu orang.
Terdapat beberapa jenis hata na marpanamba, yakni hata na
marpanjoloi (awalan), hata na marpangihut (akhiran), dan hata na
marpanyolot (sisipan).

8
HATA NA MARPANJOLOI

Hata na Marpanjoloi adalah hata bona yang mendapat tambahan


morfem di awal kata atau dalam tataran bahasa Indonesia disebut dengan
awalan (prefiks). Hata na marpanjoli terdiri dari beberapa jenis, yakni:

1. ma-. Awalan ma- membentuk kata kerja aktif transitif atau kata kerja
aktif intransitif. Hata marpanjoloi [ma] dapat bervarisi bentuk menjadi:
1) man-, jika awalan ma bertemu dengan kata yang huruf pertamanya
[t], [c], [j], dan [d], maka huruf tersebut menjadi senyap.
Misalnya:
tarup menjadi manarup
tigor menjadi manigor
cabut menjadi mancabut
jojor menjadi manjojor
duda menjadi manduda

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

a. mam-, jika awalan ma bertemu dengan kata yang huruf


pertamanya [b] dan [p], maka hurf [b] dan [p] tersebut dapat
menjadi senyap.
Misalnya:
bayu menjadi mambayu
pistak menjadi mamistak

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

b. mang-, jika awalan ma bertemu dengan kata yang huruf


pertamanya [a, I, u, o, dan e], serta [g], [h] dan [k].
Misalnya:
usa menjadi mangusa
gore manjadi manggore
kias menjadi mangkias

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

9
c. manga-, ika awalan ma bertemu dengan kata yang huruf
pertamanya [a], [r], dan [l].
Misalnya:
alap menjadi mangalap
abing manjadi mangabing
rondam menjadi mangarondam
lumpat menjadi mangalumpat

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

d. many-, ika awalan ma bertemu dengan kata yang huruf


pertamanya [s], maka huruf [s] tersebut dapat berubah menjadi
senyap.
Misalnya:
suri menjadi manyuri
sarir manjadi manyarir

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

e. mangka-, jika awalan ma bertemu dengan kata yang huruf


pertamanya [r], [t], dan [g].
Misalnya:
ramping menjadi mangkaramping
turgis manjadi mangkaturgis
garis menjadi mangkagaris

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

2. pa-, hata marpanjoloi [pa] dapat bervariasi bunyi menjadi


2) pan-, jika awal pa bertemu dengan hata bona yang berawal [t],
maka huruf [t] dapat menjadi senyap.
misalnya:
tamba menjadi panamba
tarup menjadi panarup

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

10
a. pam-, jika awal pa bertemu dengan hata bona yang berawal [b]
dan [p], maka huruf tersebut dapat menjadi senyap.
misalnya:
pulos menjadi pamulos
bungka menjadi pamungka
biar menjadi pambiar

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

b. pang-, jika awal pa bertemu dengan hata bona yang berawal [u],
[g], [o], dan [k].
misalnya:
upa menjadi pangupa
gadis menjadi panggadis
kae menjadi pangkae

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

c. panga-, jika awal pa bertemu dengan hata bona yang berawal [a]
[r], dan [l].
misalnya:
alap menjadi pangalap
ayup menjadi pangayup
ronca menjadi pangaronca
lumpat menjadi pangalumpat

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

d. pany-, jika awal pa bertemu dengan hata bona yang berawal [s].
maka bunyi huruf [s] dapat berubah menjadi senyap.
misalnya:
sarak menjadi panyarak
sonduk menjadi panyonduk

11
surat menjadi panyurat

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

e. par-
Misalnya:
par + jolo menjadi parjolo
par + saba menjadi parsaba
par + tunggul menjadi partunggul

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

3) mar-
Misalnya:
mar + mayam menjadi marmayam
mar + gota menjadi margota
mar + turi menjadi marturi

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

4) tar-
Misalnya:
tar + ingot menjadi taringot
tar + dok menjadi tardok
tar + alusi menjadi taralusi

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

5) sa-, dapat bervariasi bentuk menjadi


a. san-
Misalnya:
sa + dok menjadi sandok
sa + tampul menjadi santampul

12
Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

b. sam-
Misalnya:
sa + pagul menjadi sampagul
sa + pitpit menjadi sampitpit

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

c. sal-
Misalnya:
sa + lobong menjadi sallobong
sa + lumpat menjadi sallumpat

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

d. sang-
Misalnya:
sa + kibul menjadi sangkibul
sa + kibung menjadi sangkibung

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

e. sasa-
Misalnya:
sasa + rimbang menjadi sasarimbang
sasa + gumpal menjadi sasagumpal

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

6) ha-
Misalnya:
ha + magoan menjadi hamagoan
ha + susaan menjadi hasusaan

13
Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

7) si-
Misalnya:
si + ambirang menjadi siambirang
si + angkup menjadi siangkup
si + balikkon menjadi simbalikon
si + oban menjadi sioban

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

8) um-
Misalnya:
um + pistar menjadi umpistar
um + tabo menjadi umtabo
um + dao menjadi umdao

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

9) matu-
Misalnya:
matu + taktak menjadi matutaktak
matu + rapak menjadi maturapak
matu + porpor menjadi matuporpor
matu + domdom menjadi matodomdom

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

10) manga-
Misalnya:
manga + ramban menjadi mengaramban
manga + rohai menjadi mangarohai

Penugasan

14
Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

11) na-
Misalnya:
na + tama menjadi natama
na + rara menjadi narara

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

12) halim/hali/salim/sarim
Misalnya:
salim + batuk menjadi salimbatuk
salim + potpot menjadi salimpotpot
sarim + borbor menjadi sarimborbor
hali + lilian menjadi halilian

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

15
HATA NA MARPANGIHUT

Hata na Marpangihut adalah hata bona yang mendapat tambahan akhiran


(sufiks). Hata na Marpangihut terdiri dari:
1) -an
Misalnya:
hipas + an menjadi hipasan
lampas + an menjadi lampasan
dalan + an menjadi dalanan

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

2) -on
Msalnya :
oban + on menjadi obanon
suan + on menjadi suanon
baen + on menjadi baenon

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

3) –i
Misalnya:
taru +i menjadi tarui
lapik +i menjadi lapiki
alus +i menjadi alusi

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

4) –hon/kon
Misalnya:
taili + hon menjadi tailihon
sili + hon menjadi silihon
tading + kon menjadi tadingkon
topot + kon menjadi topotkon

Penugasan
Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

16
HATA NA MARPANYOLOT

Hata na Marpanyolot adalah hata bona yang mendapat tambahan sisipan


(infiks). Hata Marpanyolot terdiri dari:
1) in
Misalnya:
taru + in menjadi tinaru
tading + in menjadi tinading
topot + in menjadi tinopot

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

2) um
Misalnya:
hipas + um menjadi humipas
tabo + um menjadi tumabo
muli + um menjadi hamumuli
deges + um menjadi dumeges
lindak + um menjadi lumindak

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

17
IMBUHAN GABUNG

Imbuhan gabung adalah proses masuknya Hata na Marpanjoloi dengan Hata


na Marpangihut secara bersama-sama ke dalam hata bona.

1) parpa, merupakan gabungan hata na marpanjoloi par dan pa. Hata mar
panjoloi parpa dapat berubah bunyi sebagaimana perubahan bunyi
pada hata mar panjoloi pa.

Misalnya:
parpa + tobang menjadi parpartobang
parpa + ambe menjadi parpangambe

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

2) marpa, terbentuk karena hata marpanjoloi mar bertemu dengan kata


jadian yang sudah mendapat tambahan pa. Sama seperti bentu marpa,
hata mar panjoloi marpa dapat bervariasi bunyi menjadi

a. marpan, jika bertemu dengan hata bona yang berawal [t],


misalnya:
marpa + tamba menjadi marpanamba

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

b. marpam, jika bertemu dengan hata bona yang berawal [b] dan [p],
misalnya:
marpa + biar menjadi marpambiar

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

c. marpang, jika bertemu dengan hata bona yang berawal [u], [g], [o],
atau [k], misalnya:
marpa + upa menjadi marpangupa
marpa + olat menjadi marpangolat

18
Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

d. marpanga, jika bertemu dengan hata bona yang berawal [a], [r],
atau [l] misalnya:
marpa + alap menjadi marpangalap
marpa + laho menjadi marpangalaho
marpa + roro menjadi marpangaroro

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

e. marpany, jika bertemu dengan hata bona yang berawal [s],


misalnya:
marpa + sulam menjadi marpanyulam

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

3) marpar/mampar, terbentuk karena hata marpanjoloi ma bertemu


dengan kata jadian yang sudah mendapat tambahan pa.

Misalnya:
mampar + hasayaon menjadi mamparhasayaon
mampar + kancitkon menjadi mamparkancitkon
marpar + tinggal menjadi marpartinggal

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

4) dipa/nipa, terbentuk karena hata marpanjoloi di atau ni bertemu


dengan kata jadian yang sudah mendapat tambahan pa.

Misalnya:
nipa + jonjong menjadi nipajonjong
nipa + mora menjadi nipamora
nipa + dokdok menjadi nipadokdok
dipa + solkop menjadi dipasolkop

19
dipa + bulus menjadi dipabulus

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

5) nipar/dipar, terbentuk karena hata marpanjoloi ni atau di bertemu


dengan kata jadian yang sudah mendapat tambahan pa.

Misalnya:
nipar + dangolkon menjadi nipardangolkon
nipar + mataan menjadi niparmataan
dipar + balanjo menjadi diparbalanjo
dipar + suohon menjadi diparsuohon
dipar + sarakkon menjadi diparsarakkon

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

6) tarpa, terbentuk karena hata marpanjoloi tar bertemu dengan kata


jadian yang sudah mendapat tambahan pa. Bentuk tarpa dapat
bervariasi bentuk menjadi:

a. tarpan
Misalnya
tarpa + solot menjadi tarpanyolot

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

b. tarpam
Misalnya:
Tarpa + biar menjadi tarpambiar

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

c. tarpang/tarpanga
Misalnya:
tarpa + rohai menjadi tarpangarohai

20
tarpa + arsak menjadi tarpangarsak

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

Dapat juga tidak berubah bentuk, misalnya:


tarpa + sidung menjadi tarpasidung
tarpa + inte menjadi tarpainte

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

7) sapa, terbentuk karena panjoloi sa bertemu dengan kata jadian yang


sudah mendapat tambahan pa. Karena itu dapat bervariasi bentuk
menjadi:

a. sapan
Misalnya:
sapa + tobang menjadi sapanobang
sapa + tatap menjadi sapanatap

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

b. sapam
Misalnya:
sapa + biar menjadi sapambiar

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

c. sapang
Misalnya:
sapa + ambe menjadi sapangambe

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

21
d. sapanga
Misalnya:
sapa + laho menjadi sapangalaho

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

e. sapany
Misalnya:
sapa + suruk menjadi sapanyuruk

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

8) sapar

Misalnya:
sa + pardangolan menjadi sapardangolan
sa + parkancitan menjadi saparkancitan

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

9) sipa

Misalnya:
sipa + ingot menjadi sipaingot
sipa + gadis menjadi sipanggagis

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

10) sipar

Misalnya:
sipar + mahan menjadi siparmahan

Penugasan

22
Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

11) marsipa

Misalnya:
marsipa + ihut-ihutan menjadi marsipaihut-ihutan
marsipa + ingot menjadi marsipaingot

Penugasan

Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!

23
HATA NA MARULAK

Hata na Marulak sama dengan Kata Ulang, yakni hata bona atau hata na
marpanamba yang mendapat pengulangan baik sebagian maupun
seluruhnya. Hata na marulak terbagi atas:

Hata Bona na Marulak


Misalnya:
dao menjadi dao-dao
holas menjadi holas-holas

Hata Marpanjoloi na Marulak


Misalnya:
sanoli menjadi sanoli-sanoli
saboban menjadi saboban-saboban

Hata Marpanjoloi na Marulak Hata Bona


Misalnya:
Tardege menjadi tardege-dege
Nisungka menjadi nisungka-sungka
Gadison menjadi gadis-gadison

Hata Marpanyolot na Marulak


Misalnya:
Lambok menjadi lumambok-lambok
Habang menjadi humabang-habang

Hata Marpanjoloi dohot Marpangihut na Marulak


Misalnya:
Papistar menjadi papistar-pistarkon
Papudi menjadi papudi-pudion

Hata Marulak na so sarupo dohot hata na parjolo (Maruba Sora)


Misalnya:
monyor menjadi humonyor-konyor
busa menjadi busa-base
pual menjadi pual-pail
meser menjadi meser-keser

24
RAGAMAN NI HATA

HATA BONDA

Yakni kata yang mengandung pengertian benda, baik berwujud maupun


tidak berwujud. Misalnya:

Tobat
Pangkur

HATA HAREJO

Kata kerja atau Verba dalam tataran Bahasa Mandailing-Angkola biasanya


ditandai dengan awalan ma-, mar-, Misalnya:
ma + tabusi  manabusi
mar + dalan  mardalan

Kata kerja seperti itu menunjukkan kalimat aktif.


Selain itu, ada beberapa jenis kata kerja yang tidak membutuhkan imbuhan
(zero prefiks). Misalnya: mangan, modom, ro, kehe, jonjong, sahat, dan lain-
lain. Kata kerja seperti itu dapat berdiri sendiri sebagai kata kerja.

Perhatikan penggunaannya dalam kalimat berikut:

HATA SIFAT

Yakni kata yang mengandung pengertian sifat yang menetap, baik mengacu
kepada kata benda maupun kata ganti. Misalnya:

Bontar
pistar

HATA PANGGONTI

Yakni yang mengandung pengertian menggantikan atau mewakili sesuatu


atau benda. Misalnya:

Au = saya
Ho = engkau
Ia = dia
Alai = mereka
Hita = kita

25
HATA PATORANGKON

Yakni kata yang menerangkan suatu kata kerja atau kata sifat dalam kalimat.
Misalnya:

Ondope = barusan
Natuari = kemarin
Dompak = ketika

HATA PANJOLOI

Yakni kata depan atau kata yang berada di depan kata benda atau tempat.
Misalnya:

di = di
tu = ke
sian = dari

HATA PATUDUHON

Yakni kata penunjuk atau kata yang menunjuk sesuatu benda atau tempat.
Misalnya:

on = ini
indu = itu

HATA SAPA

Yakni kata tanya atau kata yang digunakan untuk bertanya. Misalnya:

aha = apa
ise = siapa
andigan = kapan
idia = dimana
sadia = berapa
sondia = bagaimana

HATA PANDOHOTI

Yakni Kata Sandang atau kata yang mendampingi nama. Misalnya

si = si
ompu = kakek, nenek
berbagai partuturan lain

26
KATA MANORANGKON (kata keterangan)

Kata keterangan mengacu kepada tambahan penjelasan yang


berkaitan dengan subyek kalimat.
Ada beberapa jenis kata keterangan

KETERANGAN TEMPAT (LOKATIF)

Morfem yang menjelaskan ruang suatu perbuatan atau peristiwa


berlangsung. Kata ini biasanya dinyatakan oleh kelompok kata yang
didahului Kata Tugas sebagai berikut: di, tu, tingon, ngon dan lain-lain.
Misalnya:
 Buat jolo amak na di ginjang lamari i.
 Madung kehe ma Inanta tu poken.
 Na lolot ma so mulak Amanta tingon masojid.
 Ngon dia sajo do nanga homu?

Pengusan:

Buatlah contoh lain penggunaan kata di, tu, tingon, atau ngon dalam
kalimat lain!

KETERANGAN WAKTU (TEMPORAL)

Morfem yang menjelaskan waktu suatu perbuatan terjadi. Biasanya


dinyatakan dengan Kata Tugas: natuari, tuari, tuari sada, tuari nai,
nandigan, nankinondi, sakali i, sanoli i, sannari, incogot, aduan, saulakon,
dan lain-lain.

Budaya Mandailing-Angkola juga mengenal sebutan untuk waktu sepanjang


siang dan malam. Sebutan ini juga termasuk dalam kategori keterangan
waktu, yaitu:

 Sogot (antara pukul 6 – 7)


 Pangului (antara pukul 7 – 8)
 Tarbakta Raja (antara 8 – 9)
 Hatiha ni Buaya Mangampar (antara 9 – 10)
 Sagang (antara 10 – 11)
 Humara Hos (antara 11 – 12)
 Hos (antara 12 – 13)
 Tonga Ari (antara 13 – 14)
 Guling (antara 14 – 15)
27
 Guling Dao (antara 15 – 16)
 Dua Gala Mata Ni Ari (Andos Potang, (antara 16 – 17)
 Sagala Mata Ni Ari (antara 17 – 18)
 Bot (Potang Ari, antara 18 – 19)
 Samon (antara 19 – 20)
 Habahatanna Mangan (antara 20 – 21)
 Tungkap Udon (antara 21 – 22)
 Sampinodom (antara 22 – 23)
 Bagas Borngin (antara 23 – 24)
 Tonga Borngin (antara 24 – 01)
 Haroro Ni Panangko (antara 01 – 02)
 Martahuak Manuk Parjolo (antara 02 – 03)
 Martahuak Manuk Padua Nolihon (Andos Torang, antara 03 – 04)
 Torang-Torang Dangka (antara 04 – 05)
 Boha-Boha Ijuk (antara 05 – 06)

Selain itu juga terdapat kata penunjuk keterangan waktu, misalnya: atia,
dompak, dan lain-lain.

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata keterangan waktu


dalam bahasa Mandailing!

Goar Ni Bulan Di Bagasan Sataon (Bahasa Batak Mandailing)

01.Sipaha Sada - Januari


02.Sipaha Dua - Februari
03.Sipaha Tolu - Maret
04.Sipaha Opat - April
05.Sipaha Lima - Mei
06.Sipaha Onom - Juni
07.Sipaha Pitu - Juli
08.Sipaha Lapan-Agustus
09.SipahaSambilan-Septem
10.Sipaha Sapulu-Oktober
11.Li - Nopember
12.Hurung - Desember

Goar Ni Ari Di Bagasan 30 Ari Dalam Sabulan Bahasa Batak Mandailing.

01.Sada - Artia
02.Dua - Suma
03.Tolu - Anggara
28
04.Opat - Muda
05.Lima - Boraspati
06.Onom - Singkora
07.Pitu - Samisara
08.Salapan - Attian Ni Aek
09.Sambilan - Suma Ni Manadop
10.Sapulu- Anggara Sapulu
11.Sabolas - Muda Ni Mangadop
12.Dua Bolas - Boraspati Ni Tangkup
13.Tolu Bolas - Singkora Purnama
14.Opat Bolas - Samisara Purnama
15.Lima Bolas - Tula
16.Onom Bolas - Suma Ni Holom
17.Pitu Bolas - Anggara Ni Holom
18.Salapan Bolas - Muda Ni Holom
19.Sambilan Bolas - Boraspati Ni Holom
20.Dua Pulu - Singkora Mora Turun
21.Dua Pulu Sada - Samisara Mora Turun
22.Dua Pulu Dua - Attian Ni Angga
23.Dua Pulu Tolu - Suma Ni Mate
24.Dua Pulu Opat - Anggara Ni Begu
25.Dua Pulu Lima - Muda Ni Mate
26.Dua Pulu Onom - Boraspati Na Gok
27.Dua Pulu Pitu - Singkora Duduk
28.Dua Pulu Salapan - Samisara Bulan Mate
29.Dua Pulu Sambilan - Hurung
30.Tolu Pulu - Ringkar ( Dalam Perhitungan penanggalan Suku Batak
Mandailing Dalam 1 Bulan Hanya Tetap 30 Hari )

Nama Mata Angin Dalam Penyebutan Bahasa Batak Mandailing

01. Purba - Timur


02.Anggoni - Tenggara
03.Dangsina - Selatan
04.Nariti - Barat Daya
05.Pastima - Barat
06.Manyabia - Barat Laut
07.Utara - Utara
08.Irisanya - Timur Laut Seterusnya

29
Keterangan Alat (Instrumental)

Menerangkan dengan alat manakah perbuatan itu dilakukan. biasanya


dinyatakan dengan kelompok kata: dohot + kata benda. Misalnya:
Mataktak doma ayui panampul nia dohot lading i.

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata keterangan alat dalam
bahasa Mandailing!

Keterangan Kesertaan (Komitatif)

Menjelaskan ikut sertanya seseorang dalam suatu tindakan. biasanya


dinyatakan dengan kelompok kata: dohot + orang, dengan menggunakan
kata tugas: dohot.
Amanta dohot Inanta na kehe do manyogoti mangalap eme tu saba.

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata keterangan kesertaan


dalam bahasa Mandailing!

Keterangan Sebab (Kausal)

Menyatakan sebab atau alasan mengapa suatu peristiwa terjadi. biasanya


didahului kata-kata tugas: baen, ambaen, nibaen, patunda. Misalnya:

Baen ni sosakna, lupa doma ia sasabi nagiot manyabi i.


Patunda ni siakna, maneteki doma ijur nia.
Malosok ia maridi ambaen ngali ni ari.
Macom doma bohi nia nibaen ni goyak ni rohana.

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata keterangan sebab


dalam bahasa Mandailing!

30
Keterangan Akibat (Konsekutif)

Menjelaskan hasil atau akibat yang diperoleh karena suatu tindakan. hasil
dicapai secara wajar. keterangan ini biasanya didahului kata-kata tugas:
sahinggo, sampe. Misalnya:

Baen lojana sahinggo tarmarun-marun doma ia.


Baen ancitna, sampe sannari mabiar doma ia mangan lasiak.

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata keterangan akibat


dalam bahasa Mandailing!

Keterangan Tujuan (Final)

Menjelaskan hasil dari suatu perbuatan yang dengan sengaja dikehendaki.


Kata-kata tugas yang dipakai adalah: anso, so. Misalnya:
Togu tiop anso ulang malua.
Alap jolo tarutung i, so dio deba.

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata keterangan tujuan


dalam bahasa Mandailing!

Keterangan Perlawanan (Konsesif)

menjelaskan berlakunya suatu perbuatan berlawanan/bertentangan dengan


keadaan atau kehendak si pembicara. kata tugas yang mendukung: bope,
padiar. Misalnya:

Bope madung itambat ia, lek mangarunta dope ambeng i.


Padiar pe na mata, lek ipangan ia dope baen pogos na.

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata keterangan perlawanan


dalam bahasa Mandailing!

31
Keterangan Pembatasan

Menjelaskan dalam batas-batas mana saja suatu perbuatan boleh dilakukan,


menggunakan kata tugas: salain. Misalnya
Inda dong na tola kehe, salain si Lian.

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata keterangan


pembatasan dalam bahasa Mandailing!

Keterangan Situasi

Menjelaskan dalam suasana apa suatu perbuatan dilaksanakan. Misalnya:


Laos tata doma ia mambege gabus ni bayoi.

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata keterangan situasi


dalam bahasa Mandailing!

Keterangan Kualitatif

Menjelaskan dengan bagaimana intensitas suatu perbutan dilaksanakan.


Misalnya:

Repak doma pardalan nia baen gosona.


Modar doma botik i pambaen nia.

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata keterangan kualitatif


dalam bahasa Mandailing!

Keterangan Kuantitatif

Menjelaskan berapa kali suatu proses berlangsung. Misalnya:

Marpupu iligia ia, ngadong imbarna


Na jojot ma uida na sampaki.

Penugasan:

32
Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata keterangan kuantitatif
dalam bahasa Mandailing!

Keterangan Perbandingan

Menjelaskan bagaiman suatu perbuata atau hal dibandingkan dengan


perbuatan atau hal lainnya. Menggunakan kata tugas: songon, suman
Suman doma danak i songon ayah nia.
Songon batu doma ulala pir ni panganon on.

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata keterangan


perbandingan dalam bahasa Mandailing!

Keteranagan Modalitas

Menjelaskan bahwa suatu proses berlaku secara subjektif. Misalnya:

Anta na ia do na mambuat nai?


Ampot na ro do ia incogot?

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata keterangan modalitas


dalam bahasa Mandailing!
Keterangan Aspek

Menjelaskan terjadinya suatu peristiwa melalui proses objektif. Misalnya:

Ia pe bulus ma kehe.
Na lolot ma baya dung pindah kalai.

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata keterangan aspek


dalam bahasa Mandailing!

HATA PIOPIO

Interjeksi atau kata seru adalah kata yang mengungkapkan perasaan dan
maksud seseorang atau yang melambangkan tiruan bunyi. Bentuk ini

33
biasanya tak dapat diberi afiks dan tidak memiliki dukungan sintaksis dengan
bentuk lain. Misalnya:

Interjeksi kejijikan :
Yakni ungkapan yang menunjukkan rasa jijik. Misalnya: oak, oih
Oak, giot muta au mambegena.
Oih, pancing au!

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata seru di atas dalam
tataran bahasa Mandailing!

Interjeksi kekesalan atau kecewa. Misalnya: baba nia, sirit nia,

Baba ni danak, iba ma paoto-oto on nia.


Sirit nia, dor na margabus

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata kekesalan di atas dalam
tataran bahasa Mandailing!

Interjeksi kekaguman atau kepuasan


Misalnya: amman, ilala, bana mai

Amman, na deges tong.


Ilala, na tabo on
Bana mai, sangajo na manis

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata seru di atas dalam
tataran bahasa Mandailing!

Interjeksi kesyukuran
Misalnya: olontong baya, pade mada i

Olontong baya, inda lupa ia di iba.


Pade mada i, so rap ro ita sude.

34
Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata seru di atas dalam
tataran bahasa Mandailing!

Interjeksi harapan

Ditandai dengan kata-kata yang menunjukkan harapan. Misalnya: gabe,


nian
Perhatikan kalimat berikut:
Gabe sonang ma homu di ari na parpudi.
Horas ma nian homu sasudena.

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata seru di atas dalam
tataran bahasa Mandailing!

Interjeksi keheranan

Ungkapan yang menunjukkan keheranan atau kekagetan atas suatu


keadaan. Ditandai dengan kata-kata seperti : Inanggo, aah
Perhatikan kalimat berikut:
Inanggo, najat ma uida pardabu ni motori.
Aah, na goso i.

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata seru di atas dalam
tataran bahasa Mandailing!

Interjeksi ajakan

Ungkapan yang menunjukkan ajakan. Misalnya: keta bo


Perhatikan contoh berikut:

Keta bo na tu saba on!

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata seru di atas dalam
tataran bahasa Mandailing!

35
Interjeksi panggilan

Seruan yang menunjukkan panggilan. Misalnya: jo


Perhatikan kalimat berikut:

Jo, na tu dia do homu i?

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata seru di atas dalam
tataran bahasa Mandailing!

Interjeksi marah atau makian


Seruan yang menunjukkan amarah. Misalnya: bongak, ingol
Perhatikan kalimat berikut:

Bongak na danak on bo, soni pe nga malo ia.


Ingol, piga kali ipiyo nga ibege ho

Penugasan:

Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata seru di atas dalam
tataran bahasa Mandailing!

36
KATA PENGHUBUNG (HATA PANGUDUT)

Sesuai dengan namanya, kata penghubung atau Hata Pangudut


berfungsi untuk menghubungkan antara satu frase dengan frase lainnya
atau antara satu kalimat dengan kalimat lainnya.
Terdapat dua jenis Hata Pangudut, yakni:
1) Pangudut na Sauduran, yakni kata penghubung untuk frase yang
kedudukannya setara. Jenis ini terdiri dari:
 dohot
Misalnya:
(1) Au dohot ia marangka-maranggi.
(2) Bahat do alaklahi dohot dadaboru naso malo martutur
 sanga
Misalnya:
(1) Ia do sanga au mangalap aronduk i?
(2) Sannari do sanga incogot kita na manyabi i?
 tai
Misalnya:
(1) Orkot do roa nia manabusina, tai inda adong epeng nia.
(2) Giot tu saba dope, tai mana injangan ari.

Penugasan:

Buatlah kalimat lain dengan menggunakan Pangudut na Sauduran


berikut:
1. dohot
2. sanga
3. tai

2) Pangudut naso Sauduran, yakni kata yang berpasangan untuk


menghubungankan kata atau frase. Misalnya:
 bope …. , angkon…..
Misalnya:
(1) Bope na hurang lamun, angkon na i pauijur ma soni.
(2) Bope na milas, angkon na nisonduk ma.
 inda hum ….., … do
Misalnya:
(1) Inda hum dua, sude do oban on nia.
(2) Inda hum masak, mosok doma.
 Inda hum …., …. pe
Misalnya:
(1) Inda hum sada, satonga pe giot ia.
(2) Inda hum ia, anggi nia pe dohot.
 ima …. , laing na….
37
Misalnya:
(1) Ima gok ni parpilian, laing na sada i do giot nia.
(2) Ima bahat na, laing na hurang dope di sia.
 nangkon jabat …., um …. pe
Misalnya:
(1) Nangkon jabat bahat, sada pe inda tarlehen ia
(2) Nangkon jabat ro, um tona pe inda dong

Penugasan:

Buatlah kalimat dengan menggunakan masing-masing jenis Pangudut


naso Sauduran di atas.

38
HATA MARBILANG

Sebagaimana halnya dengan kata bilangan dalam tataran bahasa


Indonesia, dalam Tata Bahasa Mandailing juga dikenal Kata Bilangan atau
Hata Marbilang. Hata na Marbilang digunakan untuk membentuk makna
jumlah benda atau sesuatu.
Secara umum, Hata na Marbilang terbagi atas dua kelompok, yakni:
1. Na taretong, yakni Hata na Marbilang dengan jumlah yang ditentukan.
Jenis ini terbagi lagi atas beberapa kelompok, yakni:
 Satuan jumlah atau angka yang dapat berdiri sendiri tanpa bantuan
kata lain. Misalnya: sada, dua, tolu, dan seterusnya.
 Satuan yang dihubungkan dengan satuan waktu, ukuran, dan lain-
lain. Misalnya: kotu, satonga pantak, satakar, sapartambuan, dan
lain-lain.
2. Naso taretong, yakni Hata na Marbilang dengan jumlah yang tidak
dapat ditentukan. Perhatikan kalimat berikut:
 Ganop jolma angkon na holong do rohana tu simatobangna.
 Bahat na halak mian di huta i.
 Marragam do panganon gadis on ni halak di poken.
 Sude na hita angkon na ro do pature tobotan ni saba.
 Sotik pe inda tarlehen ia.

39
HATA NA SAHOSA
(Kata Majemuk)

Hata na Sahosa sama dengan kata yang dibentuk dari dua kata atau lebih
yang membentuk satu makna yang baru. Ciri lainnya adalah antara kata itu
tidak bisa dipertukarkan urutannya dan tidak bisa diselipi dengan kata yang
lain. Dalam tataran bahasa Indonesia disebut Kata Majemuk.

Misalnya:
mata ni ari
induk ni api
ulu balang
abit salendang
indahan tungkus pasae robu

Berdasarkan pembentukannya, hata na sahosa terbagi atas beberapa jenis.


1) Dibentuk dari gabungan kata benda + kata benda
misalnya:
abit salendang
bulu barigit
induk ni api

Penugasan
Masukkanlah kata-kata tersebut dalam kalimat!

2) Dibentuk dari gabungan kata benda + kata kerja


misalnya:
indahan tungkus pasae robu
naposo bulung
nauli bulung

Penugasan
Masukkanlah kata-kata tersebut dalam kalimat!

3) Dibentuk dari gabungan kata benda + kata sifat


misalnya:
alihi butongan
na godang roha
ari parsontingan

Penugasan
Masukkanlah kata-kata tersebut dalam kalimat!

4) Dibentuk dari gabungan kata benda + kata bilangan

40
misalnya:
mardua roha

Penugasan
Masukkanlah kata-kata tersebut dalam kalimat!

5) Dibentuk dari gabungan kata bilangan + kata sifat


misalnya:
dua sajoli

Penugasan
Masukkanlah kata-kata tersebut dalam kalimat!

6) Dibentuk dari gabungan kata kerja + kata benda


misalnya:
paginjang roha
pordak parsanggulan

Penugasan
Masukkanlah kata-kata tersebut dalam kalimat!

7) Dibentuk dari gabungan kata kerja + kata kerja


misalnya:
marulak muli

Penugasan
Masukkanlah kata-kata tersebut dalam kalimat!

8) Dibentuk dari gabungan kata sifat + kata sifat


misalnya:
na menek na godang

Penugasan
Masukkanlah kata-kata tersebut dalam kalimat!

41
TAMBISAN

Tambisan disebut dengan ungkapan dalam tataran Bahasa Indonesia.


Tambisan adalah kelompok kata yang memiliki makna yang berbeda dengan
kata pembentuknya. Tambisan dapat berubah susunannya. Tambisan juga
dapat diselipi dengan kata atau bentukan lain.
Misalnya tambisan habang tondi dapat diubah susunannya dengan
variasi lain, misalnya:
1. Habang doma ulala tondi i.
2. Songon na ha habang doma ilala ia tondi i.
3. Tondi niba songon na habang doma.

Makna tambisan habang tondi, merujuk pada pengertian tarsonggot


(kaget) yang disertai dengan mabiar (rasa takut).

Contoh tambisan lainnya adalah macom bohi. Tambisan tersebut


dapat digunakan dalam variasi kalimat berikut:

(1) Ligima, macom sajo soni bohi nia.


(2) Ro pe iba lek macom bohi nia
(3) Macom doma uida bohi nia na mangalehen nai.

Makna tambisan macom bohi merujuk pada pengertian ekspresi


kebencian kepada orang lain, tetapi ekspresi tersebut tidak secara jelas
diperlihatkan.

Penugasan

Perhatikan penggalan cerita berikut:

Putar beleng ni na marjagal pe sude dapot ma disia. Hipas


ni na maretong ngada na boti-boti. Dompak di sikola, randuk ni na
maretong ma ia. Laok dohot langgam ngada marnatonga, tata ni
bohi mangkulingkon kalak, i ma na manarik roha ni halak
sipanggadis mangida ia, hurang saotik pe panawar nia tingon na
balok, laing dengganan halak manggadisna tu sia.
(Sumber: “Partiang Latong”)

(1) Tuliskanlah kembali penggalan cerita di atas dengan bahasamu sendiri!


(2) Tentukanlah makna masing-masing tambisan yang terdapat dalam
penggalan cerita di atas:
a. putar beleng artinya ……………….
b. randuk ni namaretong artinya …………….

42
c. tata ni bohi artinya ………………

43
UMPAMA

Umpama dalam tataran bahasa Indonesia disebut dengan pribahasa.


Umpasa merujuk kepada makna yang mengandung poda (ajaran mendidik),
sipaingot (ajaran budi pekerti), pitua (petuah), atau ruhut-ruhut (adat).
Berbeda dengan tambisan (ungkapan) yang susunan katanya bisa
dipertukarkan, umpasa (pribahasa) susunan kata pembentuknya bersifat
tetap, tidak bisa dipertukarkan atau diganti/diselipi dengan kata atau
bentukan lain. Misalnya: Umpasa mangalap manaruhon tidak bisa diubah
susunannya menjadi manaruon mangalap. Juga tidak bisa diselipi kata lain,
misalnya, mangalap dohot manaruonna.
Contoh lain dari umpasa adalah:

1. mangasahon tanduk na ginjang


2. tigor pulos songon langkitan
3. pajala-jelu songon parkuayam ni hajaran
4. songon abit na tolu eto
5. inda ajaron unte marduri

Makna yang melekat pada umpasa, tidak lagi sama dengan makna
bawaan masing-masing kata pembentuknya, tetapi menjadi makna yang
baru yang terbentuk dari kesatuan makna pembentuknya.

Penugasan

Perhatikanlah penggalan cerita berikut ini:

Anggo dompak di na silang pasitik i na jolo, hum na


pajala-jelu, songon parkuayam ni hajaran sasadari, rasoki pe
mandao. I binaen, i marbala. Binaen na marsaba jot-jotan susut
bangkitanna, muda binaen na marjagal ngada mantak ditinggang
haru-rugi. Tai songon dia, sannari dung rap mardongan be,
sapangambe sapanili, sabara sabustak, sauap sajalangan,
salumpat saindege; manjadi ma na niula, sinur ma na pinahan, tusi
dibaen kalahi pandaraman, tuan-tuon manjadi.
(Sumber: “Partiang Latong”)

Dari penggalan cerita di atas:


(1) Ceritakanlah kembali penggalan cerita di atas dengan bahasamu
sendiri.
(2) Apakah makna umpasa dalam penggalan tersebut:
a. songon parkuayam ni hajaran
b. sapangambe sapanaili, sabara sabustak, sauap sajalangan,
sanlumpat saindege

44
(3) Masukkanlah umpasa di bawah ini ke dalam kalimat:
a. mangalap manaruhon
b. mangasahon tanduk na ginjang
c. songon abit na tolu eto
d. inda ajaron unte marduri

45
KALIMAT

Disebut kalimat karena gabungan dua atau lebih hata bona atau hata
na marpanamba yang membentuk makna yang sudah utuh. Misalnya:
Manaba bulu.
Mangintopi api.

Gabungan hata bona yang tidak membentuk makna yang utuh, tidak
disebut kalimat. Misalnya, Bulu mintop; bukan kalimat.
Sebagaimana dalam tataran bahasa lain, jumlah kalimat yang bisa
dibentuk dengan hata bona bahasa Mandailing-Angkola, tidak terhitung
jumlahnya.

KALIMAT PERINTAH

Disebut kalimat perintah karena nadanya memerintah dan meminta


respon dari pendengar terhadap apa yang disebutkan. Kalimat perintah
ditandai dengan membubuhkan tanda seru di akhir kalimat dalam bahasa
tertulis. Selain itu, dalam tataran Bahasa Indonesia ditandai dengan
penanggalan awalan atau dengan penambahan partikel lah.
Dalam tata bahasa Angkola-Mandailing, pola serupa juga sama.
Misalnya:
Juguk ma!
Oban lading i!
Tutup jolo pintu i!
Padao jolo!

Selain itu, dalam tataran Bahasa Angkola-Mandailing, kalimat


perintah digunakan untuk membentuk pola berikut:

1. Pola kalimat perintah suruhan, yakni pola yang menyuruh objek


pelaku melakukan apa yang diperintah oleh subyek.
Misalnya:
Tu son jolo ho!
Ro jolo ho tu son!
Alap jolo anggimu!

2. Pola kalimat perintah larangan, yakni pola yang melarang objek


pelaku melakukan apa yang diperintah oleh subyek.
Misalnya:
Ulang habisi indahani!
Ulang ko modom sajo!

46
3. Pola kalimat perintah ajakan, yakni pola yang mengajak objek
pelaku melakukan apa yang diperintah oleh subyek.
Misalnya:
Pature ma nanga lubu ni manuki!
Keta jolo dongani au!
Ketabo na tu poken on!
Are ita panaek gala-gala i!
Juguk hita le!

4. Pola kalimat perintah nasehat, yakni pola yang menasehati objek


pelaku melakukan apa yang diperintah oleh subyek.
Misalnya:
Denggan-denggan komu da!
Ringgas-ringgas iba sikola!
Tangi-tangi iba di siluluton!

5. Pola kalimat perintah pertimbangan, yakni pola yang meminta


pertimbangan objek pelaku untuk melakukan apa yang diperintah
oleh subyek.
Misalnya:
Dokon ma tu sia!
Pangan ma dabo sasagun nai!
Modom ma dabo!

6. Pola kalimat perintah paksaan, yakni pola yang memaksa objek


pelaku untuk melakukan apa yang diperintah oleh subyek.
Misalnya:
Angkon na sidung on naron kotu!
Angkon na ringgas dei marsikola so pistar iba!
Angkon na madabu dei so losi!

7. Pola kalimat perintah bujukan, yakni pola yang membujuk objek


pelaku untuk melakukan apa yang diperintah oleh subyek.
Misalnya:
Pangan komu le indahan i!
Ontang komu le daganaki!

8. Pola kalimat perintah permintaan, yakni pola yang meminta objek


pelaku melakukan apa yang diperintah oleh subyek.
Misalnya:
Jago jolo satongkin!
Pajolo homu ma dabo!
Jalaki ma jolo nanga kupiah ki!

47
9. Pola Kalimat perintah harapan, yakni pola yang mengharapkan
objek pelaku melakukan apa yang diperintah oleh subyek.
Misalnya:
Painte tongkin da!
Di son komu jolo da!

10. Pola kalimat perintah desakan, yakni pola yang mendesak objek
pelaku untuk melakukan apa yang diperintah oleh subyek.
Misalnya:
Pa hipas ma!
Pa taru ma!

Penugasan

1. Buatlah dua contoh masing-masing jenis kalimat perintah yang telah


kamu pelajari di atas!
2. Jodohkanlah kalimat perintah di bawah ini

Kalimat Jenis Kalimat Perintah


a. di au ma dabo baju mi 1. suruhan
b. gonti le bajumu na lepek i 2. larangan
c. ulang ko marudan-udan 3. ajakan
d. jalaki ma jolo dabo utu nia 4. nasehat
e. buro naron eme i 5. pertimbangan
f. ro homu mulak da 6. paksaan
g. bisuk-bisuk iba 7. bujukan
h. angkon na ho dei pataruna 8. permintaan
i. pa asok jolo 9. harapan
j. mangan kita le 10. desakan

48
PARTIKEL

Disebut partikel karena merupakan kata penegas, tidak takluk pada


perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang
mengiringinya. Partikel tidak memiliki makna yang utuh, tetapi hanya
menambah penegasan pada makna kata yang diikutinya. Misalnya:

Ia lah yang mengambil buku itu

Makna partikel [lah] pada kalimat itu menegaskan bahwa yang


mengambil buku itu adalah [ia], bukan orang lain.

Bahasa Mandailing juga mengenal beberapa jenis artikel, yakni: pe,


do
Contoh:

Au pe nangkon dot be, ibagas ma au soni.


Nangkin do na porlu, on ma dapot ma.

49
DAFTAR PUSTAKA

Kozok, Uli. The Angkola-Mandailing Script: A Historical Perspective.


Junghuhn, Frans. 1874. Battalander of Sumatra. Berlin: Drug und Verlag von
G. Reimer.
Irwan, Drs. 2009. Pola Kalimat Angkola. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Irwan, Drs. 2009. Kata Majemuk Bahasa Batak Angkola Mandailing. Medan
Universitas Sumatera Utara.

50
Askolani Nasution

Sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia, IKIP Padang, 1993.

Penghargaan: Juara I Lomba Menulis Cerpen Depdiknas (2005), Juara


III Lomba Menulis Cerpen Depdiknas (2006), Pemenang Sayembara
Menulis Cerita Anak Balai Bahasa Sumut (2018), Pemenang Lomba
Menulis Cerita Anak Balai Bahasa Jambi (2019), Juara II Lomba
Menulis Lema Bahasa Mandailing di Wikipedia (2023), dan
Penghargaan Kebahasaan dan Kesastraan Kemendikbudristek (2023)

Pertemuan Ilmiah: Pemateri Seminar “Media Pembelajaran Berbasis


TIK Tingkat Nasional” di Bukit Tinggi (2009), Utusan Kongres Kesenian
III Tingkat Nasional di Bandung (2015), Pemateri “Seminar Nasional
Kebudayaan Mandailing” di Medan (2016), Pemateri “Metafora
Bahasa Mandailing” Universitas Terbuka di Medan (2019), Pemateri
Seminar Nasional “100 Tahun Jenderal Nasution” bersama Prof.
Ichwan Azhari (2018), Pemateri Seminar Nasional “Jejak Tradisi
Virtual”, Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh, Kemendikbudristek
(2020), Pemateri “Seminar Internasional Bahasa Mandailing” di STAIN
bersama Prof. Uli Kozok (2021), Pemateri Seminar “Tinggalan
Arkeologi di Sumatera Utara” Balai Arkeologi Sumbagut,
Kemendikbudristek (2021), Pemateri Seminar “Tentang Batak”, Balai
Arkeologi Sumbagut, Kemendikbud (2021), Pemateri Diklat Menulis
Buku di Kabupaten Padang Lawas (2023), Tapanuli Selatan
(2024), Padang Lawas Utara (2024).

Karya Publikasi
Buku
Terbitan Kemendikbudristek: Antologi Cerpen: “25 Naskah Terbaik
LMCP 2004” (2005), Antologi Cerpen: “25 Naskah Terbaik LMCP
2005” (2006), Antologi Cerpen: “23 Naskah Terbaik LMCP 2006”
(2007), Antologi Karya Ilmiah: “Berguru pada Perempuan” (2008),
Buku cerita anak: “Mamuro” (2018), Buku Cerita Anak “Kancil Raja
yang Bijak” (2019), Antologi Cerita Dwibahasa: “Dongan
Sadembanan” (2019), Editor Saut Poltak Tambunan, “Kebudayaan
Mandailing” (2019), “Ensiklopedia Danau Toba” (2021), Editor Prof.
Robert Sibarani, “Naknun” Versi Bahasa Indonesia (2023)

51
Penerbit Umum: Buku “Biografi Amru Daulay” (2010), “Konsep dan
Pemikiran Anggota DPRD Mandailing Natal Periode 2009-2014
(2014), Buku Mata Pelajaran Mulok: “Seni Budaya Mandailing”, 9 Jilid
(2018), Novel “Rein” (2020), Buku Best Seller: Cerita Anak “Anak
Rawa” (2020), Buku Referensi: “Tata Bahasa Mandailing” (2021),
Buku Cerita Berbahasa Daerah: “Si Naknun” (2021), Buku Referensi:
“Sejarah dan Budaya Mandailing (2022).

Proses Cetak: a) Mulok Seni Budaya Mandailing, 9 Jilid, b) Mulok Seni


Budaya Tapanuli Bagian Selatan, 3 jilid, c) Cerita Anak, 5 jilid.

Film
1. Menulis skenario dan menyutradarai film daerah: Biola na
Mabugang (2011), Tias 1 (2011), Tias 2 (2011), Lilu 1 (2012), Lilu 2
(2012), Senandung Willem (2013), Si Gotap Ulu (2014), Si Bisuk
na Oto (2015), Holong na Tarhalang (2016), Dari Mandailing ke
Boven Digul (2017), Suci Penjaga Sungai Batang Gadis (2021),
Cinta dalam Sepotong Bambu (2021).
2. Tingkat Nasional: Penulis Skenario Film “Aja Bun: Nyanyi Sunyi
Amir Hamzah” untuk Indonesiana-Tv (2023)

Drama: Menetaskan tiga pertunjukan drama di Pekan Raya Sumatera


Utara (2016, 2017, 2018) sebagai penulis skenario dan sutradara.
Menulis skenario dan menyutradarai dua pertunjukan drama untuk
Kemendikbud: “Sibaroar (2017) dan “Si Naknun” (2021)

Pendamping Peneliti: “Pustaha Laklak” bersama Balai Arkeologi


Medan (2014), “Pragmen Candi Siabu” bersama Balai Arkeologi
Medan (2016), “Struktur Candi Simangambat” bersama Balai Cagar
Budaya, Kemendikbud (2020).

Televisi: Wawancara “Budaya Mandailing” DAAI-TV (2017),


Wawancara “Bagas Godang Mandailing” Efarina TV (2018),
Wawancara “Bingkai Sumatera”, DAAI-TV (2019).

Lain-lain: Penulis Cerpen di Majalah “Anita Cemerlang” (1987 –


1993), Redaktur Surat Kabar “Ganto” IKIP padang (1991-1993), Editor
dan Ilustrator Penerbit Angkasa Raya Padang (1994), Pimpinan
Redaksi Majalah “Gema Pendidikan” (2007-2016). Tim Pengembang
Wikipedia Bahasa Mandailing (sekarang).

52

You might also like