Draft Buku Tata Bahasa
Draft Buku Tata Bahasa
Draft Buku Tata Bahasa
Tata Bahasa
Mandailing
Intishar Publishing
KEBUMEN
2
KONSEP
3
Penyamaan itu sebenarnya diciptakan oleh pemerintah kolonial
untuk membendung pengaruh kekuasaan Aceh di Utara dan Minangkabau di
Selatan. Karena itu, kawasan Mandailing dan Angkola tidak pernah
mengakui bahwa mereka menjadi sub-domain dari Batak.
Meskipun bahasa Mandailing menjadi bahasa yang berdiri sendiri,
tetapi penggunaannya amat terbatas. Berbeda dengan bahasa etnik lainnya,
bahasa Angkola-Mandailing nyaris tidak pernah dipergunakan untuk menulis
cerita, kecuali sekedar tulisan ungkapan perasaan seseorang yang ditulis di
sebilah bambu. Tulisan di sebilah bambu itu disebut dengan Ratapan.
Selebihnya, tulisan Angkola-Mandailing, atau yang disebut Aksara Tulak-
Tulak, lebih banyak digunakan untuk menulis perjanjian keamanan antar-
desa, tarombo (silsilah), poda (nasehat), hapantunon (sikap), dan hadatuon
(mantra).
Ragaman tulisan itu dibuat di media kulit kayu, yakni kulit kayu
Alim yang diolah sedemikian rupa sehingga menyerupai buku. Dibuat tipis
berlipat-lipat dan panjangnya beberapa meter. Setiap lipatannya merupakan
lembar penulisan. Tulisan aksara Tulak-Tulak di atas kulit kayu tersebut
disebut Pustaha atau Pustaha Laklak. Sebutan “laklak” mengacu kepada
kulit kayu yang menjadi mediumnya.
Tidak semua penduduk asli Angkola-Mandailing bisa menulis dan
membaca Aksara Tulak-Tulak. Bahkan masa sebelum munculnya dominasi
huruf Latin yang dibawa oleh kolonialisme, diperkirakan hanya 30 persen
laki-laki dan 10 persen perempuan penduduk Mandailing-Angkola yang bisa
menggunakan huruf tersebut. Dengan begitu, sekalipun bahasa Mandailing
menjadi bahasa pengantar sehari-hari, tetapi hanya sebagian kecil penutur
yang mampu mengaksarakannya. Itu juga yang membuat Aksara Tulak-Tulak
tidak dikenal luas, bahkan oleh penutur bahasa itu sendiri.
Biasanya yang paling
sering menggunakan huruf
tersebut adalah datu, yakni
seseorang yang diyakini
memiliki kekuatan
supranatural, sehingga bisa
berkomunikasi dengan roh
leluhur atau dewa. Datu
menggunakan huruf tersebut
untuk menuliskan mantra atau
resep obat tradisional. Resep
obat tersebut disebut dengan
pulungan ni ubat. Mantra adalah prosesi literer yang diucapkan datu saat
berkomunikasi dengan roh leluhur. Karena itu, bahasa bagi masyarakat
tradisional Angkola-Mandailing bukan hanya sebagai alat komunikasi
antarmanusia, tetapi juga sarana berkomunikasi dengan roh leluhur atau
Tuhan.
4
Terbatasnya penggunaan Aksara Tulak-tulak dalam bentuk tulisan,
membuat banyak konsep etika dan falsafah Angkola-Mandailing tidak
terpublikasi. Ditambah lagi, saat invasi Minangkabau atas wilayah Angkola-
Mandailing tahun 1830-an, banyak Pustaha Lak-lak yang dimusnahkan
karena dianggap tidak sesuai dengan misi Islam yang dibawa oleh Perang
Paderi.
Selain itu, masuknya misionaris Kristen di Mandailing tahun 1850-
an, banyak pustaha-pustaha Mandailing yang diboyong ke Eropah untuk
penelitian. Pustaha-pustaha yang dikenal sekarang diduga yang ditulis pasca
berakhirnya dominasi Perang Paderi, yakni tahun 1875. Karena itu, banyak
jejak klasik dalam Pustaha sebelum masuknya kolonialisme, tidak ditemukan
lagi di kawasan Angkola-
Mandailing.
Apalagi sastranya.
Karena tidak pernah digunakan
untuk menuliskan cerita, maka
bahasa Angkola-Mandailing
tidak mengenal tradisi lisan
dalam bercerita. Berbagai cerita
legenda etnik Angkola-
Mandailing hanya diturunkan
secara lisan. Karena itu, sastra
Angkola-Mandailing adalah
sastra lisan. Cerita “Sampuraga”
atau “Si Bisuk Na Oto”
misalnya, hanya diceritakan
dari mulut ke mulut.
5
TATA BAHASA ANGKOLA-MANDAILING
Pada tahun 1861, HN Van Der Tuuk, ahli tata bahasa Belanda,
menulis buku “Stukken in het Mandailingsch”, tulisan ilmiah pertama
tentang bahasa Mandailing yang terbit di Amsterdam. Melalui buku itu,
bahasa Mandailing dikenal secara luas.
Bahasa Mandailing memiliki banyak perbedaan dengan bahasa
daerah lainnya di Nusantara. Jika bahasa Jawa misalnya dibedakan atas dua
ragam penggunaan berdasarkan kelas sosial pendengarnya, bahasa halus
dan bahasa kasar, maka bahasa Mandailing jauh lebih luas lagi
ragamannya. Perbedaan itu tidak menyangkut kelas sosial. Misalnya,
bahasa seorang raja Mandailing tetap sama dengan bahasa rakyat biasa.
Perbedaan ragam pengungkapan ada pada tataran situasi.
Ada lima ragam bahasa Mandailing berdasarkan situasi
penggunaannya, yakni:
Ragam ini digunakan dalam prosesi adat, baik saat proses pernikahan,
kemalangan, dan lain-lain. Pilihan kata yang digunakan merujuk
kepada pilihan kata klasik yang amat berbeda dengan pilihan kata yang
dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan beberapa kata yang
digunakan dalam prosesi adat, tidak pernah lagi digunakan dalam
komunikasi sehari-hari.
Contohnya:
“Marhite-hite tu ujung ni tahi.” Kata [marhite-hite] dan [tahi] tidak
ditemukan lagi dalam ragam komunikasi sehari-hari. Terjadinya
perbedaan ini karena dalam prosesi adat setiap orang dibedakan
kedudukannya atas kahanggi, anak boru dan mora. Selain itu, urutan
pembicaraan juga diatur berdasarkan mekanisme tertentu yang
disebut ruas. Ruas tersebut mengatur materi atau inti pembicaraan
yang harus dilalui secara berurutan.
6
rimba dikuasai oleh penguasa rimba. Misalnya harimau. Jadi untuk
menyebut harimau diganti menjadi ‘nagogoi’. Karena kata itu dianggap
lebih halus. Dalam lingkungan hutan setiap orang dituntut untuk
berprilaku santun, baik dalam tingkah laku maupun ucapan.
7
HATA
HATA BONA
Hata Bona adalah Kata Dasar, yakni kata yang belum mendapat
tambahan imbuhan. Dengan demikian makna yang melekat pada kata itu
masih merupakan makna bawaan. Misalnya, hata [mangan] maknanya
adalah pamasuk panganon tu bagasan ni papangan niba salaos ni ilkil dohot
nitolon.
Makna bawaan yang melekat pada hata bona disebut dengan makna
leksikal. Ketika sebuah hata dimasukkan dalam kalimat, dapat membentuk
makna yang berbeda dengan makna bawaannya. Makna yang berubah
karena pengaruh kalimat tersebut disebut dengan makna gramatikal.
HATA NA MARPANAMBA
8
HATA NA MARPANJOLOI
1. ma-. Awalan ma- membentuk kata kerja aktif transitif atau kata kerja
aktif intransitif. Hata marpanjoloi [ma] dapat bervarisi bentuk menjadi:
1) man-, jika awalan ma bertemu dengan kata yang huruf pertamanya
[t], [c], [j], dan [d], maka huruf tersebut menjadi senyap.
Misalnya:
tarup menjadi manarup
tigor menjadi manigor
cabut menjadi mancabut
jojor menjadi manjojor
duda menjadi manduda
Penugasan
Penugasan
Penugasan
9
c. manga-, ika awalan ma bertemu dengan kata yang huruf
pertamanya [a], [r], dan [l].
Misalnya:
alap menjadi mangalap
abing manjadi mangabing
rondam menjadi mangarondam
lumpat menjadi mangalumpat
Penugasan
Penugasan
Penugasan
Penugasan
10
a. pam-, jika awal pa bertemu dengan hata bona yang berawal [b]
dan [p], maka huruf tersebut dapat menjadi senyap.
misalnya:
pulos menjadi pamulos
bungka menjadi pamungka
biar menjadi pambiar
Penugasan
b. pang-, jika awal pa bertemu dengan hata bona yang berawal [u],
[g], [o], dan [k].
misalnya:
upa menjadi pangupa
gadis menjadi panggadis
kae menjadi pangkae
Penugasan
c. panga-, jika awal pa bertemu dengan hata bona yang berawal [a]
[r], dan [l].
misalnya:
alap menjadi pangalap
ayup menjadi pangayup
ronca menjadi pangaronca
lumpat menjadi pangalumpat
Penugasan
d. pany-, jika awal pa bertemu dengan hata bona yang berawal [s].
maka bunyi huruf [s] dapat berubah menjadi senyap.
misalnya:
sarak menjadi panyarak
sonduk menjadi panyonduk
11
surat menjadi panyurat
Penugasan
e. par-
Misalnya:
par + jolo menjadi parjolo
par + saba menjadi parsaba
par + tunggul menjadi partunggul
Penugasan
3) mar-
Misalnya:
mar + mayam menjadi marmayam
mar + gota menjadi margota
mar + turi menjadi marturi
Penugasan
4) tar-
Misalnya:
tar + ingot menjadi taringot
tar + dok menjadi tardok
tar + alusi menjadi taralusi
Penugasan
12
Penugasan
b. sam-
Misalnya:
sa + pagul menjadi sampagul
sa + pitpit menjadi sampitpit
Penugasan
c. sal-
Misalnya:
sa + lobong menjadi sallobong
sa + lumpat menjadi sallumpat
Penugasan
d. sang-
Misalnya:
sa + kibul menjadi sangkibul
sa + kibung menjadi sangkibung
Penugasan
e. sasa-
Misalnya:
sasa + rimbang menjadi sasarimbang
sasa + gumpal menjadi sasagumpal
Penugasan
6) ha-
Misalnya:
ha + magoan menjadi hamagoan
ha + susaan menjadi hasusaan
13
Penugasan
7) si-
Misalnya:
si + ambirang menjadi siambirang
si + angkup menjadi siangkup
si + balikkon menjadi simbalikon
si + oban menjadi sioban
Penugasan
8) um-
Misalnya:
um + pistar menjadi umpistar
um + tabo menjadi umtabo
um + dao menjadi umdao
Penugasan
9) matu-
Misalnya:
matu + taktak menjadi matutaktak
matu + rapak menjadi maturapak
matu + porpor menjadi matuporpor
matu + domdom menjadi matodomdom
Penugasan
10) manga-
Misalnya:
manga + ramban menjadi mengaramban
manga + rohai menjadi mangarohai
Penugasan
14
Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!
11) na-
Misalnya:
na + tama menjadi natama
na + rara menjadi narara
Penugasan
12) halim/hali/salim/sarim
Misalnya:
salim + batuk menjadi salimbatuk
salim + potpot menjadi salimpotpot
sarim + borbor menjadi sarimborbor
hali + lilian menjadi halilian
Penugasan
15
HATA NA MARPANGIHUT
Penugasan
2) -on
Msalnya :
oban + on menjadi obanon
suan + on menjadi suanon
baen + on menjadi baenon
Penugasan
3) –i
Misalnya:
taru +i menjadi tarui
lapik +i menjadi lapiki
alus +i menjadi alusi
Penugasan
4) –hon/kon
Misalnya:
taili + hon menjadi tailihon
sili + hon menjadi silihon
tading + kon menjadi tadingkon
topot + kon menjadi topotkon
Penugasan
Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!
16
HATA NA MARPANYOLOT
Penugasan
2) um
Misalnya:
hipas + um menjadi humipas
tabo + um menjadi tumabo
muli + um menjadi hamumuli
deges + um menjadi dumeges
lindak + um menjadi lumindak
Penugasan
17
IMBUHAN GABUNG
1) parpa, merupakan gabungan hata na marpanjoloi par dan pa. Hata mar
panjoloi parpa dapat berubah bunyi sebagaimana perubahan bunyi
pada hata mar panjoloi pa.
Misalnya:
parpa + tobang menjadi parpartobang
parpa + ambe menjadi parpangambe
Penugasan
Penugasan
b. marpam, jika bertemu dengan hata bona yang berawal [b] dan [p],
misalnya:
marpa + biar menjadi marpambiar
Penugasan
c. marpang, jika bertemu dengan hata bona yang berawal [u], [g], [o],
atau [k], misalnya:
marpa + upa menjadi marpangupa
marpa + olat menjadi marpangolat
18
Penugasan
d. marpanga, jika bertemu dengan hata bona yang berawal [a], [r],
atau [l] misalnya:
marpa + alap menjadi marpangalap
marpa + laho menjadi marpangalaho
marpa + roro menjadi marpangaroro
Penugasan
Penugasan
Misalnya:
mampar + hasayaon menjadi mamparhasayaon
mampar + kancitkon menjadi mamparkancitkon
marpar + tinggal menjadi marpartinggal
Penugasan
Misalnya:
nipa + jonjong menjadi nipajonjong
nipa + mora menjadi nipamora
nipa + dokdok menjadi nipadokdok
dipa + solkop menjadi dipasolkop
19
dipa + bulus menjadi dipabulus
Penugasan
Misalnya:
nipar + dangolkon menjadi nipardangolkon
nipar + mataan menjadi niparmataan
dipar + balanjo menjadi diparbalanjo
dipar + suohon menjadi diparsuohon
dipar + sarakkon menjadi diparsarakkon
Penugasan
a. tarpan
Misalnya
tarpa + solot menjadi tarpanyolot
Penugasan
b. tarpam
Misalnya:
Tarpa + biar menjadi tarpambiar
Penugasan
c. tarpang/tarpanga
Misalnya:
tarpa + rohai menjadi tarpangarohai
20
tarpa + arsak menjadi tarpangarsak
Penugasan
Penugasan
a. sapan
Misalnya:
sapa + tobang menjadi sapanobang
sapa + tatap menjadi sapanatap
Penugasan
b. sapam
Misalnya:
sapa + biar menjadi sapambiar
Penugasan
c. sapang
Misalnya:
sapa + ambe menjadi sapangambe
Penugasan
21
d. sapanga
Misalnya:
sapa + laho menjadi sapangalaho
Penugasan
e. sapany
Misalnya:
sapa + suruk menjadi sapanyuruk
Penugasan
8) sapar
Misalnya:
sa + pardangolan menjadi sapardangolan
sa + parkancitan menjadi saparkancitan
Penugasan
9) sipa
Misalnya:
sipa + ingot menjadi sipaingot
sipa + gadis menjadi sipanggagis
Penugasan
10) sipar
Misalnya:
sipar + mahan menjadi siparmahan
Penugasan
22
Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!
11) marsipa
Misalnya:
marsipa + ihut-ihutan menjadi marsipaihut-ihutan
marsipa + ingot menjadi marsipaingot
Penugasan
23
HATA NA MARULAK
Hata na Marulak sama dengan Kata Ulang, yakni hata bona atau hata na
marpanamba yang mendapat pengulangan baik sebagian maupun
seluruhnya. Hata na marulak terbagi atas:
24
RAGAMAN NI HATA
HATA BONDA
Tobat
Pangkur
HATA HAREJO
HATA SIFAT
Yakni kata yang mengandung pengertian sifat yang menetap, baik mengacu
kepada kata benda maupun kata ganti. Misalnya:
Bontar
pistar
HATA PANGGONTI
Au = saya
Ho = engkau
Ia = dia
Alai = mereka
Hita = kita
25
HATA PATORANGKON
Yakni kata yang menerangkan suatu kata kerja atau kata sifat dalam kalimat.
Misalnya:
Ondope = barusan
Natuari = kemarin
Dompak = ketika
HATA PANJOLOI
Yakni kata depan atau kata yang berada di depan kata benda atau tempat.
Misalnya:
di = di
tu = ke
sian = dari
HATA PATUDUHON
Yakni kata penunjuk atau kata yang menunjuk sesuatu benda atau tempat.
Misalnya:
on = ini
indu = itu
HATA SAPA
Yakni kata tanya atau kata yang digunakan untuk bertanya. Misalnya:
aha = apa
ise = siapa
andigan = kapan
idia = dimana
sadia = berapa
sondia = bagaimana
HATA PANDOHOTI
si = si
ompu = kakek, nenek
berbagai partuturan lain
26
KATA MANORANGKON (kata keterangan)
Pengusan:
Buatlah contoh lain penggunaan kata di, tu, tingon, atau ngon dalam
kalimat lain!
Selain itu juga terdapat kata penunjuk keterangan waktu, misalnya: atia,
dompak, dan lain-lain.
Penugasan:
01.Sada - Artia
02.Dua - Suma
03.Tolu - Anggara
28
04.Opat - Muda
05.Lima - Boraspati
06.Onom - Singkora
07.Pitu - Samisara
08.Salapan - Attian Ni Aek
09.Sambilan - Suma Ni Manadop
10.Sapulu- Anggara Sapulu
11.Sabolas - Muda Ni Mangadop
12.Dua Bolas - Boraspati Ni Tangkup
13.Tolu Bolas - Singkora Purnama
14.Opat Bolas - Samisara Purnama
15.Lima Bolas - Tula
16.Onom Bolas - Suma Ni Holom
17.Pitu Bolas - Anggara Ni Holom
18.Salapan Bolas - Muda Ni Holom
19.Sambilan Bolas - Boraspati Ni Holom
20.Dua Pulu - Singkora Mora Turun
21.Dua Pulu Sada - Samisara Mora Turun
22.Dua Pulu Dua - Attian Ni Angga
23.Dua Pulu Tolu - Suma Ni Mate
24.Dua Pulu Opat - Anggara Ni Begu
25.Dua Pulu Lima - Muda Ni Mate
26.Dua Pulu Onom - Boraspati Na Gok
27.Dua Pulu Pitu - Singkora Duduk
28.Dua Pulu Salapan - Samisara Bulan Mate
29.Dua Pulu Sambilan - Hurung
30.Tolu Pulu - Ringkar ( Dalam Perhitungan penanggalan Suku Batak
Mandailing Dalam 1 Bulan Hanya Tetap 30 Hari )
29
Keterangan Alat (Instrumental)
Penugasan:
Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata keterangan alat dalam
bahasa Mandailing!
Penugasan:
Penugasan:
30
Keterangan Akibat (Konsekutif)
Menjelaskan hasil atau akibat yang diperoleh karena suatu tindakan. hasil
dicapai secara wajar. keterangan ini biasanya didahului kata-kata tugas:
sahinggo, sampe. Misalnya:
Penugasan:
Penugasan:
Penugasan:
31
Keterangan Pembatasan
Penugasan:
Keterangan Situasi
Penugasan:
Keterangan Kualitatif
Penugasan:
Keterangan Kuantitatif
Penugasan:
32
Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata keterangan kuantitatif
dalam bahasa Mandailing!
Keterangan Perbandingan
Penugasan:
Keteranagan Modalitas
Penugasan:
Ia pe bulus ma kehe.
Na lolot ma baya dung pindah kalai.
Penugasan:
HATA PIOPIO
Interjeksi atau kata seru adalah kata yang mengungkapkan perasaan dan
maksud seseorang atau yang melambangkan tiruan bunyi. Bentuk ini
33
biasanya tak dapat diberi afiks dan tidak memiliki dukungan sintaksis dengan
bentuk lain. Misalnya:
Interjeksi kejijikan :
Yakni ungkapan yang menunjukkan rasa jijik. Misalnya: oak, oih
Oak, giot muta au mambegena.
Oih, pancing au!
Penugasan:
Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata seru di atas dalam
tataran bahasa Mandailing!
Penugasan:
Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata kekesalan di atas dalam
tataran bahasa Mandailing!
Penugasan:
Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata seru di atas dalam
tataran bahasa Mandailing!
Interjeksi kesyukuran
Misalnya: olontong baya, pade mada i
34
Penugasan:
Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata seru di atas dalam
tataran bahasa Mandailing!
Interjeksi harapan
Penugasan:
Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata seru di atas dalam
tataran bahasa Mandailing!
Interjeksi keheranan
Penugasan:
Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata seru di atas dalam
tataran bahasa Mandailing!
Interjeksi ajakan
Penugasan:
Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata seru di atas dalam
tataran bahasa Mandailing!
35
Interjeksi panggilan
Penugasan:
Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata seru di atas dalam
tataran bahasa Mandailing!
Penugasan:
Buatlah contoh lain kalimat yang menggunakan kata seru di atas dalam
tataran bahasa Mandailing!
36
KATA PENGHUBUNG (HATA PANGUDUT)
Penugasan:
Penugasan:
38
HATA MARBILANG
39
HATA NA SAHOSA
(Kata Majemuk)
Hata na Sahosa sama dengan kata yang dibentuk dari dua kata atau lebih
yang membentuk satu makna yang baru. Ciri lainnya adalah antara kata itu
tidak bisa dipertukarkan urutannya dan tidak bisa diselipi dengan kata yang
lain. Dalam tataran bahasa Indonesia disebut Kata Majemuk.
Misalnya:
mata ni ari
induk ni api
ulu balang
abit salendang
indahan tungkus pasae robu
Penugasan
Masukkanlah kata-kata tersebut dalam kalimat!
Penugasan
Masukkanlah kata-kata tersebut dalam kalimat!
Penugasan
Masukkanlah kata-kata tersebut dalam kalimat!
40
misalnya:
mardua roha
Penugasan
Masukkanlah kata-kata tersebut dalam kalimat!
Penugasan
Masukkanlah kata-kata tersebut dalam kalimat!
Penugasan
Masukkanlah kata-kata tersebut dalam kalimat!
Penugasan
Masukkanlah kata-kata tersebut dalam kalimat!
Penugasan
Masukkanlah kata-kata tersebut dalam kalimat!
41
TAMBISAN
Penugasan
42
c. tata ni bohi artinya ………………
43
UMPAMA
Makna yang melekat pada umpasa, tidak lagi sama dengan makna
bawaan masing-masing kata pembentuknya, tetapi menjadi makna yang
baru yang terbentuk dari kesatuan makna pembentuknya.
Penugasan
44
(3) Masukkanlah umpasa di bawah ini ke dalam kalimat:
a. mangalap manaruhon
b. mangasahon tanduk na ginjang
c. songon abit na tolu eto
d. inda ajaron unte marduri
45
KALIMAT
Disebut kalimat karena gabungan dua atau lebih hata bona atau hata
na marpanamba yang membentuk makna yang sudah utuh. Misalnya:
Manaba bulu.
Mangintopi api.
Gabungan hata bona yang tidak membentuk makna yang utuh, tidak
disebut kalimat. Misalnya, Bulu mintop; bukan kalimat.
Sebagaimana dalam tataran bahasa lain, jumlah kalimat yang bisa
dibentuk dengan hata bona bahasa Mandailing-Angkola, tidak terhitung
jumlahnya.
KALIMAT PERINTAH
46
3. Pola kalimat perintah ajakan, yakni pola yang mengajak objek
pelaku melakukan apa yang diperintah oleh subyek.
Misalnya:
Pature ma nanga lubu ni manuki!
Keta jolo dongani au!
Ketabo na tu poken on!
Are ita panaek gala-gala i!
Juguk hita le!
47
9. Pola Kalimat perintah harapan, yakni pola yang mengharapkan
objek pelaku melakukan apa yang diperintah oleh subyek.
Misalnya:
Painte tongkin da!
Di son komu jolo da!
10. Pola kalimat perintah desakan, yakni pola yang mendesak objek
pelaku untuk melakukan apa yang diperintah oleh subyek.
Misalnya:
Pa hipas ma!
Pa taru ma!
Penugasan
48
PARTIKEL
49
DAFTAR PUSTAKA
50
Askolani Nasution
Karya Publikasi
Buku
Terbitan Kemendikbudristek: Antologi Cerpen: “25 Naskah Terbaik
LMCP 2004” (2005), Antologi Cerpen: “25 Naskah Terbaik LMCP
2005” (2006), Antologi Cerpen: “23 Naskah Terbaik LMCP 2006”
(2007), Antologi Karya Ilmiah: “Berguru pada Perempuan” (2008),
Buku cerita anak: “Mamuro” (2018), Buku Cerita Anak “Kancil Raja
yang Bijak” (2019), Antologi Cerita Dwibahasa: “Dongan
Sadembanan” (2019), Editor Saut Poltak Tambunan, “Kebudayaan
Mandailing” (2019), “Ensiklopedia Danau Toba” (2021), Editor Prof.
Robert Sibarani, “Naknun” Versi Bahasa Indonesia (2023)
51
Penerbit Umum: Buku “Biografi Amru Daulay” (2010), “Konsep dan
Pemikiran Anggota DPRD Mandailing Natal Periode 2009-2014
(2014), Buku Mata Pelajaran Mulok: “Seni Budaya Mandailing”, 9 Jilid
(2018), Novel “Rein” (2020), Buku Best Seller: Cerita Anak “Anak
Rawa” (2020), Buku Referensi: “Tata Bahasa Mandailing” (2021),
Buku Cerita Berbahasa Daerah: “Si Naknun” (2021), Buku Referensi:
“Sejarah dan Budaya Mandailing (2022).
Film
1. Menulis skenario dan menyutradarai film daerah: Biola na
Mabugang (2011), Tias 1 (2011), Tias 2 (2011), Lilu 1 (2012), Lilu 2
(2012), Senandung Willem (2013), Si Gotap Ulu (2014), Si Bisuk
na Oto (2015), Holong na Tarhalang (2016), Dari Mandailing ke
Boven Digul (2017), Suci Penjaga Sungai Batang Gadis (2021),
Cinta dalam Sepotong Bambu (2021).
2. Tingkat Nasional: Penulis Skenario Film “Aja Bun: Nyanyi Sunyi
Amir Hamzah” untuk Indonesiana-Tv (2023)
52