Evaluasi Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional: Arip Suprianto
Evaluasi Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional: Arip Suprianto
Evaluasi Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional: Arip Suprianto
ABSTRACT
Health care is one of the fundamental rights of the people who held the government as mandated in the 1945 Constitution
Article 28H Paragraph (1) Everyone has the right to live physically and mentally prosperous, residence and got a good
environment and healthy and receive medical care. Social Security Agency consists of BPJS BPJS Health and Employment
which will cover the entire population of Indonesia no later than January 1, 2019. Services BPJS many people questioned.
According to Assistant Representative ORI D.I.Y. Reports BPJS services complaints procedure is quite high in 2015. There
are also complaints of them in the management of the bureaucracy, registration, until the queues are long and the related
payment. Of the existing problems researchers aim to investigate the implementation of the National Health Insurance
(JKN) focused on Stakeholder Relations, Financing Model and Outcome JKN in Bantul. This research approach using a
combination of methods. The research location in the district of Bantul. Sources of data in this study are primary data and
secondary data. Data collection techniques in this study using interview, questioner and documentation. The unit of data
analysis in this study is the Social Security Agency. The sampling technique using the formula Slovin. Data analysis
techniques in this study using data reduction, data presentation and conclusion. According to the research there is a
relationship between BPJS with Health Facilities regulated in PP No.85 Year 2013 on cooperation in improving health
services. Hospitals and health centers in collaboration with BPJS had been running quite positive. A total of 90 health
facilities in Bantul who cooperate with BPJS. Of health insurance financing model thats enough ideal assessed on the index
average of 2.74 included in either category. JKN one principle of mutual assistance means helping each one participant to
the other participants. While the outcome JKN assessed on the percentage of the guarantee of health in Indonesia (52.5%)
in the province D.I.Y. (64.6%) and in Bantul (73%). Tinkat Bantul merepon public awareness by becoming participants
BPJS. Service is guaranteed for the First level services and advanced stipulated in Presidential Decree No. 19 Year 2016.
And the cost of minor health for the poor. Of the average index value JKN outcome of 3:06 categorized as either could
mean that JKN program has considerable benefits for both participants.
Keywords: National Health Insurance, Health Policy and Evaluation JKN
ABSTRAK
Pelayanan kesehatan adalah salah satu hak mendasar masyarakat yang diselenggarakan pemerintah sebagaimana telah
diamanatkan dalam UUD 1945 Pasal 28 H Ayat (1) setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan
mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan yang nantinya mencakup seluruh penduduk
Indonesia paling lambat 1 Januari 2019. Pelayanan BPJS Kesehatan banyak dipersoalkan masyarakat. Menurut Asisten
ORI Perwakilan D.I.Y. Laporan keluhan prosedur pelayanan BPJS Kesehatan cukup tinggi pada tahun 2015. Keluhan
masyarakat diantaranya dalam pengurusan birokrasi, pendaftaran, hingga antrian yang lama dan juga terkait
pembayarannya. Dari permasalahan yang ada peneliti bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) yang difokuskan pada Hubungan Stakeholder, Model Pembiayaan dan Outcome JKN di Kabupaten Bantul.
Pendekatan penelitian ini menggunakan metode kombinasi. Lokasi penelitian di Kabupaten Bantul. Sumber data dalam
Journal of
Governance And
Public Policy
penelitian adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
72 menggunakan metode wawancara, koesioner dan dokumentasi. Unit analisis data dalam penelitian ini adalah
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin. Teknik
analisis data dalam penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan antara BPJS dengan Fasilitas Kesehatan yang diatur dalam PP
No.85 Tahun 2013 tentang kerja sama dalam meningkatkan pelayanan kesehatan. Rumah Sakit dan
Puskesmas yang bekerja sama dengan BPJS selama ini berjalan cukup positif. Sebanyak 90 Fasilitas
Kesehatan di Kabupaten Bantul yang bekerja sama dengan BPJS. Dari model pembiayaan asuransi kesehatan
dirasa sudah cukup ideal yang dinilai dari indek rata-rata sebesar 2.74 termasuk dalam kategori baik. Prinsip
JKN salah satunya gotong-royong yang berarti saling membantu satu perserta kepada peserta lain.
Sedangkan dari outcome JKN yang dinilai dari persentase terjaminnya kesehatan di Indonesia (52.5%) di
provinsi D.I.Y. (64.6%) dan di Kabupaten Bantul (73%). Tinkat kesadaran masyarakat Kabupaten Bantul
merepon positif dengan menjadi peserta BPJS. Pelayanan yang dijamin adalah pelayanan tingkat pertam dan
tingkat lanjut yang diatur dalam Perpres No. 19 Tahun 2016. Dan biaya kesehatan yang ringan bagi
masyarakat yang kurang mampu. Dari nilai indek rata-rata outcome JKN sebesar 3.06 masuk kategori baik
yang bisa diartiakan bahwa program JKN mempunyai manfaat yang cukup baik bagi pesertanya.
Kata Kunci :Jaminan Kesehatan Nasional, Kebijakan Kesehatan dan Evaluasi JKN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah salah satu hak mendasar
masyarakat yang penyediannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah
sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945
pasal 28 H ayat (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Pelayanan adalah suatu aktifitas yang bersifat tidak kasat mata
(tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara
konsumen dengan kariawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh
perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan
permasalahan konsumen atau pelanggan [1].
Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 19 Tahun
2016 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 12 Tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan. Perubahan iuran jaminan kesehatan
Vol. 4 No. 1
February 2017
Tabel I
Perubahan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Peserta
Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja
Ruang Perawatan Iuran Lama Iuran Baru
Kelas I Rp 59.500 Rp 80.000
Kelas II Rp 42.500 Rp 51.000
Kelas III Rp 25.500 Rp 30.000
Sumber: Perpres 19 Tahun 2019
a. Manfaat Akademik
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi para peneliti, mahasiswa
dan semua pihak yang terkait untuk mengkaji tentang pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Kabupaten Bantul provinsi D. I.
Yogyakarta.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermafaat bagi
kinerja Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Dapat dijadikan bahan atau pedoman bagi pemerintah baik
pusat maupun daerah dalam pengambilan kebijakan terkait dengan
kinerja Badan Penyelenggara Jaminansial (BPJS) Kesehatan pada masa
yang akan datang.
Journal of
Governance And
Public Policy
D. Kajian Pustaka
76
Tabel 2
Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Kesimpulan
Fidela Evaluasi Hasil dan pembahasan: Hal yang mempengaruhi
Firwan Kualitas kepuasan pasien antara lain: pendaftaran lancar, waktu
Firdaus, Pelayanan tunggu, pelayanan cepat, ramah, sopan, keterampilan
(2015). Terhadap dan perawatan medis bagus, profesional, ruangan bersih
Kepuasan dan fasilitas lengkap. Sebaliknya, hal-hal yang menjadi
Pasien Rawat hambatan kepuasan pasien antara lain: karyawan
Jalan Peserta pendaftaran datang terlambat, lambat, dan mengobrol
BPJS di sendiri, waktu tunggu lama, nada suara petugas medis
RSUD tinggi, keramahan kurang, ruangan kurang luas, tidak
Panembahan memakai sekat, ruang tunggu kurang, jarak poli satu ke
Senopati poli lain terlalu dekat, dan tidak ada pengeras suara.
Bantul Faktor lain yang mempengaruhi yaitu BPJS.
Yandrizal1, Analisis Hasil Penelitian: Kebijakan Jamkeskot Bengkulu
Betri Kebijakan dilaksanakan belum mene- rapkan prinsip asuransi,
Anita1, Jaminan dimana penye- lenggara berfungsi mengendali kan mutu
Desri Kesehatan dan biaya pelayanan keseha tan yang diberikan baik di
Suryanti1 , Kota pelayanan dasar/primer maupun di pelayanan rujukan.
(2013). Bengkulu Kesimpulan dari penelitian ini adalah Puskesmas
Dalam merujuk pasien sebagian besar (67%) masih berwenang
Upaya puskes- mas melakukan pengobatan, Puskes- mas
Efisiensi dan merujuk karena peralatan dan obat yang terbatas di
Efektifitas Puskesmas, Pasien yang dirujukan sebagian memaksa
Pelayanan untuk dirujuk karena pelayanan gratis dipuskesmas
di kurang berkualitas, bagian belum optimal melakukan
Puskesmas koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota untuk
melakukan pembinaan kepada Puskes-mas dalam upaya
peningkatan efekti-fitas pelayanan. Pelaksanaan Jamkes-
kot belum menerapkan prinsip jaminan kesehatan
sosial.
Sri Evaluasi Hasil dari penelitian ini adalah RSUD Dr. Moewardi
Wahyuning Penerapan Surakarta melayani semua jenis pasien jaminan
sih Jaminan kesehatan, baik dari JKN, PKMS, maupun jaminan
Nugraheni, Kesehatan kesehatan komersial lainnya. RSUD DR. Moewardi
(2015). Nasional Surakarta menyediakan jenis pelayanan dan kelas
(JKN) perawatan sesuai dengan premi masing-masing jaminan
di RSUD kesehatan dan menggunakan sistem case-mix (sistem
Dr. INA CBG’s). Permasalahan yang timbul dari penerapan
Moewardi JKN di RSUD DR. Moewardi Surakarta meliputi
Surakarta bangsal perawatan kelas III sering penuh, adanya
batasan-batasan jenis pelayanan untuk tiap jenis jaminan
kesehatan, dan adanya obat yang tidak termasuk
kedalam Fornas.
Vol. 4 No. 1
February 2017
E. Landasan Teori
1. Universal Health Coverage
Universal Health Coverage menurut [7] dapat diartikan
sebagai cakupan menyeluruh. Istilah universal coverage berasal dari
WHO (World Health Organisation), lebih tepatnya universal health
Journal of
Governance And
Public Policy
Gambar 1
Dimensi Universal Health Coverage
2. Pengertian Lembaga
80 Menurut [8] aturan dan rambu-rambu sebagai panduan yang
dipakai oleh para anggota suatu kelompok masyarakat untuk mengatur
hubungan yang saling mengikat atau saling tergantung satu sama lain.
Penataan institusi (institutional arrangements) dapat ditentukan oleh
beberapa unsur: aturan operasional untuk pengaturan pemanfaatan
sumber daya, aturan kolektif untuk menentukan, menegakan hukum
atau aturan itu sendiri dan untuk merubah aturan operasional serta
mengatur hubungan kewenangan organisasi.
Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa lembaga
adalah suatu konsep pola perilaku sosial yang sudah berlangsung
secara terus menerus dan peraturan suatu lembaga yang berprinsif
pada norma-norma yang positif.
Schmid North mengartikan kelembagaan sebagai sejumlah
peraturan yang berlaku dalam sebuah masyarakat, kelompok atau
komunitas, yang mengatur hak, kewajiban, tanggung jawab, baik
sebagai individu maupun sebagai kelompok. Menurut Schotter
kelembagaan merupakan regulasi atas tingkah laku manusia yang
disepakati oleh semua anggota masyarakat dan merupakan penata
interaksi dalam situa tertentu yang berulang [9].
3. Stakeholder
Menurut [10] stakeholder theory mengatakan bahwa
perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk
kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi
stakeholdernya (shareholders, kreditor, konsumen, supplier,
pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain). Dengan demikian,
Vol. 4 No. 1
February 2017
METODE PENELITIAN
P = F/N X 100 %
Keterangan :
P = Presentase
F = Frekuensi atau banyaknya jawaban
N = jumlah responden
Sehingga untuk mengetahui tingkat evaluasi pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional-JKN di Kabupaten Bantul menggunakan
skala indeks dengan rumus :
(fSS x 4) + (fS x 3) + (fTS x 2) + (fSTS x 1)
Keterangan :
N = Jumlah sampel
FSS = Frekuensi yang menjawab option SS
Tabel III.3
Kategori Interpretasi
Kategori Range
Sangat Baik 3,26 - 4,00
Baik 2,51 - 3,25
Kurang Baik 1,76 - 2,50
Tidak Baik 1,00 - 1,75
A. Hubungan Stakeholder
Vol. 4 No. 1
February 2017
Tabel 4
Daftar Faskes II di Wilayah/Kabupaten
Yang Bekerja Sama Dengan BPJS Provinsi DIY
No Wilayah/Kabupaten Jumlah Faskes II
Journal of
Governance And
Public Policy
1 Kabupaten Bantul 13
90 2 Kabupaten Gunung Kidul 3
3 Kabupaten Kulon Progo 4
4 Kabupaten Sleman 21
5 Kota Yogyakarta 16
Jumlah 57
Sumber: Data Diolah Peneliti BPJS-Kesehatan
Tabel 5
Daftar Faskes I di Wilayah/Kabupaten
Yang Bekerja Sama Dengan BPJS Provinsi DIY
Vol. 4 No. 1
February 2017
Jumlah Faskes
No Wilayah/Kabupaten
I 91
1 Kabupaten Bantul 27
2 Kabupaten Gunung Kidul 30
3 Kabupaten Kulon Progo 21
4 Kabupaten Sleman 25
5 Kota Yogyakarta 18
Jumlah 121
Sumber: Data Diolah Peneliti BPJS-Kesehatan
Tebel 6
Daftar Fasilitas Kesehatan Yang Bekerja Sama
Journal of
Governance And
Public Policy
Gambar 2
Alur Pelayanan Kesehatan
Tebel 7
Besaran Iuran Yang Harus Dibayar Peserta JKN 95
BENTUK
PESERTA BESARAN IURAN KET
IURAN
PBI Nilai Nominal Mulai 1 Januari 2016 Rawat inap kelas
(per jiwa) Rp. 23.000 (dibayarkan 3
oleh pemerintah)
PNS/TNI/P Rawat Inap Kelas
5% 2% dari pekerja
OLRI/ 1
(perkeluarg) 3% dari pemeberi kerja
PENSIUN Kelas 2
Pekerja 4,5% s/d 30 juni 2015: Rawat inap kelas
Penerima (per 0,5% dari pekerja 1, kelas 2
Upah keluarga) 4% dari pemberi kerja
Selain Dan
PNS dll 5% Mulai 1 juli 2015:
(per keluarga) 1% dari pekerja
4% dari pemberi kerja
Pekerja Nilai nominal Mulai 1 April 2016:
Bukan (per jiwa) 1. Rp. 30.000 1. Rawat inap kelas
Penerima 2. Rp. 51.000 3
Upah dan 3. Rp. 80.000 2. Rawat inap kelas
Bukan 2
Pekerja 3. Rawat inap kelas
1
Sumber: Perpres No 19 Tahun 2016
Tabel 8
96 Ringkasan Variabel Model
Pembiayaan BPJS Kesehatan
Tabel 9
Komfirmasi Pembayaran BPJS Kesehatan Kepada RSUD 97
Panembahan Senopati Tanggal 21 Juli 2016
NOMOR JUMLAH
NO NAMA PPK URAIAN BANK
REKENING RP.
RSUD RITL Mei'16 mandiri 1370005341884 4.491.627.109
Panembahan
1 RJTL Mei'16 3.365.370.400
Senopati
Biaya Transfer -
Jumlah Ditransfer 7.856.997.509
Sumber: RSUD Penembahan Sinopati Bantul
Tabel 10
Komfirmasi Pembayaran Kapitasi BPJS Kesehatan
Kepada Puskesmas Bantul 1 Tanggal 15 Juni 2016
Puskesmas Bantul
1 23.489 6.000 6.000 140.934.000 140.934.000
1
peserta dengan status Non PBI sebanyak 7.574 jiwa dan peserta
98 dengan status PBI sebanyak 15.880 jiwa dan jumlah keseluruhan
peserta pada bulan Mai 2016 sebesar 23.454 jiwa. Dari setiap peserta
BPJS Kesehatan nilai nominal yang dibayarkan sebesar 6.000 rupiah
dan jumlah keseluruhan kapitasi pada bulan mai sebesar 140.724.000.
Dan terdapat peserta susulan pada bulan April 2016 sebanyak 35
orang peserta, jumlah kapitasi susulan sebesar 210.000. dari jumlah
peserta keseluruhan yang berobat pada bulan mai dan peserta susulan
di puskesmas bantul 1 sebanyak 23.489 jiwa. Total sebesar
140.929.000 yang harus dibayarkan dari pihak BPJS Kesehatan
kepada puskesmas bantul 1 per-satu priode.
Gambar 3
Cakupan Peserta BPJS Kesehatan
Tabel 11
Ringkasan Variabel Berdasarkan Kualitas
Pelayanan Peserta BPJS Kesehatan di Faskes 1
No Indikator Nilai Indeks Ket
1 Prosedur pelayanan BPJS Kesehatan 2.30 Kurang Baik
Fasilitas memenuhi kebutuhan kesehatan di
2 2.93 Baik
puskesmas
Terjaminya pelayanan pengobatan peseta
3 2.83
BPJS di puskesmas Baik
Tenaga kesehatan mencukupi pelayanan di
4 2.84
puskesmas Baik
Nilai Indeks Rata-Rata 2.72 Baik
Sumber: Data Diolah Peneliti Hasil Penelitian
Vol. 4 No. 1
February 2017
4. Bersifat nirlaba.
Tabel 12
102 Cakupan Pembiayaan Kapitasi di Faskes Tingkat Pertama
Norma Kapitasi Puskesmas
No Norma Kapitasi Tarif Kapitasi Maksimal (Rp)
PUSKESMAS
6.000 5.500 5.000 4.500 3.500 3.000
Ketersediaan:
1 Dokter Umum:
a. 1 Orang
b. Minimal 2 Orang
2 Dokter Gigi
3 Bidan / Perawat
4 Laboratorium Sederhana
5 Apotek / Pelayanan Obat
Sumber : BPJS Kesehatan
a. Outcome JKN
Tabel 13
Ringkasan Variabel Outcome JKN
No Indikator Nilai Indeks Ket
Terjaminnya kesehatan dengan menjadi
1 peserta JKN
3.04 Baik
Kesehatan lebih baik dengan menjadi peserta
2 JKN
3.00 Baik
Pelayanan pengobatan menjadi baik dengan
3 menjadi peserta JKN
3.07 Baik
Pembiayaan kesehatan menjadi ringan
4 3.14 Baik
dengan menjadi peserta JKN
Nilai Indeks Rata-Rata 3.06 Baik
Sumber: Data Diolah Peneliti Hasil Penelitian
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
2. Model pembiayaan BPJS yang ada saat ini sudah cukup ideal,
dari pembayaran BPJS Kesehatan kepada fasiliatas kesehatan
105
tingkat pertama dengan kapitasi, pembayaran BPJS Kesehatan
pada tanggal 15 Juni 2016 kepada Puskesmas Bantul 1 sebesar
Rp 140.929.000 dari jumlah peserta yang berobat sebanyak
23.489 jiwa. Sedangkan untuk fasilitas rujukan tingkat lanjut,
BPJS Kesehatan membayar dengan sistem paket INA-CBG’s,
pembayaran BPJS Kesehatan pada tanggal 21 Juni 2016
kepada RSUD Panembahan Senopati sebesar Rp
7.856.997.509 dari pelayanan kesehatan Rawat Inap Tingkat
Lanjut (RITL) dan pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat
Lanjut (RJTL). Sejauh ini pembayaran pihak BPJS Kesehatan
kepada fasilitas kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas untuk
saat ini masih positif. Dari model pembiayaan BPJS Kesehatan
dari nilai indek rata-rata sebesar 2.74. masuk kategori baik.
Berdasarkan kualitas pelayanan peserta BPJS Kesehatan di
Faskes 1 dari nilai indek rata-rata sebesar 2.78 masuk kategori
baik.
DAFTAR PUSTAKA