Impact Analysis of The Presence of Modern Mall Market To Traditional Market in Bengkulu City

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959

ANALISIS DAMPAK KEHADIRAN PASAR MODERN MALL


TERHADAP PASAR TRADISIONAL DI KOTA BENGKULU

IMPACT ANALYSIS OF THE PRESENCE OF MODERN MALL


MARKET TO TRADITIONAL MARKET IN BENGKULU CITY

Elni Mutmainnah dan Fithri Mufriantie.


Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiah
Bengkulu
Email : mamirizki_2009@yahoo.co.id

ABSTRAK
The presence of modern market in Bengkulu city indirectly affect the shopping
pattern of Bengkulu city community which in turn will affect the performance of
traders in traditional markets. This research is conducted to investigate the impact of
modern market presence on traditional market with parameter observed including
turnover amount of merchants, merchandise turnover, number of traders, number of
trader hours, profit margins of traditional traders in Bengkulu city before and after the
establishment of modern market. The population in this study are oil, sugar and
durable goods traders and fruit traders in traditional markets, which are still actively
trading before and after the establishment of modern traditional markets. Twenty fife
durable good traders and 15 fruit traders are selected randomly. Data is analyzed
using Paired t-test method. The results show that there are differences in turnover,
opening hours, and profit margins of traditional traders in Bengkulu city before and
after the establishment of modern market. Suggestion in this research is to enforce
discipline and control of officer routinely to the illegal traders not to trade along the
road and sidewalk.
Keywords: impact, turnover, opening hours, profit margins

PENDAHULUAN
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli
serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung.
Ciri khas di dalam pasar tradisional adalah proses proses tawar menawar
antara pembeli dan penjual. Bangunannya biasanya terdiri dari kios-kios atau
gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu
pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-
bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian
barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue
dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di
Indonesia apalagi di Kota Bengkulu, Pada umumnya terletak dekat kawasan
perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar (Wikipedia,
2007).

AGRISEP Vol. 16 No. 2 September 2017 Hal: 191 – 200| 191


ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959
Pasar modern berbeda dari pasar tradional, dalam pasar modern penjual
dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung. Pembeli hanya melihat label
harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam suatu bangunan
modern dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani
oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan
seperti: buah, sayuran, daging, sebagian besar barang lainnya yang dijual
adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah
pasar swalayan, Hypermartket, Supermarket, dan Minimarket (Wikipedia, 2007).
Kehadiran peritel modern seperti Hypermartket, Supermarket, dan
Minimarket di Kota Bengkulu terbilang terlambat dibandingkan ibu kota
propinsi lain di Indonesia. Namun untuk skala kecil seperti mini market,
swalayan atau sering disebut Toko Manisan sudah ada sekitar awal tahun 90-
an seperti Toserba Puncak atau toko-toko sepanjang Suprapto. Memasuki
tahun 2006 mulai bermunculan pasar Modern sekelas hypermart, Supermarket
dan mall dari peritel luar dengan modal besar. Bahkan sekarang di tahun 2015
Indomaret sudah mulai memasuki kota Bengkulu. Pada awalnya kehadiran
pasar modern ini tidak mengancam pasar tradisional, karena sasaran para
peritel modern ini adalah konsumen dari kalangan menengah ke atas. Namun,
sekarang ini kondisi telah banyak berubah, Supermarket dan Hypermarket
tumbuh bak cendawan di musim hujan. Kondisi ini muncul sebagai
konsekuensi dari berbagai perubahan masyarakat dan gaya hidup yang
dipengaruhi oleh media televisi dan iklan di berbagai informasi elektronik.
Sebagai konsumen, masyarakat menuntut hal yang berbeda di dalam aktifitas
berbelanja. Kondisi ini masih ditambah semakin meningkatnya pengetahuan,
pendapatan, dan jumlah keluarga berpendapatan ganda (suami-istri bekerja)
di dengan waktu berbelanja yang terbatas. Konsumen menuntut peritel untuk
memberikan ‘nilai lebih’ dari setiap sen uang yang dibelanjakannya. Peritel
harus mampu mengakomodasi tuntutan tersebut jika tak ingin ditinggalkan
oleh pelanggannya. (Ekapribadi.W, 2007).
Berdasarkan pengamatan prilaku masyarakat kota Bengkulu dalam
berbelanja kebutuhan sehari-hari seperti sayur, daging dan Ikan sebagian
besar masih memanfaatkan pasar tradisional sebagai tempat berbelanja,
Namun untuk kebutuhan seperti minyak, gula dan bahan-bahan tahan lama
atau kebutuhan bulanan sebagian besar memanfaatkan pasar modern seperti
Hypermart dan swalayan sebagai pilihan berbelanja. Alasan kenyamanan,
harga yang lebih murah dan area yang bersih menjadi pilihan konsumen
dalam berbelanja. Dalam tiga tahun terakhir ada 2 mall besar berdiri di kota
Bengkulu, yaitu Bencollen Mall dan Mega Mall. Biasanya dalam periode-
periode tertentu mereka mengadakan sale atau bazaar besar dengan menjual
produk-produk seperti minyak, detergen, gula dengan harga yang sangat
miring dan menarik konsumen untuk membeli. Secara nasional juga
menunjukkan bahwa hasil kajian penelitian Lembaga AC Nielsen tahun 2007
bahwa di Indonesia pangsa pasar dan kinerja usaha pasar tradisioanal semakin
menurun, sementara pada saat yang sama pasar modern mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Kondisi usaha dan kinerja pedagang pasar
192 |Elni Mutmainah dan Fithri Mufriantie, Analisis Dampak Kehadiran...
ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959
tradisonal menunjukkan penurunan setelah beroperasinya Hypermarket. Ini
diantaranya menyangkut kinerja: asset, omset, perputaran barang dagangan
dan margin harga. Pemilikan kekayaan stagnan bahkan menurun dalam 3
tahun terakhir. Omset pengeluaran menurun selama periode pengamatan,
baik dipasar perlakuan maupun dipasar kontrol, lebih banyak jenis komoditas
di pasar perlakuan yang mengalami pertumbuhan negatif di banding dengan
pasar kontrol. Sampel perlakuan mengalami penurunan omset atau dengan
tingkat penurunan omset yang lebuh besar untuk sampel kontrol untuk jenis
komoditi: terigu, bimoli, daging sapi,telur dan semangka. Ini memberikan
gambaran perbedaan adanya dampak yang berbeda terhadap kelompok
komoditi sembako, daging, telur, dan buah-buahan. Sementara untuk
kelompok sayur-sayuran yang diperesentasikan oleh tampaknya tidak
terpengaruh, ditunjukkan oleh tren omset yang sama-sama meningkat
(Anonimous, 2007).
Dilihat dari segi perputaran barang dagangan, baik sampel maupun
kontrol sama-sama mengalami tren penurunan perputaran barang, yang
berarti terjadi penurunan aktifitas pasokan barang kepada pedagang, atau
lebih lama tersimpan digudang. Akibat penurunan omset pengeluaran maka
perputaran persediaan barang menurun. Demikian halnya dengan jumlah
pengunjung atau pembeli yang juga ikut berkurang. Dari segi tingkat
keuntungan terjadi penurunan margin harga yang cukup besar, para
pedagang terpaksa mematok harga yang lebih kecil agar dapat menawarkan
harga komodiiti yang tetap bersaing ini dapat dikaitkan dengan fakta bahwa
harga di Hypermarket umumnya tergolong rendah (Anonimous,2007).
Kendati persaingan antar pasar modern secara teoritis menguntungkan
konsumen, dan mungkin perekonomian secara keseluruhan, relatif sedikit
yang diketahui mengenai dampaknya pada pasar tradisional. Mengukur
dampak amat penting mengingat Supermarket saat ini secara langsung
bersaing dengan pasar tradisioanal, tidak hanya melayani segmen pasar
tertentu (Harmanto,2007).
Demikian juga halnya yang terjadi di kota Bengkulu, pasar modern
berkembang pesat. Hal ini dapat terbukti dengan mudahnya kita menemukan
pasar modern seperti Hypermartket, Supermarket, dan Minimarket di sekitar
tempat tinggal kita. Kondisi demikian terjadi karna gaya hidup modern yang
sudah mulai melekat pada masyarakat kota Bengkulu. Hal demikian
seharusnya menjadi pusat perhatian baik pemerintah maupun swasta dan
menjadi penelitian karena dikhawatirkan memberi dampak negatif terhadap
pasar tradisioanal, seperti yang terjadi di kota-kota di pulau jawa. Berdasarkan
uraian di atas penulis melakukan penelitian ini untuk mengetahui dampak
pasar modern terhadap pasar tradisioanal di kota Bengkulu.
Dari diskusi di atas, tujuan penelitian ini adalah: (a) mengetahui
perkembangan pasar modern dan pasar tradisional di kota Bengkulu, dan (b)
mengetahui jumlah omset pedagang, perputaran barang dagangan, jumlah
pedagang, jumlah jam buka, margin laba pedagang tradisional di kota
bengkulu sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern.
AGRISEP Vol. 16 No. 2 September 2017 Hal: 191 – 200| 193
ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959

METODE PENELITIAN

Metode penentuan Daerah Penelitian


Secara teritorial penelitian ini mempunyai lingkup cakupan dua pasar
tradisional terbesar di Kota Bengkulu yaitu Pasar Panorama dan Pasar Minggu
serta pedagang yang berada di sekitar pasar tersebut. Adapun penentuan
daerah sampel ditentukan dengan purposive yaitu dengan sengaja dengan
pertimbangan-pertimbangan, pasar tradisional masih termasuk pasar yang
sangat tradisional, memilliki jumlah bangunan dan jumlah pedagang yang
cukup banyak dan memiliki lokasi yang strategis dan mudah di jangkau
sehingga dapat mewakili pasar tradisional lainnya. Dan untuk pasar
modernnya merupakan pasar modern yang jaraknya paling dekat dengan
pasar tradisional. Hal ini dapat diketahui dengan mengamati langsung ke
lapangan.

Metode Pengambilan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang manisan (minyak, gula
dan barang-barang tahan lama) dan pedagang buah-buahan yang terdapat di
pasar tradisional, yang masih aktif berdagang sebelum dan sesudah berdirinya
pasar tradisional modern. Metode yang digunakan dalam penentuan sampel
adalah Simple random sampling yaitu penarikan sampel secara acak dan
sederhana. Jumlah sampel yang di ambil sebanyak 25 pedagang buah-buahan
dan 15 orang lainnya pedagang manisan (minyak, gula dan barang-barang
tahan lama). Untuk komoditi buah-buahan yang diteliti oleh penulis ada
sebanyak 30 jenis, yaitu sebagai berikut : Pisang Barangan, Alpokat, Sirsak,
Jeruk peras, Belimbing, Jeruk, Pear, Apel Merah, Semangka Non biji,
Semangka Biji, Anggur, Kelengkeng, Apel hijau, Jeruk madu kecil, Melon,
Jeruk Madu sedang, Rambutan, Manggis, Bengkoang, Sunkist, Apel fuji, Jeruk
Madu super, pepaya, Jambu Klutuk, Kueni, Nenas, Salak, Mangga jawa,
Semangka, Apel fuji kecil, Apel fuji Besar dan Markisa manis. Sedangkan
untuk pedagang manisan yang di teliti oleh penulis ada sebanyak 15 orang
dengan komoditi sembako tahan lama yaitu minyak goreng dan gula pasir.

Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari wawancara secara
langsung kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan
(kuisioner) yang telah dipersiapkan, sedangkan data sekunder diperoleh dari
lembaga atau instansi terkait seperti: Badan Pusat Statistik, UPTD Pasar
Minggu Lama, Dinas Perindustrian dan perdagangan dan buku-buku
penelitian pendukung lainnya.

194 |Elni Mutmainah dan Fithri Mufriantie, Analisis Dampak Kehadiran...


ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959
Metode Analisis Data
Untuk menjawab tujuan pertama dan kedua, analisis deskriptif
digunakan dengan mendeskripsikan perkembangan pasar modern dan pasar
tradisional di kota Bengkulu. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan
menggunakan metode analisis uji-t berpasangan (Paired t-test). Uji-t
berpasangan adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang
digunakan tidak bebas (Berpasangan). Ciri-ciri yang paling sering ditemui
pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (Objek penelitian) dikenai
2 buah perlakuan yang berbeda. Menurut Djalal dan Usman (2002), rumus uji
beda rata-rata (t-hitung) adalah:
X1  X2
t hitung 
s12 s 22  s  s 
  2r  1   2 
n1 n 2  n1   n2 
dimana X 1 dan X 2 adalah rata-rata omset, jumlah jam buka, dan margin laba
pedagang tradisional, sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern, n1 dan
n2 adalah jumlah sampel variable 1 dan 2, serta s 1 dan s 2 adalah simpangan
baku variable 1 dan 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Daerah Penelitian


Kota Bengkulu merupakan Ibukota provinsi Bengkulu dengan letak
geografis terletak ditepi pantai Barat Sumatera dengan posisi 102012”-102022”
Bujur Timur dan 3045” - 3059” Lintang Selatan. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 1986 luas Kota Bengkulu adalah 14.687 Ha.
Secara administratif Kota Bengkulu dibatasi:
Sebelah Utara : Kab. Bengkulu Utara
Sebelah Selatan : Kab Seluma
Sebelah Barat : Samudra Hindia
Sebelah Timur : Kab Bengkulu Utara

Keadaan Penduduk Kota Bengkulu


Penduduk kota Bengkulu berjumlah 359.488 ribu jiwa yang tersebar di 9
wilayah kecamatan di Kota Bengkulu.
a. Kecamatan Gading Cempaka, terdiri dari 5 Kelurahan yaitu : Kelurahan
Padang Harapan, Kelurahan Jalan Gedang, Kelurahan Lingkar Barat,
Kelurahan Cempaka Permai dan Kelurahan Sidomulyo.
b. Kecamatan Singaran Pati, terdiri dari 6 Kelurahan yaitu : Kelurahan
Jembatan Kecil, Kelurahan Panorama, Kelurahan Lingkar Timur,
Kelurahan Timur Indah, Kelurahan Padang Nangka dan Kelurahan Dusun
Besar.

AGRISEP Vol. 16 No. 2 September 2017 Hal: 191 – 200| 195


ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959
c. Kecamatan Ratu Agung, terdiri dari 8 Kelurahan yaitu : Kelurahan Tanah
Patah. Kelurahan Kebun Tebeng, Kelurahan Sawah Lebar, Kelurahan
Sawah Lebar Baru, Kelurahan Nusa Indah, Kelurahan Kebun Beler,
Kelurahan Kebun Kenanga dan Kelurahan Lempuing.
d. Kecamatan Ratu Samban, terdiri dari 9 Kelurahan yaitu : Kelurahan
Anggut Atas, Kelurahan Anggut Bawah, Kelurahan Anggut Dalam,
Kelurahan Kebun Geran, Kelurahan Kebun Dahri, Kelurahan Belakang
Pondok, Kelurahan Pengantungan, Kelurahan Penurunan dan Kelurahan
Padang Jati.
e. Kecamatan Teluk Segara, terdiri dari 13 Kelurahan yaitu : Kelurahan
Malabero, Kelurahan Berkas, Kelurahan Sumur Meleleh, Kelurahan Pasar
Baru, Kelurahan Jitra, Kelurahan Pasar Melintang, Kelurahan Kebun
Keling, Kelurahan Kebun Ros, Kelurahan Pondok Besi, Kelurahan Pintu
Batu, Kelurahan Tengah Padang, Kelurahan Bajak / Kampung Tebeng dan
Kelurahan Kampung Bali.
f. Kecamatan Sungai Serut, terdiri dari 7 Kelurahan yaitu : Kelurahan
Kampung Kelawi, Kelurahan Sukamerindu, Kelurahan Pasar Bengkulu,
Kelurahan Tanjung Agung, Kelurahan Tanjung Jaya, Kelurahan Semarang
dan Kelurahan Surabaya.
g. Kecamatan Muara Bangkahulu, terdiri dari 7 Kelurahan yaitu : Kelurahan
Rawa Makmur, Kelurahan Rawa Makmur Permai, Kelurahan Bentiring,
Kelurahan Bentiring Permai, Kelurahan Pematang Gubernur, Kelurahan
Beringin Raya dan Kelurahan Kandang Limun.
h. Kecamatan Selebar, terdiri dari 6 Kelurahan yaitu: Kelurahan Pagar Dewa,
Kelurahan Bumi Ayu, Kelurahan Betungan, Kelurahan Sukarami,
Kelurahan Pekan Sabtu dan Kelurahan Sumur Dewa.
i. Kecamatan Kampung Melayu, terdiri dari 6 Kelurahan yaitu: Kelurahan
Kandang, Kelurahan Kandang Mas, Kelurahan Teluk Sepang, Kelurahan
Sumber Jaya, Kelurahan Padang Serai dan Kelurahan Muara Dua.

Keadaan Pasar Modern dan Pasar Tradisional Kota Bengkulu


Kota Bengkulu memiliki 4 pasar tradisional yaitu pasar Panorama, Pasar
Minggu, Pasar Barukoto dan Pasar Panorama. Dari 4 Pasar, dua diantaranya
yaitu Pasar Panorama dan Pasar Minggu telah dijadikan oleh Pemerintah Kota
menjadi Pusat Pasar Tradisional dan Modern. Setahun terakhir banyak muncul
pasar retai/ seperti IndoMart dan Alfamart hampir di setiap Kecamatan
dengan jarak hanya beberapa kilometer saja dari pusat pasar. Penelitian ini
melihat dampat kehadiran Pasar Modern Mega Mall terhadap pasar
Tradisional yang terdekat yaitu Pasar Minggu lama. Pada awalnya pasar
Minggu lama yang didirikan pada Tahun 1980 an dibuat untuk menampung
para pedagang yang berjualan bebas di sekitar pasar Minggu. Baru pada awal
tahun 2000 berdiri Pasar Tradisional Modern atau yang dikenal dengan PTM,
kemudian diikuti berdirinya Mega Mall yang dibangun persis di sebelah Mega
Mall. Kedua pasar Modern ini pengelolaannya diserahkan ke pihak swasta.

196 |Elni Mutmainah dan Fithri Mufriantie, Analisis Dampak Kehadiran...


ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959
Dampak nyata yang terlihat sejak dibangunnnya PTM dan Mega Mall adalah
banyak pedagang yang pindah ke Pasar PTM dengan mengambil kios baru
sebagian lain tidak mampu menyewa berjualan di pinggiran pasar PTM dan
Mega Mall sampai dengan sekarang. Kondisi existing Pasar Tradisional Pasar
Minggu saat ini adalah memiliki kios sebanyak 548 kios, yang berfungsi
sebanyak 468 kios. Jumlah Awning sebanyak 199 buah, sedangkan yang
berfungsi sebanyak 155 buah. Bahkan untuk lantai dua Pasar Tradisional Pasar
minggu sekarang ini banyak kosong dan tidak terawat.

Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pedagang buah dan pedagang
manisan yang berjualan di Pasar Minggu Lama Kota Bengkulu dan sekitarnya.
Adapun identitas responden menurut kelompok umur adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Responden berdasarkan Usia
No Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)
1 22 28 2 6,6
2 29 35 3 10
3 36-42 15 50
4 43-49 5 16,6
5 50 ke atas 5 16,6
Jumlah 30 100
Sumber: Data diolah 2017

Rata-rata respoden berumur 36-42 tahun, jadi dapat diperkirakan


dengan umur demikian disumsikan responden mengalami perubahan dan
dampak yang terjadi sebelum dan sesudah hadirnya Pasar Modern Mega Mall.
Tabel 2. Responden berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Laki-laki 16 53
2 Perempuan 14 47
Jumlah 30 100
Sumber: Data diolah 2017

Tabel 2 di atas menjelaskan bahwa jumlah pedagang laki-laki dan


perempuan hampir sama, umumnya pedagang buah dan manisan berasal dari
Suku Batak, Minang dan Jawa dan telah menetap di Kota Bengkulu lebih dari
sepuluh tahun.

AGRISEP Vol. 16 No. 2 September 2017 Hal: 191 – 200| 197


ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959
Kinerja Pedagang

Lama Jam Buka


Lama jam buka adalah lamanya Pedagang buah dan manisan mulai
membuka kios atau Tokonya. Hasil uji beda rata-rata lama jam buka sebelum
hadirnya Mega Mall dengan setelah adanya Mega Mall menunjukkan ada
perbedaan. Hasil uji beda rata-rata menunjukkan bahwa lama jam buka
pedagang sebelum dan sesudah hadirnya Pasar Modern Mega Mall terdapat
perbedaan. Dengan rata-rata jam buka 11 jam pada sebelum hadirnya Mega
Mall dan menurun menjadi 10 jam setelah hadirnya Mega Mall. Pada
umumnya pedagang merasakan sepinya pembeli, sehingga mereka menutup
atau membuka kiosnya lebih awal dari sebelumnya.

Jumlah Omzet
Jumlah omset adalah total penjualan yang diterima oleh pedagang setiap
bulannya. Semakin besar jumlah omzet penjualan maka akan semakin besar
pula penerimaan yang akan diterima oleh pedagang. Hasil analisa uji beda
rata-rata menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara jumlah omzet
sebelum dengan sesudah hadirnya Pasar Modern Mega Mall. Rata-rata omzet
pedagang sebelum hadirnya Mega Mall rata-rata Rp. 56.116.667 per bulan per
pedagang, Omzet tersebut turun hampir 50% nya. Dari hasil wawancara
menyatakan keluhan turunya omzet penjualan ini, karena rata-rata mereka
tidak memiliki kios lagi. Dan atau mereka terpaksa menggelar dagangannya di
pinggir jalan, karena kios yang mereka miliki berada jauh di dalam Pasar
Minggu yang sepi pembeli.

Margin Laba
Margin laba adalah selisih antara harga beli pedagang dari pemasoknya
dengan harga jual yang telah ditetapkannya ke konsumen. Hasil penelitian
menunjukka bahwa rata-rata pedagang mengalami penurunan margin laba.
Hampir sebagian besar responden yang diwawancarai adalah pedagang yang
dulunya menempati pasar/kios di Pasar Tradisional Pasar Minggu Lama.
Sejak Pemda setempat menyediakan lokasi baru untuk berdagang di PTM atau
di Mega Mall, mereka tidak pindah atau tetap bertahan di lokasi lama. Namun
berakibat margin laba yang mereka terima makin hari makin berkurang.
Bahkan ada yang sampai menutup kiosnya. Ada juga yang pindah ke trotoar,
pinggiran jalan PTM dan Mega Mall. Rata-rata pedagang mengalami
penurunan margin laba sesudah hadir nya Mega Mall. Rata-rata penerimaan
margin laba sebelum hadirnya Mega Mall adalah sebesar Rp. 13.316.667,-
setelah hadirnya Mega Mall penerimaan mereka merosot sampai Rp.
2.066.667,- .
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapar perbedaan margin laba
sebelum dan sesudah hadirnya Mega Mall, dimana T test menunjukkan angka
0,046>0,05. Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang dan survey

198 |Elni Mutmainah dan Fithri Mufriantie, Analisis Dampak Kehadiran...


ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959
lapangan menunjukkan bahwa penurunan margin laba yang mereka terima
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah penempatan kios di lokasi
baru (Pasar Moderen) tidak strategis, letak dan lokasi kios mempengaruhi
jumlah pembeli. Penegakan disiplin yang kurang tegas untuk para pedagang
liar yang berjualan di sepanjang trotoar jalan membuat pembeli malas masuk
ke lokasi Pasar Modern (PTM) yang disediakan. Harga, Promosi dan
kenyamanan berbelanja menjadi pertimbangan pembeli untuk memilih
berbelanja di Mall daripada di Pasar Tradisional.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan jumlah omzet, jam buka, dan margin laba pedagang tradisional di
kota Bengkulu sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern.

Saran
a. Penegakkan disiplin dan penertiban dari aparat secara rutin kepada para
pedagang liar untuk tidak berjualan di sepanjang jalan dan trotoar.
b. Perlu adanya peraturan yang tegas terhadap pengelolaan pasar Modern
agar dapat memberikan kontribusi bagi PAD (Pendapatan Anggaran
Daerah).

DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.2007. Kajian dampak ekonomi keberadaan Hypermarket Terhadap
ritel/pasar tradisional.
http://:www.indef.or.id/xplod/ipload/pubs/exum_Hypermarket.PD
F+dampak+pasar+modern+terhadap+pedagang+sayur+di+pasar+trad
isional&cd=8&hl=id&ct=clnk&gl=id.
Djalal, N dan Hardius Usman.2002.Pengunaan Teknik Ekonometrik.PT raja
Grafindo Persada.Jakarta.
Ekapribadi, Wildan. 2007. Pasar Modern: Ancaman Bagi Pasar
Tradisional?.jakarta. diunduh dari
http://amartabisma.wordpress.com/2007/11/08/pasar-modern-
ancaman-bagi-pasar-tradisional/.
Harian Kompas. 2007. Hasil Penelitian : Pepres Tidak Ubah Kondisi Pasar
Tradisional.Jakarta. diunduh dari http://www2.kompas.com/kopas-
cetak/0704/19/ekonomi/3466033.html.
Harmanto.2007.Pasar Tradisional Kita Semakin Babak Belur.
http://harmanto.blog.detik.com/index.php/archives/.61.
Indrakh. 2007.Pasar Tradisional di Tengah Kepungan Pasar Modern.
http://indarkh.wordpress.com/2007/09/03/pasar-tradisional-di-
tengah-kepungan-pasar-modern/

AGRISEP Vol. 16 No. 2 September 2017 Hal: 191 – 200| 199


ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959
Jurnal Penelitian Koperasi dan UKM nomor 1 tahun 2006: Penelitian, Dampak
Keberadaan Pasar Modern (Supermarket & Hypermarket) Terhadap
Usaha Ritel Koperasi / Waserba dan Pasar Ttradisional.
http://www.smecda.com/kajian/files/jurnal/hal_85.pdf
Wikipedia.2007.Pasar. http://id.wikipedia.org/wiki/pasar/.

200 |Elni Mutmainah dan Fithri Mufriantie, Analisis Dampak Kehadiran...

You might also like