Kecerdasan Emosional Dan Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik
Kecerdasan Emosional Dan Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik
Kecerdasan Emosional Dan Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik
Abstract
This research aimed to analyze the influence of emotional
intelligence on the performance of auditors. Competitive world of
today is becoming hard work, both when the AFTA effect since
2003 and APEC in 2010. With the enactment of this, so many
professionals from abroad will go to Indonesia. Accounting needs
of the business world today is very necessary in the face of this
globalization era. An accountant in addition must have the
intellectual ability, also needs to have the capability of
organizational communication, interpersonal, and attitudes to a
career in the ever-changing environment and tight with
competition.
This research is a replication of research Surya and
Hananto (2004) with the emotional quotient test the effect on the
performance of auditors. The population of this research is all
auditors working in public accounting firm in central java. Sample
in this study were 87 respondents. Sample this study uses
convinence sampling to spread kuesioner. Metode convinence
analysis in this study using multiple regression analysis, classical
asusmsi test, test of hypothesis. F test used to test the effect of
independent variables and dependent variables simultaneously
and t test to test the effect of each independent variable and
dependent variable.
The results of this study indicate that emotional skills,
emotional skills and emotional values and beliefs have a
significant influence on the performance of auditors. Emotional
intelligence sub-variables are emotional skills, emotional skills and
values and beliefs emotions simultaneously and partially
significant effect on auditors 'performance of 53.4 percent and
46.6 percent of auditors' performance is influenced by other
variables.
1
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Sem arang
2
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Semarang, dianviraby@yahoo.co.id
LATAR BELAKANG
Profesi sebagai akuntan publik memainkan peranan sosial yang sangat
penting berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh
auditor. Peran akuntan publik adalah untuk memberikan kepastian bahwa
laporan keuangan yang diterbitkan tidak mengandung informasi yang
menyesatkan pemakainya. Akibatnya pemakai laporan keuangan sangat
tergantung pada pendapat akuntan publik sebelum memberikan kepercayaan
pada laporan keuangan. Akuntan publik juga membantu manajemen dalam hal
pernyataan pendapat yang dapat digunakan oleh manajemen untuk mendukung
pertanggung jawaban seperti yang dilaporkan dalam laporan keuangan (Ika et.
al., 2008).
Kemampuan secara umum dapat diartikan sebagai kompetensi.
Kemampuan akan mendasari kemampuan kerja di perusahaan yang akhirnya
kemampuan tersebut akan menentukan baik buruknya kerja seseorang, juga
akan berkaitan dengan puas tidaknya seseorang akan pekerjaannya.
“Intelligence is a strong correlate-perhaps even a determinant-of many important
outcomes in life, such as educational and occupational attainment and job
performance” (Ganzach, 1998 dalam Ika et. al., 2008).
Menurut Mulyadi dan Kanaka dalam Surya dan Hananto (2004), ada dua
tanggung jawab yang harus dipikul oleh akuntan publik dalam menjalankan
pekerjaan profesionalnya, yaitu pertama, menjaga kerahasiaan informasi yang
diperolah dalam melaksanakan tugasnya. Informasi yang diperoleh akuntan
publik selama ia menjalankan pekerjaannya tidak boleh diungkapkan oleh pihak
ketiga, kecuali atas ijin kliennya. Namun jika hukum atau negara menghendaki
akuntan publik mengungkapkan informasi yang diperolehnya selama
penugasannya, akuntan publik berkewajiban untuk mengungkapkan informasi
tersebut tanpa harus mendapatkan persetujuan dari kliennya. Tanggung jawab
yang kedua yaitu menjaga mutu profesionalnya. Setiap akuntan publik harus bisa
mempertanggungjawabkan mutu pekerjaan atau pekerjaan lain pada saat yang
bersamaan, yang bisa menyebabkan penyimpangan obyektivitas atau ketidak
konsistenan dalam pekerjaannya.
McClelland dalam Ika dan Suryanti (2004) menyatakan bahwa
kemampuan akademik bawaan, nilai rapor, dan prediksi kelulusan pendidikan
tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sudah bekerja atau
seberapa tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup. Sebaliknya McClelland
menyatakan bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri,
dan inisiatif mampu membedakan orang sukses dari mereka yang berprestasi
biasa-biasa saja. Faktor ini yang dinamakan sebagai kecerdasan emosional
(EQ).
Dari penelitian terdahulu terdapat pertentangan hasil penelitian mengenai
pengaruh kecerdasan emosional auditor terhadap kinerja auditor. Dari hasil
penelitian Surya dan Hananto (2004) menyatakan bahwa Kecakapan Emosi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Namun Keterampilan Emosi dan
Nilai dan Keyakinan Emosi berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja auditor.
Temuan ini juga mendukung penelitian Abidin seperti yang telah dikutip dalam
Surya dan Hananto (2004). Sedangkan penelitian Ika et. al., (2008) dan Lilik
(2009) menyatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh signifikan
terhadap kinerja auditor. Maka dari itu peneliti ingin meneliti kembali karena
adanya ketidaksamaan hasil penelitian terdahulu tersebut.
Kecerdasan Emosional
Kamus Bahasa Indonesia kontemporer mendefinisikan emosi sebagai
keadaan yang keras yang timbul dari hati, perasaan jiwa yang kuat seperti sedih,
luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu yang cepat. Emosi
merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khasnya, suatu keadaan
yang biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Emosional adalah hal-hal yang berhubungan dengan emosi seperti yang dikutip
dalam Ika dan Suryanti, (2004).
Menurut Goleman dalam Surya dan Hananto (2004) mengatakan bahwa
koordinasi suasan hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila
seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau
dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik
dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta
lingkungannya. Lebih lanjut Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional
adalah kemapuan yang lebih dimiliki seseorang dalam memotivasi diri,
ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda
kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut
seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah
kepuasan dan mengatur suasana hati.
Sementara menurut Cooper dan Sawaf dalam Surya dan Hananto (2004)
mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan,
memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai
sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut
penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan
orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi
emosi dalam kehidupan sehari-hari.
Kinerja
Secara umum kinerja (performance) didefinisikan sebagai tingkat
keberhasilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Menurut Vroom
(1964) dalam Surya dan Hananto (2004), tingkat sampai sejauh mana
keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas pekerjaannya disebut
sebagai “level of performance”. Menurut Miner, dimensi kerja adalah ukuran dari
penilaian dari perilaku yang aktual ditempat kerja, yang mencakup:
1. Quality of Output
Kinerja seseorang individu dinyatakan baik apabila kualitas output yang
dihasilkan lebih baik atau paling tidak sama dengan target yang ditentukan.
2. Quantity of Output
Kinerja seseorang juga diukur dari jumlah output yang dihasilkan. Seseorang
individu dinyatakan mempunyai kineja yang baik apabila jumlah atau
kuantitas output yang dicapai dapat melebihi atau paling tidak sama dengan
target yang telah ditentukan dengan tidak mengabaikan kualitas output
tersebut.
3. Time at Work
Dimensi juga menjadi pertimbangan didalam mengukur kinerja seseorang.
Dengan tidak mengabaikan kualitas dan kuantitas output yang harus dicapai,
seorang individu dinilai mempunyai kinerja yang baik apabila invidu tersebut
dapat menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu atau bahkan melakukan
penghematan waktu.
4. Cooperation With Other’s Work
Kinerja juga dinilai dari kemampuan seseorang individu untuk tetap bersifat
kooperatif dengan pekerjaan lain yang juga harus menyelesaikan tugasnya
masing-masing.
H3: Nilai dan keyakinan emosi auditor berpengaruh signifikan terhadap kinerja
auditor.
H4: Keterampilan emosi, kecakapan emosi, dan nilai dan keyakinan emosi
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Pengaruh Kecerdasan Emosi Auditor terhadap
Kinerja Auditor di KAP
Keterampilan Emosi
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional
Ketrampilan emosi merupakan pemahaman perasaan diri sendiri dan
kemampuan membaca perasaan orang lain (orang yang menjadi lawan interaksi)
sebagai pengaruh dalam menghasilkan suatu umpan balik untuk mengambil
langkah terbaik dalam menghadapi suatu keadaan tertentu (Surya dan Hananto,
2004). Dari uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa empati berpengaruh
terhadap kinerja auditor.
Kecakapan emosi merupakan kemampuan untuk tetap konsisten dan
konsentrasi pada tujuan, tangguh mampu bertahan dalam berbagai situasi,
kreatif dan memiliki hubungan antar pribadi yang baik. Pengaturan diri
merupakan kemampuan untuk menangani emosi sedemikian sehingga
berdampak positif pada pelakanaan tugas, peka terhadap kata hati, dan sanggup
menunda kenikmatan sebelum tercapainya sasaran. Berdasarkan uraian tersebut
dapat diasumsikan bahwa keterampilan sosial dapat mempengaruhi kinerja
auditor.
Nilai dan keyakinan merupakan suatu batasan toleransi yang
berlandaskan nilai etika, belas kasihan, intuisi, radius kepercayaan, daya pribadi
dan integritas yang dimiliki oleh para auditor. Berdasarkan uraian diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa kecerdasan emosional memiliki pengaruh yang
siknifikan terhadap kinerja auditor.
Menurut Mulyadi, (1993) kinerja merupakan perilaku manusia dalam
melaksanakan peranannya untuk mencapai tujuan organisasi. Lain halnya Rivai,
(2003) menyebutkan bahwa kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai
serta merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan suatu pekerjaan
yang diminta. Kinerja juga merujuk pada suatu pencapaian karyawan atas tugas
yang diberikan seperti yang dikutip oleh Ika et. al., (2004).
yang akan diteliti (Indriantoro dan Bambang Supomo, 1999). Sampel dalam
enelitian ini menggunakan metode convenience sampling. Unit sampel dalam
penelitian ini adalah para akuntan publik yang terdapat dalam kantor akuntan
publik yang berperan dalam menjalankan proses audit dan berhadapan langsung
dengan para klien. Alasan pemilihan objek penelitian ini karena seorang auditor
yang selalu berinteraksi secara langsung dengan para klien dari berbagai
perusahaan yang sedang mereka audit laporan keuangannya. Hal ini dapat
mempengaruhi kinerja para auditor tersebut.
Metode Analisis
Analisis data adalah merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mengetahui sejauh mana variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain.
Keabsahan suatu hasil penelitian sangat ditentukan oleh alat pengukur variabel
yang akan diteliti. Apabila alat yang digunakan dalam proses pengumpulan data
yang tidak akan mampu menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Oleh
sebab itu dalam penelitian ini akan dilakukan uji keabsahan (validity test) dan uji
keandalaan (reliability test) unuk menguji kualitas alat ukur. Model regresi
berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
PEMBAHASAN
Deskripsi Obyek Penelitian
Responden dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi adalah
seluruh auditor yang bekerja pada KAP di Jawa Tengah. Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode survei dengan
teknik kuesioner. Data penelitian dikumpulkan dengan mengirimkan 119
kuesioner kepada 14 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang bersedia berpartisipasi
dalam penelitian ini.
Jumlah responden adalah 87 orang, terdiri dari 62 orang (71,26 persen)
laki-laki dan 25 orang (28,74 persen) perempuan. Berdasarkan lama menekuni
profesi, bagian terbesar adalah kelompok responden selama kurang dari 5 tahun
yaitu 47 orang (54,02 persen), selama 6 – 10 tahun sebanyak 23 orang (26,44
persen), dan lebih dari 10 tahun sebanyak 17 orang (19,54 persen). Latar
belakang pendidikan responden berijazah S1 sebanyak 57 orang (65,52 persen),
D3 23 orang (26,44 persen) dan S2 sebanyak 7 orang (8,04 persen).
Tabel 2
Hasil Uji Regresi secara Parsial
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -17.906 4.520 -3.961 .000
Ketrampilan Emosi .120 .025 .359 4.868 .000 .998 1.002
Kecakapan Emosi .089 .019 .358 4.747 .000 .953 1.050
Nilai dan keyakinan emosi .112 .017 .488 6.475 .000 .953 1.049
a. Dependent Variable: Kinerja Auditor
Tabel 3
Hasil Uji Regresi secara Simultan
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 796.891 3 265.630 33.824 .000a
Residual 651.821 83 7.853
Total 1448.713 86
a. Predictors: (Constant), Nilai dan keyakinan emosi, Ketrampilan Emosi, Kecakapan
Emosi
b. Dependent Variable: Kinerja Auditor
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ika et. al., (2008), namun dalam variabel
kecerdasan emosi tidak dibagi menjadi beberapa sub-sub variabel.
DAFTAR PUSTAKA
Suryanti, B.J dan Ika N.P. 2004. “Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap
Tingkat Pemahaman Akuntansi”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.2,
Sempember 2004. Hal: 260-281.
Teddy Jurnali dan Bambang Supomo. 2002. “Pengaruh Faktor Kesesuaian
Tugas-Teknologi dan Pemanfaatan TI Terhadap Kinerja Akuntan
Publik”. JRAI. Volume 5 No.2. Mei 2002. Halaman: 214-228.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2003. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”.
PT. Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional. Cetakan Ketiga.
Jakarta.
Trisnawati, E.I dan Suryaningsum, Sri. 2003. “Pengaruh Kecerdasan
Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi”. Simposium
Nasional Akuntansi VI. Surabaya. Ikatan Akuntansi Kompartemen
Akuntan Pendidik.
Yusni Wahyudin. 2003. “Analisis Pengaruh Diskusi Verbal Dalam Review
Kertas Kerja Dan Motivasi serta Interaksinnya Terhadap Kinerja
Auditor Di Jawa Timur”. Tesis Maksi: Universitas Diponegoro. (Tidak
Dipublikasikan).