This document discusses a study that examines the influence of competence, independence, role conflict, role ambiguity on auditor performance, with emotional intelligence as a moderating variable. The study was conducted at public accounting firms in DKI Jakarta. The results showed that competence, independence, role conflict, and role ambiguity significantly influence auditor performance. Emotional intelligence was found to moderate the relationship between the independent variables and auditor performance. The study aims to determine these relationships and prove them empirically.
This document discusses a study that examines the influence of competence, independence, role conflict, role ambiguity on auditor performance, with emotional intelligence as a moderating variable. The study was conducted at public accounting firms in DKI Jakarta. The results showed that competence, independence, role conflict, and role ambiguity significantly influence auditor performance. Emotional intelligence was found to moderate the relationship between the independent variables and auditor performance. The study aims to determine these relationships and prove them empirically.
This document discusses a study that examines the influence of competence, independence, role conflict, role ambiguity on auditor performance, with emotional intelligence as a moderating variable. The study was conducted at public accounting firms in DKI Jakarta. The results showed that competence, independence, role conflict, and role ambiguity significantly influence auditor performance. Emotional intelligence was found to moderate the relationship between the independent variables and auditor performance. The study aims to determine these relationships and prove them empirically.
This document discusses a study that examines the influence of competence, independence, role conflict, role ambiguity on auditor performance, with emotional intelligence as a moderating variable. The study was conducted at public accounting firms in DKI Jakarta. The results showed that competence, independence, role conflict, and role ambiguity significantly influence auditor performance. Emotional intelligence was found to moderate the relationship between the independent variables and auditor performance. The study aims to determine these relationships and prove them empirically.
DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris pada KAP di DKI Jakarta)
Helvy Aprilianti1), Hardi2), Volta Diyanto2)
1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Riau 2) Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Riau Email : helvy.aprilianti@student.unri.ac.id
The Influence of Competence, Independence, Role Conflict, Role Ambiguity on
Auditor Performance with Emotional Quotient as a Moderating Variable (Empirical Studies at Public Accountant Firms in DKI Jakarta)
ABSTRACT
This study aims to determine the influence of competence, independence,
role conflict, role ambiguity on auditor performance with emotional quotient as a moderating variable at public accountant firms in The Special Capital Region of Jakarta. The population of this research is 274 public accountant firms. Further, the sample method used was purposive sampling technique that obtained specific sample criterion which was only 54 internationally affiliated public accountant firms selected for this study. The data gathered in this study is the primary data which were collected through questioners. As much as 162 questioners spread to the participants, there were only 90 questioners returned completely. The data analysis technique in this study is multiple linear regression and moderate regression analysis method using SPSS 23 statistics software. The result of the study proved that there is a significant influence among competence, independence, role conflict, role ambiguity on auditor performance. Emotional quotient can be a moderating variable to competence, independence, role conflict, role ambiguity.
Keywords : competence, independence, role conflict, role ambiguity, emotional
quotient, auditor performance
PENDAHULUAN kemampuan yang berkualitas.
Kemampuan seorang auditor Auditor dapat diartikan sebagai dicerminkan dalam kinerja saat seseorang yang memberikan dan bekerja (Putri, 2015). menyatakan pendapat atas kewajaran Seorang auditor harus memiliki laporan keuangan perusahaan atau kinerja yang baik dan dapat organisasi, dan menyesuaikan menghasilkan laporan audit yang laporan yang dibuat sesuai dengan berkualitas, oleh sebab itu auditor prinsip - prinsip akuntansi yang perlu mengetahui hal-hal yang berlaku umum. Auditor adalah mampu meningkatkan kinerjanya profesi dimana harus memiliki untuk menambah kualitas JOM FEB, Volume 6 Edisi 1 (Januari – Juni 2019) 1 pemeriksaan. (Ardika dan khusus akan mendorong Wirakusuma, 2016). meningkatnya kemampuan mereka Kasus terkait dengan kinerja dalam bekerja. (Andika, 2017). auditor seperti yang dialami oleh Kedua, Independensi. Untuk Ernst & Young Indonesia yang menghasilkan kinerja yang didenda di Amerika Serikat (AS). memuaskan, seorang auditor harus Kantor akuntan mitra E&Y di memiliki sikap yang jujur atau Indonesia telah sepakat membayar independen dalam melaporkan hasil denda senilai US$ 1 juta (sekitar Rp audit terhadap laporan keuangan. 13,3 miliar) kepada regulator AS, Independensi merupakan bebas dari divonis gagal melalukan audit pengaruh, tidak dikendalikan oleh laporan keuangan kliennya. Anggota pihak lain, tidak bergantung pada jaringan E&Y di Indonesia yang pihak lain (Islahuzzaman, 2012:179). mengumumkan hasil audit atas Ketiga, Konflik Peran. perusahaan telekomunikasi pada Menurut Hanna dan Firnanti (2013) 2011 memberikan opini yang konflik peran merupakan bentuk didasarkan atas bukti yang tidak ketidaksesuaian antara mekanisme memadai. Namun afiliasi E&Y di pengendalian birokrasi dan norma, Indonesia merilis laporan hasil audit aturan, etika maupun kemandirian dengan status wajar tanpa dari profesional. Penekanan dari pengecualian gambaran konflik peran ini adalah (WTP)(http://bisnis.tempo.co,2017). pada adanya ketidaksesuaian peran Dari kasus tersebut, peran yang harus dilakukan oleh auditor auditor terkait pemeriksaan audit dilihat dari tuntutan profesionalisme terbukti tidak dapat melaksanakan dari profesi auditor. Ketidaksesuaian auditnya dengan profesional, tersebut dinilai sebagai sebuah sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk konflik peran. kinerja auditor mengalami penurunan Keempat, Ketidakjelasan serta kurang berhati-hati dalam Peran. Ketidakjelasan peran yang melakukan audit terhadap laporan tinggi dapat mengurangi kepercayaan keuangan. diri seseorang dalam kemampuannya Beberapa faktor – faktor yang untuk bekerja dengan efektif (Liman, mempengaruhi kinerja auditor. 2018). Ketidakjelasan peran (role Pertama, Kompetensi. Menurut ambiguity) muncul karena terjadi Arens, et al (2012:42) menyatakan kesenjangan antara jumlah informasi bahwa kompetensi sebagai keharusan yang dimiliki seseorang dengan yang bagi auditor untuk memiliki dibutuhkannya untuk dapat pendidikan formal dibidang auditing melaksanakan perannya dengan dan akuntansi, pengalaman praktik tepat. Ketidakjelasan peran dapat yang memadai bagai pekerjaan yang mengakibatkan individu menjadi sedang dilakukan, serta mengikuti tidak tenang, tidak puas, dan pedidikan professional yang menurunkan kinerja auditor berkelanjutan. (Trisnawati, 2015). Semakin kuat kompetensi yang Seorang auditor yang baik dimiliki individu yang diperoleh dari tidak hanya harus memiliki pendidikan, pengalaman dan kompetensi, dan independensi saja pembelajaran terhadap keterampilan tapi harus memiliki kecerdasan JOM FEB, Volume 6 Edisi 1 (Januari – Juni 2019) 2 emosional yang baik. Dengan adanya KAP seluruh Bali yang terdaftar kecerdasan emosional yang baik, dalam IAPI 2016 yang seluruhnya maka dapat melemahkan role stress terletak di Kota Denpasar, maka dan stress kerja. Menurut Lubis penelitian ini dilakukan pada Kantor (2011:105) orang - orang yang Akuntan Publik (KAP) di DKI mengetahui emosi mereka sendiri Jakarta. dan ahli membaca emosi orang lain Berdasarkan latar belakang di mungkin lebih efektif dalam atas, maka rumusan masalah dalam pekerjaan mereka. penelitian ini adalah sebagai berikut : Kecerdasan emosional adalah Apakah kompetensi, independensi, kemampuan memantau dan konflik peran, ketidakjelasan peran mengendalikan perasaan sendiri dan berpengaruh terhadap kinerja auditor orang lain serta menggunakan dengan kecerdasan emosional perasaan – perasaan tersebut untuk sebagai variabel moderasi? memandu pikiran dan tindakan, Tujuan yang ingin dicapai sehingga kecerdasan emosional dalam penelitian ini, yaitu : Untuk sangat diperlukan untuk sukses mengetahui dan membuktikan dalam bekerja dan menghasilkan pengaruh kompetensi, independensi, kinerja yang menonjol dalam konflik peran, ketidakjelasan peran pekerjaan (Liman, 2017). terhadap kinerja auditor dengan Variabel kecerdasan emosional kecerdasan emosional sebagai telah banyak digunakan sebagai variabel moderasi. variabel independen dalam penelitian-penelitian sebelumnya dan TINJAUAN PUSTAKA menunjukkan hasil yang berbeda- beda, sehingga pada penelitian ini Kinerja Auditor akan menguji kembali variabel Pengertian kineja auditor kecerdasan emosional sebagai menurut Mulyadi (2010:34) adalah variabel moderasi antara kompetensi, akuntan publik yang melakukan independensi, konflik peran dan penugasan pemeriksaan ketidakjelasan peran terhadap kinerja (examination) secara obyektif atas auditor. laporan keuangan suatu perusahaan Penelitian ini merupakan atau organisasi lain dengan tujuan pengembangan dari penelitian Liman menentukan apakah laporan (2017). Dalam penelitian ini, peneliti keuangan tersebut menyajikan secara juga menambahkan dua variabel wajar sesuai dengan prinsip independen lainnya yang berpotensi akuntansi yang berlaku umum, dalam ikut mempengaruhi kinerja auditor semua hal yang material, posisi yang diduga memberi andil besar keuangan dan hasil usaha dalam mempengaruhi kinerja auditor perusahaan. dan dari penelitian sebelumnya hasil yang dicapai belum konsisten. Kompetensi Perbedaan penelitian ini Menurut Arens, et al dibandingkan dengan penelitian (2012:42) menyatakan bahwa sebelumnya terletak dalam sampel kompetensi sebagai keharusan bagi dan tahun penelitian. Sampel auditor untuk memiliki pendidikan penelitian sebelumnya terdapat pada formal dibidang auditing dan JOM FEB, Volume 6 Edisi 1 (Januari – Juni 2019) 3 akuntansi, pengalaman praktik yang jelas dan hubungan lainnya. memadai bagai pekerjaan yang Yulistiani (2015) menyatakan sedang dilakukan, serta mengikuti individu dapat mengalami pedidikan professional yang ketidakjelasan peran jika mereka berkelanjutan. Menurut Andika merasa tidak adanya kejelasan peran (2017) mendefinisikan kompetensi sehubungan dengan ekspetasi sebagai keahlian yang secara pekerjaan, seperti kurangnya eksplisit dapat digunakan untuk informasi yang diperlukan untuk melakukan audit secara objektif. menyelesaikan pekerjaan atau tidak memperoleh kejelasan mengenai Independensi tugas-tugas dari pekerjannya. Menurut Arens et al (2012:111) independensi berarti Kecerdasan Emosional sikap mental yang bebas dari Menurut Robbins dan Timoty pengaruh, tidak dikendalikan oleh (2009:335), kecerdasan emosional pihak lain, tidak tergantung pada sebagai kemampuan seseorang untuk orang lain. Independensi juga berarti mendeteksi serta mengelola petunjuk adanya kejujuran dalam diri auditor - petunjuk dan informasi emosional. dalam mempertimbangkan fakta dan Kecerdasan emosional merupakan adanya pertimbangan yang objektif kemampuan untuk memotivasi diri tidak memihak dalam merumuskan sendiri dan bertahan menghadapi dan menyatakan pendapatnya. frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih ebihkan Konflik Peran kesenangan, mengatur suasana hati Menurut Lubis (2011:57) dan menjaga agar beban stres tidak konflik peran merupakan suatu melumpuhkan kemampuan berfikir, gejala psikologis yang dialami oleh berempati dan berdoa. Kecerdasan anggota organisasi yang bisa emosional sangat dipengaruhi oleh menimbulkan ketidaknyamanan lingkungan, tidak bersifat menetap, dalam bekerja dan berpotensi dapat berubah - ubah setiap saat. menurunkan motivasi kerja. Menurut Trisnawati (2015) menyatakan Kerangka Pemikiran dan bahwa, konflik peran sering terjadi Hipotesis jika dalam menjalankan tugas terdapat dua atau tiga perintah Pengaruh Kompetensi Terhadap berbeda secara bersama – sama Kinerja Auditor sehingga melaksanakan satu intruksi Kompetensi merupakan faktor dapat menimbulkan diabaikannya penentu bagi seseorang dalam intruksi yang lain. menghasilkan kinerja yang sangat baik. Kompetensi auditor berkaitan Ketidakjelasan Peran dengan seseorang yang memiliki Menurut Lubis (2011:58) pengetahuan diperoleh dari ketidakjelasan peran merupakan pendidikan, keahlian, keterampilan tidak cukupnya informasi yang dan pengalaman serta memiliki sikap dimiliki serta tidak adanya arah dan dan perilaku etis dalam menjalankan kebijakan yang jelas, ketidakpastian pekerjaannya. Semakin kuat tentang otoritas, kewajiban yang kompetensi yang dimiliki individu JOM FEB, Volume 6 Edisi 1 (Januari – Juni 2019) 4 yang diperoleh dari pendidikan, timbul konflik antara tugas yang pengalaman dan pembelajaran diemban oleh KAP dan permintaan terhadap keterampilan khusus akan yang disampaikan klien sehingga mendorong meningkatnya mempengaruhi kinerja auditor. kemampuan mereka dalam bekerja. H3 : Konflik peran berpengaruh Jika tanggung jawab yang diberikan terhadap kinerja auditor kepada individu sesuai dengan kompetensi yang mereka miliki Pengaruh Ketidakjelasan Peran maka motivasi individu untuk Terhadap Kinerja Auditor melaksanakan pekerjaan akan Ketidakjelasan peran muncul semakin kuat (Andika, 2017). karena adanya tidak cukup nya H1 : Kompetensi berpengaruh informasi yang diperlukan untuk terhadap kinerja auditor menyelesaikan tugas-tugas atau pekerjaan yang diberikan dengan Pengaruh Independensi Terhadap cara memuaskan. Individu yang Kinerja Auditor mengalami ketidakjelasan peran akan Seorang auditor yang mengalami kecemasan, menjadi memiliki independensi dalam tidak puas dan melakukan pekerjaan program audit, verifikasi, dan kurang efektif sehingga akan pelaporan yang tinggi maka dia tidak menurunkan kinerja (Yulistiani, akan mudah dipengaruhi oleh pihak 2015). lain dalam melakukan pertimbangan H4 : Ketidakjelasan peran fakta-fakta yang ditemui pada saat berpengaruh terhadap kinerja melakukan pemeriksaan dan auditor melaporkan hasil temuan auditnya sehingga akan mempengaruhi Pengaruh Kompetensi Terhadap pencapaian pelaksaan suatu Kinerja Auditor Dengan pekerjaan yang semakin baik atau Kecerdasan Emosional sebagai dengan kata lain kinerjanya semakin Variabel Moderasi baik (Made, 2016). Auditor yang memiliki H2 : Independensi berpengaruh pengetahuan dan pengalaman yang terhadap kinerja auditor baik akan lebih memahami berbagai masalah serta lebih mudah Pengaruh Konflik Peran Terhadap memahami perkembangan yang Kinerja Auditor semakin kompleks dalam lingkungan Menurut Trisnawati (2015) audit. Bagi seorang auditor menyatakan bahwa, konflik peran kecerdasan emosional tentunya terjadi jika dalam menjalankan tugas penting, karena dalam setiap terdapat dua atau tiga perintah penugasan seorang auditor berperan berbeda secara bersama-sama sebagai pihak independen yang sehingga melaksanakan satu intruksi diberi tanggung jawab untuk dapat menimbulkan diabaikannya menemukan dan menyelesaikan intruksi yang lain. Kondisi ini terjadi masalah yang terjadi pada karena kadangkala klien juga perusahaan yang diaudit. Kecerdasan meminta layanan lain yang emosional juga dapat berbicara dimaksudkan untuk meningkatkan tentang motivasi, kompetensi kinerja keuangan perusahaan. Di sini kedewasaan pemikiran, pembentukan JOM FEB, Volume 6 Edisi 1 (Januari – Juni 2019) 5 pribadi yang berkarakter yang terjadinya stres kerja dan memiliki integritas. Upaya paling menghambat kinerja auditor tepat bagaimana membina diri dan (Syafariah, 2017). Kecerdasan membina sumber daya manusia guna emosional adalah kemampuan pencapaian kinerja maksimal di mengenal perasaan diri sendiri dan organisasi adalah dengan perasaan orang lain, memotivasi diri membiasakan melatih kematangan sendiri serta mengelola emosi kepribadian (Liman, 2017). dengan baik pada diri sendiri dan H5 : Kecerdasan emosional dapat dalam hubungan dengan orang lain. memoderasi hubungan kompetensi Dengan adanya pengaruh kecerdasan terhadap kinerja auditor emosional terhadap hubungan konflik peran dan kinerja, diharapkan Pengaruh Independensi Terhadap bahwa seseorang yang dihadapi Kinerja Auditor Dengan konflik peran dapat melaksanakan Kecerdasan Emosional sebagai tugasnya dengan baik. Karena Variabel Moderasi didalam kecerdasan emosional Secara khusus auditor terdapat keterampilan sosial untuk memerlukan kecerdasan emosional manajemen konflik sehingga karena dalam lingkungan kerjanya negoisasi dan pemecahan silang auditor berinteraksi dengan banyak pendapat bias dilakukan untuk tujuan orang. Kecerdasan emosional yang yang sama (Patria, 2016). baik juga dapat membuat auditor H7 : Kecerdasan emosional dapat dapat mengendalikan emosinya memoderasi hubungan konflik sehingga dapat menjaga peran terhadap kinerja auditor independensi dengan baik. Masalah yang dapat diatasi dengan adanya Pengaruh Ketidakjelasan Peran kecerdasan emosional yang baik Terhadap Kinerja Auditor Dengan antara lain mencegah atas ancaman Kecerdasan Emosional sebagai kedekatan terhadap klien yang telah Variabel Moderasi lama bekerja sama dengan auditor, Seseorang yang memiliki dan menghindari keinginan auditor kecerdasan emosional yang baik untuk menerima uang dari klien memiliki keterampilan sosial yang dengan tujuan untuk tidak akan berguna untuk menghadapi menyajikan laporan kesalahan – ketidakpastian lingkungan. Dengan kesalahan yang dilakukan oleh klien adanya kecerdasan emosional maka selama masa audit (Liman, 2017). seseorang akan memiliki pengaturan H6 : Kecerdasan emosional dapat diri dimana akan mudah melakukan memoderasi hubungan adaptibilitas terhadap lingkungan, independensi terhadap kinerja dan termotivasi untuk melakukan auditor insiatif apabila mendapatkan halangan atau tantangan - tantangan, Pengaruh Konflik Peran Terhadap seperti melakukan pendekatan dan Kinerja Auditor Dengan berkomunikasi dengan baik sehingga Kecerdasan Emosional sebagai ketidakjelasan peran bisa dihilangkan Variabel Moderasi (Afifah, 2015). Ketika seseorang mengalami Masalah ketidakpastian peran konflik peran, menyebabkan karena kurangnya informasi yang JOM FEB, Volume 6 Edisi 1 (Januari – Juni 2019) 6 dimiliki oleh auditor tersebut dalam auditor merupakan hasil kerja dunia kerja auditor bukanlah suatu akuntan publik yang dapat hal yang hanya membutuhkan memenuhi kualitas, kuantitas dan kemampuan intelektualnya, tetapi tepat waktu. Kualitas kerja yakni dalam menyelesaikan masalah mutu kerja auditor, kuantitas kerja tersebut kemampuan emosi atau yakni hasil kerja auditor dan tepat kecerdasan emosi lebih banyak waktu yakni kesesuaian waktu yang diperlukan. Apabila seorang auditor telah ditentukan. Maka itu kinerja dapat menyelesaikan masalah auditor sangat penting bagi ketidakpastian peran dalam dunia profesinya. (Putri, 2015). kerjanya dengan emosi yang stabil maka akan menghasilkan kinerja Variabel Independen yang lebih baik pula (Cendana, Cintyaningsih (2015) 2018). menyatakan bahwa seorang auditor H8 : Kecerdasan emosional dapat dalam melaksanakan audit harus memoderasi hubungan memiliki mutu personal yang baik, ketidakjelasan peran terhadap pengetahuan yang memadai serta kinerja auditor keahlian khusus di bidangnya. Kompetensi berkaitan dengan METODE PENELITIAN keahlian profesional yang dimiliki auditor sebagai hasil dari pendidikan Populasi dalam penelitian ini formal, ujian profesional serta adalah Kantor Akuntan Publik keikutsertaan dalam pelatihan, (KAP) yang berada di wilayah DKI seminar, dan simposium. Jakarta yang berjumlah 274 kantor. Kompetensi merupakan faktor Pengambilan sampel dalam penentu bagi seseorang dalam penelitian ini dilakukan secara menghasilkan kinerja yang sangat purposive sampling. Sampel diambil baik (Andika, 2017). berdasarkan kriteria yaitu Kantor Independensi merupakan Akuntan Publik (KAP) yang bebas dari pengaruh, tidak memiliki afiliasi dengan Kantor dikendalikan oleh pihak lain, tidak Akuntan Publik Internasional. bergantung pada pihak lain. Auditor Sampel penelitian ini adalah auditor yang independen adalah auditor yang bekerja di 54 KAP yang ada di yang tidak dipengaruhi oleh berbagai wilayah DKI Jakarta. Setiap KAP kekuatan yang berasal dari luar diri disebarkan 3 kuesioner. Jenis data auditor dalam mempertimbangkan yang digunakan dalam penelitian ini fakta yang dijumpainya dalam audit adalah data primer dengan (Islahuzzaman, 2012:179) menggunakan media kuesioner. Konflik peran yaitu konflik yang timbul karena mekanisme Definisi Operasional Variabel pengendalian birokraatis organisasi Variabel Dependen Kinerja auditor merupakan tidak sesuai dengan norma, aturan sesuatu yang dicapai/prestasi yang etika, dan kemandirian profesional. diperlihatkan/kemampuan kerja Dalam lingkungan kerja akuntan sampai dengan periode tertentu publik, konflik peran timbul (Islahuzzaman, 2012:225). Kinerja sehubungan dengan dua rangkaian
JOM FEB, Volume 6 Edisi 1 (Januari – Juni 2019) 7
tuntutan yang bertentangan. yang berlaku untuk umum atau Kesulitan ini timbul sehubungan generslisasi (Sugiyono, 2014:206). dengan beberapa faktor, seperti koordinasi arus kerja, kecukupan Uji Kualitas Data wewenang, kecukupan komunikasi, Uji Validitas dan kemampuan adaptasi (Lubis, Uji validitas dihitung dengan 2011:56). menggunakan korelasi pearson Menurut Lubis (2011 : 58) (pearson corelation) dan setelah ketidakjelasan peran merupakan dilakukan pengukuran dengan SPSS tidak cukupnya informasi yang akan dilihat tingkat signifikan atas dimiliki serta tidak adanya arah dan semua pertanyaan (Ghozali, kebijakan yang jelas, ketidakpastian 2011:52). tentang otoritas, kewajiban yang jelas dan hubungan lainnya. Uji Reliabilitas Ketidakjelasan peran dapat Uji reliabilitas dalam mengakibatkan individu menjadi penelitian ini dilakukan dengan tidak tenang, tidak puas, dan melihat koefisien Cronbach’s Alpha. menurunkan kinerja mereka Suatu variabel dapat dikatakan (Syafariah, 2017). reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha> 0,600. Variabel Moderasi Kecerdasan emosional Uji Asumsi Klasik merupakan kemampuan untuk Uji Normalitas memotivasi diri sendiri dan bertahan Uji Normalitas digunakan menghadapi frustasi, mengendalikan untuk menguji apakah dalam sebuah dorongasn hati dan tidak melebih model regresi variabel dependen, lebihkan kesenangan, mengatur variabel independent atau keduanya suasana hati dan menjaga agar beban mempunyai distribusi normal atau stres tidak melumpuhkan tidak. Model regresi yang baik kemampuan berfikir, berempati dan adalah jika distribusi datanya normal berdoa (Susanti, 2017). atau mendekati normal (Ghozali, 2011:160). Untuk Pengujian Metode Analisis Data normalitas pada penelitian ini Metode statistik yang menggunakan 2 teknik yaitu digunakan untuk menguji hipotesis menggunakan pengujian Kolmogorof adalah dengan menggunakan regresi Smirnov dan menggunakan grafik linier berganda dengan bantuan Histogram. perangkat lunak SPSS 23. Uji Multikoliniearitas Statistik Deskriptif Menurut Ghozali (2011: 63) Statistik deskriptif adalah bahan uji multikolonearitas bertujuan statistik yang digunakan untuk untuk menguji apakah model regresi menganalisa data dengan cara ditemukan adanya korelasi antar mendeskripsikan atau variable independen, kriteria menggambarkan data yang telah terjadinya multikoliniaritas dapat terkumpul sebagaimana adanya tanpa dilihat dari nilai Tolerance dan bermaksud membuat kesimpulan JOM FEB, Volume 6 Edisi 1 (Januari – Juni 2019) 8 lawanya yaitu nilai Variance Moderate Regression Analysis Inflation Factor (VIF). (MRA) Moderate Regression Uji Heteroskedastisitas Analysis (MRA) merupakan aplikasi Uji heteroskedastisitas khusus menangani interaksi bertujuan menguji apakah dalam perkalian dua atau lebih variabel model regresi terjadi ketidaksamaan independen. Penelitian ini variance dari residual satu menggunakan uji interaksi untuk pengamatan ke pengamatan yang menguji variabel moderasi yang lain (Ghozali, 2011: 77). Cara yang berupa kecerdasan emosional. digunakan dalam pengujian ini Sehingga dapat menjelaskan adalah dengan analisis grafik plot pengaruh variabel moderasi dalam antara nilai prediksi variabel terikat memperkuat atau memperlemah (ZPRDCH) dengan residualnya hubungan antara variabel independen (SRESID). dan dependen. Model persamaan MRA yang digunakan sebagai Uji Autokorelasi berikut: Autokorelasi dideteksi 1. dengan nilai Durbin-Watson. Uji ( ) Durbin-Watson adalah sebuah tes 2. yang digunakan untuk mendeteksi ( ) terjadinya autokorelasi pada nilai 3. residual (prediction errors) dari ( ) sebuah analisis regresi (Ghozali, 4. 2011:68). ( ) Keterangan : Analisis Regresi Linear Berganda Y =Kinerja auditor Analisis regresi berganda =Konstanta adalah analisis tentang hubungan =Koefisien regresi antara satu dependent variabel dengan dua atau lebih independent =Kompetensi variabel. =Independensi =Konflik peran =Ketidakjelasan peran Keterangan : =Kecerdasan emosional Y = Kinerja auditor =Variabel Pengganggu = Konstanta = Koefisien regresi Uji Hipotesis = Kompetensi Uji t Menurut Ghozali (2011) uji = Independensi statistic t pada dasarnya = Konflik Peran menunjukkan seberapa jauh = Ketidakjelasan Peran pengaruh satu variabel independen =Variabel Pengganggu secara individual dalam
JOM FEB, Volume 6 Edisi 1 (Januari – Juni 2019) 9
menerangkan variabel dependen. digunakan dalam penelitian ini Pengujian dilakukan dengan adalah reliabel. menggunakan significance level 0,05 (α=5%). Hasil Uji Normalitas Data
Koefisien Determinasi Gambar 1
Uji koefisien determinasi (R2) intinya adalah mengukur tingkat ketepatan dari regresi linear berganda yaitu persentase sambungan (goodress of fit) dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sumber: Olahan Data SPSS, 2019 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari gambar P-Plot diatas dapat Hasil Uji Validitas dilihat data menyebar di sekitar garis Dalam penelitian ini df = n-2 diagonal dan mengikuti arah garis (90-2) = 88, sehingga didapat r tabel diagonal atau grafik histogramnya untuk df (88) = 0,207. semua item menunjukkan pola distribusi normal, pertanyaan baik pada variabel maka model regresi memenuhi independen maupun dependen asumsi normalitas. bernilai rhitung> rtabel, dapat disimpulkan seluruh item pertanyaan Hasil Uji Multikolinearitas dinyatakan valid. Tabel 2 Hasil Uji Reliabilitas Data Collinearity Statistics Model Tolerance VIF
Tabel 1 (Constant)
Cronbach’s Nilai Kompetensi 0.686 1.457
Variabel Alpha Kritis Independensi 0.622 1.609 Kinerja Auditor (Y) 0,855 0,600 Konflik Peran 0.898 1.113 Kompetensi (X1) 0,837 0,600 Independensi (X2) 0,713 0,600 Ketidakjelasan 0.771 1.297 Konflik Peran (X3) 0,921 0,600 Peran Ketidakjelasan Peran Sumber: Olahan Data SPSS, 2019 0,801 0,600 (X4) Kecerdasan Emosional 0,941 0,600 (Xm) Tabel di atas menunjukkan Sumber: Olahan Data SPSS, 2019 bahwa keseluruhan nilai tolerance yang dihasilkan dalam penelitian ini Nilai koefisien Alpha dari berada diantara 0.1-1.0, dan nilai variabel-variabel yang diteliti VIF diantara 1.0-10. Dengan menunjukkan hasil yang beragam demikian disimpulkan bahwa dan variabel menghasilkan nilai keseluruhan variabel bebas yang Cronbach’s Alpha lebih besar dari digunakan dalam penelitian terbebas 0,600. Dengan demikian dapat dari asumsi multikolinieritas. disimpulkan bahwa alat ukur yang
Hasil Uji Heteroskedastisitas Hasil Uji Moderate Regression Dari gambar Scatterplot Analysis Pertama dibawah terlihat data menyebar Hasil persamaan Moderate secara acak diatas dan dibawah titik Regression Analysis pada dalam 0 pada sumbu Y, maka tidak terdapat analisis ini adalah : heteroskedastisitas. Y = 1,523 + 0,302X1 + 0,089X5+ 0,055X1.X5 Gambar 2 Hasil Uji Moderate Regression Analysis Kedua Hasil persamaan Moderate Regression Analysis pada dalam analisis ini adalah : Y = 1,786 + 0,245X2 - 0,149X5+ 0,116X2.X5 Sumber: Olahan Data SPSS, 2019 Hasil Uji Moderate Regression Hasil Uji Autokorelasi Analysis Ketiga Hasil persamaan Moderate Tabel 3 Regression Analysis pada dalam Model Summaryb Adjuste Std. Error analisis ini adalah : R dR of the Durbin- Y = 2,901 - 0,133X3 - 0,027X5+ Model R Watson Square Square Estimate 0,101X3.X5 0.486 0.30436 1.885 1 .714a 0.509 Hasil Uji Moderate Regression a. Predictors: (Constant), Ketidakjelasan Peran, Konflik Analysis Keempat Peran, Kompetensi, Independensi Hasil persamaan Moderate b. Dependent Variable: Kinerja Auditor Sumber: Olahan Data SPSS, 2019 Regression Analysis pada dalam analisis ini adalah : Berdasarkan hasil diatas Y = 2,729 - 0,010X4 - 0,2337X5+ diketahui nilai dhitung (Durbin 0,144X4.X5 Watson) 1,539 terletak antara 2 dan PEMBAHASAN +2 = 2 < 1,539 < +2. Dapat disimpulkan bahwa tidak Kompetensi Berpengaruh ditemukannya autokorelasi dalam Terhadap Kinerja Auditor model regresi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa variabel kompetensi (X1) Hasil Analisis Regresi Linear nilai t-hitung 3,175 lebih besar Berganda daripada t-tabel 1,989 dan taraf Berdasarkan hasil perhitungan signifikasi 0,002 lebih kecil daripada dengan program SPSS 23 diperoleh tingkat keyakinan 5% atau 0,05. persamaan regresi linier berganda Maka hipotesis diterima sehingga sebagai berikut : mengindikasikan bahwa adanya Y = -0,223 + 0,332X1 + 0,332X2+ pengaruh signifikan antara 0,193X3 + 0,219X4 kompetensi dengan kinerja auditor. Hal ini mengindikasikan bahwa JOM FEB, Volume 6 Edisi 1 (Januari – Juni 2019) 11 apabila seorang auditor memiliki daripada t-tabel 1,989 dan taraf kompetensi yang baik maka akan signifikasi 0,014 lebih kecil daripada menghasilkan audit yang berkualitas tingkat keyakinan 5% atau 0,05. serta meningkatkan kinerja auditor Maka hipotesis diterima sehingga tersebut. mengindikasikan bahwa adanya pengaruh signifikan antara Independensi Berpengaruh ketidakjelasan peran dengan kinerja Terhadap Kinerja Auditor auditor. Artinya kinerja auditor akan Dari hasil penelitian diketahui mengalami penurunan apabila bahwa variabel independensi (X2) mengalami ketidakjelasan peran. nilai t-hitung 2,627 lebih besar daripada t-tabel 1,989 dan taraf Interaksi Kompetensi dan signifikasi 0,010 lebih kecil daripada Kecerdasan Emosional tingkat keyakinan 5% atau 0,05. Berpengaruh Terhadap Kinerja Maka hipotesis diterima sehingga Dari hasil pengujian MRA dapat mengindikasikan bahwa adanya dilihat bahwa t-hitung sebesar 2,072 pengaruh signifikan antara dengan nilai signifikansi sebesar independensi dengan kinerja auditor. 0,041. Karena nilai signifikansi lebih Hal ini mengindikasikan bahwa kecil dari 5% dan nilai t-hitung 2,072 seorang auditor yang menegakkan lebih besar dari t-tabel 1,989 maka independensi yang tinggi maka akan hipotesis diterima sehingga meningkatkan kinerja auditor mengindikasikan bahwa adanya tersebut. pengaruh signifikan antara kompetensi dan kecerdasan Konflik Peran Berpengaruh emosional terhadap kinerja auditor.. Terhadap Kinerja Auditor Artinya apabila auditor yang Dari hasil penelitian diketahui berkompeten dalam melakukan bahwa variabel konflik peran (X3) pekerjaannya, maka akan nilai t-hitung 2,883 lebih besar menghasilkan audit yang berkualitas. daripada t-tabel 1,989 dan taraf Kecerdasan emosional yang baik signifikasi 0,005 lebih kecil daripada sangat penting bagi seorang auditor, tingkat keyakinan 5% atau 0,05. sehingga auditor lebih mudah Maka hipotesis diterima sehingga menghadapi masalah yang kompleks mengindikasikan bahwa adanya pada saat melakukan audit sehingga pengaruh signifikan antara konflik akan meningkatkan kinerja. peran dengan kinerja auditor. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin Interaksi Independensi dan tinggi konflik peran yang dialami Kecerdasan Emosional oleh auditor maka akan menurunkan Berpengaruh Terhadap Kinerja kinerja auditor tersebut. Dari hasil pengujian MRA dapat dilihat bahwa t-hitung sebesar 2,072 Ketidakjelasan Peran dengan nilai signifikansi sebesar Berpengaruh Terhadap Kinerja 0,041. Karena nilai signifikansi lebih Auditor kecil dari 5% dan nilai t-hitung 2,072 Dari hasil penelitian diketahui lebih besar dari t-tabel 1,989 maka bahwa variabel ketidakjelasan peran hipotesis diterima sehingga (X4) nilai t-hitung 2,510 lebih besar mengindikasikan bahwa adanya JOM FEB, Volume 6 Edisi 1 (Januari – Juni 2019) 12 pengaruh signifikan antara ketidakjelasan peran dan kecerdasan kompetensi dan kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor. emosional terhadap kinerja auditor. Artinya auditor yang memiliki Artinya apabila auditor yang kecerdasan emosional yang tinggi berkompeten dalam melakukan maka akan melemahkan pekerjaannya, maka akan ketidakjelasan peran yang serta menghasilkan audit yang berkualitas. meningkatkan kinerja. Kecerdasan emosional yang baik sangat penting bagi seorang auditor, sehingga auditor lebih mudah Koefisien Determinasi (R²) menghadapi masalah yang kompleks Pertama pada saat melakukan audit sehingga Nilai koefisien determinasi akan meningkatkan kinerja. berganda (R²) sebesar 0,486. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Interaksi Konflik Peran dan Kompetensi (X1), Independensi Kecerdasan Emosional (X2), Konflik Peran (X3), Berpengaruh Terhadap Kinerja Ketidakjelasan Peran (X4) secara Dari hasil pengujian MRA dapat bersama-sama mempengaruhi kinerja dilihat bahwa t-hitung sebesar 4,532 auditor sebesar 48,6 %. dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi lebih Koefisien Determinasi (R²) Kedua kecil dari 5% dan nilai t-hitung 4,532 lebih besar dari t-tabel 1,989 maka Nilai koefisien determinasi hipotesis diterima sehingga berganda (R²) sebesar 0,428. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya menunjukkan bahwa interaksi antara pengaruh signifikan antara konflik variabel Kompetensi (X1) dan peran dan kecerdasan emosional Kecerdasan Emosional (Xm) secara terhadap kinerja auditor. Artinya bersama-sama mempengaruhi kinerja auditor yang memiliki kecerdasan auditor sebesar 42,8 %. emosional yang tinggi akan Koefisien Determinasi (R²) Ketiga menurunkan konflik peran yang Nilai koefisien determinasi sedang dialaminya sehingga berganda (R²) sebesar 0,454. Hal ini meningkatkan kinerja auditor. menunjukkan bahwa interaksi antara variabel Independensi (X2) dan Interaksi Ketidakjelasan Peran Kecerdasan Emosional (Xm) secara dan Kecerdasan Emosional bersama-sama mempengaruhi kinerja Berpengaruh Terhadap Kinerja auditor sebesar 45,4 %. Dari hasil pengujian MRA dapat dilihat bahwa t-hitung sebesar 3,883 Koefisien Determinasi (R²) dengan nilai signifikansi sebesar Keempat 0,000. Karena nilai signifikansi lebih nilai koefisien determinasi kecil dari 5% dan nilai t-hitung 3,883 berganda (R²) sebesar 0,426. Hal ini lebih besar dari t-tabel 1,989 maka menunjukkan bahwa interaksi antara hipotesis diterima sehingga variabel Konflik Peran (X3) dan mengindikasikan bahwa adanya Kecerdasan Emosional (Xm) secara pengaruh signifikan antara bersama-sama mempengaruhi kinerja auditor sebesar 42,6 %. JOM FEB, Volume 6 Edisi 1 (Januari – Juni 2019) 13 Koefisien Determinasi (R²) Kelima bagaimana menciptakan kinerja Nilai koefisien determinasi auditor yang lebih baik. berganda (R²) sebesar 0,439. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi antara DAFTAR PUSTAKA variabel Ketidakjelasan Peran (X4) Afifah, Ulfa. 2015. Pengaruh Role dan Kecerdasan Emosional (Xm) Conflict, Role Ambiguity, Self- secara bersama-sama mempengaruhi Efficacy, Sensitivitas Etika kinerja auditor sebesar 43,9 %. Profesi, Terhadap Kinerja Auditor dengan Emotional SIMPULAN DAN SARAN Quotient Sebagai Variabel Moderating. JOM FEKON. Vol Simpulan 2, No 1. Universitas Riau. 1. Kompetensi, independensi, konflik peran, ketidakjelasan Andika, Tria. 2017. Pengaruh peran berpengaruh terhadap Pengalaman, Kompetensi kinerja auditor. Profesional, Kecerdasan 2. Kecerdasan emosional mampu Intelektual dan Komitmen memoderasi hubungan Organisasi Terhadap Kinerja kompetensi, independensi, Auditor. Jurnal Akuntansi dan konflik peran, ketidakjelasan Keuangan. Vol 6, No 2. ISSN : peran terhadap kinerja auditor. 2252 – 7141. Universitas Budi Luhur : Jakarta. Saran 1. Penelitian selanjutnya Arens, Alvin A, Elder,et al. 2012. diharapkan dapat mengatasi Jasa Audit dan Assurance. Edisi kelemahan dari pengumpulan 14. Jakarta : Salemba Empat. data dalam penelitian ini dengan menambah metode wawancara Ardika, I Gede Sunar dan Made agar responden dapat memberi Gede Wirakusuma. 2016. jawaban kuesioner dengan Pengaruh Pendidikan, Fee, benar-benar diliputi Komitmen, dan Tekanan Waktu kesungguhan dan keseriusan Pada Kinerja Auditor Kantor sehingga peneliti lebih terlibat Akuntan Publik. Vol 15, No 1. dalam proses penelitian tersebut. ISSN : 2302 – 8556. Universitas 2. Penelitian selanjutnya Udayana : Bali. diharapkan untuk dapat menambah jumlah sampel yang Cendana, Devy Kusuma. 2018. diteliti dan memperluas lokasi Pengaruh Konflik Peran dan penelitian sehingga diharapkan Ketidakjelasan Peran Terhadap tingkat generalisasi dari analisis Kinerja Auditor dengan lebih akurat. Emotional Quotient Sebagai 3. Untuk penelitian selanjutnya Variabel Pemoderasi. Vol 22, hendaknya disarankan No 2. ISSN : 2302 : 8556. menambah variabel independen Universitas Udayana : Bali. atau variabel moderating lainnya untuk melihat pengaruhnya Cintyaningsih, Arie. 2015. Pengaruh terhadap kinerja auditor. Pengalaman, Kompetensi, dan Seperti, struktur audit, gaya Independesi Terhadap Kinerja kepemimpinan, komitmen Auditor di Surabaya dengan organisasi dan sebagainya. Profesionalisme sebagai Sehingga dapat diketahui Variabel Intervening. Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas : Putri, Yola Mentari. 2015. Pengaruh Surabaya. Komitmen Organisasi, Profesionalisme dan Perilaku Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Etis Terhadap Kinerja Auditor Analisis Multivariate Dengan di Kantor Akuntan Publik Program SPSS. Semarang : Wilayah Yogyakarta. Skripsi : Badan Penerbit Universitas Universitas Negeri Yogyakarta. Diponegoro. Robbins, Stephen P, and Timothy A Hanna, Elizabeth dan Friska Firnanti. Judge. 2009. Organizational 2013. Faktor – faktor yang Behaviour. Pearson International Mempengaruhi Kinerja Auditor. Edition, 13th Edition, Upper Vol 5, No 1. ISSN : 1410 – Saddle River : New Jersey. 9875. STIE Trisakti. Susanti, Mulyani. 2017. Pengaruh Islahuzzaman. 2012. Istilah – istilah Konflik Peran, Ketidakjelasan Akuntansi & Auditing. Edisi 1. Peran, dan Sensitivitas Etika Jakarta : Bumi Aksara. Profesi Terhadap Kinerja Auditor dengan Kecerdasan Liman, Dadi Sugiarto. 2017. Emosional Sebagai Variabel Kecerdasan Emosional Sebagai Moderasi. JOM FEKON. Vol 4, Pemoderasi Pengaruh No 1. Universitas Riau. Kompetensi dan Independensi Terhadap Kinerja Auditor. Vol Syafariah, Zulfatti Mawaddah. 2017. 21, No. 1. ISSN : 2302- 8556. Pengaruh Konflik Peran, Universitas Udayana : Bali. Ketidakjelasan Peran, dan Kelebihan Peran pada Kinerja Lubis, Arfan Ikhsan. 2011. Akuntansi Auditor dengan Kecerdasan Keprilakukan. Edisi 2. Jakarta : Emosional Sebagai Variabel Salemba Empat. Pemoderasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Made, Tirza Novia. 2016. Profesionalisme sebagai Trisnawati, Meita. 2015. Pengaruh Pemoderasi Pengaruh Ketidakjelasan Peran, Konflik Independensi Terhadap Kinerja Peran pada Kinerja Auditor Auditor. Vol 14, No 3. ISSN : dengan Struktur Audit Sebagai 2302 – 8559. Universitas Pemoderasi. Vol 10, No 3. ISSN Udayana : Bali. : 2302 – 8556. Universitas Mulyadi. 2010. Auditing. Buku 1 Udayana : Bali. Edisi 6. Jakarta : Salemba Empat. Yulistiani.2015. Pengaruh Struktur Audit, Konflik Peran, Patria, Rifki. 2016. Pengaruh Konflik Ketidakjelasan Peran, dan Peran dan Ambiguitas Peran Komitmen Organisasi Terhadap Terhadap Kinerja Auditor Kinerja Auditor. Skripsi. dengan Kecerdasan Emosional Universitas Pasundan : Sebagai Variabel Moderasi. Bandung. Skripsi : Universitas Riau.