Pengaruh Elevasi Kepala 30 Terhadap Saturasi Oksigen Dan Kualitas Tidur Pasien Stroke Di Interna 1 Rsud Dr. R. Soedarsono Pasuruan

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

JurnalKeperawatan Terapan, Vol. xx, No.

x, 20xx: xxx - xxx

PENGARUH ELEVASI KEPALA 300 TERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN


KUALITAS TIDUR PASIEN STROKE DI INTERNA 1 RSUD Dr. R. SOEDARSONO
PASURUAN

Siti Munawaroh1) Sumirah Budi P.S. Kp. M. Kep2) Ni. Wayan D R .A.Per.Pen3)
1)
Mahasiswa Sarjana Terapan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang
2)
Dosen Sarjana Terapan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang
3)
Dosen Sarjana Terapan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang
E - mail : catywawa180697@gmail.com

THE EFFECT OF HEAD UP 300 ON OXYGEN SATURATION AND SLEEP QUALITY


IN STROKE PATIENTS IN INTERNA 1 RSUD Dr. R. SOEDARSONO PASURUAN

Abstract: Stroke is a cerebral vesicular injury or brain attack that occurs due to lack of blood
flow and oxygen to the brain associated with obstruction of blood flow to the brain or rupture
of cerebral blood vessels so that disruption of oxygen flow to the brain causes hypoxia and
sufferers to experience disorders sleep quality. The purpose on this study was ascertain the
effect of head up 300 position to oxygen saturation and sleep quality on stroke patient at Dr.
Soedarsono Hospital, Pasuruan. Design on this study Quasi Experimental with Non Equivalent
Control Group. Population was patients with stroke at 14 January - 9 February 2019 amount
34 patients, sample used consecutive sampling. The results on the Mann-Whitney test obtained
a value of P = 0.000 (P <0.05) and P = 0.001 (P <0.05) which meant that there was an effect
of giving head up 300 position in the treatment group and the control group that were not
given intervention to increase the value of oxygen saturation and sleep quality in stroke
patients. Based on the results of this study is expected to apply head up 30º position in nursing
service to improve the oxygen saturation and sleep quality in patients stroke.

Keywords: Stroke, Head Up 300 Position, Oxygen Saturation, Sleep Quality

Abstrak: Stroke yaitu serangan otak yang terjadi karena kurangnya aliran darah dan oksigen
ke otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah atau pecahnya pembuluh darah otak
sehingga terjadi gangguan aliran oksigen ke otak menyebabkan hipoksia dan penderita
mengalami gangguan kualitas tidur. Salah satu terapi nonfarmakologis yang dapat
meningkatkan saturasi oksigen dan kualitas tidur adalah elevasi kepala 30 0. Tujuan penelitian
ini adalah mengetahui pengaruh pemberian elevasi kepala 30 0 terhadap peningkatan nilai
saturasi oksigen dan kualitas tidur pada pasien stroke Di RSUD Dr. R. Soedarsono Pasuruan.
Desain penelitian ini Quasi Eksperimental dengan jenis rancangan Non Equivalent Control
Group. Populasi seluruh penderita stroke pada tanggal 14 Januari- 9 Februari 2019
berjumlah 34 responden, teknik sampling consecutive sampling. Hasil penelitian berdasarkan
uji Mann-Whitney diperoleh nilai P=0.000 (P<0,05) dan P=0,001 (P<0,05) yang berarti
bahwa ada pengaruh pemberian elevasi kepala 30 0 pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol yang tidak diberikan intervensi terhadap peningkatan nilai saturasi oksigen dan
kualitas tidur pada pasien stroke. Berdasarkan hasil penelitian ini maka diharapkan dapat
menerapkan terapi elevasi kepala 300 dalam pelayanan keperawatan untuk meningkatkan
saturasi oksigen dan kualitas tidur pada pasien stroke.

Kata Kunci: Stroke, Elevasi Kepala 300, Saturasi Oksigen, Kualitas Tidur

131
Pengaruh Elevasi Kepala 300 Terhadap Saturasi Oksigen Dan kualitas tidur Pada Pasien Stroke Di RSUD Dr. R.
Soedarsono Pasuruan

PENDAHULUAN sebanyak 190.449 orang (6,6‰) dan 302.987


Stroke merupakan cidera vesikuler orang (10,5‰) (Riskesdas, 2013). Berdasarkan
serebral (CVS) atau serangan otak yang berkaitan survey pendahuluan yang dilakukan diruang
dengan obstruksi aliran darah pada otak (iskemik) Interna 1 RSUD Dr.R.Soedarsono Pasuruan pada
atau pecahnya pembuluh darah otak (hemoragik). tanggal 22 Oktober 2018 didapatkan hasil data
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga pasien stroke 3 bulan terakhir dari bulan Juli
setelah penyakit jantung dan kanker (Supadi, 2018 sampai bulan Oktober 2018 yaitu 111
2011). Penyumbatan pembuluh darah atau kasus.
pecahnya pembuluh darah merupakan penyebab Stroke termasuk kasus kegawatdaruratan
terjadinya stroke, jika terjadi stroke maka aliran dan membutuhksn pertolongan cepat dan tepat.
darah ke serebral menjadi tidak adekuat atau Stroke adalah suatu serangan tiba tiba pada otak
terganggu. hal ini dapat mengakibatkan akibat gangguan pembuluh darah dalam
ketidakseimbangan suplai oksigen di otak, dan mensuplai darah yang membawa oksigen dan
metabolisme dalam otak akan mengalami glukosa untuk metabolisme sel sel otak agar tetap
gangguan. Jika masalah ini tidak segera ditangani dapat melaksanakan fungsinya. Serangan ini
maka otak yang tidak dialiri darah yang bersifat mendadak dan dan menimbulkan gejala
mengangkut oksigen maka dapat mengakibatkan sesuai bagian otak yang tidak dialiri darah
hipoksia jaringan, dan metabolisme dalam otak (Soeharto (2004) dalam Wardhani, N & Martini S
juga terganggu yang dapat menimbulkan (2014)). Penanganan stroke harus dilakukan
perubahan pada fungsi otak yang terkena. dengan cepat dan tepat karena jika semakin lama
Individu yang beresiko mengalami stroke adalah stroke tidak segera ditangani maka tingkat
diabetes, hiperkolesterolemia, lansia dengan keparahan stroke semakin tinggi, dan resiko
hipertensi, atau penyakit jantung (Corwin, 2009) kecacatan yang akan didapat makin memburuk
Stroke dibagi menjadi 2 macam yaitu karena meluasnya sel neuron yang mati dan
stroke iskemik (sumbatan pembuluh darah) dan daerah infark pada otak semakin meluas, bahkan
stroke hemoragik (pecahnya pembuluh darah), di dapat menyebabkan gangguan kesadaran dan
negara berkembang seperti Asia kejadian stroke kematian. Salah satu komplikasi stroke yaitu
hemoragik sebesar 30% dan stroke iskemik 70% . gangguan sirkulasi serebral sehingga akan
Setiap tahun 500.000 orang mengalami stroke, menyebabkan beberapa gejala diantaranya yaitu
didapatkan 25% meninggal dunia, dan sisanya hipoksia jaringan serebral dan gangguan kualitas
mengalami cacat berat dan ringan (Yastroki, tidur. Berdasarkan studi empiris oleh Setyarini, et
2013) al (2017) membuktikan aliran darah yang tidak
Menurut American Heart Assosiation lancar pada pasien stroke mengakibatkan
(AHA, 2015) angka kejadian stroke pada laki- gangguan hemodinamik termasuk saturasi
laki usia 20-39 tahun sebanyak 0,2% dan oksigen. Oleh karena itu perlu diperlukan
perempuan sebanyak 0,7%. Usia 40-59 tahun pemantauan yang tepat karena kondisi
angka terjadinya stroke pada perempuan hemodinamik sangat mempengaruhi
sebanyak 2,2% dan laki-laki 1,9%. Prevalensi penghantaran oksigen ke seluruh tubuh akhirnya
stroke pada usia lanjut semakin meningkat dan akan mempengaruhi fungsi jantung (Hermawati,
bertambah setiap tahunnya dapat dilihat dari usia 2017).Oksigen merupakan kebutuhan vital bagi
seseorang 80 tahun keatas dengan angka kejadian setiap makhluk hidup, agar dapat mengukur
stroke pada laki-laki sebanyak 15,8% dan pada berapa banyak prosentase oksigen yang
perempuan sebanyak 14%. Di Indonesia terkandung dalam darah, atau di dalam air yang
berdasarkan diagnosis pada penduduk umur >15 di minum ataupun oksigen di udara yang di hirup
tahun menurut provinsi tahun 2013-2018 adalah disebut sebagai saturasi oksigen (Hermawati,
10.9 % meningkat sebanyak 7% dari tahun 2013 2017)
(Kementerian, Data Riset Kesehatan Dasar, Selain gangguan pada otak, seringkali
2018). Prevalensi stroke di Jawa Timur ditemukan juga gangguan tidur berupa insomnia,
berdasarkan diagnosis Nakes maupun hipersomnia, atau parasomnia. Keluhan berupa
diagnosis/gejala memiliki estimasi urutan ke 15 insomnia ditemukan 57% - 68% pasien stroke.

132
JurnalKeperawatan Terapan, Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

Adanya gangguan tidur dipercayai dapat 300, intervensi ini dilakukan pada pasien pasca
mempengaruhi perjalanan penyakit, melibatkan serangan stroke. Elevasi kepala tujuannya untuk
fungsi dan kualitas hidup, serta mordibitas dan memepengaruhi venous return menjadi maksimal
mortalitas stroke. Stroke ditandai dengan adanya sehingga aliran darah ke serebral menjadi lancar,
lesi otak yang akan menghasilkan defisit meningkatkan metabolisme jaringan serebral dan
neurologis, pada sebuah penelitian diduga adanya memaksimalkan oksigenasi jaringan otak,
pengaruh lesi pada bagian otak tertentu yang sehingga otak dapat bekerja sesuai fungsinya
berpengaruh pada gangguan tidur. Gangguan (Summers, dkk., 2009 dalam Herwati, 2017).
tidur tersebut disebabkan oleh adanya depresi Menurut hasil penelitian terdahulu
yang timbul ataupun adanya kerusakan otak (Setyarini et al, 2017) ditarik kesimpulan bahwa
(Maulidia, 2014). Salah satu fungsi batang otak dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh posisi
yaitu sebagai pengatur siklus bangun tidur dan elevasi kepala 300 terhadap saturasi oksigen pada
pengatur tingkat kesadaran dan pengatur pusat pasien stroke hemoragik maupun non hemoragik
pernafasan. Pada stroke terjadi penyumbatan dan karena dapat memfasilitasi peningkatan aliran
aneurisme hal ini menyebabkan oksigen dan darah ke serebral dan memaksimalkan oksigenasi
nutrisi tidak sampai ke neuron, dan menyebabkan ke jaringan serebral. Menurut penelitian oleh
gangguan metabolisme pada otak atau penurunan (Yaggi et al., 2011) mendapatkan bahwa resiko
intake nutrisi pembentuk melantonin dan terkena stroke oleh sebab apapun lebih besar
gangguan siklus tidur-bangun seperti gangguan terjadi pada pasien dengan gangguan tidur
pernafasan saat tidur. terutama sleep apnea.
Pada sebuah penelitian didapatkan 25%
pasien stroke yang masuk rumah sakit akan
METODE PENELITIAN
memperlihatkan pola nafas Cheyne-Strokes
(CSR) saat tidur. CSR diduga disebabkan oleh Desain penelitian ini menggunakan
disfungsi neurologis atau kurangnya peredaran rancangan jenis eksperimen semu atau Quasi
darah ke otak yang dikaitkan dengan gagal Eksperimental dengan menggunakan pendekatan
jantung kongestif. Kerentanan untuk terjadi CSR Non Equivalent Control Group Design. Jenis
selama tidur pada belahan otak yang terkena penelitian Quasi Eksperimental adalah metode
stroke mungkin menunjukkan adanya pengaruh penelitian eksperimen dengan membandingkan
jaringan infark atau sebuah respon inflamasi yang hasil intervensi menggunakan kelompok kontrol,
mempengaruhi regulasi bangun tidur tetapi tidak sepenuhnya mengontrol variabel
(Kusumadjaja & Cakrasana, H (2014)). Menurut variabel luar yang mempengaruhi penelitian
data empiris dari Bassetti (2011) melaporkan (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitain ini
bahwa prevalensi gangguan tidur-bangun sebesar subyek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok,
20-40% pada pasien yang terkena stroke. yaitu kelompok perlakuan yang mendapatkan
Kualitas tidur yang buruk dapat mempengaruhi intervensi pemberian elevasi kepala 300. Adapun
derajat disabilitas pada pasien stroke. Untuk itu kelompok kontrol yang tidak mendapatkan
perlu observasi kualitas tidur pasien stroke untuk intervensi. Dalam penelitian ini peneliti
menghindari gejala keparahan stroke. Tindakan mengobservasi saturasi oksigen dan kualitas tidur
keperawatan yang dilakukan untuk dapat pada passien stroke sebelum dilakukan elevasi
membantu tatalaksana pasien pasca serangan kepala 300, kemudian diobservasi saturasi
stroke yaitu terapi oksigen, pemberian nutrisi oksigen dan kualitas tidurnya setelah dilakukan
dengan cairan isotonik, pemberian nutrisi peroral, elevasi kepala 300.
tirah baring total, membebaskan jalan nafas, dan Pemilihan yang dilakukan terhadap
mengatur posisi kepala lebih tinggi yaitu 30 sampel, berdasarkan kriteria pasien yang bersedia
derajat. ikut serta dalam penelitian menjadi responden,
Intervensi yang dilakukan dalam penelitian pasien rawat inap di Ruang Interna 1 di RSUD
ini yaitu terapi nonfarmakologi berupa tindakan Dr. R. Soedarsono Pasuruan, Pasien stroke
elevasi kepala, posisi kepala yang paling umum dengan GCS 12-15
yaitu menaikkan kepala dari tempat tidur sekitar

133
Pengaruh Elevasi Kepala 300 Terhadap Saturasi Oksigen Dan kualitas tidur Pada Pasien Stroke Di RSUD Dr. R.
Soedarsono Pasuruan

.Adapun Rancangan penelitian yang HASIL PENELITIAN


digunakan dalam penelitian ini dapat
Penelitian ini dilakukan pada pasien
diilustrasikan sebagai berikut :
stroke sesuai dengan kriteria inklusi dan dirawat
di Ruang interna 1 RSUD Dr. Soedarsono
Pasuruan, didapatkan pasien sebanyak 34 pasien.
Pre Perlakuan Post
Karakteristik pengamatan yang dilakukan adalah
Perlakuan 01 02 X 03 04 1. Karakteristik Responden
Tabel 1.1 Karakteristik Usia Data Responden
Kontrol 05 06 07 08
di Ruang Interna 1 RSUD Dr. Soedarsono
Pasuruan periode 14 Januari – 9 Februari
2019.
Gambar 3.1 Desain Penelitian Quasi Experimental
Kelompok perlakuan
Keterangan : N Mix Max Mean SD
01 : Pengukuran saturasi oksigen awal pada Variabel 17 31 89 59.8 12.62
Umur Kelompok kontrol
kelompok perlakuan sebelum diberikan
Responden N Mix Max Mean SD
intervensi
17 40 74 57.6 9.55
02 : Pengukuran kualitas tidur awal pada
kelompok perlakuan sebelum diberikan Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan
intervensi bahwa distribusi frekuensi karakteristik
X : Pemberian intervensi elevasi kepala 300 responden, didapatkan bahwa umur termuda
pada kelompok perlakuan adalah 31 tahun dan umur paling tua adalah 89
03 : Pengukuran saturasi oksigen akhir pada tahun pada kelompok perlakuan, sedangkan
kelompok perlakuan sesudah diberikan untuk kelompok kontrol umur termuda adalah 40
intervensi tahun dan umur paling tua adalah 74 tahun.
04 : Pengukuran kualitas tidur akhir pada Tabel 1.2 Karakteristik Data Responden di
kelompok perlakuan sesudah diberikan Ruang Interna 1 RSUD Dr. Soedarsono
intervensi Pasuruan periode 14 Januari – 9 Februari
05 : Pengukuran saturasi oksigen awal pada 2019.
kelompok kontrol Karakteristik Kelompok Kelompok
06 : Pengukuran kualitas tidur awal pada responden perlakuan kontrol
kelompok kontrol (n) 100% (n) 100%
JK Laki laki 7 41.2 9 52.9
07 : Pengukuran saturasi oksigen akhir pada Perempuan 10 58.8 8 47.1
kelompok kontrol RP Hipertensi 8 47.1 8 47.1
08 : Pengukuran kualitas tidur akhir pada Diabetes 1 5.9 0 0
kelompok kontrol HT+DM 1 5.9 0 0
Kolesterol 2 11.8 1 5.8
Dimana saat sebelum dilakukan Stroke 5 29.4 8 47.1
intervensi (pretest) terlebih dahulu dilakukan Krja Iya 9 52.9 7 41.2
pengukuran saturasi oksigen dan kualitas tidur Tidak 8 47.1 10 58.8
terhadap subjek. Setelah dilakukan intervensi
(selama 3 hari, selanjutnya dilakukan pengukuran Berdasarkan tabel 1.2 menunjukkan bahwa
kembali saturasi oksigen da kualitas tidur lebih dari setengah responden pada kelompok
terhadap subjek posttest). perlakuan dan kelompok kontrol adalah berjenis
kelamin perempuan, yaitu sejumlah 18
responden. Untuk distribusi frekwensi
berdasarkan riwayat penyakit sebagian responden
pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

134
JurnalKeperawatan Terapan, Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

dengan riwayat penyakit hipertensi yaitu 3. Karakteristik Kualitas Tidur Sebelum Dan
sejumlah 16 responden (47.1%). Sedangkan lebih Sesudah Tindakan Elevasi Kepala 300
dari setengah responden pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol responden 3.1 Nilai Kualitas Tidur Sebelum Dan
dengan tidak bekerja lebih banyak daripada yang Sesudah Pemberian Elevasi Kepala
bekerja didapatkan jumlah pasien sebanyak 18 300 Pada Kelompok Perlakuan Dan
responden. Kelompok Kontrol Pasien Stroke
periode Tanggal 14 Januari – 9
2. Karakteristik Saturasi Oksigen Sebelum dan Februari 2019
Sesudah Tindakan elevasi kepala 300
Tabel 2.1 Nilai Saturasi Oksigen Sebelum Dan Kelompok perlakuan
Sesudah Pemberian Elevasi Kepala N Mean Min Max Std. Dev
300 Pada Kelompok Perlakuan Dan Sebelum 10,47 7,00 15,00 1,972
Kelompok Kontrol Pasien Stroke 17
periode Tanggal 14 Januari – 9 Sesudah
6,65 3,00 10,00 1,618
Februari 2019
Kelompok control
Kelompok perlakuan N Mean Min Max Std. Dev
N Mean Min Max Std. Dev
sebelum Sebelum 9,29 7,00 15,00 2,024
17 93,76 91,00 95,00 1,147 17
sesudah Sesudah
96,24 94,00 98,00 1,300 8,88 5,00 13,00 1,900

Kelompok kontrol Tabel 3.1 menunjukkan bahwa rerata kualitas


N Mean Min Max Std. Dev tidur pada responden sebelum pada kelompok
sebelum 93,94 90,00 96,00 1,784 perlakuan adalah 10,47 dan rerata sesudah pada
17 kelompok perlakuan adalah 6,65 hal ini memiliki
sesudah 92,53 84,00 96,00 3,538 makna bahwa kualitas tidur setelah diberikan
intervensi tetap buruk tetapi terdapat penurunan nilai
kualitas tidur dengan selesih 3,82. Sedangkan nilai
Tabel 2.1 menunjukkan bahwa rerata kualitas tidur pada kelompok kontrol sebelum
saturasi oksigen pada responden sebelum pada diberikan intervensi adalah 9,29 dan rerata sesudah
kelompok perlakuan adalah 93,76 dan sesudah pada kelompok kontrol adalah 8,88 termasuk kategori
pemberian elevasi kepala 30 derajat adalah 96,24 buruk, hal ini memiliki makna bahwa terdapat
hal ini memiliki makna bahwa terdapat peningkatan nilai kualitas tidur sebanyak 0,41.
peningkatan nilai saturasi oksigen dengan selisih 4. Pengaruh Elevasi Kepala 300 Terhadap
2,48.Sedangkan nilai saturasi sebelum pada Saturasi Oksigen Dan Kualitass Tidur
kelompok kontrol adalah 93,94 dan rerata
saturasi oksigen sesudah adalah 92,53 hal ini Tabel 4.1 Analisis Pengaruh Elevasi Kepala
memiliki makna bahwa saturasi oksigen setelah 300 Pada Kelompok Perlakuan Dan
diberikan intervensi terjadi penurunan sebanyak Kelompok Kontrol Pada Pasien
1,41. Stroke periode Tanggal 14 Januari –
9 Februari 2019
Saturasi Oksigen
N Mean SD Pvalue
Sebelum 17 96,76 1,300
Sesudah 92,53 3,538 0,000
Kualitas Tidur
N Mean SD Pvalue
Sebelum 17 6,65 1,618
Sesudah 8,88 1,900 0,001

135
Pengaruh Elevasi Kepala 300 Terhadap Saturasi Oksigen Dan kualitas tidur Pada Pasien Stroke Di RSUD Dr. R.
Soedarsono Pasuruan

Hasil uji statistik menggunakan analisis bivariate darah) yang disebabkan beberapa faktor antara
Mann-Whitney U untuk menguji data tidak lain aterosklerosis karena terdapat penyempitan
berpasangan saturasi oksigen dan kualitas tidur pembuluh darah maka aliran darah ke jaringan
pasien pada kelompok perlakuan dan kelompok akan menurun. Hal tersebut dapat menyebabkan
kontrol karena datanya berdistribusi tidak normal, ketidakseimbangan cairan diotak dan suplai
pada tabel 4.5 didapatkan hasil untuk saturasi oksigen ke otak menurun sehingga menyebabkan
oksigen Pvalue =0,00< α = 0,05. Dan untuk otak kekurangan oksigen dan mengalami
kualitas tidur Pvalue = 0,001< α =0,05. hipoksia, jika komplikasi ini tidak segera
Hasil uji Mann Whitney dapat diartikan ditangani maka akan mengalami iskemik otak
bahwa ada pengaruh terapi elevasi kepala 300 bahkan kematian. Untuk itu perlu mengobservasi
terhadap saturasi oksigen dan kualitas tidur pada prosentase oksigen (saturasi oksigen) pasien
pasien stroke. pasca serangan stroke untuk mencegah terjadinya
keparahan stroke.
PEMBAHASAN Pemberian elevasi kepala 30 derajat
dapat meningkatkan saturasi oksigen pada pasien
3.1 Nilai Saturasi Oksigen Sebelum Dan stroke yang mana pengaturan posisi kepala yang
Sesudah Pemberian Elevasi Kepala 300 Pada lebih tinggi dari jantung dapat melancarkan aliran
Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Kontrol oksigen yang menuju ke otak serta dapat
Pasien Stroke memfasilitasi peningkatan aliran darah serebral.
Hasil pengukuran saturasi oksigen Hal ini juga dibuktikan dengan teori menurut
menunjukkan bahwa rerata saturasi oksigen pada Summer,dkk. (2009) menunjukkan bahwa posisi
responden sebelum pada kelompok perlakuan kepala yang lebih tinggi dapat memfasilitasi
adalah 93,76 hal ini memiliki makna bahwa peningkatan aliran darah serebral dan
saturasi oksigen termasuk kategori hipoksia memaksimalkan oksigenasi jaringan seberal
ringan. Kemudian setelah diberikan intervensi sehingga akan memicu pada peningkatan nilai
elevasi kepala 300 selama 3 hari perlakuan saturasi oksigen. Penelitian yang dikutip
didapatkan nilai rerata saturasi oksigen 96,76 Khandelwal,dkk (2016) menambahkan elevasi
termasuk kategori normal hal ini memiliki makna kepala 30 derajat adalah dengan memposisikan
bahwa saturasi oksigen setelah diberikan pasien dengan punggung lurus dan elevasi kepala
intervensi terjadi peningkatan. Sedangkan nilai 30 derajat dengan tujuan untuk keamanan pasien
saturasi sebelum pada kelompok kontrol adalah dalam kelancaran pemenuhan oksigenasi.
93,94 hal ini memiliki makna bahwa saturasi Menurut peneliti pengukuran saturasi
oksigen termasuk kategori hipoksia ringan, oksigen dapat diukur dengan menggunakan alat
sedangkan rerata saturasi oksigen sesudah pada oxymetri. Yang mana cara pemakaiannya alat
kelompok kontrol adalah 92,53 termasuk kategori tersebut dijepitkan disalah satu ujung jari.
hipoksia ringan, hal ini memiliki makna bahwa Berdasarkan dari hasil yang diperoleh tersebut
saturasi oksigen tidak diberikan intervensi terjadi sudah jelas terlihat bahwa saturasi oksigen pada
penurunan. Pada penelitian ini penderita stroke setiap orang berbeda dan banyak faktor yang
berdasarkan dari kelompok umur sebagian mempengaruhi, seperti faktor usia, jenis kelamin,
responden berusia dibawah 50 tahun sebanyak 5 dan pola aktivitas. Usia dalam penelitian ini
orang dan 29 orang diatas 50 tahun Stroke mayoritas diatas 50 tahun yaitu 29 responden.
merupakan suatu gangguan fungsi otak lokal Semakin bertambahnya usia maka peningkatan
maupun luas yang terjadi secara mendadak, nilai saturasi semakin lambat dikarenakan
berlangsung lebih dari 24 jam, dapat menurunnya beberapa fungsi organ seperti
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab jantung. Usia sebagai salah satu sifat karakteristik
lain selain vaskuler (Supadi, 2011). Stroke tentang organ, bertambahnya umur berhubungan
disebabkan gangguan pada suplai darah otak, dengan proses penuaan, dimana semua organ
biasanya karena pecahnya pembuluh darah atau tubuh mengalami kemunduran fungsi termasuk
terjadi sumbatan. Biasanya pada pasien stroke pembuluh darah. Pembuluh darah dalam proses
terjadi oklusi lumen (penyempitan pembuluh penuaan akan mengalami kemunduran fungsi,

136
JurnalKeperawatan Terapan, Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

seperti pembuluh darah menjadi tidak elastis dapat mempengaruhi kualitas tidur responden,
terutama bagian endotel yang mengalami akan tetapi jika dilakukan elevasi kepala 300
penebalan, sehingga mengakibatkan lumen (kelompok perlakuan) akan lebih besar
pembuluh darah semakin sempit dan berdampak peningkatan nilainya daripada kelompok yang
pada penurunan aliran darah ke seluruh jaringan. tidak diberikan elevasi kepala 300 (kelompok
Hal ini berhubungan dengan pengantaran oksigen kontrol).
ke jaringan menjadi tidak adekut. Sehingga akan Ketika pembuluh darah otak terhambat
mempengaruhi saturasi oksigen pada responden. oleh emboli atau trombus maka oksigen dan
Namun teori tersebut dapat diatasi dengan nutrisi tidak dapat mencapai neuron. Neuron
intervensi elevasi kepala 300 pada pasien stroke yang kekurangan oksigen dan glukosa akan
untuk mengatasi masalah gangguan saturasi melepas glutamat secara berlebihan dari synaptic
oksigen. Pada penelitian ini hasil observasi pada bulbs. Akibat dari pelepasan glutamat yang
pasien stroke yang mengalami hipoksia setelah berlebih ini maka akan menjadi racun didalam
diberikan intervensi 300 terdapat peningkatan otak, sehingga otak yang tidak dialiri oleh
nilai saturasi oksigen, dibandingkan dengan pada oksigen dan glukosa ini menjadi nekrosis karena
kelompok yang tidak diberikan intervensi 300 tidak terjadi metabolisme pada jaringan tersebut
yang mayoritas mengalami penurunan nilai (Nugroho & Ikrar, 2014). Hipertensi merupakan
saturasi oksigen. salah satu faktor resiko stroke yang disebabkan
Pada penelitian ini jenis kelamin lebih karena pola hidup yang buruk. Tekanan darah
banyak pada perempuan dengan jumlah 18 orang tinggi yang dibiarkan akan menyebabkan
untuk perempuan dan 16 orang pada laki laki pergeseran dan penebalan arteri dinding
namun dalam teori kebanyakan menyatakan pembuluh darah arteri, kondisi ini disebut dengan
paling beresiko yaitu laki laki karena riwayat ateroskerosis yang menyebabkan penyumbatan
merokok, dan tidak menutup kemungkinan pembuluh darah, termasuk pembuluh darah di
perempuan memiliki resiko tinggi terjadinya otak. Hal ini bisa menyebabkan kematian
stroke karena faktor aktivitas yang kurang. jaringan otak tertentu sehingga akan
mempengaruhi fungsi dari otak tersebut. Siklus
3.2 Nilai Saturasi Oksigen Sebelum Dan tidur-bangun diatur di batang otak, jika pada
Sesudah Pemberian Elevasi Kepala 300 Pada daerah tersebut mengalami iskemik maka fungsi
Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Kontrol siklus bangun-tidur akan terganggu. selain itu
Pasien Stroke pada daerah iskemik tidak terjadi metabolisme
Hasil pengukuran bahwa rerata kualitas karen aliran darah yang tidak sampai ke jaringan
tidur pada responden sebelum pada kelompok otak maka akan mengakibatkan edema otak
perlakuan dengan nilai 10,47 hal ini memiliki karena gagalnya pompa Na dan K. Hal
makna bahwa kualitas tidur termasuk kategori ini mengakibatkan perfusi serebral menurun dan
buruk, setelah diberikan intervensi elevasi kepala tekanan intrakranial meningkat sehingga
selama 3 hari didapatkan rerata kualitas tidur menimbulkan nyeri kepala yang dapat
dengan nilai 6,65 termasuk kategori buruk hal ini mengganggu kualitas tidur pasien stroke,
memiliki makna bahwa kualitas tidur setelah sehingga pemberian posisi elevasi kepala 300
diberikan intervensi tetap buruk tetapi terdapat salah satu terapi yang dapat digunakan untuk
penurunan nilai kualitas tidur dengan nilai selesih meningkatkan suplai nutrisi ke otak agar
rata rata 3,82 antara sebelum dan sesudah metabolisme diotak tidak terganggu dan dapat
pemberian intervensi. Sedangkan kualitas tidur menurunkan nyeri kepala karen peningkatan
pada kelompok kontrol sebelum dengan nilai tekanan intrakranial pada pasien stroke.
9,29, sedangkan rerata kualitas tidur sesudah Hasil penelitian ini sejalan dengan
pada kelompok kontrol dengan nilai 8,88 penelitian Supadi (2008) Hasil uji hubungan
termasuk kategori buruk, hal ini memiliki makna proporsi didapatkan p value 0.032 < α 0.05
bahwa kualitas tidur setelah diberikan intervensi artinya ada hubungan yang signifikan antara
tetap buruk. Dapat disimpulkan pada kualitas posisi tidur semi fowler dengan kualitas tidur.
tidur meskipun tidak dilakukan elevasi kepala 300 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa posisi

137
Pengaruh Elevasi Kepala 300 Terhadap Saturasi Oksigen Dan kualitas tidur Pada Pasien Stroke Di RSUD Dr. R.
Soedarsono Pasuruan

semifowler yang tepat akan mempengaruhi kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi
kualitas tidur klien, posisis elevasi kepala 30 elevasi kepala 30 derajat didapatkan rata rata
derajat yang tepat untuk mengatasi pasien dengan 92,53 mengalami penurunan. Hasil uji statistik
gangguan kualitas tidur. Menurut hidayat (2006), menggunakan analisis bivariate Mann Whitney U
kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila untuk menguji data tidak berpasangan. Saturasi
tidak menunjukkan tanda tanda kekurangan tidur oksigen pada kelompok perlakuan dan kelompok
dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. kontrol apabila datanya berdistribusi tidak
Tanda tanda kekurangan tidur dapat dibagi normal, pada tabel 4.3.3 menunjukkan Pvalue
menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. =0,00< α = 0,05 artinya ada pengaruh yang
Menurut peneliti kualitas tidur sesorang bermakna pada intervensi elevasi kepala 30
pada penelitian ini dapat dipengaruhi oleh faktor derajat terhadap peningkatan nilai saturasi
riwayat penyakit antara lain yaitu hipertensi, oksigen.
dalam penelitian ini responden mayoritas Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien
memiliki penyakit hipertensi sebanyak 16 stroke diruang rawat inap RSUD Dr. R.
responden dengan prosentase 47%. Hipertensi Soedarsono Pasuruan pada kelompok perlakuan
dapat disebabkan karena penyempitan atau terjadi dan kelompok kontrol sebagian memiliki nilai
sumbatan pembuluh darah sehingga oksigen dan saturasi oksigen dalam kategori hipoksia ringan.
nutrisi tidak sampai ke jaringan dengan Jika dibandingkan hasil dari kelompok
maksimal, termasuk pada jaringan otak. Apabila perlakuan dan kelompok kontrol ada perbedaan
terjadi emboli atau trombus pada pembuluh darah yang lebih signifikan terhadap peningkatan nilai
otak maka akan menyebabkan kematian jaringan saturasi oksigen pada kelompok yang diberikan
otak tertentu sehingga tidak terjadi metabolisme intervensi karena masing masing Pvalue intervensi
yang dapat mengakibatkan edema otak, hal ini bernilai tidak sama. Perbedaan antara kedua
dapat mengakibatkan perfusi serebral menurun kelompok ini terdapat dalam besarnya
dan tekanan intrakranial meningkat sehingga peningkatan nilai saturasi yang terjadi, pada
menimbulkan nyeri kepala yang dapat kelompok perlakuan terjadi peningkatan lebih
mengganggu kualitas tidur responden. Maka banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol.
salah satu tindakan untuk menguranginya adalah Hal ini dikarenakan pada kelompok kontrol tidak
dengan menentukan posisi tidur pasien. Selain itu diberikan intervensi yang dilakukan oleh peneliti
kualitas tidur pada penelitian ini dapat tetapi hanya bergantung pada intervensi yang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti dilakukan oleh pihak rumah sakit saja.
pencahayaan yang terlalu terang, ruangan bangsal Dilihat dari perubahan nilai saturasi
yang ramai dan tidak dibatasi pengunjung, yang oksigen maka teknik pemberian elevasi kepala 30
menimbulkan suara berisik yang mengganggu derajat ini efektif dalam menaikkan nilai saturasi
tidur pasien. Dengan mengatur posisi tidur, oksigen dibandingkan dengan kelompok yang
diharapkan pasien dapat terpenuhi tidak mendapat intervensi yang hanya diberikan
kenyamanannya keluhan seperti nyeri kepala pengobatan secara farmakologi.
dapat teratasi. Dengan tindakan elevasi kepala Saturasi oksigen merupakan salah satu
300 tersebut diharapkan pasien dapat indikator dari status oksigenasi saat pasien di
mendapatkan kenyamanan dan meningkatkan posisikan elevasi kepala 30 derajat gravitasi
kualitas tidurnya. menarik diafragma kebawah sehingga
memungkinkan ekspansi paru yang lebih baik
saat klien berada dalam posisi elevasi kepala 30
3.3 Analisis Pengaruh Elevasi Kepala 300 Pada
derajat. Sehingga proses pernapasan bekerja baik
Kelompok Perlakuan Dan Kelompok
(Kozier, 2009). Kemudian rotasi rateral
Kontrol Pada Pasien Stroke
dilakukan untuk meningkatkan ventilasi paru dan
Hasil pengukuran saturasi oksigen pada
perfusi kejaringan serebral dan untuk
responden setelah dilakukan pemberian elevasi
mengoptimalkan pertukaran gas. Pengaturan
kepala 30 derajat pada kelompok perlakuan
elevasi kepala bertujuan memaksimalkan
diperoleh rata rata saturasi oksigen 96,24
oksigenasi jaringan otak.
mengalami peningkatan sedangkan pada

138
JurnalKeperawatan Terapan, Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

Menurut peneliti perubahan nilai saturasi dalam besarnya penurunan nilai kualitas tidur
yang terjadi pada setiap responden berbeda hal yang terjadi, pada kelompok perlakuan terjadi
ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara penurunan lebih banyak dibandingkan dengan
faktor yang mempengaruhi perubahan nilai kelompok kontrol. Hal ini dikarenakan pada
saturasi oksigen, meliputi faktor usia, jenis kelompok kontrol tidak diberikan intervensi yang
kelamin, dan pekerjaan atau aktivitas setiap dilakukan oleh peneliti tetapi hanya bergantung
harinya. Pada penelitian ini usia pasien stroke pada intervensi yang dilakukan oleh pihak rumah
yang menjadi responden bervariasi dari dewasa sakit saja yaitu dengan terapi farmakologi.
sampai usia lanjut, disini usia dapat Hasil penelitian ini sejalan dengan
mempengaruhi perubahan nilai saturasi oksigen penilitian menurut Nugroho,dkk (2014)
karena usia merupakan ciri karakteristik dari menjelaskan Ketika pembuluh darah otak
berfungsinya organ tubuh manusia. pada terhambat oleh emboli atau trombus maka
penelitian ini jenis kelamin lebih banyak pada oksigen dan nutrisi tidak dapat mencapai neuron,
perempuan dengan jumlah memiliki resiko tinggi Hal ini bisa menyebabkan kematian jaringan otak
terjadinya stroke karena faktor aktivitas yang tertentu. Salah satu faktor penyebabnya yaitu
kurang, dengan kurangnya aktifitas maka lemak riwayat penyakit hipertensi . Hipertensi
dalam tubuh akan terakumulasi bahkan dalam diakibatkan karena pembuluh darah yang
pembuluh darah, hal ini dapat mengakibatkan kehilangan keelastisannya sehingga tekanan
penyempitan pembuluh darah dan dapat untuk memompa darah dalam pembuluh darah
mengganggu pengantaran oksigen ke seluruh menjadi tinggi, hipertensi yang tidak terkontrol
jaringan termasuk jaringan serebral. dapat mengakibatkan emboli atau trombus yang
Sedangkan hasil pengukuran kualitas dapat mengakibatkan edema otak karena
tidur pada responden setelah dilakukan gagalnya pompa Na dan K. Dan mengakibatkan
pemberian elevasi kepala 30 derajat pada perfusi serebral menurun dan tekanan intrakranial
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa ada meningkat sehingga menimbulkan nyeri kepala
perbedaan nilai kualitas tidur antara sebelum dan yang dapat mengganggu kualitas tidur pasien
setelah diberi intervensi elevasi kepala 30 derajat. stroke. Kemudian penelitian Supadi (2008) Hasil
diperoleh rata rata nilai kualitas tidur 6,65 uji hubungan proporsi didapatkan P value 0.032 < α
mengalami penurunan, sedangkan pada 0.05 artinya ada hubungan yang signifikan antara
kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi posisi tidur semi fowler dengan kualitas tidur.
elevasi kepala 30 derajat didapatkan rata rata 8,88 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa posisi
. Hasil uji statistik menggunakan analisis semifowler yang tepat akan mempengaruhi
bivariate Mann Whitney U untuk menguji data kualitas tidur klien, posisis elevasi kepala 30
tidak berpasangan kualitas tidur pada kelompok derajat yang tepat untuk mengatasi pasien dengan
perlakuan dan kelompok kontrol apabila datanya gangguan kualitas tidur.
berdistribusi tidak normal, pada tabel 4.5 Pemberian elevasi kepala 30 derajat
menunjukkan Pvalue =0,001< α = 0,05 artinya ada menggunakan gaya gravitasi untuk membantu
pengaruh yang bermakna pada intervensi elevasi pernafasan, sehingga oksigen yang masuk
kepala 30 derajat terhadap penurunan nilai kedalam paru paru akan lebih optimal sehingga
kualitas tidur. Hasil penelitian menunjukkan pasien dapat bernafas lebih lega dan akan
bahwa pasien stroke diruang rawat inap RSUD mengurangi ketidak nyamanan yang dirasakan
Dr. R. Soedarsono Pasuruan pada kelompok ketika ingin tidur. Hal ini didukung oleh
perlakuan dan kelompok kontrol memiliki penelitian Melanie (2012) menganalisa pengaruh
kualitas tidur yang buruk . Dibandingkan hasil pemberian posisi semi fowler 300 dan 450 dan
dari kelompok perlakuan dan kelompok kontrol mendapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh
ada perbedaan yang lebih signifikan terhadap antara sudut posisi terhadap kualitas tidur akan
peningkatan nilai kualitas tidur pada kelompok tetapi tidak ada perbedaan berarti antara skor
yang diberikan intervensi karena masing masing kualitas tidur kedua kelompok (p ≤ 0,05). Hal ini
Pvalue intervensi bernilai lebih kecil dari α= 0,05. dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor selain
Perbedaan antara kedua kelompok ini terdapat gangguan pernafasan antara lain faktor

139
Pengaruh Elevasi Kepala 300 Terhadap Saturasi Oksigen Dan kualitas tidur Pada Pasien Stroke Di RSUD Dr. R.
Soedarsono Pasuruan

lingkungan yang kurang kondusif untuk khususnya sistem pernafasan dan sistem regulasi
mendapatkan istirahat optimal. Lingkungan yang dini yang bisa bekerja secara optimal serta
terlalu berisik menyebabkan kesulitan tidur memberikan kenyamanan bagi pasien stroke.
karena akan mengganggu ketenangan. Pasien
juga dapat kesulitan tidur karena tekanan stress DAFTAR PUSTAKA
yang dirasakan, yang berujung pada ketakutan Arafat, R. Hapsah. (2016). Pengaruh Pemberian
oleh proses penyakit dan tekanan dari lingkungan Posisi Lateral 300 Terhadap Tingkat
sekitar ( Melanie, 2012). Kenyamanan Pasien Stroke Dirumah
Menurut peneliti pada penelitian ini, Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo
kualitas tidur sesorang dipengaruhi oleh faktor Makassar. Fakultas kedokteran
penyakit yaitu hipertensi yang diakibatkan karena Universitas Hasanuddin
penyempitan pembuluh darah dan jika tidak Makassar.(http://injec.aipniainec.org/in
terkontrol akan mengakibatkan emboli atau dex.php/INJEC/article/view/103/83)
trombus yang dapat mengakibatkan gangguan diakses pada tanggal 2 November 2018
aliran darah ke jaringan. Faktor penyakit
merupakan pengaruh terbesar yang Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku
mempengaruhi kualitas tidur sesorang, dalam Patofisiologi. Ed.3. Jakarta : EGC
penelitian ini riwayat penyakit pasien terbanyak
yaitu dengan hipertensi dengan 16 responden Dahlan, M, S. (2014). Statistic Untuk Kedokteran
dengan prosentase 47%. Gejala yang sering Dan Kesehatan. Jakarta : ECG
ditimbulkan karena hipertensi yaitu nyeri kepala.
Dengan ketidaknyamanan ini pasien menjadi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. (2015). Profil
terganggu tidurnya dan sulit untuk memulai Kesehatan Kabupaten Pasuruan Tahun
tidurnya bahkan dapat terbangun dimalam hari 2015. Pasuruan: (www.depkes.go.id.)
karena nyeri kepala dan nyeri bagian tubuh yang Diakses pada tanggal 24 September
lainnya. 2018
Menurut peneliti, pada penelitian ini 34
responden mengalami kualitas tidur yang buruk, Dinas Kesehatan Profinsi Jawa Timur. (2016).
salah satunya akibat dari faktor lingkungan, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
seperti pencahayaan yang terlalu terang, ruangan Tahun 2016. Surabaya:
bangsal yang ramai pengunjung menimbulkan (http://www.depkes.go.id.15_jatim_201
suara berisik yang mengganggu tidur pasien, dan 6)
tindakan keperawatan yang dilakukan dimalam Diakses pada tanggal 24 September
hari. Lingkungan fisik tempat seseorang tidur 2018
berpengaruh penting pada kemampuan untuk
tertidur. Sehingga mengatur posisi tidur menjadi Ekacahyaningtyas, M, dkk. 2017. Posisi Head Up
komponen yang harus diperhatikan untuk 300 Sebagai Upaya Untuk
membantu kebutuhan istirahat dan tidur pasien Meningkatkan Saturasi Oksigen Pada
terpenuhi. Dengan tindakan elevasi kepala 30 Pasien Stroke Hemoragik Dan Non
derajat diharapkan pasien dapat mendapatkan Hemoragik. Surakarta: (https://akper-
kenyamanan dan meningkatkan kualitas tidur adihusada.ac.id/jurnal/index.php/AHNJ/
khususnya pada pasien stroke. article/view/98) diakses pada tanggal 2
November 2018
PENUTUP
Faizin, A. 2010. Pengaruh Pengaturan Posisi
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan
Kepala Pada Pasien Stroke.
bahwa pemberian elevasi kepala 300 pada pasien
Padang:(http://repository.ump.ac.id/508
stroke berpengaruh terhadap saturasi oksigen dan
0/3/Ahmad%20Faizin_BAB%20II.pdf)
kualitas tidur pada pasien tersebut. Dimana
diakses pada 23 September 2018
tindakan ini dapat mempertahankan kestabilan
fungsi dari kerja organ agar tetap lancar

140
JurnalKeperawatan Terapan, Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

Hermawati. (2017). Analisis Praktik Klinik


Keperawatan Pada Pasien Stroke Pertami, S.B, et al. (2017). Effect Of 30° Head-
Dengan Intervensi Inovasi Pemberian Up Position On Intracranial Pressure
Posisi Elevasi Kepala Untuk Change In Patients With Head Injury In
Meningkatkan Nilai Saturasi Oksigen Surgical Ward Of General Hospital Of
Di Ruang Unit Stroke Rsud Abdul Dr. R. Soedarsono Pasuruan.
Wahab Sjahranie Samarinda Tahun Department of Nursing, Polytechnic of
2017. Stikes Muhammadiyah Health of Malang Ministry of Health
Samarinda: ( https://dspace.umkt.ac.id ) Republic of Indonesia.
diakses pada 4 Oktober 2018 (http://stikbar.org/ycabpublisher/index.
php/PHI/index) diakses pada 28
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Oktober 2018
(2013) Pusat Data Dan Informasi
Kementrian Kesehatan Republik Potter, P.A, & Perry, A.G. 2006. Buku Ajar
Indonesia. Jakarta : Fundamental Keperawatan : Konsep,
(http://www.depkes.go.id/download.php? Proses dan Praktik, Edisi 4 Volume 2.
file=download/pusdatin/infodatin/infodat Jakarta : EGC.
in-stroke.pdf) diakses pada 24 September
2018 Priyo, E. (2015). Pengaruh Terapi Rendam Kaki
Air Hangat Terhadap Peningkatan
Kowalak, Welsh & Mayer. (2011). Buku ajar Kualitas Tidur Lansia Di Desa
Argopeni Kecamatan Ayah Kabupaten
patofisiologi. Jakarta: EGC Kebumen. Purwokerto:
(respiratory.ump.ac.id) diakses pada
McPhee S.J & Ganong W.F. 2011. Patofisiologi tanggal 4 November 2018
Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran
Klinis, Edisi 5. Jakarta : EGC. Riskesdas, 2013. Profil Kesehatan Indonesia,
Data Dan Informasi Tahun 2013. Jakarta
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan : Badan Penelitian dan Pengembangan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Kementrian Kesehatan RI.
Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba
Medika. Sekeon, S.A dkk. (2015). Hubungan Antara
Kualitas Tidur Dengan Keparahan
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Stroke. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3,
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nomor 3.
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/
Nursalam, 2008. Konsep Dan Penerapan eclinic/article/view/10445) diakses pada
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan tanggal 1 November 2018
Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrument
Penelitian Keperawatan. Jakarta: Setiadi. 2007. Konsep Dan Penulisan Riset
Salemba Medika. Keperawatan Edisi Pertama. Graha Ilmu
: Yogyakarta
Nursalam, 2013. Konsep Penerapan Metode
Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Setiadi. (2013). Konsep & Penulisan Riset
Salemba Medika. Keperawatan Edisi Kedua. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Pearce, Evelyn C. 2013. Anatomi Dan Fisiologi
Untuk Paramedis, Edisi 4. Jakarta: PT Setyopranoto, I. (2011). Gejala dan
Gramedia Pustaka Utama, Anggota Penatalaksanaan Stroke. Yogyakarta :
IKAPI. (http://www.kalbemed.com/Portals/6/1_0

141
Pengaruh Elevasi Kepala 300 Terhadap Saturasi Oksigen Dan kualitas tidur Pada Pasien Stroke Di RSUD Dr. R.
Soedarsono Pasuruan

5_185Strokegejalapenatalaksanaan.pdf)
diakses pada 03 November 2018

Stroke Indonesia. (2016). Stroke. Copyright ©


2016 Hospital Authority. All rights
reserved.(https://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://w
ww21.ha.org.hk/smartpatient/EM/Medi
aLibraries/EM/EMMedia/Stroke)
diakses pada 2 Oktober 2018

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif


Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Supadi, 2011. Pengaruh Elevasi Posisi Kepala


Pada Klien Stroke Hemoragik
Terhadad Tekanan Rata-Rata Arterial,
Tekanan Darah Dan Tekanan Intra
Kranial Di Rumah Sakit Margono
Soekarjo Purwokerto Tahun 2011.
Purwokerto: (jos.unsoed.ac.id) diakses
pada tanggal 23 September 2018
Sunarto. (2015). Peningkatan Nilai Saturasi
Oksigen Pada Pasien Stroke
Menggunakan Model Elevasi
Kepala.Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan, Volume 4, Nomor 1.
Kementrian Kesehatan Politeknik
Kesehatan Surakarta Jurusan
Keperawatan. http://jurnal.poltekkes-
solo.ac.id/index.php/Int/article/view/11
5. Diakses tanggal 14 November 2018

Sujarweni, Wiratna. (2015). Statistic Untuk


Kesehatan. Yogyakarta : Gava Media

Sulistyowati, D. (2015). Pengaruh Sudut Posisi


Tidur Terhadap Kualitas Tidur Terhadap
Kualitas Tidur Dan Status Kardiovaskuler
Pada Pasien Infark Miokard Akut Diruang
ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Jurnal
Kesmadaska.(http://id.portalgaruda.org/?ref
=browse&mod=viewarticle&article=15349
6) diakses pada tanggal 1 November 2018

Wilson, L. M. & price, S. A. (2005).


Patofisiologi Konsep Klinis Proses
Proses Penyakit. Ed. 6. Jakarta : EGC

142
JurnalKeperawatan Terapan, Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

143

You might also like