Pengaruh Air Perasan Jahe Terhadap Kadar Glukosa Darah Dan Gambaran Histopatologi Sel Beta Pankreas
Pengaruh Air Perasan Jahe Terhadap Kadar Glukosa Darah Dan Gambaran Histopatologi Sel Beta Pankreas
Pengaruh Air Perasan Jahe Terhadap Kadar Glukosa Darah Dan Gambaran Histopatologi Sel Beta Pankreas
Abstrak:
Latar Belakang: Hiperglikemi merupakan salah satu tanda dari penyakit diabetes melitus, penyakit ini sampai
sekarang masih banyak diderita oleh masyarakat di Indonesia. Obat antidiabetes oral kebanyakan memberikan
efek samping yang tidak diinginkan, maka para ahli mengembangkan sistem pengobatan tradisional untuk diabetes
melitus yang relatif aman. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh perasan jahe terhadap kadar glukosa
darah dan gambaran histopatologik sel beta pankreas pada tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi dengan
Alloxan.
Metode penelitian: Penelitian eksperimental dengan post test only control group design, subyek penelitian tikus
putih jantan galur wistar. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus, kelompok I
adalah kelompok kontrol (tanpa perlakuan), kelompok II adalah kelompok diabetes (kontrol negatif), kelompok
III adalah kelompok diabetes + Jahe, kelompok IV adalah kelompok diabetes + Jahe + Glibenklamid dengan dosis
masing-masing setengahnya, kelompok V adalah kelompok diabetes + Glibenklamid
Hasil: Rerata kadar glukosa darah yang tertinggi 172,02 ± 21,40 mg/dl yaitu pada K II. Rerata kadar glukosa yang
terendah 112,72 ± 14,49 mg/dl ada pada K V. Skor gambaran histopatologis rerata tertinggi kerusakan sel beta
pankreas yaitu pada K II, sedangkan yang terendah pada K V.
Kesimpulan: Perasan Jahe berpengaruh terhadap kadar glukosa darah tikus yang diinduksi Alloxan. Perasan Jahe
berpengaruh terhadap gambaran histopatologis sel beta pankreas tikus yang diinduksi Alloxan (Sains Medika,
4(2):165-173).
Kata kunci: perasan jahe, kadar glukosa, sel beta pankreas, insulin
PENDAHULUAN
Jahe (Zingiber officinale Roscoe, Zingiberaceae) merupakan tanaman obat yang
secara luas digunakan pada pengobatan herbal di seluruh dunia, dengan berbagai
khasiatnya terhadap penyakit mulai dari arthritis, rheumatik, sakit pada otot, nyeri, anti
inflamasi, analgesik, antipiretik, antimikroba dan efek hipoglikemik. Telah banyak penelitian
tentang jahe terhadap kadar glukosa darah dengan memakai sediaan yang berbeda-beda
antara lain ekstrak etanol, ekstrak air, infus, jus dari jahe terhadap kadar glukosa darah.
Semua sediaan tersebut menunjukkan adanya efek hipoglikemik yang berbeda-beda,
sehingga disini perlu diteliti efek hipoglikemik dari sediaan perasan jahe (Nammi, 2009).
Hiperglikemi merupakan salah satu tanda dari penyakit diabetes melitus, penyakit
ini sampai sekarang masih banyak diderita oleh masyarakat di Indonesia. Diabetes ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah dan perubahan yang progresif terhadap struktur
histopatologi pankreas. Diabetes mellitus merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas. Obat antidiabetes oral kebanyakan memberikan efek samping yang tidak
diinginkan, maka para ahli mengembangkan sistem pengobatan tradisional untuk diabetes
melitus yang relatif aman. Perubahan histopatologis pulau Langerhans pada penderita
diabetes telah dilaporkan sejumlah peneliti. Perubahan ini dapat terjadi baik secara
kuantitatif, seperti pengurangan jumlah atau ukuran, maupun secara amyloidosis.
Kerusakan sel-sel beta pankreas dapat disebabkan oleh banyak faktor. Faktor tersebut di
antaranya faktor genetik, infeksi oleh kuman, faktor nutrisi, zat diabetogenik, dan radikal
bebas (stres oksidatif). Dallimutthe (2004) melaporkan bahwa menurut International
Diabetes Federation (IDF) jumlah penderita DM telah meningkat secara mengkhawatirkan.
Global Diabetes Statistic melaporkan bahwa pada tahun 2003 terdapat 194 juta jiwa di
dunia menderita DM dan akan menjadi 333 juta jiwa pada tahun 2025. Prevalensi DM
penduduk Indonesia berusia 15 tahun sekitar 1,2-2,3 %. (Aziza, 2010).
Kandungan kimia yang utama dari rimpang jahe adalah minyak atsiri dan senyawa-
senyawa yang bukan atsiri. Senyawa-senyawa minyak atsiri terdiri dari bermacam-macam
terpenoid. Senyawa bukan atsiri adalah gingerol, shogaol, paradol, zingerone. Diantara
zat-zat tersebut, gingerol dan shogaol diidentifikasi sebagai kandungan bioaktif utama
derivat dari jahe yang ditemukan dalam jahe segar maupun kering. Potensi hipoglikemik
dan antidiabetik Z.officinale telah diselidiki dan dilaporkan dengan hasil yang bervariasi,
TDM Penggunaan Aspirin 167
yaitu dari rendah menuju sedang, tetapi secara signifikan efek penurunan kadar glukosa
darah dari jus Z.officinale telah diobservasi pada binatang yang normal maupun yang
diabet. Ekstrak etanol jahe menunjukkan dapat menurunkan kadar glukosa darah pada
kelinci normal dan tikus serta pada tikus diabet yang diinduksi stretozotocin dan Alloxan.
Senyawa Alloxan merupakan salah satu zat diabetogenik yang bersifat toksik, terutama
terhadap sel beta pankreas dan apabila diberikan kepada hewan coba seperti tikus dapat
menyebabkan hewan coba tikus menjadi diabetes (Nammi, 2009).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu diteliti pengaruh perasan jahe terhadap kadar
glukosa darah dan gambaran histopatologik sel beta pankreas pada tikus putih jantan
galur wistar yang diinduksi dengan Alloxan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan
pengaruh perasan jahe terhadap kadar glukosa darah dan gambaran histopatologis sel
beta pankreas.
METODE PENELITIAN
Penelitian eksperimental dengan post test only control group design, subyek
penelitian tikus putih jantan galur wistar. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia dan
Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang, pada rentang tahun
2012.
malam hari untuk melawan efek hipoglikemic shock. Keadaan diabetik diukur dengan
jalan mengukur kadar glukosa plasma setelah 72 jam injeksi alloxan pada tikus tak puasa.
Tikus dengan kadar glukosa plasma di atas 250 mg/dl dipilih untuk penelitian ini dan
dinyatakan sebagai tikus diabetes (Zhang et al., 2006).
Tikus dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus,
kelompok I adalah kelompok kontrol (tanpa perlakuan), kelompok II adalah kelompok
diabetes (kontrol negatif), kelompok III adalah kelompok diabetes + Jahe, kelompok IV
adalah kelompok diabetes + Jahe + Glibenklamid dengan dosis masing-masing setengahnya,
kelompok V adalah kelompok diabetes + Glibenklamid. Alloxan diberikan satu kali dengan
dosis 120 mg/kgBB tikus secara intra peritoneal. Setelah tiga hari (72 jam), perlakuan
Jahe dan Glibenklamid diberikan setiap hari satu kali pemberian melalui sonde oral selama
3 minggu (22 hari). Perasan jahe diberikan melalui sonde oral setiap hari dengan dosis 0,2
ml per tikus (konsentrasi perasan jahe : 500 mg/ml). Dosis perasan jahe untuk tikus: 500
mg/kgBB. Tikus dengan berat badan 200 g mendapat: 200/1000 x 500 mg = 100 mg. Dari
konsentrasi perasan jahe 500 mg/ml didapat dosis untuk tiap tikus adalah: 100 mg/ 500
mg x 1 ml = 0,2 ml. Glibenklamid diberikan dengan dosis untuk manusia : 5 mg, untuk
tikus konversi dosis adalah : 0,018 x 5 mg = 0,09 mg.
HASIL PENELITIAN
Kadar glukosa darah disajikan pada Tabel 1. Hasil uji normalitas pada kelompok I,
II, III, IV dan V diperoleh nilai p>0,05 yang berarti data tersebut berdistribusi normal. Hasil
uji homogenitas diperoleh nilai p = 0,157 yang berarti memiliki nilai p>0,05, maka varian
Pengaruh Air Perasan Jahe terhadap Kadar Glukosa Darah 169
data tersebut homogen. Hasil uji parametrik One Way Anova menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan pada kadar glukosa darah antar kelompok (p<0,05).
Keterangan: Angka yang diikuti superskrip dengan huruf yang berbeda berarti berbeda secara signifikan (p<0,05)
berdasarkan hasil uji One Way Anova pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil uji normalitas pada kelompok IV diperoleh nilai p<0,05 yang berarti data
tersebut tidak berdistribusi normal sedangkan pada uji homogenitas diperoleh nilai p =
0,485 yang berarti memiliki nilai p>0,05, maka varian data tersebut homogen, sehingga
dilanjutkan dengan uji nonparametrik Kruskal Wallis dan diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05),
hasil ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan skor kerusakan sel beta pankreas
antar kelompok (Tabel 2).
Keterangan: Angka yang diikuti superskrip dengan huruf yang berbeda berarti berbeda secara signifikan (p<0,05)
berdasarkan hasil uji Mann Whitney pada taraf kepercayaan 95%.
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian didapat data rerata kadar glukosa darah yang tertinggi 172,02
± 21,40 mg/dl yaitu pada K II, ini sesuai dengan teori bahwa induksi injeksi alloxan dapat
menimbulkan keadaan diabet pada tikus dengan hasil kadar glukosa yang meningkat.
Rerata kadar glukosa yang terendah 112,72 ± 14,49 mg/dl ada pada K V, dimana
Glibenklamid sebagai obat anti diabet (gold standard) dapat menurunkan kadar glukosa
170 Vol. 4, No. 2, Juli - Desember 2012
darah yang tinggi dan tak berbeda signifikan dengan K I (tanpa perlakuan). Sedangkan
pada K III dan K IV, kelompok yang diberikan perasan jahe dan kombinasi perasan jahe
dengan Glibenklamid hanya dapat menurunkan sedikit kadar glukoda darah dan kedua
kelompok ini tak berbeda secara signifikan. Pada K IV dan K V ternyata juga tidak berbeda
signifikan, sehingga pemberian dosis Glibenklamid (1x) setara dengan pemberian dosis
Glibenklamid (1/2 x) dan perasan jahe (1/2 x).
K III (perasan jahe) dengan K V (Glibenklamid) berbeda signifikan, kemungkinan
dikarenakan dosis perasan jahe yang kurang optimal dan waktu perlakuan yang kurang
lama, dimana menurut penelitian-penelitian terdahulu dosis jahe (ekstrak) masih berbeda-
beda demikian pula dengan waktu penelitiannya berbeda, yaitu paling cepat dilakukan
dalam waktu 30 hari.
Menurut penelitian (Kalejaiye, 2002), ekstrak air jahe yang diberikan secara
intraperitoneal (i.p) dengan dosis 2 g/kg, 4 g/kg, 8 g/kg, memberikan efek hipoglikemik
pada tikus yang diinduksi Streptozotocin setelah 30 menit pemberian obat, dan bila
dibandingkan dengan Chlorpropamide 45 mg/kg, dosis 2 g/kg ekstrak air jahe mempunyai
kekuatan yang sama. Ekstrak air jahe beraksi melalui mekanisme ekstrapancreatik yaitu
dengan meningkatkan pemakaian glukosa pada hati dan jaringan-jaringan atau dengan
mengurangi absorpsi glukosa dari usus. Sedang menurut (Jafri,2010) ekstrak air jahe
dengan dosis 500 mg/kgBB p.o.pada tikus yang diinduksi alloxan, akan menghasilkan
penurunan kadar glukosa darah yang signifikan setelah 42 hari perlakuan.
Pada penelitian (Ozouguwn, 2011) disimpulkan bahwa pemberian ekstrak air jahe
dosis 300 mg/kg (dose dependent) pada tikus yang diinduksi alloxan (150 mg/kg), dapat
menurunkan kadar glukosa darah, total serum lipid dan total serum kolesterol dalam
perlakuan selama 42 hari, melalui stimulasi produksi insulin yaitu dari islet beta pankreas
dengan meningkatkan pemakaian perifer dan penghambatan mekanisme reabsorpsi
proximal tubular untuk glukosa di ginjal.
Mustafa et al. (2012) menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak air jahe dengan
dosis 1 mg dan 2 mg secara i.p. selama 4 minggu dapat menurunkan kadar glukosa darah
pada mencit melalui mekanisme aktifitas anti oksidan, yaitu kandungan elemen-elemen
mineral yang bertanggungjawab untuk aktifitas hipoglikemik dan sejumlah mineral
essensial yang berhubungnan dengan mekanisme pelepasan insulin.
Pengaruh Air Perasan Jahe terhadap Kadar Glukosa Darah 171
Pemberian jus jahe selama 6 minggu pada tikus yang diinduksi alloxan (150 mg/
kg) menurut Elaoheem (2009) dapat menurunkan kadar glukosa darah. Dosis jus jahe
yang digunakan adalah 4 ml/kg. Mekanismenya adalah elemen mineral yang ada pada
jahe memiliki aktifitas hipoglikemi dan mineral esensial (Ca,Zn,K,Mn dan Cr) mempunyai
hubungan dengan mekanisme pelepasan insulin.
Dari hasil pemeriksaan gula darah, ternyata perasan jahe dapat mengurangi
pemakaian dosis Glibenklamid menjadi dosis setengahnya bila diberikan bersama
Glibenklamid. Namun pemberian sediaan perasan Jahe sendiri dalam dosis 1x, belum
dapat menyamai efek Glibenklamid, tapi perasan Jahe tidak berbeda dengan kelompok
yang diberi Glibenklamid dosis ½ x dan perasan Jahe dosis ½ x. Hal ini menandakan bahwa
perasan Jahe akan sama efeknya dengan kelompok yang mengandung Jahe juga walaupun
dalam dosis ½ x. Keadaan ini dimungkinkan karena mekanisme kerja perasan Jahe (Gingerol
& Shogaol) merangsang pengeluaran insulin beserta efeknya, serta memperbaiki
metabolisme karbohidrat dan lemak. Jahe juga mempunyai efek protektif terhadap
komplikasi pada diabetes hati, ginjal, mata dan syaraf (Li, 2006). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perasan Jahe dapat mengurangi pemakaian dosis Glibenklamid
menjadi setengahnya untuk mendapatkan hasil yang setara dengan dosis 1 x Glibenklamid.
Perbedaan perasan Jahe dengan Glibenklamid terletak pada spesifikitas aksi dari
Glibenklamid terhadap sel beta pankreas dalam pengeluaran insulin dibanding senyawa
yang terkandung dalam perasan Jahe yang masih bercampur dengan senyawa-senyawa
lainnya, yang menyebabkan efek yang tidak spesifik.
Skor rerata tertinggi kerusakan sel beta pankreas yaitu pada K II, sedangkan yang
terendah pada K V. Hasil ini sesuai dengan teori yang ada mengatakan bahwa induksi
injeksi alloxan dapat merusak sel beta pankreas, hal ini mendukung hasil penelitian ini
bahwa kelompok II pada penelitian ini diberi injeksi alloxan i.p (120 mg/kg). Sedangkan
pada kelompok V yang diberi Glibenklamid, didapat skor terendah karena Glibenklamid
sebagai obat antidiabet, yang dapat meregenerasi sel-sel beta pankreas yang rusak. Dari
penelitian ini didapat hasil K II berbeda dengan K III, K IV dan K V sehingga sesuai dengan
teori bahwa pemberian perasan jahe dan glibenklamid dapat meregenerasi/ memperbaiki
sel beta pankreas yang rusak. Kemudian untuk K III dengan K IV dan K V, serta K IV dengan
K V tidak berbeda secara signifikan, karena pemberian perasan jahe dosis 500 mg/kg
172 Vol. 4, No. 2, Juli - Desember 2012
memberikan efek yang sama dengan pemberian glibenklamid 0,09 mg/kg serta pemberian
kombinasi perasan jahe dosis ½ x dan glibenklamid dosis ½ x.
Tetapi pemberian dosis-dosis tadi belum bisa menormalkan sel-sel beta pankreas,
karena dari analisa didapat hasil K I berbeda signifikan dengan semua kelompok lainnya.
Dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan maka lama waktu penelitian yang
dilakukan lebih dari 4 minggu, dan kebanyakan dilakukan dalam waktu 6 minggu, bahkan
ada yang sampai 90 hari, sehingga kemungkinan penelitian ini kurang lama dalam
memberikan perlakuan.
Keterbatasan penelitian ini adalah, dosis dari perasan jahe yang mungkin kurang
besar, sebaiknya dicoba dengan dosis diatas 500 mg/kg dan waktu perlakuan yang kurang
lama yaitu penelitian dapat dilakukan selama 6 minggu.
KESIMPULAN
Perasan Jahe berpengaruh terhadap kadar glukosa darah tikus yang diinduksi
Alloxan. Perasan Jahe berpengaruh terhadap gambaran histopatologis sel beta pankreas
tikus yang diinduksi Alloxan.
SARAN
Perlu dicari dosis yang lebih besar dari 500mg/kgBB air perasan jahe terhadap
kadar glukosa darah dan gambaran histopatologis sel beta pankreas. Perlu dilakukan waktu
yang lebih lama dalam melakukan penelitian setidaknya sampai 42 hari untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Nammi,S., et al., 2009, Protective Effects of Ethanolic Extract of Zingiber officinale Rhizome
on the Development of Metabolic Syndrome in High-Fat Diet-Fed Rats, Basic &
Clinical Pharmacology & Toxicology. Volume 104, Issue 5, pages 366-373.
Elraheem, A., et al., 2009, Effect of Ginger Extract Consumption on levels of blood Glucose,
Lipid Profile and Kidney Functions in Alloxan Induced-Diabetic Rats. Egypt. Acad.
J. biolog. Sci., 2 (1): 153-162.
Suarsana, I.NY., et al., 2010, Profil Glukosa Darah dan Ultrastruktur Sel Beta Pankreas Tikus
yang Diinduksi Senyawa Alloxan. JITV Vol.15 No2, 118-123.
Pengaruh Air Perasan Jahe terhadap Kadar Glukosa Darah 173
Aziza, R.Z., 2010. Gambaran Histomorfologi hati, usus halus, dan limpa pada tikus
hiperglikemia yang diberi Ekstrak Sambiloto. Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor.
Ozougwu,J.C., Eyo, J.E., 2011, Evaluation of The Activity of Zingiber officinale (Ginger)
Aqueous Extracts on Alloxan-Induced Diabetic Rats, Pharmacologyonline 1: 258-
269.
Yiming Li, et al., 2006, Preventive and Protective Properties of Zingiber officinale (Ginger)
in Diabetes Mellitus, Diabetic Complications, and Associated Lipid and Other
Metabolic Disorders: A Brief Review., Faculty of Pharmacy, The University of Sydney,
Sydney.
Jafri,S.A., Abass,S.,Qasim,M., 2010. Hypoglycemic Effect of Ginger (Zingiber officinale) in
Alloxan Induced Diabetic Rats (Rattus norvagicus). Pak Vet J, 2011, 31(2): 160-
162.
Kalejaiye,O.F., et al., 2002. Hypoglycemic Effects Of Nigerian Zingiber officinale Rhizome
on Experimental Diabetic Rats. Nig.J.Nat.Prod and Med. Vol.06: 33-35.