(RSSL) Untuk Penghematan Energi: Pemanfaatan Remote Source Solar Lighting Di Gedung Komersial
(RSSL) Untuk Penghematan Energi: Pemanfaatan Remote Source Solar Lighting Di Gedung Komersial
(RSSL) Untuk Penghematan Energi: Pemanfaatan Remote Source Solar Lighting Di Gedung Komersial
Diterima: 20 Agustus 2015; Diperiksa: 7 September 2015; Revisi: 22 September 2015; Disetujui: 5 Oktober 2015
Abstract
Remote Source Solar Lighting (RSSL) is an innovation in lighting technology in the building to transfer
natural light into areas which are not covered by conventional natural lighting techniques. In this study,
RSSL applications in an Office Building in the Puspiptek Area Tangsel has been examined.
Measurement and simulation are used evaluate the effectiveness of the use of RSSL in illuminating
areas that do not have access to outside light. Advanced simulation was conducted to compare the
use of artificial light to produce the same illumination level. The measurement results show that the
Solar Light Collector combined with Light Tube is able to transfer light from the outside into the room
with a level of efficiency of 39.48%. Utilization of light focusing module can improve the efficiency of
light distribution with an efficiency of up to 56.1%.The simulation results show that RSSL with light tube
diameter of 35 cm, capable of illuminating an area that does not have access to the outside with
illumination level up to 219 Lux at the zenith ilumination of 89000 Lux. However, RSSL is no longer
effective when the zenith illumination down to 26000 Lux. Comparison between CFL bulbs with RSSL,
with the same lighting point, when the zenith illumination levelis average or higher, RSSL provide
lighting levels on par with CFL bulbs, but still lower than the LED lights. When the zenith illumination is
low / minimal then 14 points RSSL only able to provide lighting equivalent to 8 points CFL.
Key Words: Energy conservation in commercial building, smart building, natural lighting, Remote
Source Solar Lighting
Abstrak
TeknologiRemote Source Solar Lighting (RSSL) merupakan inovasi dalam sistem pencahayaan di
gedung untuk menyalurkan cahaya alami ke dalam area-area yang dengan teknik konvensional tidak
memungkinkan. Dalam penelitian ini dilakukan kajian aplikasi RSSL ke dalam salah satu ruang di
Gedung Perkantoran di Kawasan Puspiptek Tangsel. Pengukuran dan simulasi digunakan untuk
melihat efektifitas pemanfaatan RSSL dalam menerangi area-area yang tidak memiliki akses
terhadap cahaya luar. Simulasi lanjutan dilakukan untuk membandingkan penggunaan cahaya lampu
artifisial untuk menghasilkan tingkat pencahayaan yang sama. Hasil pengukuran menunjukkan
bahwa Solar Light Collector yang dikombinasikan dengan Light Tube mampu menyalurkan cahaya
dari luar ke dalam ruangan dengan tingkat efisiensi 39,48%. Pemanfaatan modul penyearah cahaya
dapat meningkatkan efisiensi penyaluran cahaya hingga 56,1%. Hasil simulasi menunjukkan bahwa
RSSL dengan tabung cahaya berdiameter 35 cm, mampu menerangi area yang tidak memiliki akses
terhadap cahaya luar dengan tingkat penerangan sampai dengan 219 Lux pada saat tingkat iluminasi
langit sebesar 89000 Lux. Akan tetapi RSSL menjadi tidak lagi efektif pada saat iluminasi langit turun
hingga 26000 Lux. Jika dibandingkan antara lampu CFL dengan RSSL, dengan jumlah titik lampu
yang sama, maka pada saat kondisi iluminasi langit rata-rata atau tinggi, RSSL memberikan tingkat
pencahayaan yang setara dengan lampu CFL, namun masih lebih rendah daripada lampu LED. Pada
saat iluminasi langit rendah/minimal maka 14 titik RSSL hanya mampu menyediakan penerangan
setara dengan 8 titik CFL.
Kata Kunci: Konservasi Energi Gedung Komersial, Smart Building, Pencahayaan Alami, Remote
Source Solar Lighting
82 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 11, No. 2, Desember 2015 Hlm. 81-90
Gambar 2. Konsep Desain Sistem RSSL
2.2.2. Pengukuran
a) Parameter pengukuran : Intensitas cahaya (lux)
b) Titik pengukuran
Indoor: pada titik tengah garis sumbu
keluaran solatube.
Outdoor: lokasi dome Solatube.
c) Waktu pengukuran
Data intensitas cahaya indoor dan outdoor
diambil pada waktu yang bersamaan
Waktu pengukuran pukul 09.00 – 15.00
d) Alat ukur
Luxmeter Extech 407026, spesifikasi:
Simultaneous disp.
FcRange: 200.0, 2000, 5000 Fc
LuxRange: 2000, 20,000, 50,000Lux Gambar 5. Peletakan alat ukur dan kondisi
"ZERO" Re-Calibration pengukuran di sisi indoor
Accuracy : ±4%
2.3. Simulasi
84 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 11, No. 2, Desember 2015 Hlm. 81-90
B. Pemodelan Pencahayaan CFL dan LED Pada pukul 8.30, ketika pengukuran dimulai tingkat
Pemodelan untuk pencahayaan buatan penerangan di mulut keluaran Solatube mencapai
menggunakan CFL menggunakan sepesifikasi 23300 Lux, di mana pada saat yang sama kondisi
lampu sebagai berikut: diluar mencapai 51200 Lux, atau dengan kata lain
PHILIPS FBS122 1xPL-C/2P13W PG mencapai tingkat efisiensi sebesar 45,51%. Pada
Luminous flux (Luminaire): 522 lm saat penerangan di luarmencapai tingkat tertinggi
Luminous flux (Lamps): 900 lm 89.800 Lux, tingkat pencahayaan di dalam sebesar
Luminaire Wattage: 17.3 W 38.900 Lux atau memiliki efisiensi sebesar
Fitting: 1 x PL-C/2P13W/840 (Correction Factor 43,32%. Sedangkan pada saat pencahayaan di
1.000). luar mencapai nilai terendah 16100 Lux, tingkat
Adapun pemodelan untuk pencahayaan buatan penerangan di mulut Solatube mencapai 8290
menggunakan lampu LED sebagai berikut: atau efisiensi sebesar 51,49%.
PHILIPS DN450B 1xDLM1100/840
Luminous flux (Luminaire): 1100 lm
Luminous flux (Lamps): 1100 lm
Luminaire Wattage: 14.0 W
Fitting: 1 x DLM1100/840/- (Correction Factor
1.000).
2.3.1.Simulasi Sistem
Simulasi dilakukan dengan menghitung tingkat
intensitas cahaya pada working level 0,75m di
dalam lorong pada kondisi:
Pencahayaan alami: intensitas cahaya global
maksimum, minimum dan rata-rata dari hasil
pengukuran. Gambar 7. Hasil pengukuran tingkat pencahayaan
Pencahayaan buatan: menggunakan lampu CFL dan efisiensi transfer cahaya tanpa
dan LED dengan spesifikasi seperti di atas. LFM
Simulasi dilakukan untuk:
(1) Lokasi dan jumlah fixture lampu sesuai dengan 3.1. Hasil pengukuran dengan Light Focusing
yang ada sekarang (14 titik) Module
(2) Lokasi dan jumlah fixture dikurangi (8 titik) Hasil pengukuran tingkat pencahayaan di luar dan
di dalam ruangan setelah melalui Light Focusing
2.3. Metoda Analisis Modul ditunjukkan pada gambar 8.
Data yang diperoleh dari pengukuran kemudian Seperti juga halnya pada pengukuran
dilakukan analisis dengan membandingkan antara sebelumnya, dapat dilihat bahwa, tingkat
tingkat pencahayaan di luar dengan tingkat penerangan di luar berubah seiring dengan kondisi
pencahayaan hasil pengukuran di mulut Solatube. luar. Tingkat penerangan outdoor pada saat
Perhitungan efisiensi solar collector modul pengukuran mencapai maksimum 89000 Lux pada
dilakukan dengan membagi nilai pencahayaan di jam 9.30 dan minimum 26000 Lux pada jam 13.30.
mulut Solatube (indoor) dengan nilai pencahayaan Pada saat penerangan luar mencapai nilai
di luar. Nilai efisiensi yang didapat kemudian dilihat maksimum tingkat penerangan indoor sebesar
korelasinya terhadap perubahan tingkat 46600 Lux atau efisiensi sebesar 52,36%.
pencahayaan di luar. Sedangkan pada saat penerangan luar minimum,
tingkat penerangan indoor sebesar 14000 Lux,
3. HASIL DAN PEMBAHASAN atau efisiensi sebesar 53,03%.
86 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 11, No. 2, Desember 2015 Hlm. 81-90
Gambar 10. Distribusi tingkat penerangan pada ruangan existing
3.3.3. RSSL dipasang pada titik lampu yang untuk 8 dan 14 titik lampu, masing-masing sebesar
dimodifikasi (8 titik) 138,4 W dan 242,2 W, dengan iluminasi yang
Hasil simulasi tingkat pencahayaan apabila RSSL dihasilkan sebesar 4716 lm dan 7308 lm. Tingkat
dipasang pada titik lampu yang lebih sedikit dari pencahayaan untuk 8 titik lampu rata-rata adalah
yang ada sekarang (8 titik) ditunjukkan pada 21 Lux dan maksimum sebesar 70 Lux.
Gambar 12. Dari gambar dapat dilihat bahwa pada Sedangkan pencahayaan untuk 14 titik lampu rata-
nilai iluminasi langit maksimum tingkat rata sebesar 37 dan maksimum sebesar 102 Lux.
penerangan yang dihasilkan oleh RSSL di lorong Jika dibandingkan antara lampu CFL dengan
maksimum 219 Lux, yaitu di area dekat toilet RSSL, dengan jumlah titik lampu yang sama,
bagian utara. Sedangkan di sisi lorong tingkat maka pada saat kondisi iluminasi langit rata-rata
penerangan berkisar antara 110-164 Lux, atau tinggi, RSSL memberikan tingkat
khususnya di area tepat di bawah titik RSSL. pencahayaan yang setara dengan lampu CFL.
Secara keseluruhan rata-rata tingkat penerangan Sehingga mampu memberikan penghematan
di lorong terhitung 35,85 lux. Masih ada beberapa sejumlah 242 W untuk 14 titik lampu atau 138,4 W
area yang tidak mendapat penerangan yang untuk 8 titik lampu yang digantikan. Sedangkan
cukup, khususnya di area tangga di sisi selatan pada saat iluminasi langit rendah, maka 14 titik
dan di antara titik-titik RSSL. RSSL hanya mampu memberikan tingkat
Tingkat penerangan menurun seiring dengan pencahayaan setara dengan 8 titik CFL, maka efek
menurunnya nilai iluminasi langit. Pada nilai penghematannya hanya sebesar 104 W, karena
iluminasi langit rat-rata, tingkat penerangan di masih diperlukan 6 titik lampu CFL menyala untuk
lorong maksimum 130 Lux dengan tingkat mendapatkan nilai lux yang setara.
penerangan rata-rata 21,63 Lux. Tingkat
penerangan maksimum menurun menjadi 64 Lux Tabel. 2 Rangkuman hasil simulasi pencahayaan
dengan tingkat penerangan rata-rata 10,44, pada menggunakan CFL
nilai iluminasi langit minimum atau dapat
dikatakan bahwa RSSL tidak lagi efektif dalam Jumlah Tingkat Total Total
memberi penerangan di lorong. Titik pencahayaan Iluminasi Daya
Lampu (Lux) (lm) Lampu
3.3.4. Simulasi pencahayaan menggunakan Ave Min Max (W)
CFL
Hasil simulasi tingkat pencahayaan menggunakan 8 21 2,27 70 4716 138,4
CFL 17 W pada 8 titik dan 14 titik lampu, 14 37 4,126 102 7308 242,2
ditunjukkan pada Gambar 13 (a) dan (b).
Rangkuman hasil perhitungan ditunjukkan pada
Tabel 2 berikut. Total daya lampu yang dibutuhkan
4. KESIMPULAN
Pemanfaatan RSSL untuk penghematan energi di
gedung komersial telah dikaji melalui pengukuran
Gambar 12. Hasil simulasi penerangan menggunakan dan simulasi hasil pemodelan pencahayaan. Dari
RSSL dipasang pada titik lampu yang hasil pengukuran didapatkan efisiensi transfer
dimodifikasi (8 titik) cahaya dengan menggunakan RSSL tanpa LFM
88 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 11, No. 2, Desember 2015 Hlm. 81-90
(a) Jumlah titik lampu: 8 titik
Whitehead LA. (1998), Overview of hollow light guide Wong I., Choi, H.L., Yang, H. (2012), Simulation and
technologies and application. In: Proceedings in experimental studies on natural lighting in enclosed lift
international conference on daylighting technologies for lobbies of highrise residential buildings by remote source
energy efficiency in buildings;. solar lighting, Applied Energy Vol. 92, pp 705–713
90 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 11, No. 2, Desember 2015 Hlm. 81-90