Penggunaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dan Implikasinya Terhadap Ketangguhan Mata Pencaharian Nelayan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

ISSN 2549-3922 EISSN 2549-3930 Journal of Regional and Rural Development Planning

Februari 2017, 1 (1): 1-15

Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dan


Implikasinya terhadap Ketangguhan Mata Pencaharian Nelayan
The Use of Information and Communication Technology and
Its Implication on The Livelihood Resilience of Fishermen

ASIRIN1*, TETI A. ARGO2


1
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu, Desa
Way Hui, Kecamatan Jatiagung, Lampung Selatan, Lampung 35365; 2Kelompok Keahlian Perencanaan
Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Gedung
Labtek IXA Lantai II, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Jawa Barat 40132; *Penulis korespondensi,
e-mail: asirin@itera.ac.id
(Diterima: 30 September 2016; Disetujui: 28 November 2016)

ABSTRACT

The livelihood of fishermen that importantly contributes to regional and rural development
in coastal areas has been influenced by climate change and other pressures. On the other hand, the
development of Information and Communication Technology (ICT) can be used by fishermen to
develop their livelihood resilience. This research aims to explore the use of ICT and its implication
to the livelihood resilience of fishermen. This research used qualitative research design using case
study in Eretan Wetan Village, Indramayu Regency. The primary data was collected through
interview, situational observation, activity observation, and physical artifact observation.
Secondary data was also collected as supporting data to describe research context. The analysis
was done using open coding to identify themes and to develop the description of those themes. The
research found that fishermen that are used to ICT can improve their access to information,
enhancing knowledge, enhancing and maintaining network and cooperation, and facilitating
participation in the community, and eventually experiencing learning process. By experiencing
learning process, fishermen will have the capability to identify information and knowledge,
capability to understand challenge and opportunity, and capability to transfer and share
knowledge using ICT. Therefore, fishermen will then have the capability to diversifies operational
location of fishing and source of information and knowledge which are useful to redevelop access,
assets, and self organization capability. These process will be cyclic and accumulate to
strengthening their livelihood resilience.
Keywords: fishermen , Information and Communication Technology (ICT), livelihood , resilience.

ABSTRAK

Mata pencaharian nelayan yang berkontribusi penting pada pengembangan wilayah dan
perdesaan terganggu oleh perubahan iklim dan tekanan lainnya. Di sisi lain, perkembangan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang maju dapat digunakan nelayan untuk
membangun ketangguhan mata pencahariannya. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi
penggunaan TIK dan implikasinya terhadap ketangguhan mata pencaharian nelayan. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus. Studi kasus pada penelitian
ini adalah nelayan di Desa Eretan Wetan, Kabupaten Indramayu. Data primer dikumpulkan dengan
cara wawancara, observasi situasi, observasi aktivitas, dan observasi artifak fisik. Data sekunder

1
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 1-15

juga dikumpulkan sebagai data pendukung untuk mendeskrispikan konteks penelitian. Analisis
dilakukan dengan pengkodean terbuka (open coding) untuk mengidentifikasi tema-tema dan
membangun deskripsi tema-tema tersebut. Penelitian ini mengungkapkan bahwa nelayan yang
berulang-ulang dan terbiasa merasakan dengan menggunakan TIK bisa meningkatkan akses
terhadap informasi, menambah pengetahuan, menambah dan memelihara jaringan dan kerja sama,
dan memfasilitasi partisipasi di dalam komunitas, seiring berjalannya waktu kemudian mengalami
proses pembelajaran. Dengan mengalami proses pembelajaran, nelayan kemudian memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasi informasi dan pengetahuan, kemampuan mengetahui tantangan
dan peluang, dan kemampuan mentransfer dan berbagi pengetahuan dengan menggunakan TIK.
Dengan begitu, nelayan kemudian mampu mendiversifikasi lokasi operasional menangkap ikan dan
mendiversifikasi sumber informasi dan pengetahuan. Selanjutnya, kemampuan mendiversifikasi
sumber informasi dan pengetahuan itu berguna kembali membangun akses, aset-aset, dan
kemampuan pengorganisasian diri. Begitu seterusnya terjadi suatu siklus proses nelayan
menggunakan TIK yang berakumulasi untuk membangun ketangguhan mata pencahariannya.
Kata kunci: Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), ketangguhan, mata pencaharian, nelayan

PENDAHULUAN1 eksploitasi ikan berlebih (over fishing), dan alih


fungsi guna lahan hutan bakau (Badan
Mata pencaharian nelayan yang berperan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jawa
penting pada pengembangan wilayah dan Barat, 2013).
perdesaan terganggu oleh perubahan iklim dan Di sisi lain, perkembangan Teknologi
tekanan lainnya. Peran penting nelayan di Informasi dan Komunikasi (TIK) yang maju
antaranya adalah mendukung ketahanan dapat digunakan nelayan untuk membangun
pangan, berkontribusi pada pertumbuhan mata pencahariannya. Heeks (1999)
ekonomi wilayah dan pendapatan daerah, serta mendefinisikan TIK sebagai sarana elektronik
mendorong kegiatan ekonomi lokal. Namun, untuk menangkap, mengolah, menyimpan, dan
perubahan iklim dan tekanan lainnya mengubah mengkomunikasikan informasi berbasis digital
pola sumber daya laut dan mengganggu dan terdiri atas perangkat keras (hardware)
aktivitas nelayan yang pada akhirnya komputer, perangkat lunak (software) dan
mengancam keberlanjutan sektor ekonomi jaringan (networks), termasuk juga teknologi
perikanan laut tangkap, khususnya mata terkait informasi seperti radio, televisi, telefon,
pencaharian nelayan. Sebagai contoh, IPCC koran, dan teknologi terkait informasi lainnya
(2014) melaporkan bahwa perubahan iklim sebagai bagian di dalam sistem TIK.
mengurangi keanekaragaman hayati laut Ketersediaan TIK tersebut seperti Hand Phone
melalui terjadinya pemutihan terumbu karang (HP), Global Positioning System (GPS),
(coral bleaching) dan asidifikasi (acidification) fishfinder, internet beserta sistem informasinya.
air laut. Contoh lainnya, bahaya terkait iklim, Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu
seperti siklon tropis yang simultan (BMKG, bekerja sama dengan Balai Penelitian dan
2011), telah mengganggu aktivitas mata Observasi Laut, Kementerian Kelautan dan
pencaharian, bahkan mengancam keselamatan Perikanan RI (BPOL KKP), Lembaga
jiwa. Tekanan lainnya terhadap mata Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN),
pencaharian nelayan berasal dari pencemaran Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
minyak dan limbah, penggunaan alat tangkap (BMKG), dan koperasi nelayan
yang tidak ramah lingkungan (illegal fishing), mengembangkan program sistem Informasi
1
Daerah Penangkapan Ikan (IDPI) untuk
Artikel ini merupakan bagian dari tesis magister
(unpublished paper) di Perencanaan Wilayah dan mendukung mata pencaharian nelayan (Dinas
Kota, ITB. Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu,

Asirin dan T. A. Argo 2


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 1-15

2013; BPOL KKP, 2015). Sistem informasi keadilan (equality) (Heeks dan Ospina, 2013).
tersebut termasuk di dalamnya adalah informasi Namun demikian, Heeks (2014) menyatakan
prakiraan cuaca, ketinggian gelombang, bahwa agenda penelitian hubungan penerapan
kecepatan angin, dan peringatan daerah bahaya TIK pada konteks ketangguhan masih belum
pelayaran. Program lainnya yang cukup kuat dan membutuhkan penelitian
dikembangkan adalah sosialisasi mitigasi dan lanjutan sebagai pondasi dasarnya. Pemahaman
adaptasi perubahan iklim untuk nelayan melalui lanjutan diperlukan pada bagaimana dampak
program radio pada tahun 2010/2011. TIK pada ketangguhan (Heeks dan Ospina,
Pelaksanaan program radio tersebut melibatkan 2013).
The Indonesia Climate Change Trust Fund Secara etimologi, istilah “resilience”
(ICCTF), BMKG, Lembaga Ilmu Pengetahuan sudah lama digunakan pada berbagai bidang
Indonesia (LIPI), Dinas Perikanan dan Kelautan ilmu pengetahuan (Alexander, 2013). Pada
Indramayu, radio komunitas dan komersial, dan bidang geografi manusia, ketangguhan sosial
beberapa tokoh nelayan (ICCTF, LIPI, dan (social resilience) adalah kemampuan
BMKG, 2012). sekelompok atau komunitas untuk
Perkembangan dan dukungan TIK menanggulangi tekanan dan gangguan eksternal
tersebut dapat digunakan nelayan untuk sebagai sebuah hasil dari perubahan sosial,
menjadi bagian dari strategi membangun politik, dan lingkungan (Adger, 2000).
ketangguhan mata pencaharian menghadapi Sementara itu pada bidang ilmu kajian spesifik
perubahan iklim dan tekanan lainnya. TIK sistem sosial-ekologi, ketangguhan sosial-
berpotensi dapat memfasilitasi nelayan untuk ekologi (social-ecology resilience)
memperbaiki dan memelihara aset-asetnya, diinterpretasi sebagai sejumlah gangguan yang
untuk mengorganisasi diri (self-organisation), suatu sistem dapat menyerapnya dan kembali
dan belajar (learning). Namun, apakah potensi pada kondisi semula; derajat suatu sistem
tersebut benar-benar sudah terwujud pada mampu mengorganisasi diri; derajat suatu
dimensi-dimensi ketangguhan2 mata sistem dapat membangun dan meningkatkan
pencaharian (livelihood resilience) nelayan kapasitas untuk belajar dan beradaptasi
tersebut. Dengan begitu, penelitian ini (Carpenter et al., 2001 dalam Folke, 2006).
diperlukan untuk mengungkap penggunaan TIK Adapun konsep ketangguhan pada
oleh nelayan dalam mendukung konteks sektor perikanan (fisheries sector)
kesejahteraannya berdasarkan perspektif sudah dikembangkan oleh beberapa peneliti
ketangguhan mata pencaharian. Penelitian seperti Adger et al. (2002); Marshall dan
terkait penerapan TIK pada konteks Marshall (2007) mengembangkan konsep
ketangguhan sudah dilakukan oleh Ospina dan ketangguhan sosial (social resilience); Allison,
Heeks (2010) dengan mengembangkan model et al. (2007) mengembangkan konsep nelayan
yang mereka namai “e-resilience” yang kecil tangguh (resilient small scale fishery);
memiliki karakteristik dengan kata kunci Ebbin (2009) mengembangkan konsep
ketahanan (robustness), skala (scale), kelebihan kelembagaan tangguh (intitutional resilience),
(redundancy), kecepatan (rapidity), fleksibilitas dan Van Putten et al. (2013) mengembangkan
(flexibility), pengorganisasian diri (self konsep ketangguhan ekonomi (economic
organisation), pembelajaran (learning) (Ospina resilience).
dan Heeks, 2010), keragaman (diversity), dan Berikut ini beberapa definisi
ketangguhan berdasarkan para peneliti yang
2
Kata “ketangguhan” menjadi terjemahan yang tepat menggunakan dan mengembangkan konsep
untuk kata “resilience”/”resiliency”. Kata “resilient” ketangguhan dalam konteks perikanan:
diterjemahkan menjadi “tangguh”. Kata “tangguh” a. Adger et al. (2002); Marshall dan Marshall
dan “ketangguhan” sudah lazim digunakan sebagai (2007) menyatakan bahwa ketangguhan
terjemahan dari “resilient” dan “resilience” oleh
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). sosial yaitu kemampuan komunitas atau

3 Penggunaan Teknologi Informasi...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 1-15

individu untuk menahan dan menyerap ketangguhan mata pencaharian nelayan.


guncangan dan tekanan tanpa ada gejolak Penelitian ini dapat menjadi pelajaran dan saran
yang berarti. kebijakan untuk mengembangkan program-
b. Allison et al. (2007) menyatakan bahwa program pembangunan perdesaan nelayan yang
ketangguhan nelayan skala kecil adalah memanfaatkan perkembangan TIK. Dengan
kemampuan menyerap guncangan dan begitu, program-program dikembangkan untuk
reorganisasi sendiri kemampuan dengan membangun kesejahteraan nelayan dan
tetap berupaya mengurangi kemiskinan. keberlanjutan kelautan berdasarkan perspektif
c. Ebbin (2009) menyatakan bahwa ketangguhan mata pencaharian (livelihood
kelembagaan tangguh adalah kemampuan resilience) dalam rangka menghadapi tekanan
suatu kelembagaan sosial untuk perubahan iklim dan tekanan perubahan
mengendalikan fungsi dan strukturnya. lingkungan lainnya yang kompleks.
d. Van Putten et al. (2013) menyatakan bahwa
ketangguhan ekonomi pada tingkat individu METODOLOGI
dicirikan dengan kemampuan menghasilkan
kentungan, produk yang beragam, Pengumpulan Data
kemampuan mengembalikan modal, dan Penelitian ini mengumpulkan data primer
akses kepada modal. dengan cara wawancara dan observasi.
Adapun konsep ketangguhan mata Wawancara merupakan sumber informasi
pencaharian (livelihood resilience) berakar pada utama pada penelitian ini. Pengamatan dan
pendekatan dan kerangka kerja mata wawancara dilakukan melalui dua tahap, yaitu
pencaharian berkelanjutan (sustainable tahap awal dan tahap lanjutan. Pengamatan dan
livelihood) (Nyamwanza, 2012). Kerangka wawancara pada tahap awal dilakukan pada
kerja mata pencaharian berkelanjutan tanggal 14, 25, 26, dan 27 Juni 2013.
dikembangkan oleh Chambers dan Conway Pengamatan dan wawancara lanjutan dilakukan
(1992); Scoones (1998; 2009); Ashley dan pada tanggal 26 Maret 2015 dan 7 April 2015.
Carney (1999); Carney (1999; 2002); dan DFID Wawancara dilakukan dengan metode semi
(1999). Marschke dan Berkes (2006) telah terstruktur (semi structured interview).
mengidentifikasi strategi-strategi masyarakat Pertanyaan wawancara pada studi kasus ini
membangun ketangguhan mata pencaharian bersifat cair daripada kaku. Wawancara
meliputi diversifikasi, belajar untuk hidup dilakukan kepada pelaku usaha nelayan kecil
dengan perubahan dan ketidakpastian, terus dan nelayan besar. Data hasil wawancara ini
belajar dan beradaptasi, menciptakan digunakan sebagai bahan utama untuk analisis
kesempatan untuk mengorganisasi diri, dan pengalaman-pengalaman dan persepsi-persepsi
kesejahteraan. Sementara itu, definisi nelayan. Wawancara juga dilakukan kepada
operasional untuk menganalisis ketangguhan aktor-aktor terkait lainnya meliputi Kepala
mata pencaharian dikembangkan oleh Speranza Bidang Sarana Prasarana Dinas Perikanan dan
et al. (2014). Ketangguhan mata pencaharian Kelautan Indramayu, Penyuluh dan Ketua Unit
dikarakteristikkan oleh sekumpulan aset dan Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas
strategi untuk memelihara dan meningkatkan Perikanan dan Kelautan, Manajer Tempat
aset-aset, untuk mengorganisasi diri dan untuk Pelelangan Ikan (TPI) Eretan Wetan, Ketua
belajar (Speranza et al., 2014). Koperasi Misaya Mina, dan Pengelola Radio
Penelitian ini berupaya mengisi Komunitas Simpati FM. Wawancara kepada
kekurangan (gap) penelitian pada topik pihak-pihak tersebut dilakukan untuk
mengenai kaitan antara TIK dan ketangguhan memperkaya dan mengkonfirmasi informasi
mata pencaharian nelayan di perdesaan pesisir. mengenai pemanfaatan TIK oleh nelayan dan
Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi memberikan deskripsi konteks substansi kajian.
penggunaan TIK dan implikasinya terhadap Selain wawancara, di dalam penelitian ini juga

Asirin dan T. A. Argo 4


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 1-15

dilakukan observasi lapang. Observasi pengorganisasian diri, pembelajaran dan


dilakukan oleh peneliti secara langsung untuk diversifikasi dalam konteks kenelayanan.
mengamati kondisi lapangan, aktivitas Penelitian ini melakukan metode analisis
penggunaan TIK, dan artifak fisik TIK yang dan upaya verifikasi (reliabilitas dan validitas)
digunakan nelayan. kualitatif yang disarankan Creswell (2007;
Di dalam penelitian ini juga dilakukan 2010) dan Yin (2009). Proses analisis pada
pengumpulan data sekunder. Penggunaan data penelitian ini meliputi (1) menyiapkan data
sekunder pada studi kasus ini utamanya untuk mentah (transkripsi, catatan observasi, foto, dan
mendeskrispsikan konteks penelitian, peta, dokumentasi, arsip), Mengolah dan
mempertegas dan menambah bukti yang berasal mempersiapkan data untuk dianalisis; (2)
dari sumber lain. Data sekunder meliputi membaca keseluruhan data; (3) melakukan
laporan penelitian terdahulu terkait studi kasus open coding data; (4) membuat tema-tema dan
ini, data sensus dan data statistik (dari Dinas deskripsi-deskripsi dari tema-tema tersebut
Perikanan dan Kelautan dan Badan Pusat kemudian dinterpretasi dengan tampilan data
Statistik), peraturan perundang-undangan (tabel, foto, grafik, diagram alir) dan naratif;
terkait kelautan dan perikanan, peta dan tampilan data kasus penggunaan TIK dan
diagram, dan data survei yang sudah implikasinya terhadap komponen-komponen
dikumpulkan sebelumnya oleh lembaga- karaktersitik ketangguhan disajikan dengan
lembaga pemerintah pada berbagai tingkatan. tabel; (5) merumuskan kesimpulan dan
rekomendasi. Perumusan kesimpulan dan
Analisis dan Verifikasi rekomendasi dilakukan dengan memaknai
Penelitian ini menggunakan kerangka setiap kasus penggunaan TIK dan rangkaian
kerja ketangguhan mata pencaharian (livelihood kasus penggunaan TIK secara menyeluruh.
resilience) yang dikembangkan oleh Speranza Pemaknaan tersebut diperoleh dari membaca
(2014). Ketangguhan mata pencaharian tersebut keseluruhan fakta dan bukti-bukti kasus secara
dikarakteristikkan oleh sekumpulan aset-aset berulang-ulang dan mendiskusikan dengan
dan strategi-strategi untuk memelihara dan rekan peneliti.
meningkatkan aset-aset, untuk mengorganisasi Adapun upaya verifikasi (reliabilitas dan
diri, pembelajaran dan diversifikasi (Speranza validitas) meliputi mendokumentasikan
et al. 2014). Adapun definisi operasional dari prosedur penelitian; membuat protokol dan
“implikasi penggunaan TIK terhadap database studi kasus; triangulasi; deskripsi yang
ketangguhan mata pencaharian nelayan” adalah kaya dan padat; dan bertanya jawab dengan
dampak dari suatu aktivitas nelayan rekan peneliti. Rincian metodologi dan konteks
menggunakan TIK pada komponen aset, penelitian ini disajikan secara lengkap pada
laporan tesis Asirin (2015).

5 Penggunaan Teknologi Informasi...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 1-15

Gambar 1. Peta orientasi lokasi penelitian


Sumber: Asirin, 2015.

Lokasi Studi Kasus Penggunaan TIK pada Proses Usaha


Penelitian ini dilakukan di Desa Eretan (Business Process) Nelayan
Wetan yang merupakan salah satu desa nelayan Proses usaha nelayan secara garis besar
di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten meliputi persiapan, operasional menangkap
Indramayu, Provinsi Jawa Barat [lihat Gambar ikan, dan menjual ikan. Tahap persiapan
1]. Pada Desa Eretan Wetan terdapat sungai dan meliputi kegiatan mengumpulkan personel
muara sungai. Alur sungai dan muara sungai kapal, menyiapkan kapal beserta kelengkapan
tersebut dijadikan sebagai jalur keluar masuk peralatannya, dan menyiapkan perbekalan.
kapal dari/ke Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Tahap operasional menangkap ikan meliputi
sekaligus Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Di kegiatan memasang jaring di lokasi
desa ini juga merupakan tempat lokasi kantor penangkapan ikan di laut dan mengumpulkan/
UPTD Dinas Perikanan dan Kelautan, kantor menyimpan hasil tangkapan di tempat yang
Satuan Polisi Air (Satpol Air), Balai Pelabuhan sudah disediakan di kapal. Tahap menjual ikan
Perikanan Pantai Provinsi Jawa Barat, Pos meliputi memindahkan ikan dari wadah
Pengamatan Eretan Wetan TNI AL, dan kantor penyimpanan ikan di kapal ke keranjang ikan
Koperasi Misaya Mina. kemudian melakukan transaksi penjualan/
pelelangan. Begitu seterusnya proses usaha
HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut sebagai suatu siklus proses usaha. Di
dalam proses usaha tersebut, nelayan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan menggunakan TIK [lihat Gambar 2].
analisis teridentifikasi tema-tema kemudian
mendeskripsikannya. Berikut ini adalah tema-
tema beserta deksripsinya.

Asirin dan T. A. Argo 6


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 1-15

Gambar 2. Jenis-jenis alat TIK yang digunakan nelayan di Desa Eretan Wetan
Sumber: Asirin, 2015.

Adapun perilaku penggunaan TIK pada yang tidak ramah lingkungan. Nelayan kecil
proses usaha nelayan yang teridentifikasi di tersebut menyatakan bahwa jaring arad tersebut
Desa Eretan Wetan berbeda-beda antara telah meresahkan dan sudah seharusnya
nelayan kecil dan nelayan besar. Nelayan kecil dilarang dan dilakukan penegakan hukumnya.
tidak mengakses IDPI karena IDPI hanya Nelayan tersebut memutuskan tidak
diperuntukkan bagi nelayan besar dengan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah
jangkauan operasional menangkap ikan sampai lingkungan. Nelayan kecil tersebut tetap
ke perairan Natuna dan Kalimantan. Sementara menggunakan alat tangkap yang ramah
itu, nelayan besar ada yang mengakses IDPI, lingkungan karena mengetahui konsekuensi
ada juga yang tidak mengakses IDPI. hukumnya dan menyadari dampak negatifnya.
Selain itu, di Desa Eretan Wetan juga ada
Penggunaan TIK Untuk Mengetahui perilaku penggunaan internet untuk pembuatan
Perkembangan Kenelayanan poster sosialisasi jenis/karakteristik ikan yang
dilindungi. Di Desa Eretan Wetan, ada juga
Pertama, penggunaan TIK untuk
perilaku penggunaan internet untuk mengunduh
mengetahui aturan-aturan dan kebijakan
naskah peraturan dan kliping berita mengenai
kenelayanan. Sebagai contoh kasus ada nelayan
jenis/karaktersitik ikan yang dilindungi.
kecil yang sering menonton berita liputan di TV
Kegiatan tersebut dilakukan oleh pengurus
tentang peraturan yang dikeluarkan dan
koperasi Misaya Mina. Pengurus koperasi
ditegakkan oleh Menteri Susi Pudji Astuti.
menyatakan bahwa latar belakang penempelan
Dengan menonton berita tersebut, nelayan
tersebut karena pernah terjadi nelayan yang
tersebut mengetahui aturan-aturan yang
ditindak dan ditahan secara hukum akibat
dikeluarkan KKP mengenai larangan
menangkap ikan pari yang dilindungi. Sejak itu,
menggunakan alat tangkap ikan yang tidak
pengurus koperasi berinisiatif menempel
ramah lingkungan. Nelayan kecil tersebut
informasi-informasi jenis/karakteristik ikan
menyatakan bahwa mendukung aturan tersebut
yang dilindungi. Di Desa Eretan Wetan,
untuk ditegakkan di seluruh Indonesia terutama
teridentifikasi ada nelayan besar menggunakan
di Indramayu masih terdapat nelayan
internet secara tidak langsung. Nelayan besar
menggunakan jaring arad (pukat harimau kecil)

7 Penggunaan Teknologi Informasi...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 1-15

tersebut membaca papan pengumuman yang Simpat FM Indramayu. Nelayan tersebut


berisi poster, naskah, dan kliping berita menggunakan radio saat di darat, sedangkan
mengenai peraturan jenis/karakteristik ikan saat di laut tidak membawa radio. Nelayan
yang dilindungi. Dengan membaca papan tersebut menggunakan acara talkshow di radio
pengumuman, nelayan besar tersebut mengenai sosialisasi adaptasi perubahan iklim
menyatakan bahwa informasi tersebut untuk nelayan. Dengan berpartisipasi pada
membuatnya mengetahui ciri-ciri ikan yang acara talkshow melalui radio, nelayan kecil
dilindungi dengan jelas secara visual. Kondisi tersebut mendapatkan pengetahuan mengenai
tersebut menggugah kesadarannya untuk tidak perubahan iklim dan strategi adaptasi. Nelayan
menangkap jenis/karakteristik ikan yang kecil tersebut mendapatkan penjelasan
dilindungi. Sebelum ada informasi itu, nelayan pengetahuan mengenai usaha tambak yang
besar tersebut menyatakan bahwa tidak tahan terhadap perubahan cuaca sebagai suatu
mengetahui jenis-jenis ikan yang dilindungi upaya diversifikasi mata pencaharian. Program
atau yang dilarang untuk ditangkap. Setelah tersebut tidak dilaksanakan terus-menerus,
mengetahui informasi itu, nelayan besar hanya pada tahun 2010 dan 2011.
tersebut tidak lagi menangkap ikan yang Ketiga, penggunaan TIK untuk
dilindungi atau akan melepaskan kembali ke mengetahui perkembangan teknik-teknik
laut jika tidak sengaja terjaring. Namun menangkap ikan dan peralatannya. Bagi
demikian, penyebaran poster dan naskah nelayan yang menggunakannya, radio SSB laut
peraturan tersebut terbatas hanya di lokasi digunakan sebagai sarana komunikasi yang
Koperasi Misaya Mina di Desa Eretan Wetan. berlangsung dua arah untuk mendapatkan
Nelayan kecil tidak mengetahui dan tidak informasi pengetahuan perkembangan teknik
mengakses informasi tersebut. menangkap ikan, pengetahuan perkembangan
Bagi nelayan yang menggunakannya, alat tangkap, pengetahuan perkembangan
radio SSB laut juga digunakan sebagai sarana perlengkapan menangkap ikan, pengetahuan
komunikasi yang berlangsung dua arah untuk memperbaiki peralatan menangkap ikan, dan
mendapatkan pengetahuan aturan-aturan jenis pengetahuan/keterampilan terkait usaha
alat tangkap yang dilarang dan pengetahuan kenelayanan lainnya.
jenis-jenis ikan yang dilindungi. Informasi
tersebut diperoleh dengan cara berbagi antar Implikasi Penggunaan TIK terhadap
sesama rekan nelayan dan pihak pengguna Ketangguhan Mata Pencaharian Nelayan
radio SSB laut lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, penggunaan
Kedua, penggunaan TIK untuk
TIK telah secara nyata bermanfaat bagi mata
mengetahui isu perubahan iklim dan strategi
pencaharian nelayan. Namun dari manfaat-
adaptasinya. Di Desa Eretan Wetan, terdapat
manfaat tersebut lalu bagaimana kaitannya
nelayan kecil dan nelayan besar yang pernah
dengan pengembangan ketangguhan mata
menggunakan radio komunitas untuk
pencaharian? Berikut ini implikasi penggunaan
mendapatkan informasi program sosialisasi
TIK terhadap ketangguhan mata pencaharian
adaptasi perubahan iklim pada tahun 2010/2011
nelayan yang teridentifikasi dari berbagai bukti
dari program yang dikembangkan ICCTF, LIPI,
kasus nelayan menggunakan TIK di Desa
dan BMKG bekerja sama dengan Dinas
Eretan Wetan [lihat Tabel 1].
Perikanan dan Kelautan Indramayu dan Radio
Komunitas/Komersial Cinde FM serta Radio

Asirin dan T. A. Argo 8


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 1-15

Tabel 1. Bukti-bukti kasus penggunaan TIK berimplikasi pada ketangguhan mata pencaharian nelayan

No. Dimensi Implikasi Bukti Kasus


A. Endowment dan  Nelayan kecil dan nelayan besar bertambah
akses pengetahuannya mengenai aturan alat tangkap yang
dilarang dari menonton berita di TV
 Nelayan kecil dan nelayan besar bertambah
pengetahuannya mengenai perubahan iklim dan strategi
adaptasi dengan teknik budidaya ikan di tambak dari
mendengarkan radio komunitas.
Menambah
 Nelayan besar bertambah pengetahuannya mengenai
pengetahuan/
jenis/karakteristik ikan yang dilindungi dari membaca
keterampilan
poster dan naskah peraturan hasil unduhan dari
internet.
 Nelayan besar bertambah pengetahuan mengenai
aturan-aturan kenelayanan dan keterampilan teknik-
teknik menangkap ikan yang terbaru dari
berkomunikasi dengan nelayan besar lain
menggunakan radio SSB laut.
 Nelayan besar bertambah jaringannya dengan nelayan
besar lainnya yang belum dikenal dengan
Menambah berkomunikasi melalui radio SSB laut, termasuk dalam
jaringan saling meminta dan memberi bantuan jika ada
kerusakan kapal di laut dan informasi lokasi potensi
ikan dan cuacanya.
 Nelayan kecil dan nelayan besar mampu mengakses
informasi/pengetahuan mengenai aturan alat tangkap
yang dilarang dari menonton berita di TV.
 Nelayan kecil dan nelayan besar mampu mengakses
informasi/pengetahuan mengenai perubahan iklim dan
strategi adaptasi dengan teknik budidaya ikan di
tambak dari mendengarkan radio komunitas.
 Nelayan kecil mampu mengakses informasi lokasi
potensi ikan dari sesama rekan nelayan kecil di daerah
lain menggunakan HP.
 Nelayan besar mampu mengakses informasi daerah
penangkapan ikan (IDPI) beserta informasi cuacanya
Meningkatkan dari membaca SMS HP dan running text, mendengar
akses terhadap radio komunitas, dan komunikasi dengan radio SSB
informasi/ laut.
pengetahuan  Nelayan besar mampu mengakses informasi/
pengetahuan mengenai jenis/karakteristik ikan yang
dilindungi dari membaca poster dan naskah peraturan
hasil unduhan dari internet.
 Nelayan besar mampu mengakses aturan-aturan
kenelayanan dan keterampilan teknik-teknik
menangkap ikan yang terbaru dari berkomunikasi
dengan nelayan besar lain menggunakan radio SSB
laut.
 Nelayan besar mampu mengakses informasi lokasi
TPI/PPI menggunakan GPS dan mampu mengakses
informasi kumpulan ikan dan kondisi dasar laut pada
suatu lokasi di laut.

9 Penggunaan Teknologi Informasi...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 1-15

Tabel 1. (lanjutan)

No. Dimensi Implikasi Bukti Kasus


B. Pengorganisasian Mendapatkan dan  Nelayan besar dan nelayan kecil mendapatkan
Diri mendiseminasikan informasi peraturan alat tangkap yang dilarang melalui
peraturan menonton TV.
 Nelayan besar mendapatkan dan mendiseminasikan
informasi peraturan terkait perikanan melalui
komunikasi dengan sesama nelayan besar pengguna
radio SSB laut.
 Nelayan besar mendapatkan dan mendiseminasikan
peraturan mengenai jenis/karakteristik ikan yang
dilindungi menggunakan poster dan naskah peraturan
hasil unduhan dari internet.
Kerja sama dan  Nelayan kecil bekerja sama dengan sesama nelayan
jaringan kecil lainnya dalam berbagi informasi lokasi potensi
ikan menggunakan HP.
 Nelayan besar bekerja sama dengan sesama nelayan
besar dan pihak-pihak lain pengguna radio SSB laut
dalam berbagi informasi daerah penangkapan ikan
beserta cuacanya, perkembangan teknik menangkap
ikan, dan informasi/pengetahuan lainnya menggunakan
radio SSB laut tersebut.
Partisipasi  Nelayan besar dan nelayan kecil terlibat berbagi
pengalaman dan menyampaikan aspirasinya pada acara
talkshow sosialisasi adaptasi perubahan iklim
menggunakan radio komunitas.
 Nelayan besar terlibat di dalam komunitas nelayan
sesama pengguna radio SSB dengan rutin
berkomunikasi menggunakan alat tersebut.
C. Pembelajaran Mengetahui  Nelayan besar dan nelayan kecil mengetahui tantangan
tantangan/peluang perubahan iklim dengan menggunakan radio
komunitas.
 Nelayan besar mengetahui informasi peluang dari
adanya perkembangan teknik menangkap ikan dan
perkembangan alat tangkap dari berkomunikasi
menggunakan radio SSB laut dengan sesama nelayan
dan pihak lain sesama pengguna alat tersebut saat di
laut.
Mengidentifikasi  Nelayan besar mengidentifikasi harga ikan kualitas
informasi/ ekspor jenis tertentu dengan cara bertanya kepada
pengetahuan bakul di daerah lain menggunakan HP.
 Nelayan besar dan nelayan kecil mengidentifikasi
informasi potensi ikan dan cuacanya dengan
menanyakan kepada sesama rekan nelayan kecil
menggunakan HP.
 Nelayan besar mengidentifikasi informasi keberadaan
ikan dan kondisi dasar laut dengan menggunakan
fishfinder.

Asirin dan T. A. Argo 10


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 1-15

Tabel 1. (lanjutan)

No. Dimensi Implikasi Bukti Kasus


Mentransfer dan  Nelayan besar dan nelayan kecil mentransfer/berbagi
berbagi informasi/ informasi lokasi potensi ikan dan informasi cuacanya
pengetahuan kepada sesama rekan nelayan kecil di daerah lain
menggunakan HP.
 Nelayan besar dan nelayan kecil mentransfer/berbagi
pengetahuan dan pengalamannya selama menjadi
nelayan dalam menghadapi perubahan iklim
menggunakan radio komunitas.
 Nelayan besar mentransfer/berbagi informasi daerah
penangkapan ikan dan informasi cuacanya dan
mentransfer/berbagi pengetahuan perkembangan teknik
menangkap ikan dan informasi perkembangan tentang
kenelayanan kekinian menggunakan radio SSB laut.
D. Pendiversifikasian Mendiversifikasi  Nelayan kecil memiliki pilihan-pilihan lokasi
lokasi operasi menangkap ikan di laut dengan mendapat informasi
potensi ikan dan cuacanya dari sesama rekan nelayan
kecil di daerah lain menggunakan HP.
 Nelayan besar memiliki pilihan-pilihan lokasi
menangkap ikan di laut dengan mendapat informasi
potensi ikan dan cuacanya dari SMS HP, running text,
radio SSB laut dan radio komunitas.
Mendiversifikasi  Nelayan kecil mendapatkan informasi lokasi menangkap
sumber informasi/ ikan dan cuacanya tidak lagi hanya bersumber dari
pengetahuan pengalaman atau hasil menduga-duga, tetapi juga
bersumber dari sesama rekan nelayan kecil
menggunakan HP.
 Nelayan besar mendapatkan informasi daerah
penangkapan ikan dan cuacanya tidak lagi hanya
bersumber dari pengalaman atau hasil menduga-duga,
tetapi juga dari menggunakan HP, running text, radio
SSB laut.
 Nelayan besar dan kecil mendapatkan informasi aturan
alat tangkap yang dilarang tidak hanya mengandalkan
dari penyuluhan tetapi dari menggunakan TV dengan
cara menonton berita.
 Nelayan besar mendapatkan informasi jenis/karakteristik
ikan yang dilindungi tidak hanya dari mengandalkan
penyuluhan tetapi bisa dari poster dan naskah peraturan
hasil unduhan dari internet.
Sumber: Asirin, 2015.

KESIMPULAN kemampuan untuk mengidentifikasi penge-


tahuan, kemampuan mengetahui tantangan/
Nelayan yang berulang-ulang mengguna- peluang, dan kemampuan mentransfer/berbagi
kan TIK dan telah terbiasa merasakan bahwa pengetahuan menggunakan TIK. Dengan
dengan menggunakan TIK tersebut bisa begitu, nelayan kemudian mampu mendiver-
meningkatkan akses terhadap informasi/ sifikasi lokasi operasional menangkap ikan dan
pengetahuan/peraturan, menambah pengetahu- mendiversifikasi sumber informasi/
an, menambah dan memelihara kerja sama/ pengetahuan.
jaringan, dan memfasilitasi partisipasi di dalam
komunitas, lama-lama mengalami proses
pembelajaran. Dengan mengalami proses
pembelajaran, nelayan kemudian memiliki

11 Penggunaan Teknologi Informasi...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 1-15

Selanjutnya, kemampuan mendiver- menjadi suatu siklus proses nelayan


sifikasi sumber informasi itu berguna kembali menggunakan TIK untuk membangun
membangun endowment, akses dan ketangguhan mata pencahariannya [lihat
pengorganisasian diri. Begitu seterusnya Gambar 3].

Gambar 3. Implikasi penggunaan TIK untuk ketangguhan mata pencaharian nelayan


Sumber: Asirin, 2015.

Penelitian ini membuktikan manfaat TIK Diseminasi informasi perlu melalui media-
untuk membangun ketangguhan mata media yang mudah diakses seperti diseminasi
pencaharian nelayan. Dengan begitu, penelitian poster dan naskah peraturan ke kelompok-
ini merekomendasikan perlunya kelompok nelayan kecil dan tempat-tempat
mengembangkan sistem informasi untuk strategis seperti kantor desa, sekolah, masjid,
nelayan yang lebih luas dengan target penerima warung, kantor radio komunitas, dan tempat-
manfaat baik nelayan kecil maupun nelayan tempat strategis lainnya yang merupakan
besar dan isi yang lebih beragam sesuai tempat-tempat berkumpul nelayan, tidak hanya
kebutuhan nelayan. Sistem informasi yang di TPI/PPI/Kantor Koperasi. Diseminasi
dikembangkan perlu diperluas tidak terbatas informasi juga perlu menggunakan TIK melalui
pada daerah penangkapan ikan, cuaca, dan SMS HP, radio komunitas/komersial, dan TV
jenis/karakteristik ikan yang dilindungi, tetapi lokal. Pemerintah daerah juga perlu secara
juga informasi harga ikan, akses pembiayaan, intensif menggunakan radio SSB untuk masuk
strategi-strategi adaptasi perubahan iklim selain di dalam forum komunikasi antar nelayan dan
usaha tambak, perencanaan keuangan, membagikan informasi/pengetahuan penting
kewirausahaan, pelestarian ekosistem laut untuk nelayan terkait keberlanjutan sumber
lainnya (seperti hutan bakau, terumbu karang, daya laut dan adaptasi perubahan iklim.
dan lain-lain), dan keterampilan/pengetahuan Penelitian ini juga merekomendasikan
lainnya yang sesuai kebutuhan nelayan untuk perlunya mengembangkan dan melaksanakan
ketangguhan mata pencaharian nelayan. program sistem informasi yang terus menerus.
Penelitian ini juga merekomendasikan Sumber-sumber pembiayaan alternatif dan
perlunya cara penyampaian informasi yang sumber-sumber daya manusia untuk
lebih luas dan mudah diakses nelayan kecil dan menjalankan program perlu melibatkan aktor-
nelayan besar baik saat di darat maupun di laut. aktor lokal. Aktor-aktor lokal yang perlu

Asirin dan T. A. Argo 12


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 1-15

dilibatkan meliputi koperasi nelayan, radio pencaharian dengan metode eksperimen


komunitas/komersial, TV lokal, organisasi kepada nelayan dengan melakukan
komunitas nelayan lokal, koperasi nelayan, dan penilaian yang membandingkan antara
perusahaan swasta/BUMN melalui program sebelum dan sesudah nelayan tersebut
CSR-nya seperti perusahaan-perusahaan menggunakan TIK dan/atau sebelum dan
telekomunikasi (PT. Telkomsel, dan lainnya), sesudah mendapatkan program dukungan
perusahaan transportasi laut, dan PT. sistem informasi perikanan.
Pertamina. f. Evaluasi program kampung nelayan digital
Penelitian ini juga merekomendasikan kerja sama Kementerian Kelautan dan
perlunya mengembangkan kapasitas nelayan Perikanan (KKP) dan PT. Telkomsel.
dalam menggunakan TIK yang inovatif untuk g. Identifikasi kebutuhan informasi,
ketangguhan mata pencaharian nelayan. TIK pengetahuan, dan keterampilan lainnya
yang semakin maju dan terjangkau kekinian yang dibutuhkan nelayan untuk
adalah teknologi internet. Namun, di Desa ketangguhan mata pencahariannya dan
Eretan Wetan, penggunaan internet masih mengembangkan program sistem informasi
dilakukan secara tidak langsung. Informasi dari untuk ketangguhan mata pencaharian
internet dipindahkan dulu ke bentuk poster atau nelayan dengan metode partisipatif seperti
naskah cetak yang kemudian ditempel di papan Participatory Rural Appraisal (PRA).
pengumuman. Padahal, perkembangan internet h. Penelitian tindak pengembangan kapasitas
sudah maju dan menjangkau ke Desa Eretan penyangga, pembelajaran, peng-
Wetan. Teknologi internet Web 2.0 kini organisasian diri, dan pendiversifikasian
memungkinkan orang untuk saling berbagi untuk ketangguhan mata pencaharian
informasi dan pengetahuan. Teknologi tersebut nelayan.
dapat diterapkan pada masyarakat nelayan.
Dengan demikian, nelayan generasi muda perlu Ucapan Terima Kasih
dilakukan pengembangan penguasaan internet.
Tulisan ini merupakan bagian dari
Penelitian ini merekemondasikan penelitian
penelitian dengan judul “Adaptasi Berbasis
lanjutan berupa penelitian aksi (research
Teknologi sebagai Respon terhadap Perubahan
action) pengembangan kapasitas nelayan
Iklim: Studi Kasus Indramayu”, yang dibiayai
menggunakan internet untuk ketangguhan mata
oleh LPPM-Institut Teknologi Bandung. Kami
pencaharian menghadapi perubahan iklim dan
berterima kasih kepada rekan–rekan di
tekanan lainnya.
Laboratorium Perencanaan Wilayah dan
Penelitian ini merekomendasikan
Perdesaan ITB atas bantuannya dalam
beberapa penelitian lanjutan. Rekomendasi
pengumpulan data dan diskusi serta Prof. Boy
topik penelitian selanjutnya meliputi:
Kombaitan dan Ibnu Syabri, Ph.D. atas
a. Penilaian tingkat ketangguhan mata
pembahasan dan masukannya.
pencaharian nelayan secara kuantitatif.
b. Eksplorasi strategi-strategi untuk
DAFTAR PUSTAKA
membangun ketangguhan mata
pencaharian nelayan. Adger, W.N. (2000). Social and ecological
c. Kajian tata kelola TIK untuk membangun resilience: are they related? Progress in
ketangguhan mata pencaharian nelayan. Human Geography, 24 (3), 347–364.
d. Penelitian tindak inovasi penggunaan TIK Adger, W.N., Kelly, P.M., Winkels, A., Huy, L.Q.,
dengan menggunakan teknologi internet & Locke, C. (2002). Migration, Remittances,
Web 2.0 untuk ketangguhan mata Livelihood Trajectories, and Social
pencaharian nelayan. Resilience. AMBIO: A Journal of the Human
e. Penilaian secara kuantitatif dampak Environment, 31 (4), 358-366.
penggunaan TIK untuk ketangguhan mata

13 Penggunaan Teknologi Informasi...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 1-15

Alexander, D.E. (2013). Resilience and disaster risk Creswell, J. W. (2007). Qualitative Inquiry and
reduction: an etymological journey. Natural Research Design: Choosing Among Five
Hazards and Earth System Sciences, 13, Approaches (2nd ed.). Thousand Oaks,
2707–2716. California: Sage.
Allison, E.H., Andrew, N.L., & Oliver, J. (2007). Creswell, J. W. (2010). Research Design:
Enhancing the resilience of inland fisheries Qualitative, Quantitative, and Mixed
and aquaculture systems to climate change. Methods Approaches, Third Edition.
SAT eJournal, 4 (1), 1-35. Thousand Oaks, California: Sage.
Ashley, C., & Carney, D. (1999). Sustainable Department for International Development (DFID),
livelihoods: lessons from early experience. Government of United Kingdom. (1999).
London: Department for International Sustainable livelihoods guidance sheets.
Development. London: Department for International
Asirin. (2015). Penggunaan Teknologi Informasi Development.
dan Komunikasi untuk Ketangguhan Mata Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Pencaharian Nelayan: Studi Kasus Nelayan Indramayu. (2013). SMS Center Informasi
di Desa Eretan Wetan, Kabupaten Daerah Penangkapan Ikan (IDPI) Diskanla
Indramayu. Tesis. Perpustakaan Institut Kabupaten Indramayu Bisa Membantu
Teknologi Bandung. Peningkatan Produksi Hasil Tangkapan Ikan
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Bagi Nelayan. Dinas Perikanan dan Kelautan
(BPLHD) Provinsi Jawa Barat. (2013). Status Kabupaten Indramayu.
Lingkungan Hidup Jawa Barat Tahun 2013. Ebbin, S.A. (2009). Institutional and ethical
BPLHD Jawa Barat. dimensions of resilience in fishing systems:
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Perspectives from co-managed fisheries in the
(BMKG). (2011). Pemanasan Global dan Pacific Northwest. Marine Policy, 33, 264–
Dampaknya terhadap Perubahan Cuaca- 270.
Iklim Wilayah Indonesia. Diakses dari: Folke, C. (2006). Resilience: the emergence of a
http://wxmod.bppt.go.id/dokumen/materi_se perspective for social–ecological Systems
minar/bmkg.pdf pada tanggal 1 Februari analyses. Global Environmental Change, 16
2015. (3), 253–267.
Balai Penelitian dan Observasi Laut, Kementerian Heeks, R. (1999). Information and communication
Kelautan dan Perikanan. (2015). Peta PDPI. technology, poverty, and development, Centre
Diakses dari: for Development Informatics Institute for
http://www.bpol.litbang.kkp.go.id/peta-pdpi Development Policy and Management.
pada tanggal 22 Februari 2015. University of Manchester.
Carney, D. (2002). Sustainable livelihoods Heeks, R. (2014). Future Priorities for Development
approaches: progress and possibilities for Informatics Research from the Post-2015
change. London: Department for Development Agenda, Centre for
International Development. Development Informatics Institute for
Carney, D., Drinkwater, M., Rusinow, T., Neefjes, Development Policy and Management,
K., Wanmali, S., & Singh, N. (1999). SEED. University of Manchester.
Livelihood approaches compared: a brief Heeks, R.B., & Ospina, A.V. (2013). Understanding
comparison of the livelihoods approaches of Urban Climate Change and Digital
the UK Department for International Infrastructure Interventions from a Resilience
Development (DFID), CARE, Oxfam and the Perspective, Development Informatics.
UNDP. A brief review of the fundamental Working Paper 54, Centre for Development
principles behind the sustainable livelihood Informatics, University of Manchester, UK.
approach of donor agencies. Livelihoods Diakses dari
connect. London: Department for http://www.seed.manchester.ac.uk/subjects/id
International Development. pm/research/publications/wp/di/
Chambers, R. & Conway., G.R. (1992). Sustainable
Rural Livelihoods: Practical Concepts for the
21st Century. IDS Discussion Paper 296.

Asirin dan T. A. Argo 14


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 1-15

Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), Scoones, I. (2009). Livelihoods perspectives and
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), rural development. The Journal of Peasant
dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Studies, 36 (1), 171-196.
Geofisika (BMKG). (2012). Program Acara Speranza, C. I., Wiesmann, U., dan Rist, S. (2014).
Radio: Sosialisasi Perubahan Iklim untuk An indicator framework for assessing
Petani, Nelayan, dan Masyarakat Umum. livelihood resilience in the context of social–
ICCTF, LIPI, dan BMKG. ecological dynamics. Global Environmental
Intergovernmental Panel on Climate Change. (2014). Change 28 (2014), 109–119.
Climate Change 2014: Impacts, Adaptation, Van Putten, I.E., Jennings, S., Frusher, S., Gardner,
and Vulnerability. Part A: Global and C., Haward, M., Hobday, A.J., Nursey-Bray,
Sectoral Aspects. Contribution of Working M., Pecl, G., Punt, A., dan Revill, H. (2013).
Group II to the Fifth Assessment Report of Building blocks of economic resilience to
the Intergovernmental Panel on Climate climate change: a south east Australian
Change [Field, C.B., V.R. Barros, D.J. fisheries example. Regional Environmental
Dokken, K.J. Mach, M.D. Mastrandrea, T.E. Change, Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Bilir, M. Chatterjee, K.L. Ebi, Y.O. Estrada, Yin, R.K. (2009). Case Study Research: Design and
R.C. Genova, B. Girma, E.S. Kissel, A.N. Methods, Fourth Edition. Sage Publication.
Levy, S. MacCracken, P.R. Mastrandrea, and
L.L. White (eds.)]. Cambridge: Cambridge
University Press.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2009).
Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009
tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
Marschke, M. J., & Berkes, F. (2006). Exploring
strategies that build livelihood resilience: a
case from Cambodia. Ecology and Society 11
(1), 42. Diakses dari:
http://www.ecologyandsociety.org/vol11/iss1
/art42/
Marshall, N. A., & Marshall, P. A. (2007).
Conceptualizing and operationalizing social
resilience within commercial fisheries in
northern Australia. Ecology and Society 12
(1): 1. Diakses dari:
http://www.ecologyandsociety.org/vol12/iss1
/art1/.
Nyamwanza, A. M. (2012). Livelihood resilience
and adaptive capacity: A critical conceptual
review. Jàmbá: Journal of Disaster Risk
Studies 4 (1). http://dx.doi.
org/10.4102/jamba.v4i1.55.
Ospina, A.V., & Heeks, R. (2010). Linking ICTs and
Climate Change Adaptation: A Conceptual
Framework for e-Resilience and e-
Adaptation. Centre for Development
Informatics, University of Manchester, UK.
Diakses dari:
http://www.niccd.org/sites/default/files/Conc
eptualPaper.pdf.
Scoones, I. (1998). Sustainable Rural Livelihoods A
Framework For Analysis. IDS Working
Paper 72.

15 Penggunaan Teknologi Informasi...

You might also like