Pembentukan Pronukleus Jantan Dan Betina Pada Mencit (Mus Musculus) Setelah Terjadinya Fertilisasi
Pembentukan Pronukleus Jantan Dan Betina Pada Mencit (Mus Musculus) Setelah Terjadinya Fertilisasi
Pembentukan Pronukleus Jantan Dan Betina Pada Mencit (Mus Musculus) Setelah Terjadinya Fertilisasi
13057/biotek/c020201
ABSTRACT
Pronuclei are nuclei from male or female before syngami. The information
about time of fertilization in vivo in animals was limited, especially in
formation of pronuclei. This study have purpose to know the timing of
sperm and egg nuclei changes at the time in vivo fertilization until formed
male and female pronuclei. The female mouse DDY age 6-8 weeks were
super ovulated through injection 5 IU PMSG and hCG (48 h after PMSG)
per mouse intraperitoneally. The female mouse was mated with male from
same species in proportion male: female = 1:1. The eggs were collected on 4,
6, 8, and 10 h after fertilization with 0 h is 12 h after hCG injection with
shallow cut of fertilization bladder of female mouse tuba Fallopian. The
shallow cut was treated in PBS media supplemented by 3% BSA and 0.1%
hyaluronidase; the eggs were washed in same media without
hyaluronidase. The eggs were fixed with glutaraldehyde 2.5% in PBS, the
eggs were drawn in neutral formalin 10%, dehydration with ethanol 95%
and stained with lacmoid 0.25% in acetic acid 45%, the eggs were washed
with using acetoglycerol and then observation about development of sperm
and egg nuclei morphology. Development of mouse egg nuclei achieve to
female pronuclei phase 185 (95%+6) was occur on 8 h after in vivo
fertilization, development of mouse sperm nuclei achieve to male pronuclei
phase 185 (96%+4) was occur on 8 h after in vivo fertilization. In the present
♥ Alamat korespondensi: study, we found some of eggs like unfertile eggs, polysperm, and
Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126 parthenogenesis at the fertilization in vivo.
Tel. & Fax.: +62-271-663375.
e-mail: biology@mipa.uns.ac.id
Keywords: sperm nuclei, egg nuclei, pronucleus, in vivo, mouse.
secara deskriptif dengan menggunakan rataan protamin (Calvin dan Bedford, 1971). Pada saat
persentasi + standard deviasi (% + SD). setelah fertilisasi proses balik terjadi, ikatan
disulfid direduksi oleh GSH sehingga protamin
inti spermatozoa berubah berikatan -S-H- (thiol)
HASIL DAN PEMBAHASAN dan terjadilah proses dekondensasi. Apabila
kandungan GSH dalam sel telur tidak cukup
Status inti spermatozoa untuk mereduksi ikatan disulfid tersebut, maka
Hasil penelitian tentang status inti sperma- status inti spermatozoa masih tetap dalam tahap
tozoa disajikan pada Tabel 1. kondensasi dan tidak terjadi pembuahan
Kondensasi (Funahashi et al., 1995).
Status kondensasi spermatozoa terjadi ketika
penggabungan dengan plasma membran sel Dekondensasi
telur, tutup atau seludang nuklear spermatozoa Dekondensasi sebenarnya adalah perbesaran
terpisah dan mengeluarkan kromatin (Hafez, volume (expansion in volume) dari inti sperma
1993). Perbedaan struktur inti spermatozoa yang benang kromatinnya mulai memisah
adalah terletak pada perubahan kepala sperma- (Poccia, 1989). Perbesaran atau pembengkakan
tozoa. Kepala spermatozoa bersatus kondensasi kepala spermatozoa merupakan pembengkakan
jika baru memasuki sel telur (Rugh, 1971). dari inti spermatozoa yang diasumsikan sebagai
Dari hasil penelitian ini didapatkan status inti proses kelengkapan reduksi dari ikatan disulfid
spermatozoa berstatus kondensasi apabila kepala dan pembentukan inti spermatozoa sebagai
spermatozoa masih dalam bentuk kait, seperti sebuah ikatan dari rantai-rantai nukleoprotein
bentuk spermatozoa pada mencit dan belum (Austin dan Short, 1982). Setelah spermatozoa
menggembung atau membesar (Gambar 1). memfertilisasi sel telur dan masuk ke dalam
Status ini didapatkan pada saat kepala sitoplasmanya, intinya harus berdekondensasi
spermatozoa baru saja memasuki sel telur, tetapi sehingga kromosomnya bisa berpasangan
ada keadaan dimana kepala spermatozoa sudah dengan kromosom dari pronukleus betina
masuk ke dalam sel telur tetapi statusnya tidak nantinya. Prasyarat dari dekondensasi adalah
berubah menjadi dekondensasi. Hal ini terkait ikatan disulfid harus direduksi.
dengan kandungan GSH (Glutathionine Dalam ooplasma, ikatan disulfid ini direduksi
Stymulating Hormon) yang terdapat dalam sel secara cepat. Agen pereduksi tersebut adalah
telur. Pada proses spermiogenesis saat glutathione. Saat reduksi ikatan disulfid terjadi,
transformasi spermatid menjadi spermatozoa, inti spermatozoa berdekondensasi dan material
spermatozoa teroksidasi secara fisik dan kimiawi intinya dapat berinteraksi dengan inti material
inti spermatozoa menjadi stabil dengan betina (Senger, 1999). Peningkatan glutathione
terbentuknya ikatan disulfid (-S-S-) pada inti dipercaya menjadi prasyarat untuk dekondensasi
Gambar 1. Tahap kondensasi kepala Gambar 2. Tahap dekondensasi Gambar 3. Tahap pre pronukleus
spermatozoa dan metafase II sel kepala spermatozoa dan telofase II sel jantan dan pre pronukleus
telur. Keterangan: M II = metafase II, telur. Keterangan: T II = telofase II, betina. Keterangan: PPNB = pre
Con = kondensasi PB = polar bodi. Dec = dekondensasi, PB = polar bodi. pronukleus betina, PPNJ = pre
pronukleus jantan, PB = polar
bodi.
Gambar 4. Pronukleus jantan dan Gambar 5. Pronukleus jantan dan Gambar 6. Metafase II sel telur
betina. Keterangan: PNB = pro- betina. Keterangan: PPB = pre (Unfertil). Keterangan: M II =
nukleus betina, PNJ = pronukleus pronukleus betina, PJ = pronukleus Metafase II.
jantan, PB = polar bodi. jantan, PB = polar bodi.
Pronukleus jantan
inti sperma, dan konsekuensinya untuk Pembentukan pronukleus jantan adalah
menginduksi pembentukan pronukleus jantan dimulai dari berakhirnya kromatin (Karp dan
pada mencit. Waktu dekondensasi inti sperma Berril, 1981), yang berubah menjadi benang-
dan pembentukan pronukleus tergantung dari benang kromosom kemudian terbentuk
ikatan S-S dalam inti sperma (Perreault et al., gelembung-gelembung kecil mengelilinginya
1987) yang akan direduksi menjadi protamin (Yatim, 1982), intinya membengkak membentuk
berikatan –S-H-. Protamin memfasilitasi pronukleus jantan (Langman dan Sadler, 1988).
dekondensasi dari kromatin inti spermatozoa Dari hasil penelitian, pronukleus jantan terlihat
yang dibutuhkan sebagai syarat dari inti sel sebagai suatu struktur bulatan kecil di tengah sel
spermatozoa yang matang (Carlson, 1988). telur, ciri lain yang menandakan adalah
Selain persyaratan reduksi ikatan disulfid dan didekatnya pasti ada bekas ekor spermatozoa
kandungan GSH dalam sel telur, permeabilitas yang disebut perforatorium (Gambar 4).
membran sperma dengan perangkat fisik juga Pronukleus jantan akan selalu ditemukan dekat
mempunyai peran dalam memfasilitasi bagian tengah dari sel, menunggu kelengkapan
dekondensasi dan pembentukan pronukleus. proses pematangan sebelum bergabung dengan
Dekondensasi dari inti sperma dan pembentukan pronukleus betina (Rugh, 1971). Pronukleus
pronukleus jantan dipengaruhi oleh stabilitas jantan biasanya lebih besar daripada pronukleus
struktural dari inti sperma (Rho et al., 1998). betina (Johnson dan Everitt, 1988). Pada
Dari hasil penelitian, kepala spermatozoa penelitian ini kelihatannya pronukleus jantan
yang berdekondensasi mempunyai ciri-ciri terbentuk lebih dahulu daripada pronukleus
kepala membengkak (ukuran atau volume betina karena struktur inti spermatozoa sudah
kepala spermatozoa membesar), tampak mulai membentuk suatu bulatan penuh seperti
mengeluarkan cahaya atau berpendar, kepala struktur pronukleus. Struktur inti sel telur masih
spermatozoa tidak menyerupai bentuk kait berada pada fase pre pronukleus betina yang
(Gambar 2). Pada tahap dekondensasi ini juga digambarkan seperti kumpulan bulatan-bulatn
menunjukkan membran disekeliling kecil (Gambar 6), hal ini didukung dengan
spermatozoa yang menghilang secara cepat, penelitian yang dilakukan oleh Perreault et al
mengikuti berakhirnya kromatin (Karp dan (1987). Tahap pronukleus jantan mulai terbentuk
Berril, 1981) yang berubah menjadi benang- setelah delapan jam setelah fertilisasi secara in
benang kromosom (Yatim, 1982). Harjanti vivo.
Sebagian besar status inti spermatozoa pada Pergerakan pronukleus jantan dipengaruhi
empat jam setelah fertilisasi in vivo berada dalam oleh fungsi aster spermatozoa yang berguna
tahap dekondensasi. untuk penggabungan genom jantan dan betina
(Nakamura et al., 2001). Selain itu, sentriol dan
Pre pronukleus jantan mikrotubul yang muncul dari spermatozoa,
Kromatin yang berubah menjadi kromosom bertanggung jawab untuk membawa pronukleus
kemudian terbentuk gelembung-gelembung kecil jantan dan betina bersama-sama. Bila hal ini
mengelilinginya (Yatim, 1982). Gelembung- tidak terjadi secara normal, perkembangan tidak
gelembung tersebutlah yang disebut pre dapat berlangsung (Scott et al., 2000).
40 Bioteknologi 2 (2): 35-42, November 2005
Niwa dan Sawai (2001) melaporkan dalam yaitu tergambarkan sebagai suatu struktur
penelitiannya bahwa pembentukan pronukleus kumpulan bulatan-bulatan kecil, yang
jantan dipengaruhi oleh tingkat hormonal membedakannya adalah pada tahap telofase II
eksogen, sekresi folikuler dan kekuatan ionik inti spermatozoa bersatus dekondensasi.
intraseluler dari sel telur. Pembentukan
pronukleus secara positif juga berhubungan Pre pronukleus betina
dengan konsentrasi GSH oosit pada akhir Pada saat telofase II, nukleoli mulai tampak
pemasakan. Pengetahuan tentang waktu (Alberts et al., 1994). Nukleoli-nukleoli tersebut
pembentukan pronukleus ini bermanfaat pada berkembang dan membengkak yang akhirnya
berbagai penelitian manipulasi embrio. bergabung membentuk pronukleus betina
Diketahuinya waktu pembentukan pronukleus (Rothschild, 1956). Hasil lainnya juga
ini akan memberikan kemudahan dalam menunjukkan bahwa ada satu fase yang status
pengamatan sel telur saat awal terjadinya inti sel telurnya masih dalam fase pre pronukleus
fertilisasi. betina dan status inti spermatozoa sudah mulai
membentuk struktur pronukleus jantan. Hal ini
Status inti sel telur menunjukkan bahwa kelihatannya pronukleus
Hasil penelitian tentang status inti sel telur jantan pembentukannya lebih dahulu terjadi
disajikan pada Tabel 2. daripada pronukleus betina seperti yang
dilaporkan Perrealut et al (1987) (Gambar 5).
Metafase II
Metafase II pada kebanyakan spesies adalah Pronukleus betina
suatu tahap perkembangan yang tertahan dan Pronukleus betina ditemukan di titik
umumnya terjadi pada saat ovulasi terjadi pembentukannya dekat badan polar kedua ke
(Austin dan Short, 1982). Antara dua sampai tiga arah pronukleus jantan sampai keduanya
jam setelah fertilisasi pada sel telur mencit, bertemu (Payne et al., 1997). Pronukleus betina
metafase pada proses meiosis diaktivasi kembali ditemukan dalam beberapa penelitian berukuran
dan badan polar kedua dikeluarkan (Johnson lebih kecil daripada pronukleus jantan seperti
dan Everitt, 1988). Hal itu menyebabkan yang dilaporkan Schatten (1994), Dieguez et al
penggabungan spermatozoa dan sel telur serta (1995), dan Payne et al (1997). Struktur
menstimulus benang-benang metafase pada oosit pronukleus betina terlihat sebagai suatu struktur
sekunder untuk melengkapi pembelahannya bulatan kecil dekat dengan badan polar dan
(Austin dan Everitt, 1982) dan segera tidak ada bekas ekor spermatozoa di dekatnya
menyelesaikan pemasakan dari metafase II ke (Gambar 4). Pronukleus betina telah dapat
anafase II (Rugh, 1971). dimanfaatkan dalam teknologi transfer
Struktur kromosom terlihat sebagai suatu pronukleus yang berhubungan dengan penyakit-
struktur kumpulan bulatan-bulatan kecil. penyakit yang disebabkan kelainan atau cacat
Metafase II disini ada dua macam yaitu pertama, mitokodria (Hidayat, 2005).
fase pada saat inti spermatozoa berstatus
kondensasi, kandungan GSH dalam oosit tidak Perkembangan sel telur setelah tahap pronukleus
cukup mereduksi ikatan disulfid pada inti Tahap perkembangan sel telur ini meliputi
spermatozoa maka status sel telur tetap pada fase tahap syngami sampai awal terbentuknya dua sel
metafase II (Gambar 1). Kedua, fase pada saat sel yang selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 3.
telur tidak dibuahi, hanya terdapat struktur
kumpulan bulatan-bulatan kecil yang sejajar, Tabel 3. Syngami – dua sel.
tidak terdapat badan polar kedua dan kepala
spermatozoa (Gambar 6). Tahap metafase II Waktu Jumlah Syngami 1 Sel 2 Sel
mulai terjadi pada empat jam setelah fertilisasi (jam) sel telur (%+SD) (%+SD) (%+SD)
secara in vivo. 4 110 0 0 0
6 101 0 0 1+2
Telofase II 8 185 0 0 0
Pada tahap telofase II, kromatin yang 10 112 4+2 91 + 4 2+4
terkondensasi melebar sekali lagi dan nukleoli
mulai tampak (Alberts et al., 1994). Secara
morfologi pada fase ini struktur telofase II adalah Langkah terakhir dalam fertilisasi adalah
sama dengan struktur metafase II (Gambar 2) bergabungnya pronukleus jantan dan betina.
SITI-AYU dkk. Pembentukan pronukleus pada Mus musculus 41
Unfertil adalah keadaan dimana sel telur tidak Hogan, B., F. Constantini, and E. Lacy. 1986. Manipulating The
Mouse Embryo-A Laboratory Manual. New York: Cold
terpenetrasi oleh sperma (Gambar 6). Status inti
Spring Harbor Laboratory.
sel telur masih dalam tahap metafase II, suatu Johnson, M. and B. Everitt. 1988. Essential Reproduction. 3rd
tahap perkembangan yang tertahan sebelum edition. Oxford: Blackwell Scientific Publication..
distimulus oleh spermatozoa (Austin dan Short, Karp, G. and N.J. Berril. 1981. Development. 2nd edition. New
York: McGraw Hill, Inc.
1982). Ciri lain adalah tidak adanya badan kutub
Langman and T.W. Sadler. 1988. Embryologi Kedokteran.
atau badan polar kedua dan bekas ekor Jakarta: EGC.
spermatozoa. Badan kutub kedua dikeluarkan ke Nagy, Z.P., J. Liu, H. Joris, P. Devroey, and A.V. Steirteghen.
dalam ruang perivitelin segera setelah masuknya 1994. Time course of oocyte activation, pronucleus
formation and cleavage in human oocytes fertilized by
spermatozoa (Langman dan Sadler, 1988).
intra cytoplasmic sperm injection. Human Reproduction 9:
1743-1748.
Nakamura, S., Y. Terada, T. Horiuchi, C. Emuta, T.
KESIMPULAN Murakami, N. Yaegashi, and K. Okamura. 2001. Human
sperm aster formation and pronuclear decondensation in
Bovine eggs following Intracytoplasmic Sperm Injection
Perubahan inti spermatozoa sampai menjadi using a piezo-driven pipette: A novel assay for human
pronukleus jantan terjadi pada delapan jam sperm centrosomal function. Biology of Reproduction 65:
setelah fertilisasi secara alami pada mencit, 1359-1363.
pronukleus betina terbentuk setelah aktivasi sel Niwa, K. and K. Sawai. 2001. Requirements of cysteine during
in vitro maturation of pig oocytes for male pronuclear
telur oleh spermatozoa pada delapan jam setelah formation. Journal of Reproduction and Development 47: 47-54.
fertilisasi secara alami pada mencit, kejadian- Payne, D., S.P. Flaherty, and M.F. Barry, 1997. Pre eliminary
kejadian pada fertilisasi in vivo meliputi sel telur observation on polar body extrusion and pronuclear
tidak dibuahi (unfertil), polispermi, dan peristiwa formation in human oocytes using time-lapse video
cinematography. Human Reproduction 12: 532-541.
partenogenesis. Perreault, S.D., S.J. Naish, and Zirkin. 1987. The timing of
hamster sperm nuclear decondensation and male
pronucleus is related to sperm nuclear disulfide bond
DAFTAR PUSTAKA content. Biology of Reproduction 36: 239-244.
Poccia. D. 1989. The Molecular Biology of Fertilization:
Reactivation and Remodelling of the Sperm Nucleus Following
Alberts, B., D. Bray, J. Lewis, M. Raff, K. Roberts, and J.D.
Fertilization. New York: Academic Press.
Watson. 1994. Molecular Biology of The Cell. 3rd edition.
Rho, G.J., S. Kawarsky, W.H. Johnson, K. Kochhar, and K.J.
New York: Garland Pulishing, Inc.
Betteridge. 1998. Sperm and oocytes treatments to
Austin, C.R. and R.V. Short. 1982. Reproduction in Mammals:
improve the formation of male and pronuclei and
Book 1. Germ Cells and Fertilization. 2nd edition. Sidney:
subsequent development following intarcyoplasmic
Cambridge University.
sperm injection into Bovine oocytes. Biology of
Birlel, S., S. Pabuccuoglu, S. Alkan, and H.I.K. Atalla. 2001.
Reproduction 59: 918-924.
Pronuclear development of in vitro fertilized sheep
Rothschild, L. 1956. Fertilization. London: Methuen & Co. Ltd.
oocytes. Reproduction 27: 8.
Rugh, R. 1971. A Guide to Vertebrate Development. 6th edition.
Calvin, H.I. and J.M. Bedford. 1971. Formation of disulfide
New York: Burgess Publishing Company.
bonds in the nucleus and accessory structures of
Sagi, M. 1990. Embryologi dan Perbandingan pada Vertebrata.
mammalian spermatozoa during maturation in the
Yogyakarta: Fajar Offset.
epididymis. Journal of Reproduction Fertility 13: 45-75.
Schatten, G. 1994. The centrosome and its mode of
Carlson, B.M. 1988. Patten’s Foundations of Embryology. 5th
inheritance: the reduction of the centrosome during
edition. New York: McGraw Hill Book Company.
gametogenesis and its restoration during fertilization.
Dieguez, L., C. Soler, and F. Perez-Sanchez. 1995.
Developmental Biology 165: 299-335.
Morphometric characterization on normal and abnormal
Scott, L., R. Alvero, M. Leondires, and B. Miller, 2000. The
human zygotes. Human Reproduction 10: 2339-2342.
morphology of human pronuclear embryos is positively
Funahashi, H., Z. Machaty, R.S. Prather, and B.N. Day. 1995b.
related to blastocyt development and implantation.
γ Glutamyltranspeptidase (GGT) of spermatozoa may
Human Reproduction 15: 2394-2403.
reduce oocyte glutathione (GSH) content at sperm
Senger, P.L. 1999. Pathway to Pregnancy and Parturition.
penetration. Biology of Reproduction 52 (Suppl 1): 140.
Moscow: Current Conceptions, Inc.
Hafez, E. 1993. Reproduction in Farm Animals: 6th edition.
Sukra, Y., L. Rahardja, dan I. Djuwita, 1989. Embriologi I.
Philadelphia: Lea and Febiger.
Bogor: PAU Ilmu Hayat IPB.
Hidayat, D. 2005. Satu Anak Dua Ibu Satu Ayah. Koran Tempo
Yatim, W. 1982. Reproduksi dan Embryologi. Bandung: Penerbit
Tarsito.