Rancang Bangun Sistem Irigasi Tetes Otomatis Berbasis Perubahan Kadar Air Tanah Dengan Menggunakan Mikrokontroler Arduino Nano

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 4, No.

1: 19-26

RANCANG BANGUN SISTEM IRIGASI TETES OTOMATIS BERBASIS


PERUBAHAN KADAR AIR TANAH DENGAN MENGGUNAKAN
MIKROKONTROLER ARDUINO NANO

[DESIGN OF AUTOMATIC DRIP IRRIGATION BASED ON CHANGE OF SOIL


WATER CONTENT USING ARDUINO NANO MICROCONTROLLER]

Rendy Franata1, Oktafri2, Ahmad Tusi3

1)
Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
2,3)
Staf Pengajar Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

komunikasi penulis, email :fr.rendy65@gmail.com

Naskah ini diterima pada 8 September 2014; revisi pada 15 Oktober 2014;
disetujui untuk dipublikasikan pada 31 Oktober 2014

ABSTRACT
Formerly, most of Indonesian farmers only used a timer in an effort to set up drip irrigation scheduling. This
method is less effective in providing irrigation according to crop water requirement because it is only able to
arrange the provision of irrigation based on a predetermined time interval only, so that the excess or lack of water
can’t be controlled. This research makes an instrument which is able to overcome these problems, that is by
designing an automatic control system on regulating the provision of irrigation water in drip irrigation by using
a microcontroller that works based on change of soil water content. The parameters observed in this study are the
change of soil water content, irrigation flow rate, bulk density of soil, and dropper flow uniformity. This study uses
three types of growing medium, i.e. sand, red-yellow podzolic soil, and mix soil with organic nitrofosfat fertilizer.
Calibration tests showed a linear function, for sand medium y = – 0.23x + 46.96 with percent error ± 5.22%, for
red-yellow podzolic soil and mix soil with organic nitrofosfat fertilizer medium y = – 0.71x + 104.07 with percent
error ± 2.92%. The results showed that the automatic control system is able to work well, i.e. turn on the pump
when soil water content drops below the critical water content and turn off the pump when soil water content rises
over the field capacity.

Keywords: Drip irrigation, microcontroller, and soil water content.

ABSTRAK
Selama ini kebanyakan petani di Indonesia hanya menggunakan pengatur waktu (timer) dalam upaya mengatur
penjadwalan irigasi tetes. Cara ini masih kurang efektif dalam memberi irigasi yang sesuai dengan kebutuhan air
tanaman karena hanya mampu mengatur pemberian irigasi berdasarkan interval waktu yang telah ditentukan
saja, sehingga kelebihan maupun kekurangan air tidak dapat dikendalikan. Pada penelitian ini dilakukan
perancangan alat yang mampu mengatasi permasalahan tersebut, yaitu dengan merancang suatu sistem kendali
otomatis pengatur pemberian irigasi tetes dengan menggunakan mikrokontroler yang mampu bekerja berdasarkan
perubahan kadar air tanah. Parameter pengamatan dalam penelitian ini adalah perubahan kadar air, debit aliran
irigasi, keseragaman aliran penetes dan bulk density. Penelitian ini menggunakan 3 jenis media tanam, yaitu
pasir, tanah podzolik merah kuning (PMK) dan campuran tanah PMK dengan pupuk organik nitrofosfat (kompos).
Dari hasil uji kalibrasi alat didapatkan fungsi linear untuk media pasir y = – 0,23x + 46,96 dengan persentase
error ± 5,22%, kemudian untuk media tanah PMK dan kompos y = – 0,71x + 104,07 dengan persentase error ±
2,92%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem kendali otomatis mampu bekerja dengan baik, yaitu
menyalakan pompa pada saat kadar air tanah turun melewati nilai titik kritis dan mematikan pompa pada saat
kadar air tanah naik melewati nilai kapasitas lapang.

Kata Kunci: Irigasi tetes, kadar air tanah, dan mikrokontroler.

19
Rancang bangun sistem irigasi.... (Rendy F, Oktafri dan Ahmad Tusi)

I. PENDAHULUAN dalam otomatisasi irigasi yang saat ini belum


populer dilakukan petani. Selain untuk
Irigasi tetes (Sumarna, 1998) merupakan menunjang kegiatan irigasi tanaman yang lebih
metode pemberian air dengan debit yang rendah. terkontrol dan akurat, otomatisasi irigasi juga
Sistem irigasi tetes dapat menghemat pemakaian dapat dijadikan sebagai sarana menuju irigasi
air, karena dapat meminimumkan kehilangan- teknis yang lebih modern. Salah satu sistem irigasi
kehilangan air yang mungkin terjadi, seperti yang baik untuk dikembangkan ke arah
perkolasi, evaporasi dan aliran permukaan, otomatisasi tersebut adalah irigasi tetes, yaitu
sehingga cocok untuk diterapkan pada daerah irigasi bertekanan rendah dengan efisiensi
dengan sumber air terbatas. Penelitian tentang penggunaan air irigasi paling tinggi
irigasi tetes juga telah dilakukan oleh Afriyana, dibandingkan dengan sistem irigasi yang lainnya.
Tusi, dan Oktafri (2012), yaitu dengan Mikrokontroler beserta komponen sensor-
menggunakan emitter jenis line sources, berupa sensor pendukungnya tentu mampu untuk
kain polyester, yang menunjukkan tingkat diaplikasikan dalam otomatisasi sistem irigasi
keseragaman yang cukup tinggi dengan nilai tetes tersebut.
keseragaman penyebaran sebesar 74,6%.
Sistem irigasi tetes secara konvensional telah Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan
banyak dilakukan sebelumnya, namun tidak sistem kendali otomatis yang mampu mengatur
dilengkapi dengan sistem kendali otomatis untuk penjadwalan irigasi tetes dengan menggunakan
mengatur jadwal pemberian irigasinya. Cara ini mikrokontroler yang bekerja berdasarkan
masih kurang efektif apabila dibandingkan perubahan kadar air tanah, serta menguji kinerja
dengan sistem irigasi tetes yang dilengkapi sistem sistem tersebut pada 3 media tanam yang
kendali otomatis dengan menggunakan berbeda.
mikrokontroler, karena sistem tersebut mampu
mengatur pemberian air sesuai dengan II. BAHAN DAN METODA
kebutuhan air tanaman.
2.1. Waktu dan Tempat
Berkembangnya teknologi mikrokontroler saat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014
ini tentunya akan mempermudah pekerjaan - Agustus 2014 di Green House dan
manusia. Mikrokontroler dapat diprogram Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan
menggunakan komputer sehingga rangkaian Lahan (RSDAL), Jurusan Teknik Pertanian,
elektroniknya dapat membaca input data lalu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
memproses dan mengeluarkan outputnya sesuai
perintah program yang diberikan. Salah satu 2.2 Alat dan Bahan
jenis mikrokontroler yang terbaru saat ini adalah Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian
mikrokontroler Arduino (Arduino.cc, 2014). adalah sebagai berikut
1. Sistem irigasi tetes yang terdiri dari beberapa
Aplikasi mikrokontroler untuk penjadwalan komponen, seperti: pompa akuarium (head
pemberian irigasi tentu menjadi hal yang sangat 2 m), pipa poly ethylene, selang emitter,
bermanfaat untuk dilakukan. Menurut Arriska, regulating stick, tangki air serta peralatan
Setiawan, dan Saptomo (2013) penjadwalan pendukungnya.
irigasi secara otomatis sangat mendukung disaat 2. Oven, cawan, timbangan analitik dan ring
cuaca yang susah diprediksi akibat adanya sample untuk menganalisis sifat fisik tanah.
perubahan iklim global dan perubahan pola 3. Media tanam, yaitu: pasir, tanah podzolik
hujan, sehingga meningkatkan ketidakpastian merah kuning (PMK) dan tanah dengan
ketersediaan air. Mikrokontroler juga dapat campuran pupuk organik nitrofosfat
mengurangi rutinitas kerja dalam mengairi (kompos).
tanaman yang selalu dilakukan operator pada 4. Komponen mikrokontroler yang terdiri dari
umumnya. Arduino Nano, soil moisture sensor (sensor),
real time clock (RTC), data logger/SD card
Hasil dari pengembangan teknologi module, relay, power bank dan laptop.
mikrokontroler sangat tepat jika diterapkan
20
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 4, No. 1: 19-26

Penelitian ini menggunakan 3 jenis media tanam menerus hingga kadar air tanah selalu berada pada
yang berbeda yang mana masing-masing media kisaran antara titik kritis dan kapasitas lapang.
tanam dihubungkan dengan sebuah pompa.
Pompa 1 merupakan pompa yang bekerja pada 2.5 Prosedur Kalibrasi Sensor
media tanam pasir yang mendapatkan input data Kalibrasi sensor dilakukan dengan mengambil
dari sensor 1, Pompa 2 merupakan pompa yang 11 sampel pada tiap media tanam dengan
bekerja pada media tanam tanah PMK yang tingkatan kadar air antara titik kritis dan
mendapatkan input data dari sensor 2, dan Pompa kapasitas lapang. Kemudian besarnya
3 merupakan pompa yang bekerja pada media kandungan air pada sampel diukur
tanam campuran antara tanah PMK dengan menggunakan sensor, sehingga didapatkan nilai
kompos yang mendapatkan input data dari tegangannya. Lalu sampel yang telah diukur
sensor 3. menggunakan sensor, dihitung lagi kadar airnya
secara gravimetrik. Nilai kadar air dari masing-
2.3 Prosedur Analisis Sifat Fisik Tanah masing sampel untuk tiap jenis tanah baik secara
Sifat fisik tanah yang dianalisis adalah bulk gravimetrik dan menggunakan sensor akan
density (BD) dan tekstur tanah. Pada dibuatkan hubungannya dengan mencari fungsi
perhitungan BD, sampel tanah dioven pada suhu persamaannya. Kemudian fungsi persamaan
105o C, sehingga didapatkan massa total tanah yang didapat inilah yang digunakan sebagai
dalam keadaan kering (Mtk), kemudian diukur acuan untuk memasukkan nilai batas minimum
juga volume total tanah (Vt). dan maksimum kadar air tanah yang akan
dimasukkan ke dalam program Arduino.
BD  Mtk /Vt .......... .......... .......... .(1)
2.6 Prosedur Uji Keseragaman Irigasi
Tekstur tanah didapatkan dengan menggunakan Uji keseragaman irigasi dilakukan dengan
metode segitiga tekstur, yaitu dengan mencari mengambil sampel pada masing-masing media
persentase kandungan pasir, liat, dan debu pada tanam. Emitter pada masing-masing tanaman
masing-masing sampel tersebut. dicabut lalu dialirkan ke dalam gelas air mineral
selama 5 menit. Volume air yang ditampung gelas
2.4 Proses Pembuatan Sistem Kendali air mineral tersebut digunakan sebagai data
Otomatis untuk mengukur keseragaman irigasi.
Arduino Nano terlebih dahulu dirangkaikan Keseragaman irigasi tetes dihitung berdasarkan
dengan modul sensor pendukungnya, yaitu soil rumus Christiansen (1942) dan rumus GW
moisture sensor, relay, RTC, dan data logger/SD Assough & GA Kiker (2002).
card module. Kemudian dimasukkan perintah
yang telah dirancang khusus untuk aplikasi Rumus Christiansen:
irigasi tetes otomatis ini. Perubahan kadar air
.................(2)
tanah akan dibaca oleh soil moisture sensor
sebagai besaran tegangan. Besar pembacaan Rumus GW Assough and GA Kiker:
sensor diteruskan ke Arduino untuk diproses
melalui bahasa pemrograman. Sistem ini bekerja SU = (1 - CV) x 100% ...................(3)
dengan batasan-batasan, yaitu batasan minimum Keterangan:
pada nilai titik kritis dan batasan maksimum pada xi : volume air pada wadah ke i (ml)
nilai kapasitas lapang. Apabila besaran hasil x : nilai rata-rata dari volume air pada
pembacaan sensor telah melewati batas batas wadah (ml)
minimum dan maksimum yang telah ditentukan,
maka Arduino akan meneruskan sebagai Σ(xi – ) :
keluaran (output) pada relay. Relay akan jumlah deviasi absolut rata-rata
memberikan sinyal on/off pada pompa irigasi. pengukuran (ml)
Kemudian sistem irigasi tetes beroperasi secara
otomatis sesuai dengan perintah dari CV : koefisien variasi (%)
mikrokonroler melalui pembacaan perubahan
kadar air tanah. Proses tersebut berulang terus-

21
Rancang bangun sistem irigasi.... (Rendy F, Oktafri dan Ahmad Tusi)

s : standar deviasi tekstur clay dengan nilai bulk density 1,086 gr/
CU : coefficient uniformity/koefisien cm3. Tanah dengan tekstur clay berdasarkan
keseragaman irigasi (%) penelitian Oktaviani, Triyono, dan Haryono
SU : statistical uniformity/keseragaman (2012) memiliki nilai FC sebesar 39,1% dan
statistik (%) PWP sebesar 22,3%. Untuk media tanam
kompos merupakan campuran antara tanah
2.7 Kriteria Desain PMK dan pupuk organik nitrofosfat dengan
Dalam penelitian ini dilakukan perancangan sistem komposisi 3:1. Sehingga karakteristik tanah
kontrol otomatis pengatur pemberian air irigasi yang digunakan tetap mengikuti tanah PMK
pada sistem irigasi tetes dengan menggunakan karena tidak berbeda jauh kandungannya.
mikrokontroler yang bekerja berdasarkan Pada saat uji sampel didapatkan nilai BD untuk
perubahan kadar air tanah dengan batasan- media campuran tanah dengan kompos adalah
batasannya, yaitu: sistem akan hidup pada saat 1,125 gr/cm3. Setelah selama 1 bulan dilakukan
melewati batasan minimum/titik kritis dan sistem pengujian di greenhouse ternyata BD masing-
akan mati pada saat melewati batas maksimum/ masing media tanam tidak mengalami
kapasitas lapang. perubahan yang terlalu besar dari hasil uji
kalibrasi sebelumnya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2 Rancangan Sistem Kendali Otomatis
3.1 Analisis Sifat Fisik Tanah Rangkaian elektronik sistem kendali otomatis
Setelah dilakukan uji sampel di laboratorium ini (Gambar 1) dirancang menggunakan
didapatkan bahwa media tanam pasir yang berbagai macam komponen, yaitu: Arduino
digunakan memiliki tekstur sandy loam dengan Nano, soil moisture sensore, relay, RTC dan SD
nilai BD 1,212 gr/cm3. Tanah dengan tekstur sandy card module. Masing-masing komponen
loam berdasarkan penelitian Rafiah, Padusung, dan memiliki fungsi yang saling berhubungan. Soil
Tejowulan (2003) memiliki nilai field capacity (FC) moisture sensor digunakan untuk membaca
sebesar 23,8% dan permanent wilting point (PWP) kelembaban tanah dalam bentuk tegangan
sebesar 14%. Kemudian tanah PMK memiliki (voltase). Relay berfungsi menerima sinyal

Gambar 1. Rancangan Sistem Kendali Otomatis

22
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 4, No. 1: 19-26

kendali on/off seperti saklar pada umumnya, pemberian irigasi tetes berdasarkan perubahan
namun sinyal kendali on/off pada relay diberikan kadar air tanah, yaitu menyalakan pompa pada
otomatis oleh hasil pembacaan soil moisture saat kadar air tanah turun melewati nilai titik
sensor yang kemudian diproses oleh kritis dan mematikan pompa pada saat kadar air
mikrokontroler, lalu output dari mikrokontroler tanah naik melewati nilai kapasitas lapang.
tersebut diterima oleh relay. RTC digunakan
untuk mencatat waktu dari setiap proses yang 3.3 Pemrograman Software
terjadi selama mikrokontroler bekerja. SD card Program dirancang agar mampu membaca
module berfungsi sebagai data logger, yaitu perubahan nilai tegangan sensor (x) kemudian
merekam semua data hasil proses yang bekerja mensubstitusikan nilai tersebut ke dalam fungsi
beserta waktu yang dicatat oleh RTC. Hasil linear untuk mencari nilai kadar air tanah (y)
penelitian Setiono, Puranto, dan Widiyatmoko (Gambar 3). Dari hasil penelitian didapatkan
(2010) menunjukkan bahwa data logger bekerja fungsi persamaan untuk media tanam pasir
dengan cara mendeteksi perubahan tegangan adalah y = - 0,23x + 46,96 dengan nilai R2 = 0,9645
keluaran sensor. Prinsip kerja data logger dan error 5,22%, kemudian untuk media tanah
menurut hasil penelitian Lysbetti dan Ervianto PMK adalah y = - 0,71x + 104,07 dengan nilai R2 =
(2012), yaitu mencatat perubahan sensor terus- 0,9883 dan error 2,92%.
menerus sesuai perintah yang dimasukkan.
3.4 Uji Kinerja Alat
Arduino Nano yang difasilitasi micro usb dapat
dijalankan dengan menghubungkan ke power 3.4.1 Uji Keseragaman Irigasi
supply 5V atau power bank. Kemudian semua Berdasarkan kriteria keseragaman irigasi tetes
komponen tersebut dirangkai menjadi satu pada Tabel 1, maka sistem irigasi tetes otomatis
dengan Arduino Nano yang bekerja sebagai otak ini sangat baik untuk digunakan, yaitu dengan
untuk memproses semua kegiatan yang menghasilkan rata-rata koefisien keseragaman
berlangsung. Rangkaian dari keseluruhan irigasi CU sebesar 96,50% dan rata-rata SU
komponen tersebut kemudian menjadi sistem sebesar 96,85% (Tabel 2). Pada sistem irigasi
kendali otomatis yang mampu mengatur tetes otomatis yang menggunakan pompa
Tabel 1. Kriteria keseragaman irigasi tetes (Prijono, 2013).
K rit e r ia K e s e ra g a m a n C o e ffis ie n t Un ifo r m it y (C U ) S ta t is ti ca l U n ifo r m ity ( S U)
I ri ga s i Te te s (% ) (% )
Sa n ga t B a i k 9 4 – 10 0 95 – 100
B aik 81 – 87 85 – 90
C u ku p B aik 68 – 75 75 – 80
Je le k 56 – 62 65 – 70
T id a k L a ya k <5 0 <60

Tabel 2. Keseragaman dan debit aliran irigasi tetes


Minggu Sa mpel (ml) CU SU Waktu Debit
ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (%) (%) (mnt) ml/dtk)
Med ia Pasir
1 80 80 97.45 75 73 78 78 78 75 81.5 96.62 96.62 0.259
2 81.5 77.5 97.66 76.5 76.5 76.5 76.5 77.5 75 83 96.76 96.76 5 0.259
3 79 77 95.15 75.5 74 73 74 71 73 72 96.80 96.80 menit 0.248
4 73 75 98.62 72 72 71 73 71 72 72 98.25 98.25 0.242
Med ia Tanah PMK
1 87.5 86 80 89 78 84 85 87.5 86 86 97.01 95.95 0.283
2 90 85 82 93 83 89 89 89 90 87 95.71 96.08 5 0.292
3 76 78 77 88 81 85 84 82 84 81 95.17 95.34 menit 0.272
4 83 80 79 82.5 81 81 82 80 80 79 94.86 98.27 0.269
Med ia Campuran Tanah PMK dengan Kompos
1 83 84 91 83 81 86 80 81 81 82 97.26 96.08 0.277
2 90 91 89 86 85 87 84 83 82 83 96.37 96.32 5 0.287
3 80 79 81 80 84 83 80 81 78 79 96.45 97.71 menit 0.268
4 81 80 82.5 80 79 80.5 82.5 81 78 78 96.32 98.00 0.268

Ra ta-rata 96.50 96.85 0.269

23
Rancang bangun sistem irigasi.... (Rendy F, Oktafri dan Ahmad Tusi)

akuarium dengan kekuatan head 2 m ini Berdasarkan penelitian Ismi, dkk. (2011) bahwa
menghasilkan debit aliran penates yang cukup pemberian bahan organik dapat meningkatkan
stabil. Pada media pasir dihasilkan debit aliran kadar air tersedia sehingga dapat mengurangi
penetes dari minggu ke-1 sampai minggu ke-4 besarnya penguapan.
secara berturut-turut, yaitu sebesar 931,2 ml/
jam, 932,4 ml/jam, 892,2 ml/ jam, dan 870 ml/ 3.4.3 Ketahanan Alat
jam. Pada media tanah PMK dihasilkan debit Setelah dilakukan uji kinerja alat selama 1 bulan
aliran penetes dari minggu ke-1 sampai minggu di dalam greenhouse, seluruh komponen
ke-4 secara berturut-turut, yaitu sebesar 1.018,8 mikrokontroler masih tetap dalam keadaan baik
ml/ jam, 1.052,4 ml/ jam, 979,2 ml/ jam, dan dan berfungsi normal sebagaimana mestinya
969 ml/ jam. Selanjutnya pada media campuran kecuali soil moisture sensor. Sensor tersebut
tanah PMK dengan kompos dihasilkan debit tidak mampu bertahan dalam waktu yang lama.
aliran penetes dari minggu ke-1 sampai minggu Ketahanan sensor mulai melemah (kurang
ke-4 secara berturut-turut, yaitu sebesar 998,4 sensitif) setelah satu bulan beroperasi. Sensor
ml/ jam, 1.032 ml/ jam, 966 ml/ jam, dan 963 mulai melemah pada hari ke 33 untuk sensor 3,
ml/ jam. hari ke-35 untuk sensor 2 dan hari ke-37 untuk
sensor 1. Melemahnya sensor terlihat pada saat
sensor tidak mampu membaca perubahan kadar

Gambar 2. Grafik perubahan kadar air selama 1 bulan

3.4.2 Lama Operasi Pompa air tanah dengan teliti, yaitu sensor tidak dapat
Lama operasi kerja pompa 3 adalah yang paling memberikan input data yang sesuai dengan
sedikit dibandingkan dengan pompa lainnya, ini keadaan di lapangan, sehingga irigasi terus
dikarenakan kemampuan mengikat air pada berjalan meskipun kadar air tanah naik melewati
media tersebut lebih tinggi dibandingkan media kapasitas lapang. Untuk menjaga agar sensor
yang lain. Pemberian air irigasi paling sering dapat terus berfungsi dengan baik perlu
terjadi pada sensor 1 (media pasir) dengan dilakukan pembersihan sensor, yaitu dengan
frekuensi 2-4 hari sekali, sensor 2 (tanah PMK) cara menyikat tanah beserta kerak kotoran yang
dengan frekuensi 3-4 hari sekali dan sensor 3 menempel di plat sensor. Setelah kotoran yang
(campuran tanah PMK dengan kompos) dengan melekat tersebut hilang, maka sensor dapat
frekuensi 3-5 hari sekali (Gambar 2). kembali bekerja normal sebagaimana mestinya.

24
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 4, No. 1: 19-26

IV. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

4.1 Kesimpulan Afriyana, D., A. Tusi dan Oktafri. 2012. Analisi


Dari penelitian yang telah dilaksanakan dapat Pola Pembasahan Tanah dengan Sistem
ditarik kesimpulan sebagai berikut: Irigasi Tetes Bertekanan Rendah. Jurnal
1. Rancang bangun sistem irigasi tetes otomatis Teknik Pertanian Lampung 1(1): 43-50.
menggunakan sensor kadar air tanah berbasis Jurusan Teknik Pertanian, Universitas
mikrokontroler Arduino Nano ini dapat Lampung.
berjalan dengan baik, yaitu menyalakan
pompa pada saat kadar air tanah turun Arduino.cc. 2014. Home Arduino Uno. http://
melewati nilai titik kritis dan mematikan w ww.arduin o.c c/ en / Main /
pompa pada saat kadar air tanah naik arduinoBoardUno, diakses pada tanggal 12
melewati nilai kapasitas lapang. Januari 2014. Original author by
2. Uji permorfansi pada sistem irigasi tetes @Arduino.cc. Italy.
otomatis ini menghasilkan keseragaman
irigasi yang sangat tinggi, yaitu rata-rata CU Arriska, A. C., B. I. Setiawan dan S. K. Saptomo.
sebesar 96,50% dan rata-rata SU sebesar 2013. Rancangan dan Uji Coba Otomatisasi
96,85%. Irigasi Kendi. Departemen Teknik Sipil dan
3. Kalibrasi sensor menghasilkan hubungan nilai Lingkungan,Institut Pertanian Bogor. http:/
output tegangan sensor (x) dan kadar air /repository.ipb.ac.id/handle/123456789/
tanah (y) untuk media pasir y = - 0,23x + 58179 diakses pada tanggal 21 Maret 2014.
46,96 dengan error ± 5,22% dan media tanah
PMK y = - 0,71x = 104,07 dengan error ± Eva, D. F. L. T., M. R. Ramadhan, G. Septiana dan
2,92%. H. Saputro. 2013. Pengenalan Sensor
Kelembaban Tanah Vn400 Dan Sen0057 dan
4.2 Saran Aplikasinya pada Pengukuran Kelembaban
Tanah Kering dan Jenuh. Departemen
Beberapa saran yang dapat dilakukan untuk Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut
memeperbaiki penelitian ini adalah sebagai Pertanian Bogor. https://
berikut : www.scribd.com/doc/ 174039674/
1. Perlu disiapkan soil moisture sensor cadangan Pengenalan-Sensor-Kelembaban-Tanah-
agar pada saat sensor mulai kurang sensitif Vn400-Dan-Sen0057-Dan-Aplikasinya-
dapat diganti dengan sensor yang baru. Pada-Pengukuran-Kelembaban-Tanah-
2. Perlu memasang pelindung (shield) pada Kering-Dan-Jenuh diakses pada tanggal 21
permukaan mikrokontroler untuk Maret 2014.
meminimalisir terjadinya hubungan arus
pendek. Ismi, Y. I., A. Sapei, Erizal, N. Sembiring dan M. H.
3. Komponen sensor pendukung mikrokontroler B. Djoefri. 2011. Pengaruh Pemberian
dapat diganti dengan sensor yang lainnya Bahan Organik pada Tanah Liat dan
untuk menghasilkan berbagai macam Lempung Berliat Terhadap Kemampuan
keluaran data yang kita inginkan, seperti LCD, Mengikat Air. Jurnal Ilmu Pertanian
DHT11, Light Meter Sensor, dan lain-lain. Indonesia 16(2): 130-135. Lembaga
4. Perlu dilakukan perawatan berkala pada soil Penelitian dan Pengabdian kepada
moisture sensor untuk menjaga sensitifitas Masyarakat (LPPM), Institut Pertanian
sensor tetap stabil. Bogor.
5. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dari
penelitian ini dengan menggunakan tanaman. Lysbetti, N. M., dan E. Ervianto. 2012. Data
Logger Sensor Suhu Berbasis
Mikrokontroler ATmega 8535 dengan PC
sebagai Tampilan. Jurnal Ilmiah Elite Elektro
3(1): 37-42. Jurusan Teknik Elektro,
Universitas Riau.
25
Rancang bangun sistem irigasi.... (Rendy F, Oktafri dan Ahmad Tusi)

Oktaviani, S. Triyono dan N. Haryono. 2012.


Analisis Neraca Air Budidaya Tanaman
kedelai (Glycine max [L] Merr.) pada Lahan
Kering. Jurnal Teknik Pertanian Lampung
2(1): 7-16. Jurusan Teknik Pertanian,
Universitas Lampung.

Prijono, S. 2013. Bahan Ajar Mata Kuliah Irigasi


dan Drainase: Irigasi Tetes (Drip Irrigation).
Universitas Brawijaya. Malang. 35 hlm.

Rafiah, H., Padusung dan R. S. Tejowulan. 2003.


Efisiensi Penggunaan Air pada Tanaman
Melon di Inceptisol Lahan Kering
Pringgabaya Lombok Timur. Makalah
Seminar Nasional Pemberdayaan Petani
Miskin di Lahan Marginal Melalui Inovasi
Tekonologi Tepat Guna. Hlm 121-129. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian. Nusa
Tenggara Barat.

Setiono, A., P. Puranto, dan B. Widiyatmoko. 2010.


Pembuatan dan Uji Coba Data Logger
Berbasis Mikrokontroler ATMega32 untuk
Monitoring Pergeseran Tanah. Jurnal Fisika
Himpunan Fisika Indonesia 10(2): 83-94.
Pusat Penelitian Fisika, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (PPF-LIPI).

Sumarna, A. 1998. Irigasi Tetes pada Budidaya


Cabai. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Bandung. 31 hlm.

26

You might also like