JURNAL Pondasi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

STUDI ALTERNATIF PERENCANAAN ABUTMENT DAN PONDASI BORED PILE

PADA JEMBATAN SAMBIREJO STA 163+144 TOL SOLO-KERTOSONO FASE 1

A Agus Santosa1), Ester Priskasari1), Widya Lely Wilis2)


1)
Dosen Jurusan Teknik Sipil S-1, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
2)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil S-1, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional Malang
Jl. Bendungan Sigura-gura no.2, Malang
E-mail : widya.lely.wilis@gmail.com

ABSTRACT

The construction of the Toll Road Solo-Kertosono Phase 1 in the section of Wilangan-Kertosono is part of
the trans Java toll road that is being worked along 37,39 km. In this section, it is planned that 24 bridges will be built.
One of them is Sambirejo Bridge STA 163 + 144 with a span length of 30 m and width of 16,2 m which is located in
Sambirejo Village, Nganjuk Regency. Previously the type of foundation used was the driven pile foundation with
D = 60 cm. Based on the results of the drilling log at a depth of 6,5 m it has reached hard soil with N-SPT > 50 types
of solid sand soil. This essay taking title aims to plan dimensions and reinforcement of abutments and alternative
bored pile foundation that is able to support loads of the upper structure.
Structural loads for bridges that work on abutments refer to SNI-1725-2016 and SNI-2833-2016. The method
used to calculate the bearing capacity of a bored pile foundation is Reese and Wright’s method and for the calculation
of settlement using a semi-empirical method.
The calculation results obtained abutment dimensions with a height of 8,35 m, a width of 6,4 m, a length of
16,2 m. The reinforcement used for breast wall is the main bars D32-110, shrinkage bars D19-200 and tie bars D16-
400. While the reinforcement on the pile cap is the main bars D32-70 with the shrinkage bars D32-280. The foundation
used is a bored pile foundation D = 80 cm with a depth of 9 m. The bearing capacity of the group foundation is
16230,713 kN > ΣP = 14409,540 kN. The reinforcement used for foundation is the main bars of 12 D25 with spiral
stirrup D10-100. The results of a single pile settlement is 5,840 cm and a group pile settlement is 16,517 cm.

Keywords : Bridge, Abutment, Bored Pile

ABSTRAK

Pembangunan jalan Tol Solo-Kertosono fase 1 seksi Wilangan-Kertosono merupakan bagian tol trans Jawa
yang sedang dikerjakan sepanjang 37,39 km. Pada seksi ini rencananya akan dibangun 24 jembatan. Salah satunya
adalah Jembatan Sambirejo STA 163+144 dengan panjang bentang 30 m dan lebar 16,2 m yang terletak di Desa
Sambirejo, Kabupaten Nganjuk. Sebelumnya jenis pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang dengan D=
60 cm. Berdasarkan hasil drilling log pada kedalaman 6,5 m sudah mencapai tanah keras dengan N-SPT > 50 jenis
tanah pasir padat. Pengambilan judul ini bertujuan untuk merencanakan dimensi serta penulangan abutment dan
alternatif pondasi bored pile yang mampu menahan beban struktur atasnya.
Beban-beban struktur atas jembatan yang bekerja pada abutment mengacu pada SNI-1725-2016 dan SNI-
2833-2016. Metode yang digunakan untuk menghitung daya dukung pondasi bored pile adalah metode Reese and
Wright dan untuk perhitungan penurunan menggunakan metode semi-empiris.
Dari hasil perhitungan diperoleh dimensi abutment dengan tinggi 8,35 m, lebar 6,4 m, panjang 16,2 m.
Tulangan yang digunakan untuk breast wall adalah tulangan pokok D32-110, tulangan susut D19-200 serta tulangan
geser D16-400. Sedangkan tulangan pada pile cap adalah tulangan pokok D32-70 dengan tulangan susut D32-280.
Pondasi yang digunakan adalah pondasi bored pile D= 80 cm dengan kedalaman 9 m. Daya dukung kelompok pondasi
sebesar 16230,713 kN > ΣP = 14409,540 kN. Tulangan yang digunakan untuk pondasi adalah tulangan pokok 12 D25
dengan sengkang spiral D10-100. Hasil penurunan tiang tunggal sebesar 5,840 cm dan penurunan tiang kelompok
sebesar 16,517 cm.

Kata kunci : Jembatan, Abutment, Bored Pile


1. PENDAHULUAN proses mobilisasinya sedikit sulit karena jalan
1.1 Latar Belakang desa yang sempit,
Indonesia sebagai negara berkembang pada c. Berdasarkan Pengujian Tanah Standard
saat ini sedang melakukan banyak pembangunan Penetration Test (SPT), kedalaman 6,5 m -
infrastruktur untuk menunjang kehidupan 10,5 m sudah mencapai tanah keras dengan
masyarakat Indonesia. Salah satu infrastruktur yang nilai N-SPT > 50 dengan jenis tanah pasir
dibangun untuk menunjang kehidupan adalah sangat padat.
membangun jalan tol trans Jawa.
Pembangunan jalan Tol Solo-Kertosono fase 1.3 Rumusan Masalah
1 seksi Wilangan-Kertosono merupakan bagian tol Adapun rumusan masalah dalam perencanaan
trans Jawa yang sedang dikerjakan sepanjang 37,39 ini adalah sebagai berikut :
km. Pada seksi ini rencananya akan dibangun 24 a. Berapa dimensi serta penulangan abutment ?
jembatan. Salah satunya adalah Jembatan b. Berapa beban struktur yang diterima oleh pondasi
Sambirejo STA 163+144 yang terletak di Desa bored pile?
Sambirejo, Kabupaten Nganjuk. c. Berapa besar daya dukung pondasi bored pile?
Jembatan Sambirejo STA 163+144, memiliki d. Berapa tulangan yang digunakan untuk pondasi
panjang bentang 30 m dan lebar 16,2 m untuk tiap bored pile?
sisinya. Bagian bawah jembatan digunakan sebagai e. Berapa penurunan yang terjadi pada pondasi
jalan desa. Berdasarkan bentuk strukturnya bored
jembatan ini termasuk dalam tipe jembatan gelagar pile?
(Girder Bridge). Abutment yang digunakan harus
mampu menahan beban struktur atas untuk 1.4 Batasan Masalah
disalurkan ke pondasi. Sebelumnya jenis pondasi Batasan masalah pada skripsi ini dibatasi
yang digunakan adalah pondasi tiang pancang pada:
dengan diameter= 60 cm. Berdasarkan hasil drilling a. Lokasi perencanaan adalah Jembatan Sambirejo
log pada kedalaman 6,5 m merupakan tanah keras STA 163+144 Tol Solo-Kertosono Fase 1,
N-SPT > 50 dengan jenis tanah pasir padat. Penulis b. Jembatan termasuk dalam tipe jembatan gelagar
ingin memberikan alternatif perencanaan (Girder Bridge),
menggunakan pondasi bored pile dengan alasan c. Struktur bawah jembatan menggunakan
sebagai berikut : abutment tipe kantilever
1. Proses pengeboran bored pile tidak d. Pondasi bagian bawah direncanakan
menimbulkan gangguan suara dan getaran yang menggunakan bored pile,
membahayakan bangunan sekitarnya, e. Standar pembebanan untuk jembatan, SNI 1725
2. Dapat dipasang menembus batuan ( kerikil atau 2016,
padas muda ), f. Standar persyaratan beton struktural untuk
3. Tidak ada risiko kenaikan muka tanah, bangunan gedung, SNI-03-2847-2013,
4. Kedalaman tiang mampu dikerjakan g. Standar perencanaan ketahanan gempa untuk
menggunakan pondasi bored pile. jembatan, SNI-2833-2016,
h. Tidak meninjau dari segi metode pelaksanaan,
analisa biaya, arsitektural, dan manajemen
konstruksi.

Nganjuk 1.5 Tujuan Perencanaan


Jembatan Sambirejo Adapun tujuan dari penulis membuat skripsi
ini antara lain adalah :
a. Menghitung kontrol dimensi abutment dan
rencana penulangan,
b. Menghitung beban struktur yang diterima oleh
Gambar 1.1 Lokasi Proyek Jembatan Sambirejo pondasi,
( Sumber: Software Google Earth ) c. Merencanakan pondasi yang mampu menahan
beban struktur diatasnya sesuai dengan
1.2 Identifikasi Masalah peraturan yang berlaku,
Penulis mengidentifikasikan masalah sebagai d. Merencanakan dimensi serta penulangan
berikut :
pondasi,
a. Pada area tersebut terdapat jalan desa,
e. Menghitung penurunan pondasi akibat beban
alternatif agar jalan desa tidak tertutup oleh
timbunan adalah dengan dibangun jembatan, struktur atas,
b. Pondasi yang digunakan sebelumnya adalah
pondasi tiang pancang diameter= 60 cm, untuk
1.6 Kegunaan Hasil Perencanaan TTA = gaya akibat tekanan tanah
Dari hasil perencanaan ini diharapkan
memberi kegunaan antara lain :
a. Kegunaan bagi penulis, perencanaan ini 2.2 Pondasi Bored Pile
berguna untuk mengaplikasikan teori dibidang Pondasi tiang bor (bored pile) adalah pondasi
geoteknik yang didapat dibangku kuliah tiang yang pemasangannya dilakukan dengan
menggunakan peraturan yang ada, mengebor tanah pada awal pengerjaannya. Bored
b. Kegunaan bagi jurusan Teknik Sipil ITN, pile dipasang ke dalam tanah dengan cara mengebor
sebagai literatur dikemudian hari untuk tanah terlebih dahulu, baru kemudian diisi tulangan
perencanaan abutment dengan pondasi bored
dan dicor beton.
pile,
c. Kegunaan bagi masyarakat, memberikan
pengetahuan kepada masyarakat tentang 2.2.1 Uji Standard Penetration Test (SPT)
perencanaan struktur bawah jembatan. Suatu metode uji yang dilaksanakan
bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui,
2. TINJAUAN PUSTAKA baik perlawanan dinamik tanah maupun
2.1 Pembebanan Abutment pengambilan contoh terganggu dengan teknik
Berdasarkan pedoman perencanaan penumbukan. Tahap pertama dicatat sebagai
pembebanan jembatan jalan raya SNI 1725-2016 dudukan, sementara jumlah pukulan untuk
beban-beban yang bekerja pada abutment antara memasukkan tahap ke-dua dan ke-tiga dijumlahkan
lain: untuk memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan
SPT (dinyatakan dalam pukulan/0,3 m). Data SPT
Pembebanan Kepala
Jembatan (Abutment ) yang ada kemudian dikoreksi terhadap dua hal,
meliputi:
Beban Permanen
Beban Lalu-lintas
Beban Aksi Aksi Lainnya a. Koreksi terhadap muka air tanah
lingkungan
- Beban sendiri - Gesekan pada Jika nilai N lebih besar dari 15, maka nilai N
- Beban mati - Beban "D" - Pengaruh perletakan
tambahan - Beban "T" temperatur harus direduksi/dikoreksi menjadi,
-Beban tekanan - Gaya rem - Beban angin
tanah - Beban gempa 1
𝑁 = 15 + (𝑁 − 15)
2
Gambar 2.1 Pembebanan Pada Abutment b. Koreksi overburden
2
𝐶 =
𝑃𝑜′
1 + 𝑃𝑟
Keterangan :
CN = nilai koreksi overburden
po’ = tekanan overburden efektif (kN/m2)
pr = tegangan efektif referensi = 100 kN/m2
sehingga nilai N menjadi
N = CN . N’
dengan N’ = N yang diperoleh dari pembacaan
grafik SPT terlampir

2.2.2 Kapasitas Dukung Pondasi Bored Pile


Kapasitas dukung (bearing capacity) adalah
kemampuan tanah untuk mendukung beban baik
Gambar 2.2 Analisa Beban pada Abutment dari segi struktur pondasi maupun bangunan
Keterangan : diatasnya tanpa terjadi keruntuhan.
Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang
PVD = gaya tekan vertikal akibat beban dari atas
PMS = gaya tekan vertikal akibat berat sendiri dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu :
abutment 1. Tiang gesek (friction pile)
q = beban merata plat injak akibat berat Adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih
timbunan tanah ditentukan oleh perlawanan gesek antara
TTB = gaya rem dinding tiang dan tanah disekitarnya.
TEW = beban angin 2. Tiang dukungan ujung (end bearing pile)
TEQ = tekanan tanah dinamis akibat gempa Merupakan tiang yang kapasitas dukungnya
TBF = gaya gesekan pada perletakan ditentukan oleh tahanan ujung tiang. Umumnya
TET = pengaruh temperatur
tiang dukung ujung berada dalam zone tanah Untuk kapasitas dukung selimut lebih
yang lunak yang berada diatas tanah keras. ditentukan oleh perlawanan gesek antara sisi tiang
dengan tanah disekitarnya.
2.2.2.1 Kapasitas Dukung Tiang Tunggal Qs = fs. L. p
Metode yang digunakan dalam perencanaan Keterangan :
pondasi bored pile adalah metode Reese and Wright Qs = daya dukung ultimit selimut tiang (ton)
(1977) dalam Buku Manual Pondasi Tiang. fs = gesekan selimut tiang (ton/m2)
L = panjang tiang (m)
p = keliling penampang tiang (m)

Reese & Wright (1977) untuk kondisi


tanah kohesif dalam menghitung gesekan selimut
tiang
fs = α . cu
Keterangan :
α = faktor adhesi (diambil sebesar 0,55)
Gambar 2.3 Kapasitas Dukung Tiang cu = kohesi tanah
Kapasitas dukung ultimit merupakan
Pada tanah non- kohesif, nilai fs diperoleh
penjumlahan antara kapasitas dukung ujung dan
dari korelasi langsung dengan N-SPT seperti pada
kapasitas dukung selimut tiang yang dapat
gambar berikut :
dinyatakan dalam bentuk :
Qu = Qp + Qs - Wp
Keterangan :
Qu = kapasitas dukung ultimit tiang (ton)
Qp = kapasitas dukung ultimit ujung tiang (ton)
Qs = kapasitas dukung ultimit selimut tiang (ton)
Wp = berat pondasi tiang (ton)
Qp = daya dukung ultimit ujung tiang (ton)
qp = tahanan ujung per satuan luas (ton/m2)
A = luas penampang tiang bor (m2)

Kapasitas dukung ultimit pada ujung tiang Gambar 2. 5 Kapasitas Selimut Ultimit pada Tanah
bor dinyatakan sebagai berikut : Non-Kohesif
Qp = qp . A
Keterangan : 2.2.2.2 Kapasitas Dukung Ijin Tiang (Qa)
Qp = daya dukung ultimit ujung tiang (ton) Penentuan kapasitas dukung ijin pondasi
qp = tahanan ujung per satuan luas (ton/m2) tiang untuk beban aksial, Qa atau Qall diperoleh
A = luas penampang tiang bor (m2) dengan membagi daya dukung ultimit, Qu atau Qult,
dengan suatu faktor keamanan. Daya dukung ijin
Pada tanah kohesif besarnya tahanan ujung tiang dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
per satuan luas, qp dapat diambil sebesar 9 kali kuat
Qa =
geser tanah, sedangkan untuk tanah non kohesif,
Reese & Wright (1977) mengusulkan korelasi
Keterangan :
antara qp dengan N-SPT.
Qa = Kapasitas dukung ijin tiang (kN)
Qu = Kapasitas dukung ultimate tiang (kN)
SF = Faktor keamanan

Tabel 2.1 Faktor Keamanan untuk Pondasi Dalam


Faktor Keamanan
Klasifikasi
Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol
Struktur
Baik Normal Jelek Sangat Jelek
Monumental 2,3 3 3,5 4
Permanen 2 2,5 2,8 3,4
Sementara 1,4 2 2,3 2,8
Gambar 2. 4 Kapasitas Ujung Ultimit pada Tanah
Non-Kohesif 2.2.3 Jumlah Tiang
Untuk menentukan jumlah tiang yang akan Perbedaan antar tiang kelompok dan tiang
dipasang beban yang bekerja pada pondasi dan tunggal adalah nilai efisiensi untuk tiang kelompok
kapasitas dukung ijin tiang, maka rumus yang Eg < 1 dan nilai efisiensi untuk tunggal Eg = 1.
digunakan yaitu: Berikut adalah rumus-rumus efisiensi
𝑛 = a. Persamaan Converse Labarre
( ) ( )
Keterangan : Eg = 1 – 𝜃
P = beban yang bekerja
b. Persamaan Los Angeles Group
Qa = kapasitas dukung ijin tiang tunggal
Eg = 1 − 𝑚(𝑛 − 1) + (𝑚 − 1) +

√2 (𝑛 − 1)(𝑚 − 1)
2.2.4 Jarak Antar Tiang Dalam
Kelompok c. Persamaan Seiler – Keeney
. ,
Eg = 1 − . +

Keterangan :
ϴ = tan-1 (D/S) dalam derajat
D = diameter tiang
s = jarak antara as-as tiang yang berdekatan
n = jumlah tiang pancang dalam satu baris
Gambar 2. 6 Jarak Antar Tiang Dalam Pile Cap m = jumlah baris tiang
Keterangan : Kapasitas ultimit kelompok tiang dengan
S = jarak masing-masing tiang (m) melibatkan faktor efisiensi tiang dinyatakan dengan
D = diameter tiang (m) rumus pada persamaan berikut.
Ketentuan di atas ini berdasarkan pada Qgc=mEg . n . Qa
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
Keterangan :
1.Bila S < 2,5 D, kemungkinan tanah di sekitar
Qg = beban maksimum kelompok tiang yang
kelompok tiang akan naik berlebihan karena mengakibatkan keruntuhan
terdesak oleh tiang-tiang yang dipancang terlalu Eg = efisiensi kelompok tiang
berdekatan. Pengaruh kelompok tiang akan cukup n = Jumlah tiang dalam kelompok
besar pada tiang geser, sehingga daya dukung tiang Qa = Daya dukung ijin tiang tunggal
dalam kelompok akan lebih kecil dari gaya dukung
tiang secara individu 2.2.6 Beban Maksimum Tiang Pada
2.Bila S > 3 D, maka tidak ekonomis, karena akan
Kelompok Tiang Bor
memperbesar ukuran atau dimensi dari poer Gaya luar yang bekerja pada kepala tiang
(footing) maka akan memperbesar biaya. (kolom) didistribusikan pada pile cap dan
kelompok tiang pondasi berdasarkan rumus
2.2.5 Efisiensi Bored Pile elastisitas dengan menganggap bahwa pile cap
Nilai efisiensi digunakan untuk mereduksi kaku sempurna (pelat pondasi cukup tebal),
nilai daya dukung kelompok karena terjadi sehingga pengaruh gaya yang bekerja tidak
overlapping tegangan disekitar tiang. Semakin menyebabkan pile cap melengkung atau deformasi.
dekat jarak antar tiang maka pengaruh kelompok . .
P= ± ± < Qu ijin
tiang ini tidak dapat dihindarkan sehingga daya . .
dukung kelompok tiang dapat lebih kecil dari
Keterangan :
jumlah total daya dukung masing-masing tiang.
P = beban maksimum yang diterima oleh tiang
ΣV = jumlah total beban normal
Mx = momen yang bekerja pada bidang yang
tegak lurus sumbu X
My = momen yang bekerja pada bidang yang
tegak lurus sumbu Y
x = absis terhadap titik berat kelompok tiang
y = ordinat terhadap titik berat kelompok tiang
ny = banyaknya tiang dalam satu baris arah- Y
nx = banyaknya tiang dalam satu baris arah- X
Σx2 = jumlah kuadrat absis – absis tiang
Gambar 2. 7 Baris Kelompok Tiang (Bowles,1997) Σy2 = jumlah kuadrat ordinat – ordinat tiang
𝑆 = 𝑆 +𝑆 +𝑆
2.2.7 Kapasitas Dukung Lateral Tiang (Hu) Se = penurunan elastis total pondasi
Beban lateral dan momen dapat bekerja Ss = penurunan akibat deformasi aksial tiang
pada pondasi tiang akibat gaya gempa, gaya angin tunggal
pada struktur atas, tekanan aktif tanah pada Sp = penurunan dari ujung tiang
abutment jembatan, atau gaya tumbukan kapal dan Sps = penurunan akibat beban yang dialihkan
lain-lain. Dalam analisis, kondisi kepala tiang bebas sepanjang tiang
(free head) dan kepala tiang terjepit (fixed head atau a. Penurunan akibat deformasi aksial tiang tunggal
restrained). 𝑄 + 𝛼𝑥𝑄 𝑥𝐿
𝑆𝑠 =
Dalam perhitungan pondasi tiang yang 𝐴 𝑥𝐸
menerima beban lateral, disamping kondisi kepala Keterangan:
tiang umumnya tiang juga perlu dibedakan Qp = daya dukung ujung tiang
berdasarkan perilakunya sebagai pondasi tiang Qs = daya dukung selimut tiang
pendek (tiang kaku) atau pondasi tiang panjang Ap = luas ujung tiang bawah
L = panjang tiang
(tiang elastis).
Ep = modulus elastisitas material tiang
α = 0,5 jika distribusi gesekan berbetuk parabola
atau 0,67 jika segitiga
b. Penurunan dari ujung tiang
𝐶 𝑥𝑄
𝑆𝑝 =
𝐷𝑥𝑞
Keterangan:
Cp = koefisien empiris
D = diameter tiang
Qp = daya dukung batang ujung tiang
qp = tahanan ujung tiang
c. Penurunan akibat beban yang dialihkan
sepanjang tiang
𝑄 𝐷
Gambar 2. 8 Mekanisme Keruntuhan Tiang Pendek 𝑆 = 𝑥 𝑥 (1 − 𝑉 ) 𝑥 𝐼
𝑝𝑥𝐿 𝐸
dan Tiang Panjang pada Keadaan Tiang Ujung Jepit Keterangan:
dalam Tanah Non-Kohesif (Broms, 1964) p = keliling penampang tiang
L = panjang tiang
𝑇= Es = modulus elastisitas tanah
Keterangan: V𝑠 = Angka poisson
𝐸𝑝 = modulus elastisitas tiang (kN/m2) Iws = faktor pengaruh, 2+0,35 x 𝐿/𝐷
𝐼𝑝 = momen inersia tiang (m4)
𝜂b = konstanta modulus subgrade tanah 2.2.8.2 Penurunan Pondasi Kelompok
𝑇 = faktor kekauan Metode yang digunakan untuk
Hu = 1,5 . γ’ . L2 . B . Kp menghitung penurunan pada pondasi tiang
Mmax = γ’ . L3 . B . Kp kelompok adalah Metode Vesic, 1977.
Keterangan :
B = diameter pondasi (m) 𝐵𝑔
𝑆𝑔 = 𝑆 𝑥
Hu = tahanan lateral tiang (kN) 𝐷
L = panjang pondasi (m) Keterangan:
γ’ = berat jenis tanah (kN/m2) S = penurunan pondasi tiang tunggal
Kp = koefisien tanah pasif Sg = penurunan kelompok tiang
Bg = lebar kelompok tiang
2.2.8 Penurunan D = diameter atau sisi tiang tunggal
Lapisan tanah yang dibebani pasti akan
mengalami regangan atau penurunan (settlement). 3. METODOLOGI
3.1 Data Perencanaan
2.2.8.1 Penurunan Tunggal Panjang bentang : 30 meter
Menurut Vesic, 1970, Manual Pondasi Lebar jembatan : 16,2 meter
Tiang, 2005, menghitung penurunan pada pondasi Struktur utama jembatan : jembatan pra-tegang
tiang tunggal adalah menggunakan Metode Semi Bentuk abutment : abutment kantilever
Empiris. type “T” terbalik
Jenis pondasi : bored pile
Mutu Bahan, 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Beton 4.1 Pembebanan Jembatan
- Abutment, f’c = 20 Mpa Dari hasil perhitungan pembebanan jembatan
- Pondasi bored pile, f’c = 30 Mpa berdasarkan SNI 1725:2016 dan SNI 2833-2016
Besi beton Tabel 4.1 Rekap Beban Yang Bekerja
-Mutu baja BJTD 39 (fy) = 390 Mpa

3.2 Diagram Alir

4.2 Kontrol Dimensi Abutment


4.2.1 Kontrol Stabilitas Guling
SF = > 1,5
Tabel 4.2 Kontrol Stabilitas Guling

4.2.2 Kontrol Stabilitas Geser


H
SF = ≥ 1,5
Tx
Tabel 4.3 Kontrol Stabilitas Geser

4.2.3 Kontrol Stabilitas Daya Dukung


Tanah
.
σmax = x 1+ ≤ Qult
.
Qult = c . Nc (1+0,3 . B/L ) . + Po . (Nq – 1) + 0,5
. γ’ . B . Nγ . (1+0,2 . B/L )
= 0 x 23,94 x (1 + 0,3. 6,4/16,2) + 12,88kN/m2
x (13,20 – 1) + 0,5 x (18,40 – 9,81) kN/m2 x
Gambar 3. 1 Diagram Alir Perencanaan Abutment 6,4 m x 14,47 x (1+0,2 . 6,4/16,2 )
dan Pondasi Bored Pile = 586,148 kN/m2
Tabel 4.3 Kontrol Stabilitas Daya Dukung Tanah Tabel 4.3 Nilai Rata-rata SPT

4.3 Perencanaan Pondasi


Pondasi yang direncanakan sebagai berikut:
Kedalaman (H) = 9,00 m
Diameter (D) = 80 cm = 0,8 m
Panjang bored pile(L) = 6,7 m
Luas penampang (Ap) = 1/4 π D2 = 1/4. π . 0,82
= 0,503 m2
Keliling penampang (p)= 2. π . r = 2 x π x 0,4 m Gambar 4. 2 Plot Nilai Kapasitas Ujung Ultimit
= 2,513 m pada Tanah Non-Kohesif
Berat sendiri (Wp) Berdasarkan Gambar diatas, untuk N-SPT = 31 di
= Ap. L. Bj dapat nilai ultimit tahanan ujung (qp) = 21 t/ft2
= 0,503 m x 6,7 m x 24 kN/m2 = 2252,250 kN/m2 , maka :
= 80,827 kN Qp = qp. Ap
Berat tanah diatas pile cap (Ws) = 2252,250 kN/m2 x 0,503 m2
= VS .γs = 2,5 m x 16,2 m x 0,8 m x 18,56 kN/m2 = 1132,104 kN
= 601,344 kN b. Daya Dukung Selimut Tiang
Berdasarkan data penelitian tanah pada
4.3.1 Perhitungan Daya Dukung Aksial pembangunan jembatan ini tanah pondasinya
berlapis,
fs (gesekan selimut tiang)
tanah kohesif (lempung) kedalaman 2,3 - 4,5 m
fs1 = α . cu
= 0,55 x 63 kN/m2
= 34,650 kN/m2
tanah non-kohesif (pasir padat) kedalaman 4,5- 9 m

Gambar 4. 3 Plot Nilai Kapasitas Ujung Selimut


Gambar 4. 1 Rencana Dimensi Pondasi pada Tanah Non-Kohesif
a. Daya Dukung Ujung Tiang fs2 = 1,2 t/ft2 = 128,700 kN/m2
Nilai SPT pada tanah sekitar ujung tiang Didapat hasil fs pada tiap layer seperti pada tabel di
dihitung rata-rata antara 8D diatas dasar tiang bawah ini :
hingga 4D di bawah dasar tiang, yaitu : Tabel 4. 4 Rekap Gesekan Selimut Tiang
8 D diatas ujung tiang = 8 m – 8 D
= 8 m – (8 x 0,8 m)
= 1,6 m
4 D dibawah ujung tiang = 8 m + 4 D
= 8 m + ( 4 x 0,8 m) Maka daya dukung selimut tiang :
= 11,2 m
Qs = ∑ 𝑓 . 𝑙𝑖 . 𝑝
= 655,380 kN/m2 x 2,513 m2 4.3.2 Perhitungan Daya Dukung Lateral
= 1647,150 kN Ijin
Jadi daya dukung satu tiang : Penetuan Kriteria Tiang
Qu = Qp + Qs - Wp
= 1132,104 kN +1647,150 kN - 80,827 kN Ep = 4700 x √𝑓′𝑐 = 4700 x √30
= 2698,427 kN = 25743000 kN/m2
Daya dukung ijin Ip = x π x D = x π x 0,84
4
,
Qa = = = 1079,371 kN = 0,020 m4
, ,
Syarat jarak tiang (s) akan ditentukan sebagai Tabel 4.5 Rata-rata N-SPT Di Sepanjang Tiang
berikut:
2,5 D ≤ S ≤ 3 D = 2,5 x 0,8 ≤ S ≤ 3 x 0,8
= 2 ≤ S ≤ 2,4
Sementara untuk jarak tiang ke tepi pile cap
ditentukan sebagai berikut:
S ≥ D = S ≥ 0,8 m

Tabel 4.6 Korelasi N-SPT Dengan Berat Isi (∂)


Untuk Tanah Pasir

Didapatkan Dr = 68%, melalui interpolasi


Gambar 4. 3 Susunan Pondasi Bored Pile
Efisiensi kelompok tiang dapat ditentukan dengan
persamaan dibawah ini :
a. Persamaan Converse Labarre
( ) ( )
Eg = 1 – 𝜃
( ) ( ) ,
=1 – 𝑡𝑎𝑛
= 0,627
b. Persamaan Los Angeles Group
Eg = 1 − 𝑚(𝑛 − 1) + (𝑚 − 1) +
√2 (𝑛 − 1)(𝑚 − 1)
0,8
=1− 3(8 − 1) + (3 − 1)
𝜋𝑥2𝑥3𝑥8
+ √2 (8 − 1)(3 − 1)
= 0,773 Gambar 4. 4 Hubungan ƞh dengan Kepadatan
c. Persamaan Seiler – Keeney Relatif Tanah Pasir
Eg = 1 − .
.
+
, Menurut grafik diatas didapat nilai ƞh = 33 ton/ft3 =
10791 kN/m3
36 x 2 3+8−2
= 1− T=
75 x 2 − 7 3+8−1 ƞ
0,3 . ,
+ T=
3+8
= 0,806 = 2,169 m
Dari ketiga persamaan diatas, diambil efisiensi yang Sehingga bila dimasukkan dalam syarat
terkecil yaitu 0,627 L ≥ 4 T tiang panjang (Elastis)
Jadi, daya dukung bored pile dalam kelompok : 6,7 < 8,676 tidak memenuhi
Qpg = Eg x ntiang x Qa Maka dapat digolongkan termasuk jenis tiang
= 0,627 x 24 x 1.079,371 kN pendek kaku
= 16230,713 kN
Syarat : Nilai Qpg > ƩP+ Ws, maka sebagai berikut:
16230,713 kN > 15010,884 kN
16230,713 kN > 15010,884 kN Aman
Tabel 4.7 Korelasi N-SPT dengan Berat Jenis Pmin = -
.
.
, ,
= -
= 336,651 kN

Qall = 1079,371 kN >Pmax = 859,972 kN Aman

Melalui interpolasi maka didapatkan :


ℽ = 113.157 pcf = 17,775 kN/m3
φ = 37,42o
Kp = tan2 (45° + )
,
= tan2 (45° + )
= 4,098
Beban lateral ultimit untuk tiang pendek dinyatakan Gambar 4. 5 Beban yang Diterima Tiang
oleh,
Hu = (3/2) ℽ d L2 Kp 4.3.4 Penurunan
= 1,5 x 17,775 kN/m3 x 0,8 m x 6,72 m x 4,098 4.3.4.1 Penurunan Tiang Tunggal
= 3923,400 kN a. Penurunan akibat deformasi aksial tiang tunggal
,
Hijin = kN Qp = 1186,014 kN
,
= 1569,360 kN Qs = 1523,987 kN
Karena merupakan tiang pendek maka keruntuhan Ap = 0,503 m2
tiang akan berupa translasi. L = 6,7 m
Beban lateral yg perlu ditahan pondasi(Hu) Ep = 25743000 kN/m2
(1,5 – 0,531) x 13772,174= 13341,740 kN α = 0,5
Beban lateral yang mampu ditahan abutment (H) 𝑄 + 𝛼𝑥𝑄 𝑥𝐿
𝑆𝑠 =
= 7316,522 kN 𝐴 𝑥𝐸
Beban lateral ijin pondasi kelompok (Hug) ( 1132,104 kN + 0,5 x 1523,987 kN)x 6,7 𝑚
1569,360 kN x 24 = 37664,640 kN =
0,503 m x 25743000 kN/m
Beban lateral yang mampu ditahan abutmen + = 0,00015 m = 0,015 cm
pondasi (H+Hug) b. Penurunan dari ujung tiang
7316,522 kN + 37664,640 kN=44981,162 kN Tabel 4.8 Nilai koefisien Cp
Jadi H+Hug > Tx
44981,162 kN > 13772,174 kN Aman

4.3.3 Penjabaran Reaksi Tiang Vertikal


Setelah daya dukung tiang yang diizinkan Cp = 0,09
diperoleh, lalu dihitung banyaknya tiang yang D = 0,8 m
diperlukan dan pembagian beban ke kepala tiang. Qp = 1.132,104 kN
Bila reaksi yang diperoleh ternyata melebihi daya qp = ( Q_p)/( A_p )
dukung yang diizinkan, maka harus diperiksa = ( 1.132,104 kN)/( 0,503 m^2 )
kembali sehingga reaksi yang diperoleh terletak = 2252,250 kN/m2
dalam batas harga yang ditentukan. Sp= (Cp x Qp)/(D x qp )
Jumlah baris tiang ny = 3 buah =(0,09 x 1132,104 kN)/(0,8 m x 2252,250
Jumlah tiang dalam 1 baris nx = 8 buah kN/m^2 )
Jumlah tiang = 24 buah = 0,0565 m = 5,655 cm
Jarak antara tiang dalam arah x =2m c. Penurunan akibat beban yang dialihkan
Jarak antara tiang dalam arah y =2m sepanjang tiang
P = 14359,483 kN p = 2,513 m
Mx = 65938,484 kN.m L = 6,7 m
ny . Σx2 = 8 x 22 + 8 x (-2)2 = 64 m2 Es = 50000 (dari tabel 4.9)
nx . Σy2 = 3 x 2 x (1)2 + 3 x 2 x (3)2 + 3 x 2 x (5)2
+ 3 x 2 x (7)2
= 504 m2
.
Pmax = +
.
, ,
= +
= 859,972 kN
= 502654,825 mm2
Tabel 4.9 Modulus Elastis Tanah (Es) As min = 0,01 . Ag
= 0,01 x 502654,825 mm2
= 5026,548 mm2
As max = 0,08 . Ag
= 0,08 x 502654,825 mm2
= 40212,386 mm2
= . π . Dst2 . n
. π . 252 . 12
=
= 5890,486 mm2
Ast > As min
5890,486 mm2 > 5026,548 mm2 Memenuhi

Tabel 4.10 Angka Poisson (μ) 4.3.6 Desain Tulangan Pokok Breastwall
dan Pilecap
Perhitungan tulangan menggunakan SNI
2847-2013, didapatkan sebagai berikut :
Tabel 4. 11 Rekap Penulangan Breastwall dan
Pilecap
Bagian Tulangan Pokok Tulangan Susut Tulangan Geser
Breastwall D32-110 D19-200 D16-400
V𝑠 = 0,4 (dari tabel 4.32) Pilecap D32-70 D32-280

,
Iws = 2 + 0,35 . = 2+ 0,35 x 5 PENUTUP
,
= 3,013 5.1 Kesimpulan
𝑄 𝐷 Dari rumusan masalah yang ada dapat
𝑆 = 𝑥 𝑥 (1 − 𝑉 ) 𝑥 𝐼 disimpulkan bahwa dari analisa perhitungan
𝑝𝑥𝐿 𝐸
1.647,150 kN 0,8 m perencanaan abutment dan pondasi bored pile pada
= x x Jembatan Sambirejo STA 163+144 Tol Solo-
2,513 m x 6,7 m kN
50000 Kertosono Fase 1 adalah sebagai berikut :
m
(1 − 0,4) x 3,013 1. Dimensi abutment yang digunakan adalah tinggi
= 0,0017 m = 0,170 cm = 8,35 m, lebar = 6,4 m, panjang 16,2. Tulangan
𝑆 = 10% . 𝐷 pada breast wall adalah tulangan pokok D32-
= 10% x 0,8 m 110, tulangan susut D19-200, dan tulangan
= 8 cm geser D16-400. Tulangan pokok pile cap D32-
Jadi penurunan tiang tunggal sebagai berikut : 70 dengan tulangan susut D32-280.
𝑆 = 𝑆 +𝑆 +𝑆 2. Beban struktur yang diterima pondasi dari
= 0,015 cm + 5,655 cm + 0,170 cm analisa pembebanan sebesar ΣP = 14409,540 kN
= 5,840 cm < 8 cm Aman dan ΣH = 13341,740 kN.
3. Pondasi yang digunakan adalah pondasi bored
4.3.4.2 Penurunan Tiang Kelompok pile diameter = 80 cm, dengan panjang tiang 6,7
S = 5,840 cm m sebanyak 24 tiang. Daya dukung kelompok
Bg = 640 cm pondasi sebesar 16230,713 kN .
4. Tulangan pokok untuk pondasi bored pile
D = 80 m
adalah 12D25 dan tulangan spiral D10-100.
𝐵𝑔 5. Penurunan tiang tunggal pondasi sebesar 5,840
𝑆𝑔 =𝑆. cm dan penurunan tiang kelompok sebesar
𝐷
16,517 cm
= 5,840 cm
5.2 Saran
= 16,517 cm
Saran dari penulis agar penelitian ini lebih
kompleks, diantaranya perlu :
4.3.5 Desain Tulangan Pokok Pondasi 1. Dalam mendesain dimensi abutment
Dicoba tulangan longitudinal 12 D25 dan sebaiknya melakukan trial sehingga didapat
tulangan spiral D10-100 dengan selimut beton 75 safety factor yang tidak terlalu besar atau
mm. boros agar dimensi abutment tetap aman dan
Ag = . π . D2 ideal.
= . π . (800 mm)2
2. Ketelitian dalam penyelidikan tanah di Rahardjo, PP. 2005.Manual Pondasi Tiang. Edisi
lapangan harus diperhatikan, sehingga ketiga. Publikasi GEC. Unpar
keakuratan dalam perhitungan perencanaan Sardjono, HS. 1988. Pondasi Tiang Pancang. Jilid
pondasi dapat maksimal. kedua. Surabaya: Sinar Wijaya
3. Dalam merencanakan pondasi tiang, jarak Struyk, J, H; Van Der Veen; & Soemargono. 1995.
tiang sangat mempengaruhi besar Jembatan. Jakarta: Pradnya Paramita.
daya dukung kelompok tiang, oleh karena itu
sebagai perencana harus pandai
pandai memodifikasi tiang, agar didapat daya
dukung yang aman dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA
BSN. 2008. SNI 4153:2008. Cara Uji Penetrasi
Lapangan dengan SPT. Departemen
Pekerjaan Umum
BSN. 2013. SNI SNI 03:2847. Persyaratan Beton
Struktural Untuk Bangunan
Gedung.Departemen Pekerjaan Umum
BSN. 2016. SNI 1725-2016. Pembebanan Untuk
Jembatan. Departemen Pekerjaan Umum
BSN. 2016. SNI 2833:2016 Standar Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Jembatan.
Departemen Pekerjaan Umum
Desain Spektra Indonesia. Internet. Tersedia di
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_sp
ektra_indonesia_2011/
Dharmanto, F. 2018. Perencanaan Pondasi Tiang
Bor dan Abutment Jembatan Sungai
Kedung Galeng STA 28+201 pada Proyek
Jalan Tol Pasuruan Probolinggo Seksi 3.
Skripsi . Tidak diterbitkan: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Fitri, AA . 2017. Perencanaan Ulang Struktur
Bawah Abutment dengan Pondasi Bored
Pile. Studi kasus Overpass STA 0+716.523
Proyek Jalan Tol Solo- Kertosono Seksi 1
Multi Years. Skripsi . Tidak Diterbitkan:
UII
Hardiyanto, HC. 1996. Teknik Pondasi 1 . Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Hardiyanto, HC. 2002. Mekanika Tanah 1 .
Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
Hardiyanto, HC. 2015. Analisis dan Perancangan
Fondasi II. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada
Kusumawati, M. 2018. Studi Perencanaan Struktur
Bawah dengan Pondasi Tiang
Bor pada Bangunan Gedung Pusat Umar
Bin Khotob Universitas Islam Malang.
Skripsi . Tidak diterbitkan : Institut
Teknologi Malang.
Sosrodarsono dan Nakazawa. 2000. Mekanika
Tanah & Teknik Pondasi. Edisi ketujuh.
Jakarta : Pradnya Paramita
Pamungkas, dan Erny. 2013. Desain Pondasi Tahan
Gempa. Yogyakarta
Pondasi Tiang Pancang Beton. Internet. Tersedia di
https://solusibetonreadymix.com/blog/pondasi
tiang-pancang-beton/

You might also like