JURNAL Pondasi
JURNAL Pondasi
JURNAL Pondasi
ABSTRACT
The construction of the Toll Road Solo-Kertosono Phase 1 in the section of Wilangan-Kertosono is part of
the trans Java toll road that is being worked along 37,39 km. In this section, it is planned that 24 bridges will be built.
One of them is Sambirejo Bridge STA 163 + 144 with a span length of 30 m and width of 16,2 m which is located in
Sambirejo Village, Nganjuk Regency. Previously the type of foundation used was the driven pile foundation with
D = 60 cm. Based on the results of the drilling log at a depth of 6,5 m it has reached hard soil with N-SPT > 50 types
of solid sand soil. This essay taking title aims to plan dimensions and reinforcement of abutments and alternative
bored pile foundation that is able to support loads of the upper structure.
Structural loads for bridges that work on abutments refer to SNI-1725-2016 and SNI-2833-2016. The method
used to calculate the bearing capacity of a bored pile foundation is Reese and Wright’s method and for the calculation
of settlement using a semi-empirical method.
The calculation results obtained abutment dimensions with a height of 8,35 m, a width of 6,4 m, a length of
16,2 m. The reinforcement used for breast wall is the main bars D32-110, shrinkage bars D19-200 and tie bars D16-
400. While the reinforcement on the pile cap is the main bars D32-70 with the shrinkage bars D32-280. The foundation
used is a bored pile foundation D = 80 cm with a depth of 9 m. The bearing capacity of the group foundation is
16230,713 kN > ΣP = 14409,540 kN. The reinforcement used for foundation is the main bars of 12 D25 with spiral
stirrup D10-100. The results of a single pile settlement is 5,840 cm and a group pile settlement is 16,517 cm.
ABSTRAK
Pembangunan jalan Tol Solo-Kertosono fase 1 seksi Wilangan-Kertosono merupakan bagian tol trans Jawa
yang sedang dikerjakan sepanjang 37,39 km. Pada seksi ini rencananya akan dibangun 24 jembatan. Salah satunya
adalah Jembatan Sambirejo STA 163+144 dengan panjang bentang 30 m dan lebar 16,2 m yang terletak di Desa
Sambirejo, Kabupaten Nganjuk. Sebelumnya jenis pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang dengan D=
60 cm. Berdasarkan hasil drilling log pada kedalaman 6,5 m sudah mencapai tanah keras dengan N-SPT > 50 jenis
tanah pasir padat. Pengambilan judul ini bertujuan untuk merencanakan dimensi serta penulangan abutment dan
alternatif pondasi bored pile yang mampu menahan beban struktur atasnya.
Beban-beban struktur atas jembatan yang bekerja pada abutment mengacu pada SNI-1725-2016 dan SNI-
2833-2016. Metode yang digunakan untuk menghitung daya dukung pondasi bored pile adalah metode Reese and
Wright dan untuk perhitungan penurunan menggunakan metode semi-empiris.
Dari hasil perhitungan diperoleh dimensi abutment dengan tinggi 8,35 m, lebar 6,4 m, panjang 16,2 m.
Tulangan yang digunakan untuk breast wall adalah tulangan pokok D32-110, tulangan susut D19-200 serta tulangan
geser D16-400. Sedangkan tulangan pada pile cap adalah tulangan pokok D32-70 dengan tulangan susut D32-280.
Pondasi yang digunakan adalah pondasi bored pile D= 80 cm dengan kedalaman 9 m. Daya dukung kelompok pondasi
sebesar 16230,713 kN > ΣP = 14409,540 kN. Tulangan yang digunakan untuk pondasi adalah tulangan pokok 12 D25
dengan sengkang spiral D10-100. Hasil penurunan tiang tunggal sebesar 5,840 cm dan penurunan tiang kelompok
sebesar 16,517 cm.
Kapasitas dukung ultimit pada ujung tiang Gambar 2. 5 Kapasitas Selimut Ultimit pada Tanah
bor dinyatakan sebagai berikut : Non-Kohesif
Qp = qp . A
Keterangan : 2.2.2.2 Kapasitas Dukung Ijin Tiang (Qa)
Qp = daya dukung ultimit ujung tiang (ton) Penentuan kapasitas dukung ijin pondasi
qp = tahanan ujung per satuan luas (ton/m2) tiang untuk beban aksial, Qa atau Qall diperoleh
A = luas penampang tiang bor (m2) dengan membagi daya dukung ultimit, Qu atau Qult,
dengan suatu faktor keamanan. Daya dukung ijin
Pada tanah kohesif besarnya tahanan ujung tiang dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
per satuan luas, qp dapat diambil sebesar 9 kali kuat
Qa =
geser tanah, sedangkan untuk tanah non kohesif,
Reese & Wright (1977) mengusulkan korelasi
Keterangan :
antara qp dengan N-SPT.
Qa = Kapasitas dukung ijin tiang (kN)
Qu = Kapasitas dukung ultimate tiang (kN)
SF = Faktor keamanan
√2 (𝑛 − 1)(𝑚 − 1)
2.2.4 Jarak Antar Tiang Dalam
Kelompok c. Persamaan Seiler – Keeney
. ,
Eg = 1 − . +
Keterangan :
ϴ = tan-1 (D/S) dalam derajat
D = diameter tiang
s = jarak antara as-as tiang yang berdekatan
n = jumlah tiang pancang dalam satu baris
Gambar 2. 6 Jarak Antar Tiang Dalam Pile Cap m = jumlah baris tiang
Keterangan : Kapasitas ultimit kelompok tiang dengan
S = jarak masing-masing tiang (m) melibatkan faktor efisiensi tiang dinyatakan dengan
D = diameter tiang (m) rumus pada persamaan berikut.
Ketentuan di atas ini berdasarkan pada Qgc=mEg . n . Qa
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
Keterangan :
1.Bila S < 2,5 D, kemungkinan tanah di sekitar
Qg = beban maksimum kelompok tiang yang
kelompok tiang akan naik berlebihan karena mengakibatkan keruntuhan
terdesak oleh tiang-tiang yang dipancang terlalu Eg = efisiensi kelompok tiang
berdekatan. Pengaruh kelompok tiang akan cukup n = Jumlah tiang dalam kelompok
besar pada tiang geser, sehingga daya dukung tiang Qa = Daya dukung ijin tiang tunggal
dalam kelompok akan lebih kecil dari gaya dukung
tiang secara individu 2.2.6 Beban Maksimum Tiang Pada
2.Bila S > 3 D, maka tidak ekonomis, karena akan
Kelompok Tiang Bor
memperbesar ukuran atau dimensi dari poer Gaya luar yang bekerja pada kepala tiang
(footing) maka akan memperbesar biaya. (kolom) didistribusikan pada pile cap dan
kelompok tiang pondasi berdasarkan rumus
2.2.5 Efisiensi Bored Pile elastisitas dengan menganggap bahwa pile cap
Nilai efisiensi digunakan untuk mereduksi kaku sempurna (pelat pondasi cukup tebal),
nilai daya dukung kelompok karena terjadi sehingga pengaruh gaya yang bekerja tidak
overlapping tegangan disekitar tiang. Semakin menyebabkan pile cap melengkung atau deformasi.
dekat jarak antar tiang maka pengaruh kelompok . .
P= ± ± < Qu ijin
tiang ini tidak dapat dihindarkan sehingga daya . .
dukung kelompok tiang dapat lebih kecil dari
Keterangan :
jumlah total daya dukung masing-masing tiang.
P = beban maksimum yang diterima oleh tiang
ΣV = jumlah total beban normal
Mx = momen yang bekerja pada bidang yang
tegak lurus sumbu X
My = momen yang bekerja pada bidang yang
tegak lurus sumbu Y
x = absis terhadap titik berat kelompok tiang
y = ordinat terhadap titik berat kelompok tiang
ny = banyaknya tiang dalam satu baris arah- Y
nx = banyaknya tiang dalam satu baris arah- X
Σx2 = jumlah kuadrat absis – absis tiang
Gambar 2. 7 Baris Kelompok Tiang (Bowles,1997) Σy2 = jumlah kuadrat ordinat – ordinat tiang
𝑆 = 𝑆 +𝑆 +𝑆
2.2.7 Kapasitas Dukung Lateral Tiang (Hu) Se = penurunan elastis total pondasi
Beban lateral dan momen dapat bekerja Ss = penurunan akibat deformasi aksial tiang
pada pondasi tiang akibat gaya gempa, gaya angin tunggal
pada struktur atas, tekanan aktif tanah pada Sp = penurunan dari ujung tiang
abutment jembatan, atau gaya tumbukan kapal dan Sps = penurunan akibat beban yang dialihkan
lain-lain. Dalam analisis, kondisi kepala tiang bebas sepanjang tiang
(free head) dan kepala tiang terjepit (fixed head atau a. Penurunan akibat deformasi aksial tiang tunggal
restrained). 𝑄 + 𝛼𝑥𝑄 𝑥𝐿
𝑆𝑠 =
Dalam perhitungan pondasi tiang yang 𝐴 𝑥𝐸
menerima beban lateral, disamping kondisi kepala Keterangan:
tiang umumnya tiang juga perlu dibedakan Qp = daya dukung ujung tiang
berdasarkan perilakunya sebagai pondasi tiang Qs = daya dukung selimut tiang
pendek (tiang kaku) atau pondasi tiang panjang Ap = luas ujung tiang bawah
L = panjang tiang
(tiang elastis).
Ep = modulus elastisitas material tiang
α = 0,5 jika distribusi gesekan berbetuk parabola
atau 0,67 jika segitiga
b. Penurunan dari ujung tiang
𝐶 𝑥𝑄
𝑆𝑝 =
𝐷𝑥𝑞
Keterangan:
Cp = koefisien empiris
D = diameter tiang
Qp = daya dukung batang ujung tiang
qp = tahanan ujung tiang
c. Penurunan akibat beban yang dialihkan
sepanjang tiang
𝑄 𝐷
Gambar 2. 8 Mekanisme Keruntuhan Tiang Pendek 𝑆 = 𝑥 𝑥 (1 − 𝑉 ) 𝑥 𝐼
𝑝𝑥𝐿 𝐸
dan Tiang Panjang pada Keadaan Tiang Ujung Jepit Keterangan:
dalam Tanah Non-Kohesif (Broms, 1964) p = keliling penampang tiang
L = panjang tiang
𝑇= Es = modulus elastisitas tanah
Keterangan: V𝑠 = Angka poisson
𝐸𝑝 = modulus elastisitas tiang (kN/m2) Iws = faktor pengaruh, 2+0,35 x 𝐿/𝐷
𝐼𝑝 = momen inersia tiang (m4)
𝜂b = konstanta modulus subgrade tanah 2.2.8.2 Penurunan Pondasi Kelompok
𝑇 = faktor kekauan Metode yang digunakan untuk
Hu = 1,5 . γ’ . L2 . B . Kp menghitung penurunan pada pondasi tiang
Mmax = γ’ . L3 . B . Kp kelompok adalah Metode Vesic, 1977.
Keterangan :
B = diameter pondasi (m) 𝐵𝑔
𝑆𝑔 = 𝑆 𝑥
Hu = tahanan lateral tiang (kN) 𝐷
L = panjang pondasi (m) Keterangan:
γ’ = berat jenis tanah (kN/m2) S = penurunan pondasi tiang tunggal
Kp = koefisien tanah pasif Sg = penurunan kelompok tiang
Bg = lebar kelompok tiang
2.2.8 Penurunan D = diameter atau sisi tiang tunggal
Lapisan tanah yang dibebani pasti akan
mengalami regangan atau penurunan (settlement). 3. METODOLOGI
3.1 Data Perencanaan
2.2.8.1 Penurunan Tunggal Panjang bentang : 30 meter
Menurut Vesic, 1970, Manual Pondasi Lebar jembatan : 16,2 meter
Tiang, 2005, menghitung penurunan pada pondasi Struktur utama jembatan : jembatan pra-tegang
tiang tunggal adalah menggunakan Metode Semi Bentuk abutment : abutment kantilever
Empiris. type “T” terbalik
Jenis pondasi : bored pile
Mutu Bahan, 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Beton 4.1 Pembebanan Jembatan
- Abutment, f’c = 20 Mpa Dari hasil perhitungan pembebanan jembatan
- Pondasi bored pile, f’c = 30 Mpa berdasarkan SNI 1725:2016 dan SNI 2833-2016
Besi beton Tabel 4.1 Rekap Beban Yang Bekerja
-Mutu baja BJTD 39 (fy) = 390 Mpa
Tabel 4.10 Angka Poisson (μ) 4.3.6 Desain Tulangan Pokok Breastwall
dan Pilecap
Perhitungan tulangan menggunakan SNI
2847-2013, didapatkan sebagai berikut :
Tabel 4. 11 Rekap Penulangan Breastwall dan
Pilecap
Bagian Tulangan Pokok Tulangan Susut Tulangan Geser
Breastwall D32-110 D19-200 D16-400
V𝑠 = 0,4 (dari tabel 4.32) Pilecap D32-70 D32-280
,
Iws = 2 + 0,35 . = 2+ 0,35 x 5 PENUTUP
,
= 3,013 5.1 Kesimpulan
𝑄 𝐷 Dari rumusan masalah yang ada dapat
𝑆 = 𝑥 𝑥 (1 − 𝑉 ) 𝑥 𝐼 disimpulkan bahwa dari analisa perhitungan
𝑝𝑥𝐿 𝐸
1.647,150 kN 0,8 m perencanaan abutment dan pondasi bored pile pada
= x x Jembatan Sambirejo STA 163+144 Tol Solo-
2,513 m x 6,7 m kN
50000 Kertosono Fase 1 adalah sebagai berikut :
m
(1 − 0,4) x 3,013 1. Dimensi abutment yang digunakan adalah tinggi
= 0,0017 m = 0,170 cm = 8,35 m, lebar = 6,4 m, panjang 16,2. Tulangan
𝑆 = 10% . 𝐷 pada breast wall adalah tulangan pokok D32-
= 10% x 0,8 m 110, tulangan susut D19-200, dan tulangan
= 8 cm geser D16-400. Tulangan pokok pile cap D32-
Jadi penurunan tiang tunggal sebagai berikut : 70 dengan tulangan susut D32-280.
𝑆 = 𝑆 +𝑆 +𝑆 2. Beban struktur yang diterima pondasi dari
= 0,015 cm + 5,655 cm + 0,170 cm analisa pembebanan sebesar ΣP = 14409,540 kN
= 5,840 cm < 8 cm Aman dan ΣH = 13341,740 kN.
3. Pondasi yang digunakan adalah pondasi bored
4.3.4.2 Penurunan Tiang Kelompok pile diameter = 80 cm, dengan panjang tiang 6,7
S = 5,840 cm m sebanyak 24 tiang. Daya dukung kelompok
Bg = 640 cm pondasi sebesar 16230,713 kN .
4. Tulangan pokok untuk pondasi bored pile
D = 80 m
adalah 12D25 dan tulangan spiral D10-100.
𝐵𝑔 5. Penurunan tiang tunggal pondasi sebesar 5,840
𝑆𝑔 =𝑆. cm dan penurunan tiang kelompok sebesar
𝐷
16,517 cm
= 5,840 cm
5.2 Saran
= 16,517 cm
Saran dari penulis agar penelitian ini lebih
kompleks, diantaranya perlu :
4.3.5 Desain Tulangan Pokok Pondasi 1. Dalam mendesain dimensi abutment
Dicoba tulangan longitudinal 12 D25 dan sebaiknya melakukan trial sehingga didapat
tulangan spiral D10-100 dengan selimut beton 75 safety factor yang tidak terlalu besar atau
mm. boros agar dimensi abutment tetap aman dan
Ag = . π . D2 ideal.
= . π . (800 mm)2
2. Ketelitian dalam penyelidikan tanah di Rahardjo, PP. 2005.Manual Pondasi Tiang. Edisi
lapangan harus diperhatikan, sehingga ketiga. Publikasi GEC. Unpar
keakuratan dalam perhitungan perencanaan Sardjono, HS. 1988. Pondasi Tiang Pancang. Jilid
pondasi dapat maksimal. kedua. Surabaya: Sinar Wijaya
3. Dalam merencanakan pondasi tiang, jarak Struyk, J, H; Van Der Veen; & Soemargono. 1995.
tiang sangat mempengaruhi besar Jembatan. Jakarta: Pradnya Paramita.
daya dukung kelompok tiang, oleh karena itu
sebagai perencana harus pandai
pandai memodifikasi tiang, agar didapat daya
dukung yang aman dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
BSN. 2008. SNI 4153:2008. Cara Uji Penetrasi
Lapangan dengan SPT. Departemen
Pekerjaan Umum
BSN. 2013. SNI SNI 03:2847. Persyaratan Beton
Struktural Untuk Bangunan
Gedung.Departemen Pekerjaan Umum
BSN. 2016. SNI 1725-2016. Pembebanan Untuk
Jembatan. Departemen Pekerjaan Umum
BSN. 2016. SNI 2833:2016 Standar Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Jembatan.
Departemen Pekerjaan Umum
Desain Spektra Indonesia. Internet. Tersedia di
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_sp
ektra_indonesia_2011/
Dharmanto, F. 2018. Perencanaan Pondasi Tiang
Bor dan Abutment Jembatan Sungai
Kedung Galeng STA 28+201 pada Proyek
Jalan Tol Pasuruan Probolinggo Seksi 3.
Skripsi . Tidak diterbitkan: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Fitri, AA . 2017. Perencanaan Ulang Struktur
Bawah Abutment dengan Pondasi Bored
Pile. Studi kasus Overpass STA 0+716.523
Proyek Jalan Tol Solo- Kertosono Seksi 1
Multi Years. Skripsi . Tidak Diterbitkan:
UII
Hardiyanto, HC. 1996. Teknik Pondasi 1 . Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Hardiyanto, HC. 2002. Mekanika Tanah 1 .
Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
Hardiyanto, HC. 2015. Analisis dan Perancangan
Fondasi II. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada
Kusumawati, M. 2018. Studi Perencanaan Struktur
Bawah dengan Pondasi Tiang
Bor pada Bangunan Gedung Pusat Umar
Bin Khotob Universitas Islam Malang.
Skripsi . Tidak diterbitkan : Institut
Teknologi Malang.
Sosrodarsono dan Nakazawa. 2000. Mekanika
Tanah & Teknik Pondasi. Edisi ketujuh.
Jakarta : Pradnya Paramita
Pamungkas, dan Erny. 2013. Desain Pondasi Tahan
Gempa. Yogyakarta
Pondasi Tiang Pancang Beton. Internet. Tersedia di
https://solusibetonreadymix.com/blog/pondasi
tiang-pancang-beton/