Break Even Point (Bep) Analysis of Tomato Farming Business in Taraitak I Village, Langowan District, Minahasa District

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Terakreditasi Nasional Sinta 5, Volume 17 Nomor 1, Januari

2021 : 85-92

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) USAHATANI TOMAT DI DESA TARAITAK I


KECAMATAN LANGOWAN KABUPATEN MINAHASA

BREAK EVEN POINT (BEP) ANALYSIS OF TOMATO FARMING BUSINESS IN


TARAITAK I VILLAGE, LANGOWAN DISTRICT, MINAHASA DISTRICT

Rizaldi Manono (1) , Eyverson Ruauw (2), Melisa Lady Gisela Tarore (3)

1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi, Manado
2) Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi, Manado
*Penulis untuk korespondensi: Rizaldi.manono99@gmail.com

Naskah diterima melalui Website Jurnal Ilmiah agrisosioekonomi@unsrat.ac.id : Minggu, 10 Januari 2021
Disetujui diterbitkan : Jumat, 15 Januari 2021

ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze the break even point or break even point of
tomato farming in Taraitak Satu Village, Langowan Utara Districk. This study was conducted for
3 months by taking 20 respondents. This sampling process is conducted by simple random
sampling. The results showed that at the prevailing price lvel and the proction result acheved, the
tomato farmers in taraitak 1 village earned an income fo RP 1.942.822 in one planting. The break-
even point (BEB value) of tomato farming in one planting in Taraitak 1 village is achieved at a
value of IDR 1.055.181. The amount of production that must be obtained by tomato farmers in
Taraitak 1 Village in order to break even is 179 kg at a price per kg level of IDR 5,893, and the
price per kg of tomatoes that must be obtained by farmers in Taraitak 1 Village in order to break
even is IDR 584 , or in other words, the minimum price for tomatoes in Taraitak 1 Village is
IDR584 at a production level of 1.808 kg.

Keywords: break even point, tomato, Langowan Minahasa

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis break even point atau titik impas usahatani
tomat di Desa Taraitak Satu Kecamatan Langowan Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama 3
bulan dengan jumlah sampel 20 responden. Proses pengambilan sampel dilakukan secara simple
random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pada tingkat harga yang berlaku dan hasil
produksi yang dicapai, petani tomat di Desa Taraitak 1 memperoleh pendapatan sebesar Rp
1.942.822 dalam satu kali penanaman. Titik impas nilai (BEP nilai) usahatani tomat dalam satu
kali penanaman di Desa Taraitak 1 di capai pada nilai sebesar Rp1.055.181. Jumlah produksi yang
harus diperoleh petani tomat di Desa Taraitak 1 agar mengalami titik impas adalah sebesar 179 kg
pada tingkat harga per kg sebesar Rp5.893, dan harga per kg tomat yang harus diperoleh petani di
Desa Taraitak 1 agar mengalami titik impas adalah sebesar Rp584, atau dengan kata lain harga
minimal tomat di Desa Taraitak 1 sebesar Rp584 pada tingkat hasil produksi sebesar 1.808 kg.

Kata kunci: break-even point, tomat, Langowan Minahasa

Agrisosioekonomi:
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 85
Analisis Break Even Point (Bep) Usahatani …………….………(Rizaldi Manono, Eyverson Ruauw, Mellisa Tarore)

PENDAHULUAN Definisi Usahatani


Menurut Soekarwati (2002), ilmu usahatani
Latar Belakang biasanya diartikan sebagai ilmu yang
Indonesia merupakan salah satu negara mempelajari bagaimana seorang
berkembang dengan sektor pertanian sebagai mengalokasikan sumberdaya yang ada secara
sumber mata pencaharian dari mayoritas efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh
penduduknya, artinya sebagian besar penduduknya keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian Dikatakan efektif bila petani atau produsen
(Husodo, 2004). Pembangunan pertanian pada dapat mengalokasikan sumberdaya yang
hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan
mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya
kesejahteraan atau taraf hidup petani, oleh karena
dan dikatakan efisien bila pemanfaatan
itu pembangunan pertanian selalu diarahkan pada
pendapatan petani. sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran
Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup (output) yang melebihi masukan (input).
singkat. Tumbuhan ini memiliki buah berwarna
hijau, kuning dan merah yang bisa dipakai sebagai Biaya Usahatani
sayur dalam masakan atau dimakan secara Menurut Soekartawi (2002), biaya usahatani
langsung tanpa proses. biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
Di kabupaten Minahasa, Kecamatan 1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya
Langowan Utara desa Taraitak I, memiliki luas yang relatif jumlahnya dan terus dikeluarkan
wilayah 2,1 km2 dan merupakan daerah walaupun produksi yang diperoleh banyak
pengembangan tanaman hortikultura seperti tomat atau sedikit. Jadi, besarnya biaya tetap ini tidak
yang mempunyai peluang yang sangat baik, namun tergantung pada besar kecilnya biaya produksi
kadang tomat mengalami kendala seperti saat yang diperoleh.Biaya ini terdiri dari pajak dan
musim hujan karna pemakaian pupuk sangat besar penyusutan alat produksi.
sehingga nilai pendapatan petani rendah. Konsep 2. Biaya Variabel (variable cost) adalah
analisis Break Even Point dapat membantu para biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh
petani dalam merencanakan laba dan pengendalian
produksi yang diperoleh.Biaya ini terdiri dari
aktivitas usaha sehingga kerugian yang menjurus
biaya produk, pemeliharaan, bibit, pupuk,
ke arah penutupan usaha bisa diminalkan. Break pestisida, biaya panen dan lain-lain.
Even Point adalah suatu cara atau teknik yang
digunakan oleh para pengambil keputusan di
Pendapatan
dalam suatu usaha atau bisnis untuk melihat dan
Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh
mengetahui para volume berapa banyaknya
dari aktivitas-aktivitas perusahaan dalam suatu
produksi/penjualan harus dicapai dan harga jual
periode. Sondakh (2010) menyatakan besarnya
yang harus ditetapkan sehingga impas atau tidak
pendapatan yang diterima petani melalui
rugi tidak untung.
kegiatan usahataninya banyak ditentukan oleh
perilaku petani itu sendiri dalam hal jenis
Deskripsi Tanaman Tomat
cabang usahatani serta mempengaruhi faktor-
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill)
merupakan salah satu komoditas hortikultura faktor produksi seefektif dan seefisian
yang memiliki prospek pengembangan yang mungkin.Selain itu pula, pendapatan petani
cerah disebabkan karena pemanfaatannya di secara tidak langsung dipengaruhi oleh
masyarakat yang luas. Sebagai sumber vitamain keadaan iklim, namun juga oleh harga produk
dan mineral. Buah tomat selain dikonsumsi sebagai yang bersangkutan. Peningkatan pendapatan
buah segar atau untuk bumbu masakan, juga disektor pertanian perlu mendapat perhatian
banyak digunakan untuk kepentingan bahan baku disebabkan karena pada umumnya penduduk
industri makanan olahan seperti minuman sari Indonesia hidup dan dihidupkan dari usaha
buah atau saus tomat juga industri obat-obatan dan pertanian.
kosmetik (Wijayanti dan Susila, 2013).

86
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Terakreditasi Nasional Sinta 5, Volume 17 Nomor 1, Januari 2021 : 85-92

Penerimaan Manfaat Penelitian


Penerimaan adalah perkalian antara Manfaat penelitian ini diharapkan
jumlah produksi dengan harga jual yang menjadi bahan informasi kepada petani tomat
berlaku di tingkat petani. Soekartawi (2002) untuk mengetahui titik impas usahatani tomat
menyatakan penerimaan adalah hasil kali Desa Taraitak I kecamatan Langowan Utara.
antara produksi yang diperoleh dengan harga
jual.
METODE PENELITIAN
Definisi Break Even Point (BEP)
Break Even Point adalah titik pulang Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan
pokok dimana total revenue = total cost.
yaitu dari bulan September 2019 sampai
Terjadinya titik pulang pokok tergantung pada
dengan bulan November 2019. Penelitian
lama arus penerimaan sebuah proyek dapat
dilakukan di lokasi Desa Taraitak Satu
menutupi segala biaya operasi dan
Kecamatan langoan Utara Kabupaten
pemeliharaan beserta biaya modal lainnya.
Minahasa.
Selama perusahaan masih berada di bawah
titik BEP, selama itu juga perusahaan masih
Metode Pengambilan Data
menderita kerugian. Semakin lama sebuah
Data yang digunakan dalam penelitian ini
perusahaan mencapai titik pulang pokok,
adalah data primer dan data sekunder. Data
semakin besar saldo rugi karena keuntungan
primer diperoleh melalui wawancara dengan
yang diterima masih menutupi biaya yang
menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner)
dikeluarkan (Ibrahim, 2003).
kepada para petani tomat di Desa Taraitak Satu
Kecamatan Langowan Utara. Data sekunder
Rumusan Masalah diperoleh dari Kantor Desa dan Kantor
Konsep analisis Break Even Point dapat
Kecamatan dan berbagai instansi yang terkait
membantu para petani dalam merencanakan laba dalam penelitian ini dengan berbagai literatur
dan pengendalian aktivitas usaha sehingga yang ada di perpustakaan dan internet.
kerugian yang menjurus ke arah penutupan
usaha bisa diminalkan. Break Even Point adalah
Metode Pengambilan Sampel
suatu cara atau teknik yang digunakan oleh para Populasi dalam penelitian ini adalah para
pengambil keputusan di dalam suatu usaha atau petani tomat di desa Taraitak Satu Kecamatan
bisnis untuk melihat dan mengetahui para Langowan Utara Kabupaten Minahasa. Proses
volume berapa banyaknya produksi/penjualan pengambilan sampel dilakukan secara simple
harus dicapai dan harga jual yang harus random sampling dengan jumlah 20 petani
ditetapkan sehingga impas atau tidak rugi tidak tomat.
untung.
Berdasarkan uraian diatas bahwa harga Konsep Pengukuran Variabel
tomat di Sulawesi Utara tidak menentu, Adapun yang menjadi konsep pengukuran
terkadang Harga tomat naik dan terkadang variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
harga tomat turun maka pada harga berapa berikut :
petani panen atau di harga berapa usahatani 1. Karakteristik Responden, yaitu:
tomat di Desa Taraitak I Kecamatan Langowan a) Umur (tahun)
utara mengalami titik impas. b) Tingkat pendidikan (SD, SMP, SMA,
Perguruan Tinggi)
Tujuan Penelitian c) Lamanya berusahatani tomat
Penelitian ini bertujuan untuk 2. Variabel Pokok
mengetahui titik impas usahatani tomat di desa a) Luas lahan, yaitu luas lahan yang
Traitak I Kecamatan Langowan Utara. ditanam tomat (ha)
Agrisosioekonomi:
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 87
Analisis Break Even Point (Bep) Usahatani …………….………(Rizaldi Manono, Eyverson Ruauw, Mellisa Tarore)

b) Biaya Produksi yaitu biaya yang d.Break Even Point (BEP)


dikeluarkan petani selama proses
produksi tomat selama satu kali panen.
c) Biaya tetap (pajak penyusutan dan
bunga modal)
d) Biaya variabel
3. Biaya tetap: Dimana:
a) Pajak (Rp/thn) FC = fixed cost, (biaya tetap)
b) Biaya penyusutan alat (Rp), dihitung VC = variabel cost (biaya variabel)
menggunakan “straight method” S = sales volume atau penerimaan
Nb−Ns Total Biaya Produksi
ρ= BEP Harga Produksi =
n Volume Produksi
Dimana,
Nb = Nilai Baru Total Biaya Produksi
Ns = Nilai Sisa BEP Volume Produksi =
Harga Produksi
N = Jangka Usia Ekonomis

4) Biaya tidak tetap HASIL DAN PEMBAHASAN


a) Tenaga kerja
b) Benih yaitu banyaknya benih yang Deskripsi Umum Wilayah Penelitian
digunakan oleh petani dalam Luas dan Kondisi Geografis
usahataninya (Rp/kg) Desa Taraitak Satu memiliki luas wilayah
c) Pupuk yaitu banyaknya peptisida yang 2,1 km². Jarak desa dari Ibukota Kecamatan yakni
digunakan oleh petani dalam Amongena adalah 3,3 km dan berjarak 34 km dari
usahataninya (Rp/Kg) Ibukota Kabupaten yakni Tondano, serta berjarak
d) Peptisida yaitu banyaknya peptisida 55 km dari Ibukota Provinsi yakni Kota Manado.
yang digunakan petani dalam
usahataninya (Rp/Kg) Keadaan Penduduk
e) Transportasi (Rp/hari). Desa Taraitak Satu memiliki jumlah
penduduk 931 jiwa dengan 332 KK. Distribusi
Metode Analisis Data penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada
Analisis data menggunakan metode analisis Tabel 1.
deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel
menggunakan metode BEP. Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
a. Biaya Produksi No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Laki-laki 499 54
TC = FC + VC 2 Perempuan 432 46
Dimana : TC = Total Cost (total biaya) Total 931 100
FC = Fixed Cost (biaya tetap) Sumber : kantor Desa Taraitak Satu, Tahun 2018
VC= Variable Cost (biaya tidak tetap)
Tabel 2. Mata Pencaharian Penduduk Desa Taraitak Satu
b. Penerimaan No Mata Pencaharian Jumlah Persentase
Jiwa (orang) (%)
TR = TP × P
1 Petani 296 31,81
Dimana : 2 Wiraswasta 46 4,94
TR = Total Revenue (totap penerimaan) 3 PNS 41 4,41
TP = Total Production (total produksi) 4 Karyawan Perusahaan 17 1,82
P = Price (harga) Swasta
5 Perangkat Desa 13 1,39
6 TNI/Polri 4 0,43
c. Pendapatan
7 Pengrajin 1 0,11
I = TR – TC
8 Sopir 1 0,11
Dimana : 9 Lain-lain 512 54,99
I = Income (pendapatan) Total 931 100
TR = Total Revenue (total penerimaan) Sumber :Kantor Desa Taraitak Satu, Tahun 2018
TC = Total Cost (total biaya)

88
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Terakreditasi Nasional Sinta 5, Volume 17 Nomor 1, Januari 2021 : 85-92

Tabel 3. Sarana Dan Prasarana Di Desa Taraitak Satu Analisis Usatani Tomat
No. Sarana dan Prasarana Jumlah Kondisi
(unit)
1 Sekolah : Jumlah Produksi
- TK 2 Baik
- SD 1 Baik Berdasarkan hasil penelitian, hasil
- SMA 1 Baik produksi tomat total dari semua panen (terdapat
2 Pusat Kesehatan Desa 1 Baik
(puskesdes) 7 kali memanen) rata-rata dari luasan yang ada
3 Balai Desa 1 Baik sebesar 1.808 kg atau sebesar 11.479 kg per ha.
4 Gereja :
- GMIM 1 Baik Secara teori hasil produksi ini masih jauh lebih
- GpdI 1 Baik kecil bila dibandingkan dengan maksimum
5 Jalan Desa Baik
Sumber : Kantor Desa Taraitak Satu, Tahun 2019 produktivitas tomat yang dapat mencapai 40.000
kg per ha.
Tabel 4. Jumlah Responden Berdasarkan Umur
No. Umur Petani Jumlah Persentase (%) Harga Jual
(tahun) Petani (orang) Harga jual tomat paling tingg yaitu
1 28–37 7 35
Rp9.000 per kg yang terjadi pada panen ke-1 dan
2 38–47 6 30
yang paling rendah adalah Rp2.500 per kg yang
3 48–57 4 20 terjadi pada paden ke-7. Harga rata-rata per
4 ≥58 3 15 panen sebesar Rp5.893. Semua petani sampel
Total 20 100 melakukan penanaman bersamaan.
Sumber: Dari Data Primer, Tahun 2019
Biaya Produksi
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Petani Responden di Desa
Taraitak Satu
Biaya adalah semua pengorbanan yang
No Tingkat Jumlah Petani Persentasi perlu dilakukan untuk satu kali produksi, yang
Pendidikan (orang) (%) dinyatakan dengan satuan uang menurut harga
1 SD 4 20
2 SMP 6 30 pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi
3 SMA 10 50 maupun yang akan terjadi. Produksi adalah suatu
Total 20 100
Sumber: Dari Data Primer, Tahun 2019
kegiatan untuk menciptakan atau mengubah nilai
guna suatu barang untuk memenuhi kebutuhan.
Tabel 6. Jumlah Tanggungan Keluarga Biaya produksi adalah keseluruhan biaya
No Jumlah Jumlah Petani Persentase ekonomi yang di butuhkan dalam kegiatan
Tanggungan (orang) (%)
(orang) produksi suatu barang. Biaya produksi dapat
1 ≤2 12 60 dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap, dan biaya
2 3-4 6 30
3 ≥5 2 10
variabel. Hasil produksi rata-rata petani di Desa
Total 20 100 Taraitak I adalah 1.808 kg.
Sumber: Dari Data Primer, Tahun 2019
Biaya Tetap
Luas Lahan Biaya tetap usahatani tomat terdiri dari
Luas lahan yang diolah petani sangat biaya penyusutan, biaya pajak dan biaya bunga
menentukan besar-kecilnya hasil produksi, luas
modal.
lahan petani responden berkisar antara 0.15 hektar
a. Biaya Penyusutan
sampai 0.35 hektar.
Penyusutan merupakan penurunan nilai
Tabel 7. Persentase dan Luas Lahan Petani Responden di suatu yang disebabkan oleh bertambahnya umur,
Desa Taraitak Satu alat, adanya kerusakan atau pengurangan yang
Luas Lahan Jumlah Persentase
No
(ha) Responden (%) ditentukan. Biaya penyusutan rata-rata usahatani
1 < 0.15 9 45 tomat adalah sebesar Rp. 23.531,25.
2 0.15-0.20 6 30 b. Biaya Pajak
3 >0.20 5 25
Total 3,15 20 100 Biaya pajak yaitu biaya tanah yang di
Rata- bayar per tahun. Berdasarkan hasil penelitian biaya
0,1575
rata pajak ditanggung oleh pemilik lahan sendiri yaitu
Sumber: Dari Data Primer, Tahun 2019 sebanyak 20 petani. Pajak yang dimaksud adalah
Agrisosioekonomi:
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 89
Analisis Break Even Point (Bep) Usahatani …………….………(Rizaldi Manono, Eyverson Ruauw, Mellisa Tarore)

pajak bumi dan bangunan (PBB). Besarnya hingga diakar, pestisida abacel yang efektif
pajak yang dibayarkan petani dari luasan yang memberantas hama dan juga pestisida ekstratin
ada rata-rata sebesar Rp3.424 untuk membasmi ulat. Biaya pengeluaran
c. Biaya Bunga Modal. pestisida rata-rata sebesar Rp594.625.
Besarnya bunga modal didasarkan pada d. Biaya Tenaga Kerja
bunga Bank yaitu sebesar 8% per tahun atau Tenaga kerja dalam usahatani tomat ada
sebesar 2% per musim tanam. Besarnya biaya tenaga kerja perempuan dan laki-laki, ada yang
bunga modal rata-rata per usahatani sebesar didalam keluarga dan diluar keluarga, yaitu Rp.
Rp178.098. 150.000 untuk tenaga kerga laki-laki dan Rp.
Rekapitulasi biaya tetap per usahatani 100.000 untuk tenaga kerja perempuan, itu
adalah sebagaimana Tabel 8. berlaku untuk dalam keluarga maupun diluar
keluarga. Tenaga kerja yang dimaksud adalah
Tabel 8. Jumlah Biaya Tetap tenaga kerja yang melakukan kegiatan
Jenis Biaya Jumlah (Rp)
Biaya penyusutan 23.531,25 penanaman, pemasangan bambu, pemupukan,
Biaya pajak 3.424 penyiangan, pengendalian hama dan penyakit
Biaya bunga modal 178.098 tanaman. Termasuk dalam biaya tenaga kerja
Total 205.053 adalah biaya pengolahan tanah baik
Sumber: Dari Data Primer, Tahun 2019
menggunakan traktor maupun bajak. Biaya
tenaga kerja total rata-rata yang dikeluarkan
Biaya Variabel (Variabel cost)
baik yang dibayarkan maupun diperhitungkan
Biaya variabel pada usahatani tomat
adalah sebesar Rp 5.145.500.
terdiri dari benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja,
e. Biaya pembelian bambu
pembelian bambu dan biaya pengankutan
Bambu untuk tanaman tomat sebagai
a. Biaya benih
penyanggah dimaksudkan untuk mencegah
Benih yang digunakan petani tomat ini
tanaman tomat roboh, biasanya bambu atau kayu
adalah benih servo yang harga benih tersebut
panjangnya 100 - 175 cm. Biaya bambu tersebut
sebesar Rp165.000 per suchet. Biaya benih yang
adalah Rp. 550 untung satu ujung bambu 100 –
dikeluarkan oleh petani rata-rata sebesar
175 cm. Biaya pembelian bambu rata-rata
Rp462.000. jumlah benih yang di gunakan
sebesar Rp 2.137.500.
untuk rata-rata luasan yang ada adalah 17,7778 f. Biaya Transportasi
sachet . Biaya transportasi untuk usahatni tomat
b. Biaya Pupuk adalah tarif angkutan untuk mengangkut tomat
Pupuk yang digunakan pada tanaman yang telah di panen, ada yang mengangkut
tomat ada beberapa macam yaitu pupuk SP 36 hingga kepasar ada juga yang mengangkut
membuat tanaman bisa tumbuh dengan subur sampai ke rumah petani saja karena ada pembeli
serta hasil panen yang berkualitas, pupuk yang langsung ambil ke rumah petani. Biaya
ponska membuat batang tanaman akan pengangkutan rata-rata yang dikeluarkan petani
semakin kuat sehingga tanaman tidak mudah sebesar Rp75.000.
roboh serta mampu membesarkan buah Rekapitulasi biaya variabel per usahatani
sedangkan pupuk KCL yang mampu adalah sebagaimana Tabel 9.
meningkatkan hasil panen serta membuat
tanaman lebih tahan serangan hama dan juga Tabel 9. Jumlah Biaya Variabel
Jenis Biaya Jumlah (Rp)
penyakit. Biaya pengeluaran pupuk rata-rata Biaya benih 462.000
sebesar Rp490.250. Biaya pupuk 490.250
c. Biaya Pestisida Biaya pestisida 594.625
Biaya tenaga kerja 5.145.500
Pestisida yang digunakan pada Biaya pembelian bambu 2.137.500
tanaman tomat juga ada beberapa macam Biaya Transportasi 75.000
yaitu, pestisida score untuk mengendalikan Total 8.904.875
penyakit bercak didaun atau busuk didaun Sumber: Dari Data Primer, Tahun 2019

90
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Terakreditasi Nasional Sinta 5, Volume 17 Nomor 1, Januari 2021 : 85-92

Biaya Total (Total cost) Hasil perhitungan adalah sebagaimana


Biaya total adalah semua biaya yang Tabel 12.
digunakan dalam usahatani tomat yaitu
penjumlahan total biaya tetap dan total biaya Tabel 12. Perhitungan BEP
variabel. Dapat dilihat pada Tabel 10. dibawah ini. Fixed cost Rp205.053
Variabel cost Rp8.904.875
Tabel 10. Biaya Total Usahatani Tomat Sales volume Rp11.052.750
Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel Biaya Total (Rp) Break Event Point (BEP) nilai Rp1.055.181
(Rp)
BEP Rp1.055.181
205.053 8.904.875 9.109.928 = Rp584 per kg
Hasil Produksi Total 1.808 kg
Sumber: Dari Data Primer, Tahun 2019
BEP
Penerimaan Harga Tomat Rata − rata yang terjadi
Rp1.055.181 179 kg
Penerimaan adalah semua penerimaan
=
produsen dari hasil penjualan barang atau output Rp5.893
nya. Semakin tinggi jumlah produksi dan harga
satuan produksi yang dihasilkan maka penerimaan Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
usahatani semakin besar, begitu juga sebaliknya. penerimaan minimum yang harus diperoleh
petani agar tidak mengalami kerugian dalam satu
Tabel 11. Penerimaan Usahatani Tomat
Penerimaan Berdasarkan Rata-Rata (Rp)
kali musim tanam adalah sebesar Rp1.055.181.
Panen Bila nilai BEP dibagi dengan harga rata-rata
Panen 1 594.000 yang terjadi, yaitu sebesar Rp5.893, maka
Panen 2 2.057.000
Panen 3 2.745.000 diperoleh jumlah produksi sebesar 179 kg,
Panen 4 3.556.250 artinya jumlah produksi yang harus diperoleh
Panen 5 1.440.000
Panen 6 518.000 petani tomat di Desa Taraitak 1 agar mengalami
Panen 7 142.500 titik impas adalah sebesar 179 kg pada tingkat
Penerimaan Total 11.052.750 harga per kg sebesar Rp5.893, atau dengan kata
Sumber: Dari Data Primer, Tahun 2019
lain hasil produksi minimal tomat di Desa
Pendapatan Taraitak 1 sebesar 179 kg pada tingkat harga
Pendapatan adalah selisih antara tomat sebesar Rp5.893 per kg.
penerimaan dengan biaya total. Dari besaran Bila nilai BEP dibagi dengan hasil
biaya total sebesar Rp 9.109.928 dan penerimaan produk total sebesar 1.808 kg, maka diperoleh
sebesar Rp 11.052.750. Maka diperoleh harga per kg sebesar Rp584, artinya harga per kg
pendapatan sebesar Rp 1.942.822. tomat yang harus diperoleh petani di Desa
Taraitak 1 agar mengalami titik impas adalah
BEP (Break even Point) sebesar Rp584, atau dengan kata lain harga
Break-Even Point atau sering disingkat minimal tomat di Desa Taraitak 1 sebesar Rp584
dengan BEP adalah suatu titik atau keadaan pada tingkat hasil produksi sebesar 1.808 kg.
dimana penjualan dan pengeluaran sama atau
suatu kondisi dimana penjualan perusahaan
KESIMPULAN DAN SARAN
cukup untuk menutupi pengeluaran bisnisnya.
Sebagaimana terdapat dalam rumus BEP
Kesimpulan
yaitu :
Pada tingkat harga yang berlaku dan
hasil produksi yang dicapai, petani tomat di Desa
Taraitak 1 memperoleh pendapatan sebesar Rp
Dimana: 1.942.822 dalam satu kali penanaman.
FC = fixed cost, Titik impas nilai (BEP nilai) usahatani
VC=variabel cost dan tomat dalam satu kali penanaman di Desa
S=sales volume atau penerimaan Taraitak 1 di capai pada nilai sebesar

Agrisosioekonomi:
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 91
Analisis Break Even Point (Bep) Usahatani …………….………(Rizaldi Manono, Eyverson Ruauw, Mellisa Tarore)

Rp1.055.181. Jumlah produksi yang harus DAFTAR PUSTAKA


diperoleh petani tomat di Desa Taraitak 1 agar
mengalami titik impas adalah sebesar 179 kg Husodo, dkk. 2004. ”Pertanian Mandiri”.Penebar
pada tingkat harga per kg sebesar Rp5.893, dan Swadaya, Jakarta.
harga per kg tomat yang harus diperoleh petani Ibrahim, dkk. 2003. Perencanaan Pengajaran.
di Desa Taraitak 1 agar mengalami titik impas Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
adalah sebesar Rp584, atau dengan kata lain Soekartawi. 2002. Agribisnis. Teori dan
harga minimal tomat di Desa Taraitak 1 sebesar Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada.
Rp584 pada tingkat hasil produksi sebesar1.808 Jakarta.
kg. Sondakh, Ronny.M., 2010. Pendapatan Usahatani
Campuran di Desa Kumu Kecamatan
Saran Tombariri. Seminar Hasil Penelitian
Fakultas Pertanian Unsrat Manado.
Berdasarkan kesimpulan yang Wijayanti, Susila, A. D. 2013. Pertumbuhan dan
produksi dua varietas tomat
diperoleh dalam penelitian ini, disarankan
(Lycopersicon Esculentum Mill) Secara
produksi dapat ditingkatkan dengan Hidroponik Dengan Beberapa
melakukan pengelolaan usahatani tomat lebih Komposisi Media Tanam. Bul. Agrohoti
intensif.

92

You might also like