Break Even Point (Bep) Analysis of Tomato Farming Business in Taraitak I Village, Langowan District, Minahasa District
Break Even Point (Bep) Analysis of Tomato Farming Business in Taraitak I Village, Langowan District, Minahasa District
Break Even Point (Bep) Analysis of Tomato Farming Business in Taraitak I Village, Langowan District, Minahasa District
2021 : 85-92
Rizaldi Manono (1) , Eyverson Ruauw (2), Melisa Lady Gisela Tarore (3)
1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi, Manado
2) Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi, Manado
*Penulis untuk korespondensi: Rizaldi.manono99@gmail.com
Naskah diterima melalui Website Jurnal Ilmiah agrisosioekonomi@unsrat.ac.id : Minggu, 10 Januari 2021
Disetujui diterbitkan : Jumat, 15 Januari 2021
ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze the break even point or break even point of
tomato farming in Taraitak Satu Village, Langowan Utara Districk. This study was conducted for
3 months by taking 20 respondents. This sampling process is conducted by simple random
sampling. The results showed that at the prevailing price lvel and the proction result acheved, the
tomato farmers in taraitak 1 village earned an income fo RP 1.942.822 in one planting. The break-
even point (BEB value) of tomato farming in one planting in Taraitak 1 village is achieved at a
value of IDR 1.055.181. The amount of production that must be obtained by tomato farmers in
Taraitak 1 Village in order to break even is 179 kg at a price per kg level of IDR 5,893, and the
price per kg of tomatoes that must be obtained by farmers in Taraitak 1 Village in order to break
even is IDR 584 , or in other words, the minimum price for tomatoes in Taraitak 1 Village is
IDR584 at a production level of 1.808 kg.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis break even point atau titik impas usahatani
tomat di Desa Taraitak Satu Kecamatan Langowan Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama 3
bulan dengan jumlah sampel 20 responden. Proses pengambilan sampel dilakukan secara simple
random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pada tingkat harga yang berlaku dan hasil
produksi yang dicapai, petani tomat di Desa Taraitak 1 memperoleh pendapatan sebesar Rp
1.942.822 dalam satu kali penanaman. Titik impas nilai (BEP nilai) usahatani tomat dalam satu
kali penanaman di Desa Taraitak 1 di capai pada nilai sebesar Rp1.055.181. Jumlah produksi yang
harus diperoleh petani tomat di Desa Taraitak 1 agar mengalami titik impas adalah sebesar 179 kg
pada tingkat harga per kg sebesar Rp5.893, dan harga per kg tomat yang harus diperoleh petani di
Desa Taraitak 1 agar mengalami titik impas adalah sebesar Rp584, atau dengan kata lain harga
minimal tomat di Desa Taraitak 1 sebesar Rp584 pada tingkat hasil produksi sebesar 1.808 kg.
Agrisosioekonomi:
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 85
Analisis Break Even Point (Bep) Usahatani …………….………(Rizaldi Manono, Eyverson Ruauw, Mellisa Tarore)
86
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Terakreditasi Nasional Sinta 5, Volume 17 Nomor 1, Januari 2021 : 85-92
88
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Terakreditasi Nasional Sinta 5, Volume 17 Nomor 1, Januari 2021 : 85-92
Tabel 3. Sarana Dan Prasarana Di Desa Taraitak Satu Analisis Usatani Tomat
No. Sarana dan Prasarana Jumlah Kondisi
(unit)
1 Sekolah : Jumlah Produksi
- TK 2 Baik
- SD 1 Baik Berdasarkan hasil penelitian, hasil
- SMA 1 Baik produksi tomat total dari semua panen (terdapat
2 Pusat Kesehatan Desa 1 Baik
(puskesdes) 7 kali memanen) rata-rata dari luasan yang ada
3 Balai Desa 1 Baik sebesar 1.808 kg atau sebesar 11.479 kg per ha.
4 Gereja :
- GMIM 1 Baik Secara teori hasil produksi ini masih jauh lebih
- GpdI 1 Baik kecil bila dibandingkan dengan maksimum
5 Jalan Desa Baik
Sumber : Kantor Desa Taraitak Satu, Tahun 2019 produktivitas tomat yang dapat mencapai 40.000
kg per ha.
Tabel 4. Jumlah Responden Berdasarkan Umur
No. Umur Petani Jumlah Persentase (%) Harga Jual
(tahun) Petani (orang) Harga jual tomat paling tingg yaitu
1 28–37 7 35
Rp9.000 per kg yang terjadi pada panen ke-1 dan
2 38–47 6 30
yang paling rendah adalah Rp2.500 per kg yang
3 48–57 4 20 terjadi pada paden ke-7. Harga rata-rata per
4 ≥58 3 15 panen sebesar Rp5.893. Semua petani sampel
Total 20 100 melakukan penanaman bersamaan.
Sumber: Dari Data Primer, Tahun 2019
Biaya Produksi
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Petani Responden di Desa
Taraitak Satu
Biaya adalah semua pengorbanan yang
No Tingkat Jumlah Petani Persentasi perlu dilakukan untuk satu kali produksi, yang
Pendidikan (orang) (%) dinyatakan dengan satuan uang menurut harga
1 SD 4 20
2 SMP 6 30 pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi
3 SMA 10 50 maupun yang akan terjadi. Produksi adalah suatu
Total 20 100
Sumber: Dari Data Primer, Tahun 2019
kegiatan untuk menciptakan atau mengubah nilai
guna suatu barang untuk memenuhi kebutuhan.
Tabel 6. Jumlah Tanggungan Keluarga Biaya produksi adalah keseluruhan biaya
No Jumlah Jumlah Petani Persentase ekonomi yang di butuhkan dalam kegiatan
Tanggungan (orang) (%)
(orang) produksi suatu barang. Biaya produksi dapat
1 ≤2 12 60 dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap, dan biaya
2 3-4 6 30
3 ≥5 2 10
variabel. Hasil produksi rata-rata petani di Desa
Total 20 100 Taraitak I adalah 1.808 kg.
Sumber: Dari Data Primer, Tahun 2019
Biaya Tetap
Luas Lahan Biaya tetap usahatani tomat terdiri dari
Luas lahan yang diolah petani sangat biaya penyusutan, biaya pajak dan biaya bunga
menentukan besar-kecilnya hasil produksi, luas
modal.
lahan petani responden berkisar antara 0.15 hektar
a. Biaya Penyusutan
sampai 0.35 hektar.
Penyusutan merupakan penurunan nilai
Tabel 7. Persentase dan Luas Lahan Petani Responden di suatu yang disebabkan oleh bertambahnya umur,
Desa Taraitak Satu alat, adanya kerusakan atau pengurangan yang
Luas Lahan Jumlah Persentase
No
(ha) Responden (%) ditentukan. Biaya penyusutan rata-rata usahatani
1 < 0.15 9 45 tomat adalah sebesar Rp. 23.531,25.
2 0.15-0.20 6 30 b. Biaya Pajak
3 >0.20 5 25
Total 3,15 20 100 Biaya pajak yaitu biaya tanah yang di
Rata- bayar per tahun. Berdasarkan hasil penelitian biaya
0,1575
rata pajak ditanggung oleh pemilik lahan sendiri yaitu
Sumber: Dari Data Primer, Tahun 2019 sebanyak 20 petani. Pajak yang dimaksud adalah
Agrisosioekonomi:
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 89
Analisis Break Even Point (Bep) Usahatani …………….………(Rizaldi Manono, Eyverson Ruauw, Mellisa Tarore)
pajak bumi dan bangunan (PBB). Besarnya hingga diakar, pestisida abacel yang efektif
pajak yang dibayarkan petani dari luasan yang memberantas hama dan juga pestisida ekstratin
ada rata-rata sebesar Rp3.424 untuk membasmi ulat. Biaya pengeluaran
c. Biaya Bunga Modal. pestisida rata-rata sebesar Rp594.625.
Besarnya bunga modal didasarkan pada d. Biaya Tenaga Kerja
bunga Bank yaitu sebesar 8% per tahun atau Tenaga kerja dalam usahatani tomat ada
sebesar 2% per musim tanam. Besarnya biaya tenaga kerja perempuan dan laki-laki, ada yang
bunga modal rata-rata per usahatani sebesar didalam keluarga dan diluar keluarga, yaitu Rp.
Rp178.098. 150.000 untuk tenaga kerga laki-laki dan Rp.
Rekapitulasi biaya tetap per usahatani 100.000 untuk tenaga kerja perempuan, itu
adalah sebagaimana Tabel 8. berlaku untuk dalam keluarga maupun diluar
keluarga. Tenaga kerja yang dimaksud adalah
Tabel 8. Jumlah Biaya Tetap tenaga kerja yang melakukan kegiatan
Jenis Biaya Jumlah (Rp)
Biaya penyusutan 23.531,25 penanaman, pemasangan bambu, pemupukan,
Biaya pajak 3.424 penyiangan, pengendalian hama dan penyakit
Biaya bunga modal 178.098 tanaman. Termasuk dalam biaya tenaga kerja
Total 205.053 adalah biaya pengolahan tanah baik
Sumber: Dari Data Primer, Tahun 2019
menggunakan traktor maupun bajak. Biaya
tenaga kerja total rata-rata yang dikeluarkan
Biaya Variabel (Variabel cost)
baik yang dibayarkan maupun diperhitungkan
Biaya variabel pada usahatani tomat
adalah sebesar Rp 5.145.500.
terdiri dari benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja,
e. Biaya pembelian bambu
pembelian bambu dan biaya pengankutan
Bambu untuk tanaman tomat sebagai
a. Biaya benih
penyanggah dimaksudkan untuk mencegah
Benih yang digunakan petani tomat ini
tanaman tomat roboh, biasanya bambu atau kayu
adalah benih servo yang harga benih tersebut
panjangnya 100 - 175 cm. Biaya bambu tersebut
sebesar Rp165.000 per suchet. Biaya benih yang
adalah Rp. 550 untung satu ujung bambu 100 –
dikeluarkan oleh petani rata-rata sebesar
175 cm. Biaya pembelian bambu rata-rata
Rp462.000. jumlah benih yang di gunakan
sebesar Rp 2.137.500.
untuk rata-rata luasan yang ada adalah 17,7778 f. Biaya Transportasi
sachet . Biaya transportasi untuk usahatni tomat
b. Biaya Pupuk adalah tarif angkutan untuk mengangkut tomat
Pupuk yang digunakan pada tanaman yang telah di panen, ada yang mengangkut
tomat ada beberapa macam yaitu pupuk SP 36 hingga kepasar ada juga yang mengangkut
membuat tanaman bisa tumbuh dengan subur sampai ke rumah petani saja karena ada pembeli
serta hasil panen yang berkualitas, pupuk yang langsung ambil ke rumah petani. Biaya
ponska membuat batang tanaman akan pengangkutan rata-rata yang dikeluarkan petani
semakin kuat sehingga tanaman tidak mudah sebesar Rp75.000.
roboh serta mampu membesarkan buah Rekapitulasi biaya variabel per usahatani
sedangkan pupuk KCL yang mampu adalah sebagaimana Tabel 9.
meningkatkan hasil panen serta membuat
tanaman lebih tahan serangan hama dan juga Tabel 9. Jumlah Biaya Variabel
Jenis Biaya Jumlah (Rp)
penyakit. Biaya pengeluaran pupuk rata-rata Biaya benih 462.000
sebesar Rp490.250. Biaya pupuk 490.250
c. Biaya Pestisida Biaya pestisida 594.625
Biaya tenaga kerja 5.145.500
Pestisida yang digunakan pada Biaya pembelian bambu 2.137.500
tanaman tomat juga ada beberapa macam Biaya Transportasi 75.000
yaitu, pestisida score untuk mengendalikan Total 8.904.875
penyakit bercak didaun atau busuk didaun Sumber: Dari Data Primer, Tahun 2019
90
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Terakreditasi Nasional Sinta 5, Volume 17 Nomor 1, Januari 2021 : 85-92
Agrisosioekonomi:
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 91
Analisis Break Even Point (Bep) Usahatani …………….………(Rizaldi Manono, Eyverson Ruauw, Mellisa Tarore)
92