Jurnal Keperawatan Muhammadiyah: Hubungan Asupan Makan Dan Aktifitas Fisik Terhadap Status Gizi Anak Usia Sekolah

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 6 (2) 2021

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah


Alamat Website: http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM

Hubungan Asupan Makan dan Aktifitas Fisik Terhadap Status Gizi Anak Usia Sekolah

Vianty Aldofin Tomasoa 1, Dary 1, Dennys Christovel Dese 2


1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana, Indonesia
2
Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen
Satya Wacana, Salatiga, Indonesia
INFORMASI ABSTRACT
Korespondensi: The purpose of this study was to determine the relationship between food intake, phys-
dary.dary@.uksw.edu ical activity and nutritional status in school age children.

This research uses a correlational quantitative approach. Respondents who were the
subjects in this study were students in grades 3-6 at SDN 2 Saparua, totaling 120
students. The number of samples used in this study was determined using the Taro
Yamane or Slovin formula which resulted in 93 students. The research instruments
used in this study were a 2x24 hour food recall questionnaire, anthropometric exam-
ination, physical activity questionnaire of children (PAQ-C) for physical activity and
nutritional status determined using BMI / U. The research data were processed using
bivariate analysis with the help of statistical products and solutions (SPSS). Correla-
tion analysis using Pearson.

The results of hypothesis testing on food intake and physical activity with a statistical
value of R = 0.652; R Square = 0.425. This means that the variables of food intake
and physical activity simultaneously play a role in the nutritional status of the indi-
vidual by 42.5%, while the remaining 57.5% is influenced by other factors that are
Keywords: not disclosed in this study.
Food Intake, Physical Ac-
tivity, Nutritional Status Conclusion, the better the score of physical activity and food intake, the better the
nutritional status of the child.

105
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 6 (2) 2021

PENDAHULUAN 17,7%. Namun yang perlu menjadi perhatian adalah


Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adanya tren peningkatan proporsi obesitas pada anak
adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun. Anak sejak tahun 2007 yaitu 10,5% pada tahun 2007,
usia sekolah berada dalam dua masa perkembangan 14,8% pada tahun 2013 dan pada tahun 2018 naik
yaitu masa kanak-kanak tengah 6-9 tahun dan masa menjadi 21,8% (Riskesdas, 2018) .
kanak-kanak akhir 10-12 tahun. Anak-anak pada Dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia bukan
masa ini masih senang bermain, senang bergerak, saja memerlukan asupan gizi namun, manusia juga
senang bekerja dalam kelompok, dan senang memerlukan gerak dalam kehidupan sehari-hari untuk
merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung melakukan segala aktifitas guna memenuhi kebutuhan
(Fitri, 2017). Masalah kesehatan pada anak terutama hidup. Kebutuhan gizi juga dipertimbangkan dengan
dalam masalah gizi, masih menjadi permasalahan kandungan zat gizi pada makanan yang dikonsumsi.
di Indonesia seperti kekurangan berat badan dan Untuk anak sekolah, sarapan pagi merupakan hal
kelebihan berat badan, yang disebabkan oleh aktifitas yang paling penting dalam kegiatan meningkatkan
fisik, begitupun sebaliknya status gizi memengaruhi status gizi, selain kegiatan makan siang dan makan
aktifitas fisik anak. Permasalahan gizi yang sering malam. Demikian juga pada anak usia 6-12 tahun,
dialami seperti gizi kurang dan gizi lebih, bila masalah mereka memerlukan banyak aktifitas gerak untuk
gizi ini tidak ditangani sedini mungkin maka dapat pertumbuhan dan perkembangan tubuh (Ningsih,
berpengaruh pada kesehatan anak di masa yang akan 2015).
datang (Anggraini, 2014). Gizi yang cukup akan turut berperan dalam mencegah
Seseorang dengan masalah gizi buruk disebabkan terjadinya berbagai macam penyakit. Apabila anak
karena keadaan sosial, ekonomi keluarga yang rendah, menderita kekurangan gizi maka dapat berpengaruh
kurangnya persediaan pangan, kualitas lingkungan pada daya tangkap, konsentrasi belajar, pertumbuhan
yang kurang baik, serta kurangnya pengetahuan fisik menjadi tidak maksimal, pertahanan tubuh,
masyarakat tentang gizi. Masalah gizi biasanya struktur dan fungsi otak, serta perilaku menjadi
dikarenakan kurangnya pengetahuan, pola makan terganggu. Salah satu faktor yang memengaruhi status
tidak baik, faktor genetik, serta kurangnya melakukan gizi adalah aktifitas fisik. Pola makan yang buruk,
aktifitas fisik (Anggraini, 2014). aktifitas fisik yang kurang dan tidur yang terbatas
Angka gizi buruk sampai saat ini masih tinggi dan dapat memengaruhi status gizi pada anak usia sekolah
menjadi fokus perhatian dunia. Menurut data dari dasar (Budianto, 2009). Menurut U.S Health and
Food and Agriculture Organization (FAO) sekitar 870 Human Services (2017) hanya 1 dari 3 anak yang aktif
juta orang dari 1,7 miliar penduduk dunia atau satu melakukan aktifitas fisik setiap hari. Aktifitas fisik
dari delapan orang penduduk dunia menderita gizi di zaman modern ini sudah jarang dijumpai karena
buruk. Sebagian besar (sebanyak 852 juta) diantaranya tersedianya alat transportasi yang canggih seperti
tinggal di negara berkembang. Indonesia merupakan motor dan alat transportasi lainnya. Penggunaan
salah satu negara berkembang dengan permasalahan alat transportasi yang canggih membuat anak-anak
gizi yang kompleks. Hal ini ditunjukkan dengan akan lebih cepat dan mudah pergi ke sekolah tanpa
tingginya prevalensi stunting dan wasting. Menurut harus berjalan kaki sehingga ini menjadi salah satu
data riskesdas prevalensi gizi kurang pada tahun 2007 hal penyebab anak kurang melakukan aktifitas fisik
sebesar 18,4% kemudian mengalami penurunan pada (Rumajar, 2015).
tahun 2010 menjadi 17,9% akan tetapi mengalami Aktifitas fisik akan berpengaruh terhadap kondisi fisik
peningkatan lagi menjadi 19,6% pada tahun 2013. seseorang dan kondisi fisik dipengaruh oleh asupan
Begitu juga prevalensi gizi buruk pada tahun 2007 gizi. Asupan gizi yang seimbang akan menghasilkan
5,4% dan pada tahun 2010 turun menjadi 4,9% anak-anak yang cerdas dan memiliki prestasi yang
kemudian mengalami peningkatan kembali pada membanggakan (Devi, 2012). Berdasarkan uraian
tahun 2013 menjadi 5,7% (Riskesdas, 2013). diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk
Riskesdas 2018 menunjukkan adanya perbaikan status mendeskripsikan hubungan asupan makan dan
gizi pada anak di Indonesia. Proporsi status gizi baik aktifitas fisik terhadap status gizi anak usia sekolah di
turun dari 37,2% pada tahun 2013 menjadi 30,8%. SD Negeri 2 Saparua.
Demikian juga proporsi status gizi buruk dan gizi
kurang turun dari 19,6% pada tahun 2013 menjadi

106
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 6 (2) 2021

METODE untuk melihat aktifitas sehari-hari pada anak.


Tipe penelitian yang dilakukan peneliti adalah Kuesioner aktifitas fisik ini merupakan instrument
penelitian kuantitatif korelasional, bertujuan untuk yang dilakukan dengan cara mengingat kembali
mendeskripsikan hubungan asupan makan dan kegiatan yang dilakukan pada tujuh hari sebelumnya.
aktifitas fisik terhadap status gizi anak usia sekolah di Status gizi akan diukur menggunakan indeks IMT/U
SD Negeri 2 Saparua. Adapun variabel-variabel dalam (Indeks Masa Tubuh Menurut Umur) berdasarkan
penelitian ini adalah: variabel independent (bebas) yaitu Z-skor (PMK No.2, 2020).
asupan makan dan aktifitas fisik anak usia sekolah di Data penelitian ini diolah menggunakan analisis
SD Negeri 2 Saparua dan variabel dependent yaitu bivariate dengan bantuan statistical product and
status gizi anak usia sekolah di SD Negeri 2 Saparua. solution (SPSS) dan analisis pearson. Uji validasi
Responden yang menjadi subjek dalam penelitian telah dilakukan terlebih dahulu pada sekolah yang
ini adalah siswa kelas 3-6 di SD Negeri 2 Saparua berbeda yaitu SD Negeri 3 Saparua, menggunakan uji
berjumlah 120 siswa. Berdasarkan populasi yang reliabilitas alpha cronbach dengan kuesioner physical
ada maka dalam pengambilan sampel penelitian ini activity questionnaire of children (PAQ-C) sebagai alat
dengan menggunakan rumus Taro Yamane atau Slovin ukur aktifitas fisik terhadap 20 partisipan menunjukan
(Ridwan, 2005). Rumus dimaksud adalah sebagai nilai reliabilitas sebesar 0,72. Skala tersebut memiliki
berikut : skor reliabilitas yang tergolong baik dan dapat
digunakan sebagai alat ukur penelitian (Azwar, 2013).

HASIL
Penelitian ini dilakukan di Saparua, Kabupaten Maluku
Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia. Lokasi penelitian
Keterangan ini adalah SD Negeri 2 Saparua, dengan populasi
n = Jumlah sampel siswa kelas 3 hingga kelas 6 berjumlah 93 anak. Pulau
N = Ukuran jumlah populasi Saparua adalah pulau kecil yang merupakan suatu
d2 = Nilai presisi yang ditetapkan kecamatan yang terletak dalam wilayah Kabupaten
Populasi yang diambil sebanyak 120 siswa dan Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia. Pulau
ditetapkan atau tingkat signifikansi 0.05 maka total kecil ini merupakan sebuh kecamatan yang bernama
sampel yang di ambil yaitu : Kecamatan Saparua dengan ibu kotanya Saparua.
Kota Saparua merupakan kota kecil yang berkembang
pesat dengan potensi perdagangan, pariwisata, dan
pendidikan. Kota Saparua ini masuk dalam gugusan
pulau Seram-Ambon-Lease. Letaknya membujur dari
utara ke selatan dan melintang dari timur ke barat.
n = 92,3 Luas keseluruhan kecamatan Saparua 79,90 Km2.
sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah Wilayah kecamatan Saparua sebagian besar terdiri
92,3 yang dibulatkan menjadi 93 siswa dari hasil dari daerah penggunungan dan berbukit akan tetapi
perhitungan di atas. persebaran desa diwilayah kecamatan Saparua terdapat
Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh pada pesisir pantai. Seperti halnya iklim di daerah
instrument yang digunakan, sebab data yang diperlukan tropis khatulistiwa yang dikelilingi perairan laut
untuk menjawab permasalahan penelitian diperoleh yang luas. Kecamatan Saparua mengalami iklim laut
melalui instrument penelitian berupa pengumpulan tropis dan iklim musim. Keadaan ini disebabkan oleh
data karakteristik responden menggunakan kuesioner karena Kecamatan Saparua dikelilingi laut yang luas,
meliputi nama, jenis kelamin, tanggal lahir. Asupan sehingga iklim laut tropis di daerah ini berlangsung
makan untuk mengetahui kecukupan zat gizi anak seirama dengan iklim musim yang ada.
diukur dengan menggunakan food recall 2x24 jam Keadaan iklim di Kecamatan Saparua tentunya
dan status gizi ditentukan melalui pemeriksaan memengaruhi kondisi demografis penduduk disana.
antropometri. Sebagian besar mata pencahariannya adalah nelayan,
Variabel aktifitas fisik diukur menggunakan kuesioner dan pegawai. Kondisi iklim juga memengaruhi kondisi
physical activity questionnaire of children (PAQ-C) kesehatan dan gizi di Kecamatan Saparua. Meski

107
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 6 (2) 2021

provinsi Maluku menjadi salah satu provinsi yang berada pada kelompok usia 10-11 tahun sebanyak
memiliki angka risiko gizi buruk yang tinggi, namun 43% sedangkan untuk berat badan ada pada kelompok
Kecamatan Saparua menjadi kecamatan dengan gizi 31-40 kg sebanyak 46% dan untuk tinggi badan ada
buruk yang paling rendah. Pencapaian ini ditengarai pada kelompok 131-140 cm sebanyak 46,2%.
karena Rancangan Program Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) yang disusun oleh pemerintah meliputi Data Deskripsi Asupan Makan
penggalakan penurunan stunting dan gizi buruk Data asupan makan pada responden penelitian dapat
(gatra.com, 2019). Program tersebut seperti Messe, dilihat pada tabel 2.
Manggurebe Sehat, Gerakan Masyarakat Hidup Tabel 2. Distribusi asupan makan responden
Sehat, dan Perdesaan Sehat, terus diarahkan untuk penelitian
secepatnya dapat menurunkan prevalensi stunting Variabel n %
dan gizi buruk di masyarakat yang tersebar pada 18 Tingkat Kecukupan Energi (TKE)
kecamatan di Maluku Tengah.
Lebih >119% 32 34.4
Data dan karakteristik responden penelitian di SD Baik 100 - 119% 38 40.9
Negeri 2 Saparua Kurang < 100% 23 24.7
Data dan karakeristik responden penelitian dapat Tingkat Kecukupan Protein (TKP)
dilihat pada tabel 1 Lebih >119% 23 24.7
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Baik 100 - 119% 36 38.7
Penelitian Kurang < 100% 34 36.6
Karakteristik n % Tingkat Kecukupan Lemak (TKL)
Jenis Kelamin Lebih > 119% 22 23.7
Laki-laki 44 47,3 Baik 100 - 119% 41 44.1
Perempuan 49 52,7 Kurang < 100% 30 32.3
Usia Anak Tingkat Kecukupan Karbohidrat (TKK)
8-9 28 30,2 Lebih > 119% 32 34.4
10-11 40 43 Baik 100 - 119% 39 41.9
12-13 25 26,8 Kurang < 100% 22 23.7
Berat Badan Anak (Kg) Sumber: Data Primer, 2020
15-20 1 1,1
Gambaran pola asupan makan dapat menjadi ciri
21-25 10 10,8
khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu juga
26-30 33 35,5 menjadi salah satu indikator penting untuk melihat
31-40 43 46,2 tercukupinya kebutuhan gizi. Jenis makanan mewakili
41-50 6 6,5 variasi bahan makanan yang jika dimakan, dicerna, dan
Tinggi Badan Anak (Cm) diserap tubuh akan menghasilkan paling sedikit satu
120-130 38 40,9 macam nutrien. Frekuensi makanan menunjukkan
131-140 43 46,2 jumlah berapa kali makanan tersebut di konsumsi
(Almatzier, 2010).
141-150 9 9,7
Tabel 2 menunjukkan hasil perhitungan asupan
150-160 2 2,2 makanan anak menggunakan recall 2 x 24 jam
>160 1 1 berdasarkan AKG dalam persentase. Mayoritas anak
Sumber: Data Primer,2020 memiliki tingkat kecukupan gizi yang baik dimana
TKE (40,9%), TKP (38,7%), TKL (44,1%) dan
Karakteristik responden meliputi umur, jenis TKK (41,9%). Tingkat asupan makan anak meliputi
kelamin, berat badan dan tinggi badan. Sebagian asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak. Hasil
besar responden dalam penelitian ini berjenis kelamin pada tabel 2 menunjukan bahwa selisih persentase
perempuan yaitu sebanyak 52,7%. Berdasarkan tabel antara asupan makan yang berlebih, baik dan kurang
1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai selisih yang tidak terlalu jauh. Asupan
108
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 6 (2) 2021

makan anak sehari-hari dengan tingkat kecukupan mencegah dan menyembuhkan adanya gejala depresi
energi, protein, lemak dan karbohidrat yang berlebihan (Zamzani, 2016).
dapat memengaruhi status gizi anak, menjadi status
gizi lebih. Tingkat asupan zat gizi anak dapat dilihat Data Deskripsi Status Gizi Usia Sekolah
dengan menghitung asupan dan membandingkan Berdasarkan Indeks IMT/U
dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) usia sekolah Tabel 4. Distribusi Status Gizi Usia SD Berdasarkan
yang dianjurkan. Dari hasil yang didapat anak yang Indeks IMT/U
memiliki gizi lebih banyak mengkonsumsi lemak Kategori Interval n %
dan karbohidrat yang tinggi walaupun dalam hasil Gizi Lebih 9,68-12 41 44,1
persentasenya dalam kategori baik. Dapat dilihat juga
Gizi Baik 7,34-9,67 33 35,5
dari hasil food recall banyak mengkonsumsi seperti
gorengan, es krim, dan makanan cepat saji lainnya. Gizi Kurang 5-7,33 19 20,4
Kurangnya asupan makan yang masuk ke dalam Total 93 100
tubuh dapat menyebabkan tidak terpenuhinya asupan Sumber: Data Primer, 2020
gizi sehingga status gizi bisa menjadi kurang. Anak
yang memiliki gizi kurang mayoritas mereka kurang Tabel 4 menunjukkan hasil perhitungan status gizi
mengkonsumsi makanan yang mengandung protein menurut IMT/U pada responden penelitian. Dari
sehingga mengakibatkan status gizi yang kurang. data tersebut diketahui bahwa terdapat 41 responden
(44,1%) memiliki status gizi yang tergolong gizi lebih,
Deskripsi Data Aktifitas Fisik terdapat 33 responden (33%) tergolong gizi baik, dan
Data aktivitas fisik pada responden penelitian dapat terdapat 19 responden (20,4%) tergolong gizi kurang.
dilihat pada tabel 3. Dari hasil penelitian asupan makan yang didapat pada
Tabel 3. Distribusi Data aktivitas fisik responden tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbo-
penelitian hidrat berada pada tingkat kecukupan yang baik yaitu
berada pada 100-119%.
Aktifitas Fisik Interval n % Hasil yang memiliki tingkat kecukupan energi rata-ra-
ta baik dimana tingkat kecukupan energi 40,9%, pro-
Sangat tinggi 30-32 0 0.0 tein 38,7%, lemak 44,1%, dan karbohidrat 41.9%.
Tinggi 28-29 43 46.2 Untuk kecukupan status gizinya tergolong baik seban-
yak 35,5% dan gizi lebih 44,1%. Status gizi seseorang
Rendah 26-27 48 51,6 akan baik, apabila asupan gizi yang ada pada tubuhn-
Sangat rendah 24-25 2 2.2 ya seimbang. Kebutuhan asupan gizi setiap individu
tergantung pada usia, jenis kelamin, akitifitas, berat
Total 100
badan, dan tinggi badan (Almatzier, 2010).
Sumber: Data Primer, 2020
Hubungan asupan makan dan status gizi pada anak
Tabel 3 menunjukan hasil aktifitas fisik yang dilihat usia sekolah
dari aktifitas anak selama 1 minggu terakhir tepatnya Tabel 5 menjelaskan hasil penelitian hubungan
pada tanggal 4 Mei 2020 sampai dengan tanggal 10 antara kecukupan energi dengan status gizi dimana
Mei 2020, terdapat 48 responden (51,6%) memiliki p= 0,001<0,05 yaitu terdapat hubungan signifikan
aktifitas rendah yang tergolong sangat tinggi. Pada antara kecukupan energi dan status gizi. Hasil tersebut
anak-anak aktivitas fisik diperlukan untuk mengurangi didapat dengan melakukan perhitungan kebutuhan
risiko terjadinya berbagai penyakit. Ketidakaktifan energi individu dengan acuan angka kecukupan gizi
fisik diestimasi menyebabkan 6% hingga 10% 2013. Menurut AKG (2013) kebutuhan asupan
kejadian penyakit tidak menular, seperti penyakit energi anak usia 10-12 tahun dalam satu hari untuk
jantung koroner, diabetes dan kanker. Aktivitas fisik anak laki-laki 2100 kkal dan untuk anak perempuan
juga dinilai baik untuk menjaga kesehatan mental. 2000 kkal. Asupan energi responden dikategorikan
Aktifitas fisik teratur memiliki efek positif dalam baik jika kecukupan energi sebesar 90-120% dari total
mengurangi stres dan kecemasan. Pada gangguan kebutuhan berdasarkan AKG.
depresi ringan hingga sedang, aktivitas fisik juga
dipercaya memiliki efek yang bermanfaat dalam
109
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 6 (2) 2021

Tabel 5. Hubungan Asupan Makan (Energi, Protein, sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam
Lemak, dan Karbohidrat) dengan Status Gizi Anak bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang.
Usia SD Berdasarkan indeks IMT/U Energi yang masuk melalui makanan harus seimbang
Nilai dengan kebutuhan. Ketidakseimbangan energi dengan
Variabel Interpretasi Hasil kebutuhan yang berlansung dalam jangka waktu lama
Statistik
TKE dengan p = 0,001 Terdapat hubungan an- dapat menimbulkan masalah gizi (Hardinsyah, 2014).
status gizi < 0,05 tara tingkat kecukupan Pada tabel 5 juga menjelaskan bahwa terdapat
anak energi dengan status gizi. hubungan signifikan antara kecukupan protein dengan
status gizi yang dimana p=0,032<0,05. Hasil tersebut
TKP dengan p = 0,032< Terdapat hubungan an-
didapat dengan melakukan perhitungan kebutuhan
status gizi 0,05 tara tingkat kecukupan
protein individu dengan acuan angka kecukupan gizi
anak protein dengan status
(2013). Menurut AKG (2013) kebutuhan asupan
gizi.
protein anak laki-laki usia 10-12 tahun dalam satu
TKL dengan p = 0,001 Terdapat hubungan an-
hari 56 gram. Berdasarkan hasil recall 2x24 jam
status gizi < 0,05 tara tingkat kecukupan
sebagian besar protein utama didapat dari lauk, baik
anak lemak dengan status gizi.
lauk hewani maupun nabati. Sebagian besar sumber
TKK dengan p = 0,021 Terdapat hubungan an- protein yang dikonsumsi responden adalah tahu, telur,
status gizi < 0,05 tara tingkat kecukupan ikan dan olahan lainnya. Sedangkan untuk sumber
anak karbohidrat dengan sta- protein nabati meliputi kacang-kacangan dan olahan
tus gizi. lainnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Sumber: Data Primer,2020 Dewi (2011) yang menyatakan adanya hubungan yang
signifikan antara tingkat kecukupan protein dengan
Tabel 5 menjelaskan hasil penelitian hubungan status gizi di Asrama Putri Pondok Pesantren Al-Islam
antara kecukupan energi dengan status gizi dimana Nganjuk. Penelitian Andini (2017) menyimpulkan
p= 0,001<0,05 yaitu terdapat hubungan signifikan bahwa ada hubungan antara asupan protein dengan
antara kecukupan energi dan status gizi. Hasil tersebut status gizi yang artinya semakin cukup seseorang
didapat dengan melakukan perhitungan kebutuhan mengkonsumsi protein maka semakin baik status
energi individu dengan acuan angka kecukupan gizi gizinya. Menurut Sandjaja et al (2010) secara umum
2013. Menurut AKG (2013) kebutuhan asupan mutu protein hewani lebih baik dibanding protein
energi anak usia 10-12 tahun dalam satu hari untuk nabati. Anak usia sekolah memerlukan zat gizi yang
anak laki-laki 2100 kkal dan untuk anak perempuan banyak, untuk digunakan sebagai proses pertumbuhan
2000 kkal. Asupan energi responden dikategorikan dimana fungsi protein adalah untuk pertumbuhan,
baik jika kecukupan energi sebesar 90-120% memperbaiki sel tubuh yang rusak dan cadangan
dari total kebutuhan berdasarkan AKG. Energi energi jika terjadi kekurangan (Hardiansyah, 2011).
berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, Hasil pada tabel 5 menunjukan kecukupan lemak
pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik yang terdapat hubungan dengan status gizi dimana
(Hardiansyah,2011). Berdasarkan hasil uji statistik hasil p=0,001<0,05. Artinya bahwa asupan lemak
dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan yang baik dengan tingkat kecukupan lemak sebagian
ada hubungan yang bermakna antara asupan energi besar baik dapat memengaruhi status gizi anak.
dengan status gizi anak usia sekolah. Hasil penelitian Dilihat dari tingkat kecukupan lemak sebagian besar
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh baik yaitu 41 anak (44,1%). Seperti halnya kecukupan
Yulni dkk (2013) yang mana menjelaskan terdapatnya energi, kecukupan lemak seseorang juga dipengaruhi
hubungan antara asupan energi dengan status gizi anak oleh ukuran tubuh (terutama berat badan), usia
sekolah. Anak yang mendapatkan kecukupan energi atau tahap pertumbuhan dan perkembangan dan
yang baik dalam asupan makan akan memengaruhi aktifitas. Menurut angka kecukupan gizi (2013)
status gizi yaitu energi merupakan salah satu hasil anak usia 10-12 tahun dalam satu hari 65 gram.
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Energi Lemak merupakan bagian didalam makanan yang
berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, berfungsi untuk meningkatkan jumlah energi dimana
pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik. lemak didalam sistem pencernaan relative lebih
Kelebihan energi disimpan dalam bentuk glikogen lama dibandingkan dengan protein dan karbohidrat

110
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 6 (2) 2021

yang dapat menimbulkan rasa kenyang lebih lama Hubungan Aktifitas Fisik dengan Status Gizi
(Kemenkes,2015). Tabel 6. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Status Gizi
Hasil pada tabel 5 juga menunjukan bahwa kecukupan Variabel Nilai Statistik Interpretasi Hasil
karbohidrat terdapat hubungan dengan status gizi Aktifitas p = 0,024>0,05 Terdapat hubungan
yang dimana p=0.021<0,05. Artinya anak mendapat fisik dengan yang signifikan
asupan karbohidrat yang baik maka tingkat kecukupan status gizi antara aktifitas fisik
karbohidrat juga akan menjadi baik. Dilihat dari dengan status gizi
tingkat kecukupan karbohidrat yang didapatkan Sumber: Data Primer,2020
peneliti masuk dalam kategori yang baik yaitu 39
anak (41,9%). Karbohidrat merupakan sumber energi Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian
bagi tubuh, selain itu juga sebagai sumber energi bagi besar aktifitas fisik responden berada dalam kategori
otak agar dapat bekerja dengan optimal. Karbohidrat rendah yaitu 51,6%. Sedangkan pada tabel 4
didalam proses pencernaan akan dipecah menjadi gula menunjukkan status gizi menurut IMT/U yaitu
sederhana yaitu glukosa. Otak perlu mendapatkan status gizi lebih 44,1%. Hasil uji statistika dengan
pasukan glukosa sangat penting untuk kesehatan, menggunakan uji chi square dengan α = 0,05 diperoleh
memudahkan untuk berkonsentrtasi dalam menerima nila p = 0,024, dimana nilai p lebih kecil dari α. Hal ini
pelajaran, serta sumber energy utama bagi otak untuk menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktifitas fisik
dapat bekerja secara optimal sehingga siswa dapat dengan status gizi lebih. Anak yang kurang melakukan
meningkatkan prestasi belajar disekolah. Kurangnya aktifitas fisik akan berdampak pada berat badan dan
asupan karbohidrat menyebabkan hipoglikemi. Tidak status gizi yang berlebih. Hasil penelitian ini senada
adanya suplai energi dari asupan karbohidrat maka dengan penelitian Lonia (2014) yang menyebutkan
tubuh menjadi lemah dan kurang konsentrasi dalam bahwa anak dengan tingkat aktifitas yang rendah
belajar, hal ini dapat menyebabkan penurunan prestasi memiliki indeks massa tubuh yang lebih dari nilai
belajar pada siswa (Hardinsyah,2013). normal dan berisiko mengalami masalah gizi lebih.
Gizi merupakan salah satu faktor utama penentu Aktifitas fisik dapat memengaruhi kejadian gizi lebih
kualitas hidup dan sumber daya manusia. Penentu zat pada anak. Hal ini dikarenakan ketidakseimbangan
gizi yang baik terdapat pada jenis pangan yang baik antara energi yang dimasukan ke dalam tubuh dengan
dan disesuaikan dengan kebutuhan tubuh (Baliwati energi yang dikeluarkan dari tubuh. Gaya hidup yang
dkk,2010). Zat gizi adalah bahan kimia yang terdapat berubah menyebabkan terjadinya perubahan pula
dalam bahan pangan yang dibutuhkan tubuh untuk pada pola makan sehingga menimbulkan adanya
menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh (Almatries masalah gizi lebih. Keaktifan anak dalam melakukan
dkk.2010). Status gizi merupakan keadaan kesehatan aktifitas fisik akan memengaruhi indeks massa
tubuh seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, tubuhnya sehingga akan berdampak pada kurangnya
penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan. Status resiko timbulnya masalah gizi lebih (Hidayati dkk,
gizi seseorang tersebut dapat diukur dan dinilai untuk 2010). Manfaat dari aktifitas fisik ini adalah dapat
mengetahui apakah status gizinya tergolong normal berkurangnya massa lemak tubuh dan meningkatkan
atau tidak normal (Almatsier dkk.2011). Status gizi kekuatan otot sehingga dapat mencegah penimbunan
kurang apabila terjadi kekurangan karbohidrat, lemak yang berlebihan didalam tubuh. Berbagai
lemak, protein, dan vitamin. Status gizi lebih jika sarana dan fasilitas memadai menyebabkan gerak dan
terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi aktifitas menjadi semakin terbatas dan hidup semakin
energi dan pengeluaran energi. Asupan energi yang santai karena segalanya sudah tersedia (Rahmi,2013).
berlebihan dapat menimbulkan overweigth dan
obesitas (Nilsapril,2011). Dari hasil uji linearitas Uji Hipotesis Hubungan Asupan Makan dan
diketahui bahwa nilai signifikansi deviation from Aktifitas Fisik Terhadap Status Gizi
linearity adalah sebesar 0,725 (P>0,05) yang berarti Penelitian ini menguji hubungan antara 2 variabel
data asupan makan terhadap status gizi membentuk independen yaitu asupan makan dan aktivitas fisik
garis linear. dengan satu variabel dependen yaitu status gizi.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan teknik statistik parametris
pearson correlation. Apabila hasil pengujian
111
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 6 (2) 2021

menghasilkan nilai signifikansi (p<0,05), maka dapat cukup untuk melakukan aktifitas fisik yang beragam.
disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan Pola asupan yang buruk akan berdampak pada
antara variabel x dan y. Mengetahui besaran kontribusi pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal,
kedua variabel independen terhadap variabel dependen, serta lebih rentan terhadap penyakit-penyakit kronis
penulis melakukan uji regresi sehingga akan diketahui (Mokoginta, Budiarso, & Manampiring, 2016).
seberapa besar peranan secara simultan kedua variabel Asupan zat gizi yang seimbang dan sesuai dengan
independen terhadap variabel dependen. Tabel 7 kebutuhan anak akan membantu anak mencapai
berikut ini adalah hasil analisis regresi. pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Keadaan gizi yang kurang ataupun berlebih tentunya
Tabel 7. Besaran kontribusi variable independen akan berdampak pada daya tahan terhadap penyakit,
Variabel Nilai Statistik Interpretasi Hasil apabila hal ini terjadi tentunya akan berdampak juga
Asupan R = 0,652; Kontribusi kedua pada konsentrasi proses pembelajaran di sekolah
makan dan R Square = 0,425 variable indepen- sehingga prestasi siswa tersebut akan menurun
aktifitas fisik den secara status (Soetjiningsih, 2012).
terhadap gizi sebesar 42,5%
status gizi yang berarti secara KESIMPULAN
simultan berperan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan
terhadap status terdapat hubungan signifikan antara aktifitas fisik
gizi. dengan status gizi dan terdapat hubungan positif
Sumber: Data Primer,2020 signifikan juga antara asupan makan dan status gizi.
Aktifitas fisik yang baik dan asupan makan yang baik
Pada tabel 7, diketahui bahwa nilai R adalah 0,652 akan memengaruhi pada status gizi yang baik. Hal ini
dan R Square sebesar 0,425. Hal tersebut berarti berarti semakin baik skor aktifitas fisik dan asupan
variabel asupan makan dan aktivitas fisik secara makan maka semakin baik pula status gizinya.
simultan berperan terhadap status gizi individu
sebesar 42,5%, sedangkan sisanya 57,5% dipengaruhi SARAN
oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian Berdasarkan simpulan di atas, maka diperlukan
ini. Menurut Kementerian Kesehatan Republik upaya dari orang tua untuk lebih memerhatikan pola
Indonesia (Kemenkes) status gizi adalah ekspresi dan asupan makan anak sejak dini. Disarankan untuk
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu menyediakan makanan yang bervariasi (karbohidrat,
atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan protein, lemak serta vitamin) demi terpenuhinya
indikator baik buruknya penyediaan makanan sehari- asupan gizi seimbang bagi anak. Perlu diadakan
hari (Kemenkes, 2011). Sementara Istiani, dkk, (2013) sosialisasi dan edukasi yang lebih baik kepada orang tua
menyampaikan bahwa status gizi merupakan ekspresi tentang pentingnya peran orang tua untuk mengajak
dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel dan mendampingi anak dalam meningkatkan aktifitas
tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk fisik yang aktif, baik pada hari sekolah maupun hari
variabel tertentu. libur untuk mengimbangi antara energi yang masuk
dan yang keluar.
PEMBAHASAN
Gizi mempunyai peran penting dalam keberlangsungan DAFTAR PUSTAKA
proses pertumbuhan dan perkembangan manusia. Adriani, M. & Wirjatmadi, B. 2012. Pengantar Gizi
Dengan mengkonsumsi makanan yang diubah Masyarakat. Jakarta: Kencana.
menjadi energi, manusia dapat memenuhi keperluan Almatrsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT
aktifitas sehari-hari. Begitu juga di sekolah, siswa Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
memerlukan makanan atau gizi sehat agar dapat Almatrsier, S. 2011. Gizi Seimbnag Dalam Daur
melakukan aktifitas di sekolah dengan optimal. Kehidupan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Umumnya kelompok usia anak, merupakan periode Anggraini L. 2014. Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik
rentan gizi karena peningkatan pertumbuhan fisik Terhadap Status Gizi Pada Anak Usia Prasekolah.
dan perkembangan yang pesat. Selain itu, pada Universitas Diponegoro.
masa perkembangan anak dibutuhkan energi yang Azwar S. 2013. Sikap Manusia : Teori dan

112
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 6 (2) 2021

Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Permenkes R.I.,Nomor 2. 2020. Standar antropometri


Baliwati dkk. 2010. Pengantar Pangan dan Gizi. anak. Kementrian Kesehatan RI.
Jakarta: Penebar Swadaya Rahmi F. Hubungan Pola Makan, Pengetahuan Gizi,
Budianto, 2010. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. UMM Pres. dan Aktifitas Fisik. Padang: Universitas Andalas:
Malang 2013.
Devi N. 2012. Gizi Anak Sekolah. Kompas. Jakarta. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan
Fitri, Yaumil. 2017. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Dengan Status Nutrisi Anak Usia Sekolah di SD Kementerian RI tahun 2018. Diakses Agustus
BOPKRI Gondolayu Kota Yogyakarta. Skripsi. 2018.
Yogyakarta: STIKes Jenderal Achkmad Yani. Rumajar,Rompas, & Babakal (2015) Faktor yang
Hardinsyah, Irawati, A, Kartono, D, Prihartini mempengaruhi obesitas pada anak TK Providensia
S, Linorita I, Amilia L, Fermanda M, Adyas Manado. Jurnal Keperawatn.2015;3(3)
EE, Yudianti D, Kusrto CM & Heryanto Y. ( Soetjiningsih. 2012. Perkembangan Anak dan
2012). Pola Konsumsi Pangan dan Gizi Penduduk Permasalahannya dalam Buku Ajar I Ilmu
Indonesia. Departemen Gizi Masyarakat FEMA Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta:
IPB dan Badan Litbangkes Kemenkes RI. Bogor. Sugungseto.Pp 86-90
Hardinsyah, Riyadi, H, Napitupulu, V. 2013. Tim Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan
Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat. Kementrian RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar
Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB dan 2013. Jakarta. Diakses 11 November 2015. 19.09
Departemen Gizi FK UI. Bogor. Zamzani et al. Aktivitas Fisik berhubungan dengan
Hardinsyah & Tambunan, V. (2014). Kecukupan kejadian Obesitas Pada anak sekolah dasar. J Gizi
Energi, Protein, Lemak dan Serat Makanan. dan Diet Indones. 2016
Dalam Angka Kecukupan Gizi dan Acuan Label
Gizi. LIPI, Deptan, Bappenas, BPOM, BPS,
Menristek, PERGIZI PANGAN, PERSAGI dan
PDGMI. Jakarta
Hidayat, A .Alimul. 2010. Metode Penelitian Kesehatan
Paradigma Kuantitatif. Jakarta: Heat Books.
Istiani, R, 2013. Gizi Terapan :Remaja Rosdakarya,
Bandung
Kemenkes RI, 2011, Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan, Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar;
RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri
Kemenkes R.I., 2015. Data Dasar Puskesmas.
Kementerian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2018.
Potret sehat Indonesia dari Riskesdas. Jakarta.
Diakses pada 2 November 2018
Mokoginta, Farah S. Budiarso, Fona. Manampiring,
Aaltje E. 2016. Gambaran Pola Asupan Makanan
Pada Remaja di Kabupaten Bolaang Mongodow
Utara. Jurnal e-Biomedik.
Ningsih YA. 2015. Gambaran status gizi pada siswa
Sekolah Dasar Kecamatan Rangsang Kabupaten
Kepulauan Meranti. Skripsi. 2015
Nilsapril, Ninuk R. 2011. Hubungan asupan konsumsi
energi, protein, dan serat terhadap status gizi.
Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Esa
Unggul.

113

You might also like