Desi Ambarsari, Yuni Andriani, Medi Andriani Program Studi Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi, Indonesia
Desi Ambarsari, Yuni Andriani, Medi Andriani Program Studi Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi, Indonesia
Desi Ambarsari, Yuni Andriani, Medi Andriani Program Studi Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi, Indonesia
1 JULI 2020
e-ISSN : 2686-3601
ABSTRACT
Background & Objective: Antibiotic resistance has an impact on high morbidity and mortality, as well as the cost
of therapy and treatment failure. The high use of antibiotics is one of the resistance factors in antibiotics. In the
room, the use of antibiotics is high, so the risk of antibiotics is high. Antibiotic restriction is a strategy in the health
world to reduce the incidence of antibiotics by using antibiotics, antibiotics which are also known as antibiotic
restrictions. This study aims to look at antibiotic resistance in surgical operations in the 2016-2018 period at Raden
Mattaher Jambi Hospital in appendicitis and peritonitis. Method: This study is a research that uses a non-
experimental research design, with retrospective data collection by looking at the medical record data of patients at
Raden Mattaher Hospital Jambi. Result: The results showed that 28 diagnoses were taken from the surgical ward.
The bacteria contained are gram negative bacteria and gram positive bacteria, such as Escherichia coli and
Enteroccocus faecium. The high use of antibiotics with high levels of resistance such as Ceftriaxone (37.2%)
Cefixime (21.6%) and the least are Metronidazole, Gentamicin, Amoxicillin, Benzylpenicillin, Erythromycin,
Tertacycline, Cefadroxil, Cefotaxime, Ampicillin, Streptomycin, Clindamycin and Oxacillin 1.9%. And the
occurrence of antibiotic resistance in acute appendix disease in 2016 - 2018 respectively, namely (27%), (21%) and
(25%). Peritonitis in 2016-2018 respectively, namely (25%), (21%) and (0%). Concluction: It shows that the
incidence of antibiotic resistance from 2016-2018 has decreased.
Keywords: Resistance, Antibiotics, Acute Appendix, Peritonitis
ABSTRAK
Latar Belakang & Tujuan: Resistensi Antibiotik berdampak pada tingginya angka morbiditas dan mortalitas,
serta biaya terapi dan kegagalan terapi. Tingginya penggunaan antibiotik merupakan salah satu faktor terjadinya
resistensi antibiotik. Pada ruang bedah penggunaan antibiotik terbilang tinggi, sehingga risiko resistensi antibiotik
juga tinggi. Restriksi antibiotik merupakan strategi di dunia kesehatan untuk mengurangi kejadian resistensi
antibiotik dengan cara membatasi penggunaan antibiotik, antibiotik yang dibatasi disebut juga dengan antibiotic
restriksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resistensi antibiotik di bangsal bedah dalam periode 2016-2018
di RSUD Raden Mattaher Jambi pada penyakit appendiks akut dan peritonitis. Metode: Penelitian ini merupakan
penelitian yang menggunakan desain penelitian non-eksperimental, dengan pengambilan data secara retrospektif
dengan melihat data rekam medik pasien di RSUD Raden Mattaher Jambi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan
dari 28 diagnosa yang diambil dari bangsal bedah. Bakteri yang terdapat yaitu bakteri gram negatif dan bakteri
gram positif, seperti Escherichia coli dan Enteroccocus faecium. Tingginya penggunaan antibiotik dengan tingkat
resistensi tinggi seperti Ceftriaxone (37,2%) Cefixime (21,6%) dan yang paling sedikit adalah Metronidazole,
Gentamicin, Amoxicillin, Benzylpenicillin, Eritromycin, Tertacycline, Cefadroxil, Cefotaxime, Ampicillin,
Streptomycin, Clindamycin, Qunopristine dan Oxacillin 1,9%, terjadinya resistensi antibiotik pada penyakit
appendiks akut pada tahun 2016-2018 secara berturut-turut yaitu (27%), (21%) dan (25%). Pada penyakit
peritonitis pada tahun 2016-2018 secara berturut-turut yaitu (25%), (21%) dan (0%). Kesimpulan: Dihasilkan
kejadian resistensi antibiotik dari tahun 2016-2018 mengalami penurunan.
Kata Kunci: Resistensi, Antibiotik, Appendiks Akut, Peritonitis
49
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT MULAWARMAN VOL.2, NO.1 JULI 2020
e-ISSN : 2686-3601
1. PENDAHULUAN
enelitian yang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada tahun 2012 menunjukkan bahwa
P tingkat konsumsi penggunaan antibiotik di bangsal bedah sangat tinggi terdapat 52,5% peresepan
antibiotik tanpa indikasi dan 24% peresepan yang tepat indikasi (Juwita M & Parida H, 2012). Tingginya
penggunaan antibiotik merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya resistensi bakteri. Resistensi
bakteri merupakan masalah besar, karena dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta biaya
perawatan kesehatan (Sholih, dkk, 2015). Diperkirakan di tahun 2050, setidaknya 10 juta jiwa per tahun
akan beresiko mengalami resistensi antibiotik (Bryce, et al., 2018).
Apendisitis merupakan suatu keadaan darurat yang paling umum terjadi di bagian bedah abdomen
dan sebanyak 621.435 kasus apendisitis terjadi di Indonesia (Cathleya Fransisca, I Made Gotra, 2019).
Apendisitis merupakan infeksi bakteria. Appendictory dilakukan sebagai terapi pembedahan pada
apendisitis dan merupakan operasi abdominal yang paling sering dilakukan. Penggunaan antibiotika yang
tidak tepat dapat meningkatkan biaya rumah sakit, biaya obat, toksisitas obat, resistensi antibiotika, dan
biaya laboratorium. Berbagai hal berperan sebagai faktor terjadinya resistensi, antara lain sumbatan
lumen apendiks, hyperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, cacing askaris, erosi mukosa apendiks,
pola makan serat rendah mengakibatkan konstipasi serta timbulnya apendisitis. World Health
Organization (WHO) menyatakan angka kematian akibat apendisitis di dunia adalah 0,2-0,8% (Adhar
dkk, 2017).
Peritonitis secara umum adalah penyebab kegawatan abdomen yang dapat disebabkan oleh
pembedahan. Peritonitis merupakan suatu kegawatdaruratan yang biasanya disertai dengan bakterisemia
atau sepsis yang dapat menyebabkan kematian. Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi organ abdomen
akibat infeksi, iskemik, trauma atau perforasi. Hasil penelitian oleh Japanesa, dkk. di dapatkan angka
kematian peritonitis 10,2%. Penelitian oleh Singh et al, 2011 ditemukan angka kematian pasien
peritonitis adalah 17,8% dan penelitian yang dilakukan oleh Samuel et al, 2011 di temukan angka
kematian sebesar 15% (Japanesa Aiwi dkk, 2016).
Berdasarkan penelitian pendahuluan daripenulis di Bagian Rekam Medik RSUD Raden Mattaher
Jambi pada periode Januari 2016 - Desember 2018 terdapat 88 kasus appendiks akut dan terdapat 30
kasus peritonitis yang di rawat inap.Kasus appendiks akut dan peritonitis yang didata berasal dari bagian
Bedah RSUD Raden Mattaher Jambi. Pendataan yang lebih lengkap dan lebih baikdiperlukan untuk
dapat mendokumentasikan gambaran epidemiologi untuk kasus appendiks akut dan peritonitis.
Pendataan epidemiologi yang rapi diharapkan RSUDRaden Mattaher Jambi mampu merepresentasikan
kasus appendiks akut dan peritonitis terutama di daerah Jambi dan Sumatra Selatan. Pendataan yang
lebih baik pada umumnya dapat membantu pembuatan program dalam menekan angka kejadian yang
cukup tinggi.
Berdasarkan data-data diatas menunjukkan penyakit appendiks akut dan peritonitis banyak dirawat
di bangsal bedah dan merupakan kasus gawat darurat maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Resistensi Antibiotika Pada Penyakit Appendiks Akut dan Peritonitis Di
Bangsal Bedah RSUD Raden Mattaher Jambi Periode Januari 2016-Desember 2018” untuk melihat
angka kejadian resistensi antibiotik pada penyakit tersebut.
2. METODE PENELITIAN
2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi diruangan rekam medik RSUD Raden Mattaher Jambi, waktu penelitian
telah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2020.
50
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT MULAWARMAN VOL.2, NO.1 JULI 2020
e-ISSN : 2686-3601
51
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT MULAWARMAN VOL.2, NO.1 JULI 2020
e-ISSN : 2686-3601
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 8 orang laki-laki dan 13 orang perempuan menderita
appendiks akut.
Berdasarkan Tabel 2 Jenis kuman yang terdapat di rekam medik dari tahun 2016-2018
yaitu bakteri Enteroccocus faecium 50% pada diagnosa appendiks akut dan bakteri
Escherichia coli 50% pada diagnosa peritonitis.
52
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT MULAWARMAN VOL.2, NO.1 JULI 2020
e-ISSN : 2686-3601
Berdasarkan tabel 3 pada tahun 2016-2018 Resistensi tertinggi yaitu Ceftriaxone 37,2%, Cefixime
21,6%, Metronidazole 7,8%, Gentamicin 3,9%, Amoxicillin 3,9%, Benzylpenicillin 3,9%, Eritromycin
3,9%, Tertacycline 3,9%, Cefadroxil 1,9%, Cefotaxime 1,9%, Ampicillin 1,9%, Streptomycin 1,9%,
Clindamycin 1,9%, Qunopristine 1,9% dan Oxacillin 1,9%. Dapat dilihat pada Gambar 1, dimana
persentasi paling tiiggi yaitu ceftriaxone.
20
18
16
Jumlah antibiotik
14
12
10
8
6
4
2
0
Keterangan :
P : Populasi
S : Sampel
Berdasarkan Tabel 4 pada diagnosis Appendiks Akut didapatkan presentasi kejadian resistensi
antibiotik di tahun 2016 yaitu 27%, di tahun 2017 yaitu 21% dan di tahun 2018 yaitu 25%. Pada
diagnosis Peritonitis didapatkan presentasi kejadian resistensi antibiotik di tahun 2016 yaitu 25% , di
tahun 2017 yaitu 21% dan di tahun 2018 0%. Presentasi kejadian resistensi antibiotik dari dua
diagnosis ini mengalami penurunan dari tahun 2016-2018. Dapat dilihat pada Gambar 2.
53
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT MULAWARMAN VOL.2, NO.1 JULI 2020
e-ISSN : 2686-3601
27%
25% 25%
21% 21%
0%
4. PEMBAHASAN
54
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT MULAWARMAN VOL.2, NO.1 JULI 2020
e-ISSN : 2686-3601
appendiks akut resistensi tertinggi yaitu ceftriaxone dan cefixime, sedangkan resistensi tertinggi pada
penyakit peritonitis yaitu metronidazole sebesar 7,8%. Persentase kejadian resistensi antibiotik di
bangsal bedah RSUD Raden Mattaher Jambi dari 2 diagnosis dari tahun 2016-2018 mengalami
penurunan, hal ini dikarenakan baru berjalannya Program Pengendalian Resistensi Antimikroba.
5.2 Saran
Adapun saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penelitian lanjut, data penelitian ini dapat digunakan sebagai data pendahuluan
yang selanjutnya dapat di teliti lebih lanjut sebagai upaya evaluasi dalam mengendalikan kejadian
resiatensi antibiotik di rumah sakit.
2. Sebaiknya dilakukan uji kultur pada pasien di RSUD Raden Mattaher Kota Jambi demi
terkendalinya penggunaan antibiotik restrisksi dan mengurangi kejadian resistensi antibiotik.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak RSUD Raden Mattaher Jambi, yang telah
mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian di RSUD tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Analisis, J., Politeknik, K., & Tanjungkarang, K (2014). Resistensi Bakteri Gram Positif Terhadap
Antibiotik Di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Lampung Tahun 2012-2014. 5(1), 467-474.
Arifuddin Adhar, Lusia Salmawati, A. P. (2017). Faktor Resiko Kejadian Appendisitis Di Bagian Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Preventif, 8 April, 1-58.
Bryce, A., Wootton, M., Butler, C. C., & Hay, A. D. (2018). Comparison Of Risk Factors For , And
Prevalence Of , Antibiotic Resistance In Contaminating And Pathogenic Urinary Escherichia coli
In Children In Primary Care : Prospective Cohort Study. Antimicrobial Chemotherapy,
73(January), 1359–1367. https://doi.org/10.1093/jac/dkx525
Jan Lata, Oldrich Stiburek, and M. (2009). Spontaneous bacterial peritonitis: A severe complication of
56
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT MULAWARMAN VOL.2, NO.1 JULI 2020
e-ISSN : 2686-3601
liver cirrochis.
Japanesa aiwi dkk. (2016). Pola Kasus dan Penatalaksanaan Peritonitis Akut di Bangsal Bedah RSUP
Dr. M. Djamil Padang. 5(1), 209–214.
Sani, F. (2016). Metedologi Penelitian Farmasi Komunitas dan Eksperimental. Yogyakarta: Deepublish.
Sholih, M. G., Muhtadi, A., & Saidah, S. (2015). Rasionalitas Penggunaan Antibiotik di Salah Satu
Rumah Sakit Umum di Bandung Tahun 2010. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 4(1), 64–70.
https://doi.org/10.15416/ijcp.2015.4.1.64
Supono. (2016). Faktor-Faktor yang Berkontribusi Terjadinya peritonitis Pada Pasien Continuous
Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) Di Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar Malang. 180–
189.
Utami E, K. (2011). El-Hayah. Antibiotika, Resistensi, Dan Rasionalitas Terapi, 1(4), 0–3.
Yanuar, W., Puspitasari, I., & Nuryastuti, T. (2016). Outcome Pada Pasien Anak Dengan Meningitis
Bakterial Di Evaluation of Definitive Antibiotik Suitability for Clinical Outcomein. Jurnal
Manajemen Dan Pelayanan Farmasi, 6(3), 187–204.
Zulfikar, F., Budi, P., & Wiratmo. (2015). Studi Penggunaan Antibiotik pada Kasus Bedah Apendiks di
Instalasi Rawat Inap RSD dr.Soebandi Jember Tahun 2013. 3(1), 44–49.
57