Artikel 2.telogen Effluvium
Artikel 2.telogen Effluvium
Artikel 2.telogen Effluvium
Baiq Ananda Audia Arsiazi, Dinda Rifdayani Inayah, Gunawan, Inas Hanan Farihah, Lisa
Raihan Lutfia, M.Mahfuzzahroni, Nur Fadlia Rahmani, Rizka Febriya Moestafa, Baiq Risha
Feby Amelia, Noer Aulya Amy Aprilia
nanda18audia@gmail.com rifdayani13@gmail.com Gunawan6720@gmail.com
lisaraihan51@gmail.com inashanan2001@gmail.com mmahfuzzhroni@gmail.com
nurfadlia2519@gmail.com rizkafebriya02@gmail.com baiqfeby3@gmail.com
noeraulyaamyaprilia99@gmail.com
Universitas Mataram
Abstract
Telogen effluvium (TE) is one of the most common causes of diffuse nonscarring hair loss. A
number of factors have been implicated in the causation of TE, however, clear evidence in
their support is lacking. The role of stress as a causative factor as well as the result of hair
loss needs to be adequately understood. Telogen effluvium can occur in people of any age,
gender, and racial background. Telogen effluvium can occur in both men and women,
although women have a greater tendency to experience this condition due to postpartum
hormonal changes and also women experience hair loss more often than men. In children,
TE was reported to be responsible for only a minority of cases with hair loss (2.7%). The
symptom of acute and chronic TE is increased hair loss. Usually, the hair will fall out at an
increasing rate. The remaining hair will feel less dense. Acute telogen effluvium can heal
itself by eliminating the triggering factor which is done by providing education to the patient
while treatment for chronic TE can be done by giving Minoxidil.
Metode
Penulisan artikel ini menggunakan berbagai jenis sumber yang berasal dari jurnal
ilmiah. Pencarian sumber dilakukan di portal online publikasi jurnal seperti National Center
for Biotechnology Information / NCBI (ncbi.nlm.nih.gov) dan Google Scholar
(scholar.google.com). Kata kunci yang digunakan “Telogen effluvium ”, “ hair loss” and
“hair disorder due to radiotheraphy”
Pendahuluan
Telogen effluvium adalah kelainan kulit kepala yang ditandai dengan kerontokan
rambut dalam jumlah berlebihan, yang disebabkan oleh kelainan siklus rambut dan tidak
menimbulkan jaringan parut atau peradangan [ CITATION Fah20 \l 1057 ]. Insidensi TE
cukup tinggi, namun prevalensi pasti tidak diketahui karena banyaknya kasus TE yang
subklinis. Telogen effluvium dapat terjadi pada orang-orang dari berbagai usia, jenis kelamin,
dan latar belakang ras apa pun. Telogen effluvium dapat terjadi pada laki-laki maupun
perempuan, meskipun perempuan memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengalami
kondisi ini karena perubahan hormonal pascapersalinan dan juga perempuan lebih sering
terjadi kerontokan rambut daripada laki-laki. Peristiwa pemicu yang umum adalah penyakit
demam akut, infeksi parah, operasi besar, trauma parah, perubahan hormonal
pascapersalinan, terutama penurunan estrogen, hipotiroidisme, penghentian obat yang
mengandung estrogen, diet ketat, asupan protein rendah dan defisiensi besi [CITATION
Hug20 \l 1057 ].
Tujuan Penulisan
Penulisan artikel ini dalam rangka laporan penugasan 1 pada pembelajaran di Blok
Muskuloskeletal dan Integumen Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, serta untuk
mengetahui definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinis dan tatalaksana
dari Telogen effluvium. Sehingga diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan
terkait pembelajaran pada blok ini.
Definisi
Telogen effluvium (TE) adalah suatu kondisi kerontokan rambut yang bisa terjadi
akibat stres pada perkembangan folikel rambut. pemicu dari stres ini bisa saja terjadi pada
saat setelah operasi, setelah melahirkan dan stres secara mental. TE bisa diatasi secara
perlahan dengan pengobatan tertentu, namun pada beberapa kasus bisa menyebabkan
kebotakan permanen (alopecia). Telogen effluvium adalah kelainan kulit kepala yang ditandai
dengan kerontokan rambut dalam jumlah berlebihan, yang disebabkan oleh kelainan siklus
rambut dan tidak menimbulkan jaringan parut atau peradangan [ CITATION Fah20 \l 1057 ].
Epidemiologi
Kasus terbanyak untuk TE biasanya bersifat subklinis, hal ini dibenarkan karena
masih tidak ada data pasti (tidak diketahui). Pencarian berdasarkan pengobatannya lebih
sering dilakukan oleh wanita dari pada pria. ATE bisa terjadi pada pria dan wanita tergantung
kondisinya. Akan tetapi, berdasarkan perubahan hormonal, setelah melahirkan TE biasanya
sering terjadi, sehingga wanita memiliki kemungkinan yg lebih tinggi. Selain itu, wanita
cenderung menganggap kerontokan rambut lebih mengganggu daripada pria; dengan
demikian, lebih banyak wanita mencari perhatian medis untuk kondisi tersebut. Diperkirakan
bahwa telogen gravidarum (TG) mempengaruhi sepertiga hingga setengah wanita setelah
melahirkan. Pengaruh usia juga tidak jelas, dengan wanita lanjut usia dilaporkan lebih rentan
terhadap telogen effluvium (ATE) akut setelah demam tinggi, trauma bedah, perdarahan
parah, atau stres psikologis yang luar biasa. Pada anak-anak, TE dilaporkan hanya
bertanggung jawab untuk sebagian kecil kasus dengan rambut rontok (2,7%).
Etiologi
- Demam tinggi
- Operasi
- Rawat inap
- Perdarahan
- Stress
- Perubahan dalam pengobatan
- Diet ketat
- Pascapersalinan
- Logam berat: Arsenik, talium, dan selenium
- Effluvium aktinik: Diinduksi sinar matahari dan sinar UV
- Variasi musim (Juli hingga Oktober)
- Alergi dermatitis kontak (kulit kepala): Sebagian besar diinduksi pewarna rambut
- Idiopatik (hingga 33% kasus)
2. Telogen Effluvium kronik
Pemendekan anagen:
Kebanyakan terdiri atas mekanisme yang masih belum diketahui, bisa
menyebabkan pemendekan rambut, yang kemudian akan mempengaruhi siklus
pertumbuhan rambut yang lebih cepat dan kemudian akan disimpan lebih banyak.
3. Kerontokan Rambut Telogen Difus kronis
a. Gangguan tiroid
- Hipertiroidisme (50% pasien)
- Hipotiroidisme (33% pasien)
a. Iron deficiency anemia (IDA)
b. Kekurangan zat besi tanpa anemia: (penyebab kontroversial)
c. Akrodermatitis enteropatik
d. Defisiensi seng (nutrisi parenteral jangka panjang)
e. Defisiensi karboksilase multipel menyebabkan defisiensi biotintin
f. Diet ketat
g. Kelaparan kronis, terutama marasmus
h. Hipoproteinemia (metabolik atau diet)
i. Penyakit pankreas dan malabsorpsi
j. Defisiensi asam lemak esensial
k. Gangguan metabolisme (gangguan hati dan gagal ginjal kronis)
l. Keganasan tingkat lanjut
m. Penyakit Hodgkin
n. Kepikunan
o. Systemic lupus erythematosus (SLE)
p. Dermatomyositis
q. Sifilis sekunder: Tanpa ciri khas
r. Infeksi HIV-1
s. Obat-obatan
- Minoxidil: TE berumur pendek karena pelepasan telogen segera
- Penarikan minoxidil: Kerontokan rambut mungkin tidak dapat dicegah
bahkan dengan finasteride.
- Obat sitotoksik
- Antithyroid agents
- Anticonvulsan
- Anticoagulan
- Antihypertensi (beta blockers, angiotensin-converting enzyme inhibitors)
- Lithium
- Vaksin HPV
- Pramipexole (dopamine agonis yang digunakan pada penyakit Parkinson)
- Lamotrigine
- Magnesium valproate
- Diet inadekuat
- Anoreksia nervosa
- Pengurangan berat badan yang kuat
Patogenesis
Telogen effluvium disebabkan oleh kelainan pada siklus rambut normal yang dapat
dipicu oleh banyak faktor . Folikel rambut memiliki siklus hidup yang terdiri dari tiga fase,
yaitu fase anagen (fase pertumbuhan rambut), katagen (fase involusi), dan fase telogen (fase
istirahat). Fase anagen dapat berlangsung sekitar 2-5 tahun, dan sekitar 90% rambut kulit
kepala berada dalam fase ini. fase katagen jauh lebih pendek dari fase anagen, yaitu
berlangsung sekitar 3-6 minggu. Selama fase katagen, folikel rambut mengalami proses
kematian sel (apoptosis). Terakhir, fase telogen berlangsung sekitar 3-5 bulan, sekitar 10%
dari total rambut berada dalam fase ini. selama fase telogen, batang rambut menjadi mature
dan menjadi kelompok rambut yang terlepas dari folikel atau mengalami kerontokan (Asghar
dkk, 2020).
Rata-rata kulit kepala normal memiliki 100.000 rambut, dengan presentase sekitar
86%-90% berada pada fase anagen, sekitar 1% pada fase katagen, dan sekitar 10%-13% di
fase telogen. Telogen effluvium menyebabkan presentasenya bergeser menjadi sekitar 70%
pada fase anagen dan 30% pada fase telogen, dengan kerontokan setiap hari mencapai sekitar
300 helain rambut (Grover & Khurana, 2013). Jika presentase folikel meningkat pada fase
telogen ini, maka akan terjadi kerontokan rambut yang berlebihan pula (Asghar dkk, 2020).
Mekanisme yang mendasari kerontokan rambut ini mungkin bisa berbeda dalam kasus
yang berbeda. Namun Headinton mengusulkan dan menjelaskan 5 mekanisme kerontokan
rambut yang dapat terjai pada TE, yaitu:
1. Pelepasan segera anagen. Terjadi ketika folikel dirangsang untuk meninggalkan fase
anagen dan memasuki fase telogen sebelum waktunya. Hal ini menyebabkan
peningkatan TE atau kerontokan rambut hingga 2-3 bulan kemudian (Asghar dkk,
2020). Mekanisme ini bisa disebabkan oleh stres fisiologis, penyakit berat, atau
kerontokan rambut akibat obat (Grover & Khurana, 2013).
2. Pelepasan anagen yang tertunda. Terjadi karena pemanjangan fase anagen
menyebabkan pelepasan telogen yang lebat dan banyak (Asghar dkk, 2020). Contoh
yang paling umum adalah telogen gravidarum (TG), dimana pemanjangan fase
anagen terjadi di bawah pengaruh hormone kehamilan. kejadian serupa juga terjadi
setelah penghentian pil kontrasepsi. Pada pascapersalinan, pengaruh hormon akan
hilang dan banyak rambut yang beralih ke fase telogen, menyebabkan peningkatan
kerontokan 3-4 bulan kemudian (Grover & Khurana, 2013).
3. Short anagen syndrome atau sindrom anagen yang pendek. Terjadi karena
pemendekan idiopatik dari fase anagen yang menyebabkan TE yang persisten (Asghar
dkk, 2020). Mekanisme ini dianggap sebagai pathogenesis untuk sebagian besar kasus
TE kronis dengan kerontokan rambut persisten yang ringan dan ketidakmampuan
untuk memanjangkan rambut (Grover & Khurana, 2013).
4. Pelepasan segera telogen. Terjadi karena pemendekan fase telogen yang biasanya
diinsuksi penggunaan obat yang menyebabkan folikel kembali masuk ke fase anagen
sebelum waktunya (Asghar dkk, 2020; Grover & Khurana, 2013). Hal ini
menyebabkan pelepasan kelompok rambut secara besar-besaran. Mekanisme ini bisa
dilihat pada saat memulai terapi dengan minoxidil (Grover & Khurana, 2013).
5. Pelepasan telogen yang tertunda. Ditandai dengan fase telogen yang memanjang dan
transisi yang tertunda ke fase anagen (Asghar, 2020). Ini biasa terjadi pada hewan
dengan siklus rambut yang sinkron, namun bisa saja bertanggung jawab untuk
kerontokan rambut pada manusia (Grover & Khurana, 2013).
Subtipe Klinis
Berdasarkan perjalanan klinis dan gejala, TE dapat dibagi menjadi 3 subtipe: TE akut,
kerontokan rambut telogen difus kronis (CDTHL), dan telogen effluvium kronis. Terlepas
dari subtipe klinis, manifestasi TE yang paling representatif adalah kerontokan rambut yang
berlebihan. Perlu diperhatikan bahwa pada kasus TE yang parah, penipisan rambut difus atau
bitemporal dapat diamati. Namun, kerontokan rambut seringkali subklinis dan peningkatan
kerontokan rambut dapat menjadi satu-satunya tanda objektif pada TE. Dalam beberapa
kasus, kerontokan rambut yang dibawa oleh pasien merupakan indikasi riwayat TE.
Subtipe Klinis Etiologi
Acute Telogen Effluvium (Acute TE) Effluvium newborn
Demam
Operasi
Kehamilan
Penurunan berat badan (diet cepat)
Obat-obatan (dapat menyebabkan CDTHL)
Chronic Diffuse Telogen Hair Loss Penyakit Tiroid
(CDTHL) Penuaan
Malnutrisi
Defisiensi Besi (kontroversial)
Defisiensi zinc (kasus parah)
Penyakit sistemik
Stres psikologis (kontroversional)
STD (infeksi HIV dan sifilis)
Chronic Telogen Effluvium (CTE) Idiopatik (pemendekan anagen)
1. Acute TE
a. Effluvium of the newborn (Effluvium pada bayi baru lahir)
Sejak lahir tipe fisiologis TE sudah dapat terlihat pada bayi. Sekitar 60%
sampai 80% jumlah telogen dalam bentuk effluvium lebih banyak dari TE pathogen
lainnya. Dalam beberapa kasus pola kerontokan rambut menyerupai alopecia
androgenetic.
b. Demam
Penyakit demam mungkin dapat menjadi penyebab umum TE di era
preantibiotik. Stres fisiologis dapat disebabkan oleh demam yang tinggi. Pada sel
matriks penghasil rambut dan menyebabkan pelepasan anagen dini atau sebaliknya,
tingkat interferon yang tinggi dapat berkontribusi pada perkembangan TE akut.
c. Operasi
Tindakan operasi besar dapat memicu TE pasca operasi masih menjadi
perdebatan, dikarenakan hal tersebut dapat terjadi hanya karena operasi atau dapat
disebabkan oleh beberapa faktor lainnya seperti demam, tindakan anestesi dan
perubahan hormone yang dapat memicu TE akut.
d. Kehamilan
Alopecia pasca persalinan atau telogen gravidarum merupakan bentuk TE
klasik yang diamati menggunakan trichogram atau pencabutan rambut secara paksa
selama 2 atau 3 bulan setelah melahirkan. Dimana, pada masa gestasi, tingginya
hormon estrogen mengakibatkan pemanjangan fase anagen dan presentase rambut
anagen 94,4% pada trimester 2 dan 3. setelah persalinan kadar hormon tersebut
menurun secara mendadak dan menyebabkan folikel rambut memasuki fase telogen
secara cepat.
e. Penurunan Berat badan (Diet Ketat)
Diet ketat dengan penurunan berat badan 11,7-24,75 kg dalam 3 minggu- 3
bulan dapat meningkatkan jumlah telogen 25%-50%. Beberapa penelitian melaporkan
pembatasan kalori 0- 1200 kcal perhari mengakibatkan rambut rontok.
f. Obat-obatan
Banyak obat-obatan yang dapat menyebabkan kerontokan rambut telogen dan
biasanya dimulai setelah 12 minggu pemberian dosis. Perubahan dosis juga dapat
menyebabkan pelepasan yang berlebihan. Beberapa obat yang menyebabkan telogen
effluvium seperti, obat anti koagulan, obat anti tiroid, obat psikofarmakologik,
kontrasepsi oral, antihipertensi, anti kolestrol dll.
2. Chronic Diffuse Telogen Hair Loss (CDTHL)
a. Penyakit Tiroid
Hubungan antara hipotiroidisme dan telogen effluvium (TE) telah diketahui
dengan baik. Manifestasinya lebih cenderung menjadi kerontokan rambut telogen
kronis difus (CDTHL) daripada TE akut. Pertumbuhan kembali rambut dapat diamati
sekitar 8 minggu setelah dimulainya penggantian hormon tiroid pada pasien dengan
hipotiroidisme dengan kerontokan rambut telogen. Tidak ditemukan adanya korelasi
antara tingkat keparahan disfungsi tiroid dan tingkat effluvium. Dibandingkan dengan
hipotiroidisme, peran hipertiroidisme pada TE terutama pada CDTHL, kurang jelas
dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
b. Penuaan
Kerontokan rambut yang menyebar di kulit kepala dan tubuh dapat dilihat
pada individu lanjut usia dengan peningkatan rasio telogen secara histopatologis.
Insiden TE cenderung lebih tinggi pada individu yang lebih tua. Pikun dapat menjadi
faktor risiko TE atau CDTHL.
c. Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan yang drastis (11,7 hingga 24,75 kg dalam 3 minggu
hingga 3 bulan) dapat meningkatkan terjadinya telogen yang luar biasa (25% hingga
50%) dan menyebabkan TE akut. Pembatasan kalori 0 sampai 1200 kkal per hari
dilaporkan berhubungan dengan kerontokan rambut.
d. Malnutrisi
Peningkatan rasio rambut telogen telah dicatat pada individu lanjut usia yang
kekurangan protein dan anak-anak dengan malnutrisi protein-kalori pada siklus
rambut dapat bervariasi, dan CDTHL dapat diamati pada mereka yang mengalami
malnutrisi serius.
e. Defisiensi Besi
Defisiensi besi terlibat dalam patogenesis TE. penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa suplementasi zat besi untuk pasien CTE mengakibatkan
pengurangan kerontokan rambut dari penurunan tingkat telogen. studi terbaru
mengungkapkan bahwa kadar feritin serum berkurang pada wanita tetapi tidak secara
signifikan pada pasien CTE dibandingkan dengan subyek kontrol. dengan demikian,
peran defisiensi besi pada TE masih kontroversial, dan efikasi suplementasi besi pada
CDTHL atau CTE perlu dinilai dalam uji klinis lebih lanjut. tingkat feritin serum
kurang dari 40 ng/ml dapat dianggap sebagai kekurangan zat besi pada populasi
umum.
f. Defisiensi Zinc (seng)
Acrodermatitis enteropathica adalah gangguan resesif autosomal yang ditandai
dengan malabsorpsi seng dengan akibat rambut rontok, dermatitis akral dan
periorificial, diare, defisiensi imun, gangguan mental dan neurologis, dan retardasi
pertumbuhan. CDTHL adalah patofisiologi khas untuk rambut rontok. Seng tambahan
harus memperbaiki semua gejala, termasuk rambut rontok. Defisiensi zinc didapat
yang menyerupai acrodermatitis enteropathica dapat berkembang pada makanan
parenteral, operasi saluran GI, pankreatitis, penyakit radang usus, atau nefropati AIDS
serta pada bayi prematur dan menyebabkan TE atau CDTHL akut. Sebaliknya,
kontribusi kadar seng serum yang cukup rendah terhadap perkembangan CTE tetap
sulit dipahami.
g. Penyakit Sistemik
Selain penyakit demam yang hanya terjadi satu kali atau gangguan
endokrin/metabolik, berbagai penyakit sistemik telah dilaporkan terkait dengan
kerontokan rambut difus. CDTHL sehubungan dengan penyakit limfoproliferatif,
keganasan lanjut, penyakit kolagen (lupus eritematosus sistemik dan
dermatomiositis), penyakit hati, gagal ginjal kronis, amiloidosis sistemik, sindrom
eosinofilia-mialgia, dan penyakit radang usus telah dilaporkan. TE akut yang luas
telah dilaporkan menjadi karakteristik untuk sindrom Cronkhite-Canada tetapi
pemulihan penuh dapat diharapkan setelah kondisi yang mendasarinya sembuh.
h. Stres Psikologik
Pada persepsi umum, stres psikologik dapat memainkan peran pada
peningkatan kerontokan rambut. Faktanya, pada laporan asli Klingman tentang TE
menyebutkan tentang peristiwa psikologik yang menyebabkan effluvium. Kontribusi
stres psikologik terhadap perkembangan TE sudah pernah disarankan sebelumnya,
namun tidak terlalu didukung oleh bukti ilmiah yang kuat.
i. Penyakit Menular Seksual
Infeksi HIV dan sifilis sekunder dilaporkan berkaitan dengan CDTHL.
Mekanismenya tidak sepenuhnya dijelaskan, namun observasi menunjukkan bahwa
tes HIV dan sifilis perlu dilakukan ketika skrining kasus TE.
j. Lainnya
Biotin atau defisiensi asam lemak; paparan terhadap logam berat termasuk
arsenik, talium, dan selenium; pajanan sinar matarahari dan sinar UV; dan dermatitis
kontak dilaporkan mungkin bisa memicu terjadinya TE.
3. Chronic Telogen Effluvium (CTE)
a. Idiopatik (pemendekan anagen)
Headingston menyarankan pemendekan anagen idiopatik dapat diamati pada
beberapa individu (Short Anagen Syndrom). Secara teoritis, anagen yang lebih pendek
menghasilkan tingkat telogen yang lebih tinggi juga, yang menyebabkan terjadinya
effluvium. Contoh untuk fenomena ini adalah penurunan fase/periode anagen pada
pasien yang harus dirawat selamanya (entrenitate-treated patients).
Gejala
Gejala TE akut dan kronis adalah peningkatan kerontokan rambut. Biasanya rambut
akan mengalami kerontokan dengan kecepatan yang meningkat (Hughes, 2020). Berdasarkan
manifestasi klinis dan gejalanya, TE dibagi menjadi 3 subgrup: TE akut, chronic diffuse
telogen hair loss, dan telogen effluvium kronis. Terlepas dari 3 subgrup ini, manifestasi yang
paling mewakili TE adalah kerontokan kelompok rambut yang menyebar secara berlebihan
(Kang, dkk, 2019). Rambut yang tersisa akan dirasa kurang padat. Dalam TE akut dan kronis,
rambut hilang secara difus (secara menyebar) dari seluruh kulit kepala, sehingga alopecia
atau kebotakan lengkap biasanya tidak terlihat (Hughes, 2020).
1. TE akut
TE akut biasanya berlangsung kurang dari 6 bulan dan kerontokan rambut yang
terjadi relatif tiba-tiba (Hughes, 2020). Biasanya kerontokan rambut yang menyebar dan
bersifat akut diperkirakan 2-4 bulan sejak munculnya penyebab kausatifnya. Tidak ada
tanda atau inflamasi atau jaringan parut yang terlihat pada kulit kepala. Banyaknya
rambut yang rontok secara signifikan dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, dan ras.
Namun, pada pnelitian yang dilakukan oleh Kligman (1961), rata-rata kerontokan rambut
pada TE akut klasik setiap harinya berkisar dari 109 (kasus postpartum) sampai 646
(pada kasus penggunaan heparin) (Kang, dkk, 2019).
2. Chronic diffuse telogen hair loss (CDTHL)
Adanya pemicu tertentu menyebabkan kerontokan rambut yang tiba-tiba, sama
seperti kasus TE akut, kerontokan ini dapat membaik setelah pemicunya dapat ditangani.
Namun, kerontokan rambut telogen bisa bertahan lebih dari 6 bulan. CDTHL adalah
salah satu kondisi sekunder untuk berbagai kasus, seperti penyakit tiroid, acrodermatitis
enteropathica, malnutrisi, dan penggunaan obat-obatan (Kang, dkk, 2019).
3. TE kronis
Pada TE kronis, kerontokan rambut bisa berlangsung lebih dari 6 bulan sampai 1
tahun dengan fluktuasi. Karena lamanya kerontokan rambut yang terjadi ini, biasanya
rambut akan dirasa lebih tipis dan terjadi penurunan kepadatan rambut di kulit kepala
(Hughes, 2020). Pasien cenderung memiliki rambut yang lebih padat sebelumnya dan
tidak bisa memanjangkan rambutnya, khususnya saat masa anak-anak. Biasanya, TE
kronis onsetnya mendadak dan jumlah rambut yang rontok cukup banyak. Pasien
biasanya mengatakan rambut yang rontok sampai menutupi saluran pembuangan setelah
mereka mandi. Kelompok rambut telogen bisa dicabut dengan mudah pada bagian
puncak kepala dan sekitar tengkuk (Kang, dkk, 2019).
Pemeriksaan Umum
Pada kasus CDTHL (Chronic diffuse telogen hair loss) sangat penting dilakukan
anamnesis dan riwayat pengobatan yang berkaitan dengan kerontokan rambut. Untuk
medeteksi penyakit tiroid atau penyakit kolagen subklinis dapat dilakukan pemeriksaan fisik
seperti pembengkakakn tiroid, kulit, dan kuku.
Pemeriksaan Laboraturium
Tatalaksana
Telogen effluvium akut bisa sembuh sendiri dengan menghilangkan faktor pemicu
yang dilakukan dengan cara memberikan edukasi ke pasien. Pada TE akut, pasien harus
diberitahu bahwa identifikasi dan penghilangan faktor pemicu akan menyelesaikan masalah
rambut rontok. Rambut rontok akan berumur pendek dan dikendalikan tanpa obat. Pasien
harus dijelaskan bahwa rambut rontok dapat berlanjut hingga 6 bulan, meskipun pada tingkat
yang lebih rendah. Meskipun pertumbuhan kembali dapat diamati dalam beberapa bulan
setelah faktor pemicu hilang, pertumbuhan yang signifikan dapat memakan waktu lebih dari
satu tahun. Nutrisi harus dipertimbangkan, dan obat apa pun yang dicurigai sebagai faktor
penyebab harus dihentikan atau diubah setidaknya selama 3 bulan. Edukasi ke pasien penting
untuk membantu mengurangi rasa cemas, stress.
Telogen effluvium kronis
Radioterapi
Radioterapi dapat menyebabkan kerontokan pada rambut. Tingkat kerontokan rambut
sesuai dengan dosis total radiasi yang diberikan untuk pengobatan dan area yang diberikan
sinar radiasi. Kerontokan rambut akibat radiasi dapat bersifat sementara pada dosis yang
lebih rendah dan juga dapat bersifat lama pada dosis yang lebih tinggi.
Pada kasus pasien kanker yang menjalani pengobatan kemoterapi akan menyebabkan
kerontokan rambut. Kemoterapi tidak hanya menghancurkan sel-sel kanker, tetapi juga dapat
menghancurkan sel-sel sehat dalam tubuh termasuk sel rambut. Kerontokan rambut akibat
kemoterapi biasanya bersifat sementara.
Kemoterapi Sitotoksik
Pemberian pertama dosis kemoterapi sitotoksik dalam beberapa minggu dapat terjadi
kerontokan rambut yang menyebar dan merata ( Azael, 2019).
Gambar 1
Gambaran klinis kerontokan rambut setelah satu bulan dilakukan kemoterapi. Trichoscopy
menunjukan titik-titik hitam, batang rambut retak dan rambut vellus.
Kesimpulan
Telogen effluvium (TE) adalah suatu kondisi kerontokan rambut yang bisa terjadi
akibat stres pada perkembangan folikel rambut yang lebih sering terjadi pada wanita daripada
pria. Telogen effulium ditandai dengan kerontokan rambut dalam jumlah berlebih. TE
terbagi menjadi akut dan kronik dengan cara penyembuhan yang berbeda. Telogen effulium
akut dapat dibiarkan sembuh sendiri dengan menghilangkan faktor pencetusnya, sedangkan
telogen effulium kronis menggunakan farmakologi.
Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan dalam artikel ini adalah diharapkan kepada
pemerintah dan tenaga medis termasuk mahasiswa terutama yang belajar dalam bidang
kesehatan untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai gambaran umum
telogen effulium seperti tanda dan gejala agar dapat dilakuan deteksi dini, dampak kyang
dapat ditimbulkan, serta faktor risiko, sehingga masyarakat akan lebih waspada dan dapat
melakukan tindakan pencegahan penyakit telogen effulium.
Daftar Pustaka
Anchala P, M. & Prachi, M (2019). Expert consensus on the management of Telogen
Effluvium in India.
Asghar, F. et al. (2020) ‘Telogen Effluvium: A Review of the Literature’, Cureus, 12(5), pp.
1–7. doi: 10.7759/cureus.8320.
Azael, F. M (2019) ‘Hair disorders in cancer patients’ J Am Acad Dermatol. 2019 May;
80(5): 1179–1196. : 10.1016/j.jaad.2018.03.055
Fitzpatrick, Freedeberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz
St. (2019) ‘Dermatology in General Medicine’. Edisi 9. New York. The Mc
Graw-Hill Companies Inc.