Paper Manajemen Risiko: Disusun Oleh: DAMA AZIIZ PRAYOGO (1805056014) Kelas Manajemen A7
Paper Manajemen Risiko: Disusun Oleh: DAMA AZIIZ PRAYOGO (1805056014) Kelas Manajemen A7
Paper Manajemen Risiko: Disusun Oleh: DAMA AZIIZ PRAYOGO (1805056014) Kelas Manajemen A7
MANAJEMEN RISIKO
Disusun Oleh :
KELAS MANAJEMEN A7
Abstract
This study used a qualitative research method that is research that aims to build a preposition and
explain the meaning behind the social reality that happened. This research is digging deeper into the
application of Islamic banking risk management at the Bank of SOEs and non-SOEs Bank. The focus of
the studies in this research are: Practice implementation and governance of risk management, risk
management practices carried out by Islamic banking has been able to reduce the risk of loss, and
compliance with Islamic law (principle / principle of Islamic transactions).The results showed that
banks in Indonesia have entered into the era of integrated risk management (integrated
management) and risk-based supervision (risk based supervision). All products are issued by Bank
Sharia SOEs and non-SOEs supervised by the Financial Services Authority (FSA) and Sharia
Supervisory Board (DPS) in accordance with the functions and authority of each institution. The
application of risk mitigation is happening in Islamic banking there is a risk that originated from
internal employees or company caused by itself and external customers. The most highest risk of
murabahah financing. The principle in Islamic transactions to the principles of fraternity, justice,
welfare, balance and universality has been applied. Risk mitigation financing is done on fiduciary risk
as the risk that is legally responsible for breach of contract investments of incompatibility with the
provisions of sharia or mismanagement (mismanagement) to the investor funds.
Bank syariah merupakan lembaga keuangan bank yang dikelola dengan dasar-dasar syariah, baik itu
berupa nilai prinsip dan konsep. Sebagai sebuah entitas bisnis, dalam kegiatan usahanya bank
khususnya bank syariah menghadapi resiko-resiko yang memiliki potensi mendatangkan kerugian.
Resiko ini tidaklah bisa selalu dihindari tetapi harus dikelola dengan baik tanpa harus mengurangi
hasil yang harus dicapai. Resiko yang dikelola dengan tepat dapat memberikan manfaat kepada bank
dalam menghasilkan laba.
Sebagai salah satu pilar sektor keuangan dalam melaksanakan fungsi intermediasi dan pelayanan
jasa keuangan, sektor perbankan jelas sangat memerlukan adanya distribusi resiko yang efisien.
Tingkat efisiensi dalam distribusi resiko inilah yang nantinya menentukan alokasi sumber daya dana
di dalam perekonomian. Oleh karena itu pelaku sektor perbankan, dan bank syariah khususnya
dituntut untuk mampu secara efektif mengelola resiko yang dihadapinya.
Penerapan sistem manajemen resiko pada perbankan syariah sangat diperlukan. Baik untuk
menekan kemungkinan terjadinya kerugian akibat resiko maupun memperkuat struktur
kelembagaan (Ahmad Selamet ;2015), misalnya kecukupan modal untuk meningkatkan kapasitas,
posisi tawar dan reputasinya dalam menggaet nasabah. Kewajiban penerapan manajemen resiko
oleh Bank Indonesia (BI) yang disusul oleh ketentuan kecukupan modal dan menambah beban
perhitungannya yang dinilai sejauh ini cukup kompleks, telah memberikan kontribusi penting bagi
kelangsungan usaha perbankan nasional.
Tuntutan pengelolaan resiko semakin besar dengan adanya penetapan standar-standar Internasional
oleh Bank For Internasional Settlements (BIS) dalam bentuk Basel I dan Basel II Accord. Dan
Perbankan Indonesia mau tidak mau harus mulai masuk ke dalam era pengelolaan resiko secara
terpadu (integrated management) dan pengawasan berbasis resiko (risk based supervision).
Manajemen resiko sangat penting bagi stabilitas perbankan, hal ini karena bisnis perbankan erat
berhubungan dengan resiko. Dalam kegiatannya, baik menghadapi berbagai resiko, seperti resiko
kredit (pembiayaan), resiko pasar dan resiko operasional. Manajemen resiko yang baik bagi bank
bisa memastikan bank akan selamat dari kehancuran jika keadaan terburuk terjadi.
Ada beberapa alasan mengapa manajemen resiko harus diterapkan di Perbankan Syariah, dan
mengapa begitu penting. Alasan tersebut menurut Zulfikar di antaranya meliputi (1) Bank adalah
perusahaan jasa yang pendapatannya diperoleh dari interaksi dengan nasabah sehingga resiko tidak
mungkin tidak ada, (2) dengan mengetahui resiko maka kita dapat mengantisipasi dan mengambil
tindakan yang diperlukan dalam menghadapi nasabah bermasalah, (3) dapat lebih menumbuhkan
pemahaman pengawasan yang merupakan fungsi sangat penting dalam aktivitas operasional, dan (4)
faktor sejarah krisis Perbankan Nasional (Erlina Agustini dkk: 2011).
Sebagai lembaga intermediasi keuangan berbasis kepercayaan sudah seharusnya bank dan bank
syariah khususnya menerapkan sistem manajemen resiko. Hal tersebut sesuai dengan peraturan
Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 tentang penerapan manajemen resiko bagi bank umum, yang
mengatur agar masing-masing bank menerapkan manajemen resiko sebagai upaya meningkatkan
efektivitas Prudential Banking (Zulfikar : 2012).
Penerapan manajemen resiko pada perbankan mempunyai sasaran agar setiap potensi kerugian
yang akan datang dapat diidentifikasi oleh manajemen sebelum transaksi, atau pemberian
pembiayaan dilakukan. Dan konsep manajemen resiko yang terintegrasi, diharapkan mampu
memberikan suatu sort and quick report kepada board of director guna mengetahui risk exposure
yang dihadapi bank secara keseluruhan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Khalid dan Majad (2012) menyebutkan bahwa
understanding risk and risk management (URM), risk assessment and analysis (RAA), risk
identification (RI), risk monitoring (RM), credit risk analysis (CRA) mempengaruhi praktik manajemen
resiko pada perbankan syariah di Pakitas. Penelitian lainnya dilakukan oleh Hassan (2009)
menemukan bahwa foreign exchange risk, credit risk dan operating risk serta risk identification
merupakan resiko yang paling besar terjadi pada perbankan syariah di Brunei Darussalam.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Tafri dkk (2011) terlihat bahwa manajemen resiko di Perbankan
Syariah Malaysia sangat tergantung pada kemampuan teknologi informasi dan sistem yang sudah
terintegrasi dan human capital yang bagus sehingga pengukuran resiko dapat dilakukan dengan baik.
Abdullah dkk (2011) mengatakan bahwa Basel II secara efektif telah diterapkan dan ideal untuk
perbankan syariah dalam mitigasi resiko dan manajemen resiko serta praktik ini yang dibutuhkan
oleh perbankan syariah secara spesifik di Malaysia.
Temuan lainnya yang dilakukan oleh Mokni dkk (2014) menyebutkan terdapat perbedaan tingkat
manajemen resiko dan perbankan syariah di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara masih
menggunakan manajemen resiko dalam mitigasi resiko secara tradisional. Praktik manajemen resiko
dalam perbankan syariah selalu meningkat dan membuat nasabah lainnya semakin tertarik pada
bank syariah.
Dari informasi di atas, maka penelitian ini mencoba menggali lebih dalam manajemen resiko
perbankan syariah pada Bank BUMN dan Bank Non BUMN. Adapun permasalahan yang akan diteliti
dalam penelitian ini adalah penerapan dan pengelolaan manajemen resiko (risk) yang dilakukan oleh
perbankan syariah di Indonesia pada Bank BUMN dan Bank Non BUMN.
Fokus Penelitian
Dalam tujuan utama dari penerapan Manajemen Risiko pada bank adalah untuk mengetahui dari
waktu ke waktu profil risiko yang dihadapi oleh bank saat ini dan untuk proyeksi 12 bulan ke depan
dengan menggunakan metode pengukuran yang tepat guna dan dapat dipercaya sehingga
(Nugroho;2011) Manajemen dapat mengambil tindakan mitigasi risiko yang efektif dan efisien dalam
rangka mencapai visi dan misi serta target-target bisnis dari bank tersebut (Adimarwan;2004).
Penerapan Manajemen Risiko pada Bank (BUS/UUS) paling kurang mencakup: Pengawasan aktif
Dekom, Direksi dan DPS, Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit Manajemen Risiko
(Khan & Ahmed:2001), Bank Wajib menetapkan wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada
setiap jenjang jabatan yang terkait dengan Penerapan Manajemen Risiko,(Tedy;2015) Kecukupan
proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian Risiko serta sistem informasi
Manajemen Risiko dan Sistem pengendalian intern menyeluruh. Fokus kajian dalam penelitian ini
adalah: [1]. Praktik penerapan dan pengelolan manajemen resiko (risk) yang dilakukan oleh
perbankan syariah dalam industri perbankan belum mengacu kepada Bank for International
Settelment (BIS). [2]. Praktik pengelolaan manajemen resiko (risk) yang dilakukan oleh perbankan
syariah telah mampu menurunkan resiko kerugian.[3]. Praktik penerapan dan pengelolan
manajemen resiko (risk) yang dilakukan oleh perbankan syariah dalam industri perbankan sesuai
dengan syariat Islam (prinsip/asas transaksi syariah).
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk
membangun suatu preposisi dan menjelaskan makna dibalik realita sosial yang terjadi. Penelitian ini
dilakukan di Perbankan Syariah yang termasuk ke dalam Bank BUMN dan Bank Non BUMN.
Dalam penelitian ini, peneliti terlibat langsung dalam mencari data-data di lapangan. Sebagaimana
ciri-ciri penelitian kualititatif, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data.
Penelitian ini mengamati praktik penerapan dan pengelolan manajemen resiko (risk) yang dilakukan
oleh perbankan syariah dalam industri perbankan.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam (in depth
interview) dan dokumentasi. Jenis Data dan Sumber Data Sumber data utama (primer) adalah data
yang diperoleh langsung dari praktisi, pakar dan nasabah perbankan syariah yang ada, yang berisikan
informasi berkaitan dengan penerapan dan pengelolaan manajemen resiko (risk) yang dilakukan
oleh perbankan syariah dalam industri perbankan berupa data-data yang relevan.
Dalam penelitian ini validitas atau keabsahan data diperiksa dengan metode triangulasi. Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk kepentingan pengecekan data atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong: 2004).
Dalam penelitian kualitatif, analisis data tidak bisa hanya dilakukan secara linear, tetapi harus
menggunakan analisis interaktif (interactive analysis) (Sudika, 2001). Dalam metode ini, model ini
disebut juga dengan model interaktif secara siklus (syclycal interactive analysis model). Komponen
dari analisis tersebut adalah reduksi data, sajian data, penarikan simpulan.
Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menggali informasi dari beberapa informan dari masing-
masing Bank Syariah yang termasuk Bank BUMN dan Bank Non BUMN. Informan A merupakan
informan Bank BUMN dan Informan B merupakan Informan Bank Non BUMN.
Dari informasi yang diperoleh dari semua informan terlihat bahwa penerapan mitigasi resiko yang
terjadi di perbankan syariah ada resiko itu berasal dari internal disebabkan oleh pegawai atau
perusahaan itu sendiri dan eksternal dari nasabah.
Dari informasi yang diperoleh dari semua informan terlihat bahwa dalam funding pada pihak ketiga
dimana bank langsung menjemput dana dengan bermacam sistem yang berbeda di setiap perbankan
itu, dan ada juga nasabah yang langsung ke pihak bank melakukan pembiayaan. Sebagai institusi
yang mengelola uang sebagai aktivitas utamanya, bank syariah memiliki risiko yang melekat
(inherent) secara sistematis. Resiko inherent ini memang menjadi resiko yang tidak dapat dihindari
dan hanya bisa diminimalisir. Dalam penghimpunan dana, bank syariah menjaga agar resiko ini tidak
menjadi terlalu besar dan akan menimbulkan resiko yang lain yakni risiko sistemik (systemic
risk).Menurut Idroes (2008), risiko sistemik secara spesifik adalah risiko kegagalan bank yang dapat
merusak perekonomian secara keseluruhan dan secara langsung berampak kepada karyawan,
nasabah, dan pemegang saham. Dampak kepada nasabah berarti sebuah bank di “rush” oleh
nasabah bank yang ingin menarik kembali dananya secara bersamaan dan besar-besaran karena
kemungkinan berita yang merusak citra bank syariah dan timbul ketakutan kehilangan dana
tabungan pada nasabah. Hal ini terjadi pada saat bank tidak dapat memenuhi kewajibanya. Bank
tidak dapat menyediakan dana yang cukup pada saat nasabah melakukan penarikan dananya.
Dari informasi yang diperoleh dari semua informan terlihat bahwa dalam melakukan pembiayaan
rata-rata perbankan memakai murabahah, dimana bank membiayai pembelian barang atau asset
yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu, musyarakah atau mudharabah, satu
bentuk kerjasama antara investor dengan seorang pihak kedua yang berfungsi sebagai pengelolaan
dana investasi yang didapat dari kerjasama antara bank dan debitur, dan bahkan ada juga ijarah
yaitu perjanjian antara perusahaan dengan konsumen sebagai penyewa.
Resiko Apa Yang Paling Tinggi Pada Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
Dari informasi yang diperoleh dari semua informan terlihat bahwa resiko yang paling tertinggi antara
lain resiko pada internal perusahaan itu sendiri seperti penyelewengan yang dilakukan karyawan
melalui money laudry.Dalam penghimpunan dana, bank syariah menjaga agar resiko ini tidak
menjadi terlalu besar dan akan menimbulkan resiko yang lain yakni risiko sistemik (systemic risk).
Dari informasi yang diperoleh dari semua informan terlihat bahwa resiko yang paling tertinggi pada
pembiayaan murabahah baik dalam kemacetan dalam pembayaran angsuran maupun dalam
agunan.
Manajemen Resiko Yang Diterapkan Oleh Bank Syariah Sudah Menerapkan Prinsip Persaudaraan,
Keadilan, Kemaslahatan, Keseimbangan Dan Universalitas
Dari informan yang diwawancarai, dapat diperoleh informasi mengenai manajemen resiko yang
diterapkan oleh semua perbankan syariah yang ada di Pekanbaru sudah menerapkan azaz transaksi
perbankan syariah antara lain ; prinsip persaudaraan, keadilan, kemaslahatan, keseimbangan dan
universalitas. Baik dalam hal pembiayaan maupun dalam penghimpunan dana yang ada di
perbankan syariah tersebut.
Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa Perbankan Indonesia telah
masuk kedalam era pengelolaan risiko secara terpadu (integrated management) dan pengawasan
berbasis risiko (risk based supervision).Seluruh produk yang dikeluarkan oleh Bank Syariah sudah
diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS) sesuai dengan fungsi
dan kewenangan masing-masing lembaga. Penerapan mitigasi resiko yang terjadi di perbankan
syariah ada resiko itu berasal dari internal disebabkan oleh pegawai atau perusahahan itu sendiri
dan eksternal dari nasabah.Resiko inheren dalam penghimpunan dana, ditanggulangi dengan
mitigasi resiko berupa memberikan pelatihan bagi setiap karyawan untuk memahami prinsip
ekonomi islam. Mitigasi resiko yang dilakukan pada pembiayaan yaitu fiduciary risk sebagai risiko
yang secara hukum bertanggung jawab atas pelanggaran kontrak investasi baik ketidaksesuaiannya
dengan ketentuan syariah atau salah kelola (mis management) terhadap dana investor. Resiko yang
paling tertinggi pada pembiayaan murabahah baik dalam kemacetan dalam pembayaran angsuran
maupun dalam angunan. Prinsip dalam transaksi syariah berupa prinsip persaudaraan, keadilan,
kemaslahatan, keseimbangan dan universalitas sudah diterapkan. Salah satu contoh berupa
pemberdayaan atas masyarakat miskin yang mau memiliki usaha dan untuk kemajuan
perekonomiannya
Daftar Pustaka
Abdullah, Marliana dkk , 2011, Operational risk in Islamic banks: examination of issues. Qualitative
Research in FinancialMarketsVol. 3 No. 2, 2011pp. 131-151
Agustini, Erlina dkk. 2011, Manajemen Resiko Bank syariah. Kharisma Putra Utama Offset.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani.
Asep Ali Hasan Wahyu Ari Nugroho, Manajemen Risiko, 2015, http://hendrakholid.net/blog/mana
jemen_risiko.html, Diakses pada 10 oktober 2015
Fajarningtyas, Liza. Wirjodirdjo Budisantoso, Kurniati Nani, 2010, “Pemodelan Sistem Pembiayaan Di
Bank Syariah Dengan Pendekatan Metodologi Sistem Dinamik: Studi Kasus Pembiayaan Pada Usaha
Sapi Perah Dan Perkebunan Tebu”, Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November,
Surabaya.