Jurnal Ilmiah Farmako Bahari: Erma Yunita, Dheanissa Galuh Permatasari, Deni Lestari

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Ilmiah Farmako Bahari

Journal Homepage : https://journal.uniga.ac.id/index.php/JFB

ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF MORINGA LEAVES EXTRACT


AGAINST Pseudomonas aeruginosa
Erma Yunita, Dheanissa Galuh Permatasari, Deni Lestari

Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta


Jalan Veteran Gang Jambu, Kebrokan, Pandeyan, Umbulharjo, Yogyakarta
Korespondensi: Erma Yunita (ermayunita@afi.ac.id)

ARTICLE HISTORY
Received: 31 May 2020 Revised: 14 August 2020 Accepted: 18 August 2020

Abstract
Moringa leaves are a plant that has many health benefits. Some of them mention that
Moringa leaves have antibacterial activity. This study aims to determine the
antibacterial activity of Moringa oleifera Lam leaf extract against P. aeruginosa bacteria.
The test group consisted of 5 groups variations in the concentration of Moringa leaf
extract 2%, 4%, 6%, 8%, and 10%, a positive control group, and negative control. An
antibacterial activity test was carried out using the wells diffusion method. Incubation
was carried out at 37˚C for 24 hours. Observations are made by measuring the
diameter of the inhibition zone. The results of the antibacterial activity test of Moringa
leaf extract against P. aeruginosa bacteria showed an inhibition zone at a concentration
of ≥4%. The highest inhibition zone value was obtained at a concentration of 10% with
an average inhibition zone diameter of 19.60 ± 0.67 mm. The results of phytochemical
screening showed that Moringa leaf extract contained flavonoids, saponins, terpenoids
and tannins. Based on the results obtained, it can be concluded that Moringa leaf
extract has antibacterial activity against P. aeruginosa bacteria..

Key words: Antibacterial, Moringa oleifera, Pseudomonas aeruginosa

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KELOR


TERHADAP Pseudomonas aeruginosa
Abstrak
Daun kelor merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat dibidang kesehatan.
Beberapa diantaranya menyebutkan bahwa daun kelor memiliki aktivitas sebagai
antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun
kelor (Moringa oleifera Lam) terhadap bakteri P. aeruginosa. Kelompok uji terdiri dari 5
kelompok perlakukan variasi konsentrasi ekstrak daun kelor 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%,
kelompok kontrol positif, dan kontrol negatif. Uji aktivitas antibakteri dilakukan secara
metode difusi sumuran. Inkubasi dilakukan pada suhu 37˚C selama 24 jam.
Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat. Hasil uji aktivitas
antibakteri ekstrak daun kelor terhadap bakteri P. aeruginosa menunjukkan adanya
zona hambat pada konsentrasi ≥4%. Nilai zona hambat tertinggi diperoleh pada
konsentrasi 10% dengan rata-rata diameter zona hambat 19,60±0,67 mm. Hasil
skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor mengandung flavonoid,
saponin, terpenoid dan tanin. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa ekstrak daun kelor memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri P.

P-ISSN: 2087-0337
www.journal.uniga.ac.id 189
E-ISSN: 2715-9949
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Erma Yunita
Vol. 11; No. 2; Juli 2020
Halaman 189-195

aeruginosa. Zona hambat yang terbentuk semakin besar seiring dengan peningkatan
konsentrasi ekstrak.

Kata kunci: Antibakteri, Moringa oleifera, Pseudomonas aeruginosa

Pendahuluan

Penggunaan tanaman obat sebagai bahan alami untuk penyembuhan infeksi


semakin banyak dipilih oleh masyarakat karena efek sampingnya relatif kecil1.
Tanaman yang dapat digunakan sebagai obat dan banyak dibudidayakan di Indonesia,
adalah tanaman kelor (Moringa oleifera Lam)2. Daun kelor mengandung berbagai zat
kimia yang bermanfaat. Hasil penelitian sebelumnya dikatehui bahwa ekstrak daun
kelor memiliki daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escheria coli
yang resisten terhadap antibiotik3,4.
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
pada luka bakar, infeksi telinga dan luka setelah operasi5 (Rahmadani, 2015). Bakteri
P. aeruginosa merupakan bakteri patogen oportunistik yang dapat menyebabkan
keadaan yang invasif pada pasien dengan penyakit kritis maupun pasien yang memiliki
tingkat imunitas yang sangat rendah6. Umumnya bakteri ini sering ditemukan sebagai
penyebab infeksi nosokomial di Rumah Sakit. Penelitian yang dilakukan di Rumah
Sakit Moewardi Surakarta diketahui bahwa bakteri penyebab infeksi nosokomial yaitu
Enterobacter sp., Pseudomonas sp., dan Proteus sp.7. Bakteri P. aeruginosa yang diuji
termasuk dalam kriteria yang resisten terhadap antibiotika amoksisilin, eritromisin,
serta kloramfenikol, namun masih memiliki kriteria sensitif terhadap antibiotika
siprofloksasin6.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka perlu dilakukan uji aktivitas daun
kelor sebagai alternatif antibakteri berbasis bahan alam terhadap bakteri P.
aeruginosa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dalam
pengembahan antibakteri dengan memanfaatkan daun kelor sebagai bahan aktif.

Metode

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cawan petri disposable (Labware),
timbangan digital (Icis 3000 series), autoklaf, spider, borer, konikal (onemed), jarum
ose, pinset, bunsen, incubator (Memert), Encase, Hot Plate, mikropipet (Sciloget Smart
Gen-Net), jangka sorong, alat-alat gelas (Iwaki) seperti beaker, erlenmeyer, tabung
reaksi dan kaca arloji.

Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol daun
kelor yang diperoleh dari penelitian Fatimah pada tahun 20198, isolat bakteri P.
aeruginosa ATTC 27853 yang diperoleh dari Balai Laboraturium Kesehatan dan
Kalibrasi Yogyakarta, Nutrient Agar (Oxoid), Siprofloksasin (PT. Quantum Labs),
akuades steril (PT. IKA Pharmindo), gelatin serta bahan kimia seperti n-heksan, HCl,
NaCl, etanol, serbuk Mg, reagen Dragendroff, dan reagen Liebermann-Burchard.

P-ISSN: 2087-0337
www.journal.uniga.ac.id 190
E-ISSN: 2715-9949
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Erma Yunita
Vol. 11; No. 2; Juli 2020
Halaman 189-195

Prosedur
1. Uji Penapisan Fitokimia
a. Uji Flavonoid
Ekstrak daun kelor ditambahkan 100 mL air, dididihkan selama 5 menit,
kemudian disaring. Filtrat sebanyak 0,5 g ditambahkan serbuk Mg dan
1 mL HCl pekat, kemudian dikocok kuat. Uji positif ditunjukkan dengan
terbentuknya warna merah-jingga pada filtrat9.
b. Uji Saponin
Ekstrak daun kelor ditambahkan 10 mL air sambil dikocok selama 1 menit, lalu
ditambahkan 2 tetes HCl 1 N. Bila busa yang terbentuk tetap stabil selama 7
menit, maka ekstrak positif mengandung saponin9.
c. Uji Steroid dan Terpenoid
Ekstrak dilarutkan dalam heksan, dikocok perlahan dan dibiarkan selama
beberapa menit. Fase terlarut heksan dipisahkan dan ditambahkan reagen
Liebermann-Burchard. Adanya steroid akan membentuk lapisan cincin warna
biru atau hijau, sedangkan terpenoid memberikan warna merah atau ungu 9.
d. Uji Alkaloid
Sampel sebanyak 3 mL diletakkan dalam cawan porselin kemudian ditambahkan
5 mL HCl 2 M, diaduk dan kemudian didinginkan pada temperatur ruang. Setelah
dingin ditambahkan 0,5 g NaCl lalu dilakukan pengadukan dan disaring. Filtrat
yang diperoleh ditambahkan HCl 2M sebanyak 3 tetes, lalu ditambahkan reagen
Dragendroff. Terbentuknya endapan jingga pada tabung menunjukkan adanya
alkaloid9.
e. Uji Tanin
Sebanyak 1 mL ekstrak ditambahkan dengan sedikit larutan gelatin dan 5 mL
NaCl 10%. Reaksi positif apabila terbentuk endapan kekuningan 9.
2. Uji Aktivitas Antibakteri Secara Difusi Sumuran
Uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri P. aeruginosa dilakukan dengan
menggunakan media Nutrient Agar (NA). Stok media yang telah siap kembali
dilakukan sterilisasi menggunakan autoklaf dengan suhu 121˚C selama 15 menit.
Langkah selanjutnya adalah pembuatan suspensi bakteri uji dengan mengambil
satu ose bakteri murni kemudian ditanamkan dalam NA yang langsung diinkubasi
selama 24 jam dengan suhu 37˚C. Suspensi bakteri dibuat dengan membandingkan
kekeruhan menggunakan standar Mc. Farland 0,5. Selanjutnya, pembuatan media
uji dan pembuatan sumuran yang dilakukan secara pour plate. Media NA yang
sudah dingin dan suspensi bakteri uji sebanyak 20 µL ditambahkan secara
bersamaan, kemudian media NA dibiarkan hingga memadat, selanjutnya dibuat
sumuran menggunakan borrer 6 mm. Langkah berikutnya menambahkan ekstrak
daun kelor sebanyak 20 µL/sumuran pada lubang sumuran dengan konsentrasi 2%,
4%, 6%, 8%, dan 10% serta kontrol positif siprofliksasin 5µg/sumuran dan kontrol
pelarut etanol 70% sebanyak 20 µL/sumuran. Inkubasi dilakukan pada suhu 37˚C
selama 24 jam 10. Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat
menggunakan jangka sorong. Diameter hambat adalah besarnya diameter
pengukuran dikurangi diameter sumuran 11.

Hasil

1. Hasil Uji Penapisan Fitokimia


Penapisan fitokimia terhadap ekstrak daun kelor meliputi pemeriksaan flavonoid,
saponin, steroid, terpenoid, alkaloid, dan tannin. Hasil uji penapisan fitokimia ekstrak
daun kelor tersaji pada Tabel 1.

P-ISSN: 2087-0337
www.journal.uniga.ac.id 191
E-ISSN: 2715-9949
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Erma Yunita
Vol. 11; No. 2; Juli 2020
Halaman 189-195

Tabel 1. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Daun Kelor


Pengujian Pereaksi Hasil Uji Keterangan
Flavonoid HCl pekat + Logam Mg Larutan merah tua Positif
Saponin Uji busa Terbentuk busa Positif
Steroid Liebermann-Burchard Larutan berwarna coklat Negatif
Larutan berwarna coklat
Terpenoid Liebermann-Burchard Positif
kemerahan
Alkaloid Dragendorff Endapan jingga Positif
Tanin NaCl 2% + Gelatin 1% Terbentuk endapan Positif

Hasil uji pada Tabel I menunjukkan bahwa dalam ekstrak etanol daun kelor
terkandung senyawa flavonoid, saponin, alkaloid, terpenoid dan tanin.

2. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Daun Kelor


Aktivitas antibakteri daun kelor terhadap P. aeruginosa dilakukan dengan
mengukur zona hambat yang terbentuk setelah diinkubasi selama 24 jam dapat dilihat
pada Tabel 2.

Tabel 2. Daya Hambat Ekstrak Daun Kelor Terhadap Bakteri P. aeruginosa


Diameter Zona Hambat (mm)
Kelompok Uji Kategori*
X ± SD
EDK 2% 0±0 -
EDK 4% 13,93±0,14 Resisten
EDK 6% 13,68±0,38 Resisten
EDK 8% 18,60±0,66 Intermediet
EDK 10% 19,60±0,67 Intermediet
Kontrol Positif 27,01±0,80 Sensitif
Kontrol Pelarut 0±0 -
Keterangan:
EDK : Ekstrak Daun Kelor
Tanda (-) : Tidak terbentuk zona hambat
Kontrol Positif : Siprofloksasin 5 µg
Kontrol Pelarut : Etanol 70%
*kategori berdasarkan CLSI 2012

Hasil diameter zona hambat yang diperoleh dibandingkan dengan standar perfoma
antibiotik siproflokasin dari Clinical and Laboratory Standard Institute (CLSI) 201212,
dimana interpretasi daya hambat dikategorikan berdasarkan besaran nilai dimater
zona hambat. Nilai zona hambat ≤15 mm dikategorikan resisten, zona hambat 16-20
mm dikategorikan intermediet dan zona hambat ≥21 mm dikategorikan sensitif 12.

Pembahasan

Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui komponen senyawa kimia pada


ekstrak daun kelor. Dilakukan enam uji yaitu uij flavonoid, saponin, steroid, terpenoid,
alkaloid, dan tannin. Hasil penapisan fitokimia ekstrak daun kelor ditampilkan pada
Tabel I. Ekstrak didapatkan melalui maserasi menggunakan pelarut etanol 70%8.
Pemilihan metode ekstraksi dapat mempengaruhi kandungan senyawa metabolit
sekunder yang dapat tersari13. Berdasarkan uji penapisan fitokimia yang sudah

P-ISSN: 2087-0337
www.journal.uniga.ac.id 192
E-ISSN: 2715-9949
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Erma Yunita
Vol. 11; No. 2; Juli 2020
Halaman 189-195

dilakukan, diketahui bahwa dalam ekstrak etanol daun kelor terkandung senyawa
flavonoid, saponin, alkaloid, terpenoid dan tannin. Penelitian lainnya menyebutkan jika
kandungan fitokimia dalam daun kelor diantaranya tanin, steroid dan triterpenoid,
flavonoid, saponin, antarquinon, dan alkaloid serta mengandung mineral, asam amino
esensial, antioksidan, dan vitamin14.
Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun kelor dilakukan dengan metode difusi
sumuran menggunakan bakteri P. aeruginosa. Kelompok uji antibakteri terdiri dari 5
kelompok perlakukan ekstrak daun kelor dengan variasi konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%
dan 10%, kontrol positif siprofloksasin, kontrol pelarut etanol 70%. Jumlah volum
larutan uji yang dimasukkan dalam tiap sumuran adalah 20 µL. Inkubasi dilakukan pada
suhu 37°C selama 24 jam 10. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil uji aktivitas
antibakteri ekstrak daun kelor dapat dilihat pada Tabel II. Kelebihan metode difusi
sumuran yaitu lebih mudah mengukur zona hambat yang terbentuk dikarenakan
sampel beraktivitas tidak hanya dipermukaan atas NA tetapi juga sampai ke bawah15.
Metode ini juga dapat menghasilkan zona hambat yang lebih baik karena adanya daya
osmolaritas pada lubang sumuran 16. Berdasarkan data pada Tabel II dapat diketahui
bahwa ekstrak daun kelor responsif terhadap bakteri P. aeruginosa.
Penggunaan siprofloksasin sebagai kontrol positif didasarkan sensitivitas antibiotik
tersebut terhadap bakteri P. aeruginosa6,12. Kontrol positif siprofloksasin menunjukkan
adanya aktivitas antibakteri yang ditandai dengan adanya zona hambat yang terbentuk
di sekitar lubang sumuran setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C dengan
diameter zona hambat rata-rata 27,01±0,80 mm. Kepekaan antibiotik siprofloksasin
terhadap bakteri P. aeruginosa dapat diinterpretasikan sensitif12. Etanol 70% yang
digunakan sebagai kontrol pelarut menunjukkan tidak adanya aktivitas antibakteri,
ditandai dengan tidak terbentuknya zona hambat di sekitar sumuran. Hasil uji aktivitas
antibakteri ekstrak daun kelor menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap
pertumbuhan P. aeruginosa pada konsentrasi ≥4%, sedangkan pada konsentasi 2%
tidak menunjukkan adanya zona hambat (Tabel II). Hal ini menggambarkan bahwa
pada konsentrasi 2%, ekstrak daun kelor belum memberikan efek sebagai antibakteri.
Nilai diameter zona hambat ekstrak daun kelor yang dihasilkan pada penelitian ini
hanya pada rentang 13,68-19,60 mm, dimana interpretasi masih berada pada kategori
resisten-intermediet12. Hal ini terjadi karena konsentrasi tertinggi ekstrak daun kelor
yang digunakan pada penelitian ini masih cukup kecil. Kenaikan zona hambat seiring
dengan peningkatan konsentrasi ekstrak daun kelor memberikan gambaran bahwa
konsentrasi yang lebih tinggi lagi memungkinkan untuk menghasilkan zona hambat
yang lebih tinggi.
Kemampuan daya aktivitas antibakteri ekstrak daun kelor terhadap bakteri P.
aeruginosa dikarenakan adanya kandungan kimia dalam ekstrak daun kelor. Senyawa
flavonoid dan tanin diketahui dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif
maupun Gram negatif17. Daun kelor yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol
dapat menarik sebagian besar senyawa aktif yang berada di daun kelor tersebut,
sehingga ekstrak dapat menghambat bakteri yang sedang mengalami pertumbuhan.
Hal ini dapat terjadi karena senyawa metabolit sekunder yang ada di daun kelor seperti
flavonoid, alkaloid dan senyawa fenolik lainya 18.

P-ISSN: 2087-0337
www.journal.uniga.ac.id 193
E-ISSN: 2715-9949
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Erma Yunita
Vol. 11; No. 2; Juli 2020
Halaman 189-195

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dikatahui bahwa ekstrak etanol daun kelor memiliki
aktivitas anitibakteri terhadap bakteri auroginosa P. aeruginosa pada konsentrasi ≥
4%. Kemampuan daya aktivitas antibakteri ekstrak daun kelor dikarenakan adanya
kandungan senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, tannin dan terpenoid.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat


Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta yang telah mendanai penelitian ini dalam
program Hibah Penelitian Dosen Anggaran Tahun 2020.

Daftar Pustaka

1. Faradiba A, Gunadi A, Praharani D. Daya Antibakteri Infusa Daun Asam Jawa


terhadap Streptococcus mutans. Pustaka Kesehatan. 2016:4(1);55-60.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/view/2496
2. Anwar F, Latif S, Ashraf M, Gilani AH. Moringa oleifera: A food plant with multiple
medicinal uses. Phytotherapy Research. 2007:21(1);17-25.
https://doi.org/10.1002/ptr.2023
3. Dima LLRH, Fatimawali, Widya AL. Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun kelor
(Moringa oleifera L.) terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
Pharmacon. 2006:5(2);282-289.
4. Purnasari, Cahyani. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa
oleifera Lam.) terhadap Bakteri Patogen Resisten Antibiotik [Skripsi]. Makassar:
Program Universitas Hasanuddin; 2013.
5. Rahmadani, Fitri. Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang
Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, Helicobacter pylori, Pseudomonas aerugin osa [Skripsi]. Jakarta:
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah; 2015.
6. Putri AA, Rasyid R, Rahmatini R. Perbedaan Sensitivitas Kuman Pseudomonas
aeruginosa Penyebab Infeksi Nosokomial Terhadap Beberapa Antibiotika Generik
dan Paten. Jurnal Kesehatan Andalas, 2014:3(3);327-331.
https://doi.org/10.25077/jka.v3i3.112
7. Raihani, Nadia. Profil Kultur dan Uji Sensitivitas Bakteri Aerob dari Infeksi Luka
Operasi Laparatomi di Bangsal Bedah RSUP DR. M. Djamil Padang [Artikel].
Padang: Program Pascasarjana Universitas Andalas; 2011.
8. Fatimah, Siti. Validasi Metode Analisis dan Penetapan Kadar Kuersetin Daun Kelor
(Moringa oleifera) [Karya Tulis Ilmiah]. Yogyakarta : Akademi Farmasi Indonesia
Yogyakarta; 2019.
9. Harborne, J B. 1996. Metode Fitokimia. Edisi kedua. ITB: Bandung.
10. Budiana SM, Kojong NS, Wewengkang DS. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Bunga Dan Biji Tanaman Pacar Air (Impatiens Balsamina L.) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus, Pseudomonas aeruginosa dan
Escherichia Coli Secara In-Vitro. Pharmacon. 2015:4(4);214-223.
11. Jagessar RC, Mohamed A, Gomes G. An Evaluation of the Antibacterial AND
antifungal Activity of Leaf Extract of Momordica charantia Against Candida

P-ISSN: 2087-0337
www.journal.uniga.ac.id 194
E-ISSN: 2715-9949
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Erma Yunita
Vol. 11; No. 2; Juli 2020
Halaman 189-195

albicans, Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Nature and Science.


2008:6(1); 1-14.
12. CLSI. Performance Standars for Antimicrobial Susceptybility Testing; Twenty-
Second Infromational Supplement. CLSI document M100-S22. Wayne, PA:
Clinical Laboratory Standards Institute; 2012.
13. Muchsin, I. Perbandingan Metode Pembuatan Ekstrak Daun Artocarpus altilis
(Park.) Fosberg Secara Maserasi dan Infundasi Berdasarkan Kadar Flavonoid
Total [Disertasi]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; 2014.
14. Hardianti, F. Pemanfaatan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Kelor (Moringa
oliefera) Dalam Sediaan Hand and Body Cream [Skripsi]. Jakarta: Program Studi
Kimia UIN Syarif Hidayatullah; 2015.
15. Haryati SD, Darmawati S, Wilson W. Perbandingan Efek Ekstrak Buah Alpukat
(Persea americana Mill) terhadap Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa
dengan Metode Disk dan Sumuran. Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-
Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat: Implementasi Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat Untuk Peningkatan Kekayaan Intelektual. 2017:348-352.
16. Prayoga, Eko. Perbandingan Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L) dengan
Metode Difusi Disk dan Metode Sumuran terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus [Tesis]. Jakarta: Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah; 2013.
17. Yuliana SR, Leman MA, Anindita PS. Uji Daya Hambat Senyawa Saponin Batang
Pisang (Musa paradisiaca) terhadap Pertumbuhan Candida albicans. e-GiGi,
2015:3(2); 616-620. https://doi.org/10.35790/eg.3.2.2015.10486
18. Pandey A, Pandey RD, Tripathi P, Gupta PP, Haider J, Bhatt S, Singh AV. 2012.
Moringaoleifera Lam. (Sahijan) – A plant with a plethora of diverse therapeutic
benefits: an update retrospection. Medicinal and Aromatic Plants. 2012:1(1);1-8.
http://dx.doi.org/10.4172/map.1000101

P-ISSN: 2087-0337
www.journal.uniga.ac.id 195
E-ISSN: 2715-9949

You might also like