Oleh: Jimny Suryo Pamungkas (14010110120064) Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

Peran Badan Pertanahan Nasional dalam Menangani Konflik, Sengketa dan

Perkara Pertanahan di Kota Semarang

Oleh:
Jimny Suryo Pamungkas
(14010110120064)
Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Kotak Pos 1269
Website : http://www.fisip.undip.ac.id / Email : fisip@undip.ac.id

Abstract

Semarang as the capital of central java is one of big cities in indonesia


with a population of as many as 1.765.396 lives in 2015 area 373.67 km2 and
the more rapidly with the emergence of housing only , apartment , restaurant
and hotel .The state of do not possible that would be triggered dispute and
conflict land within the city of semarang .In 2010 legal aid institute ( LBH )
noted be more than 10 thousand hectares land in central java contested
.Covering land was split in 46 cases land dispute. In comparison further ,
2009 there are 42 land conflicts with broad 10.587,18 hectares. While data
from a consortium of agrarian reform ( KPA ) central java show , along this
year there are 163 conflict of agrarian affairs in the city of semarang with the
number of people or farmers who became the victims were killed by a bomb
this conflict reached 22 people .From the data kpa , agrarian conflict that
happened in the year 2011 involving 69.975 heads of household by the area of
the space conflict reached 472.04 hectares .Of 163 conflict of agrarian affairs
in 2010 , the details are 97 cases in the plantation sector , 36 cases in the
forestry sector , 21 cases in the infrastructure sector , 8 cases in the mining
sector , and 1 case in the region of fish-ponds or coastal and it is not
impossible that will increase again if not addressed .

The purpose of this study is to find the role and strategies national
land agency ( BPN ) the city of semarang as one of government agency in a
dispute case , conflict and matter land .The data collected directly from the
or source that deals with this research , obtained through direct interview
with respondents .The interviews conducted by determining key person.
Informants selected can provide informants relevant to this research is

1
pertaining to role of government in a dispute case of land the city of
semarang the national land agency ( BPN ) the city of semarang.

Based on the research done the role of bpn in a dispute case of land it
can be seen that they are implement accordance with the procedure that is
.Can be seen from the way they resolve the case of between siti part with
n.v.bow & amp; cultuur mastechappij karangaju now changed its name into
pt .Construction company and plantation karangayu .The strategy took by
bpn the city of semarang effective over the result of startegi it is there are the
number of cases from year 2012-2014 there are 1039 a disputed case land in
the city of semarang .Of 1039 a disputed case land in the city of semarang ,
that were settled by bpn the city of semarang as many as 646 a case or 62 %.

Keywords: role , strategy , land conflict

1. PENDAHULUAN

Permasalahan pertanahan menjadi isu yang selalu muncul dan selalu aktual

dari masa ke masa, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi,tuntutan pembangunan, peningkatan kesadaran

masyarakat tentang hukum dan hak-hak asasi, serta semakin meluasnya akses

berbagai pihak untk memperoleh tanah sebagai modal dasar dalam berbagai

kepentingan. Mengingat isu yang menjadikan bertambahnya konflik pertanahan

selalu muncul dengan bertambahnya jumlah penduduk, kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi,tuntutan pembangunan, peningkatan kesadaran

masyarakat tentang hukum.

Pada tahun 2010 Lembaga Bantuan Hukum (LBH) mencatat lebih dari 10

ribu hektare lahan di Jawa Tengah diperebutkan. Luasan lahan tersebut terpecah

dalam 46 kasus sengketa tanah antara rakyat dengan pihak pertambangan,

2
perkebunan, kehutanan, hingga militer. Jumlah itu menurun dari tahun 2010 yang

tercatat 53 konflik, namun luasan lahan sengketa tak berkurang nyata. Sebagai

perbandingan lebih lanjut, tahun 2009 lalu terdapat 42 konflik tanah dengan luas

10.587,18 hektare. Sedangkan data dari Konsorsium Pembaruan Agraria Jawa

Tengah menyebut tahun 2011 sebagai tahun perampasan tanah rakyat karena

banyaknya konflik agraria dan tingginya jumlah rakyat yang meninggal akibat

sengketa itu. Data KPA menunjukkan, sepanjang tahun 2011 terdapat 163 konflik

agraria di Kota Semarang dengan jumlah rakyat atau petani yang menjadi korban

meninggal akibat konflik ini mencapai 22 orang. Dari data KPA, konflik agraria

yang terjadi pada tahun 2011 melibatkan 69.975 kepala keluarga dengan luasan

areal konflik mencapai 472.04 hektar. Dari 163 konflik agraria tahun 2010,

rinciannya 97 kasus di sektor perkebunan, 36 kasus di sektor kehutanan, 21 kasus

di sektor infrastruktur, 8 kasus di sektor pertambangan, dan 1 kasus di wilayah

tambak atau pesisir dan bukan tidak mungkin akan bertambah lagi jika tidak

ditangani.

Dengan latarbelakang diatas maka permasala yang akan dibahas adalah

penelitian mengenai “Peran Badan Pertanahan Nasional dalam Menangani

Bidang Konflik dan Sengketa Pertanahan di Kota Semarang”

3
2. PEMBAHASAN

2.1 Peran Badan Pertanahan Nasional dalam Menangani Konflik,

Sengketa dan Perkara Pertanahan di Kota Semarang

Dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Republik Indonesia No. 4

Tahun 2006 JO peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

No. 5 Tahun 2006 pada bagian ke-13, tertera bahwa fungsi BPN dalam rangka

menangani sengketa, konflik dan perkara (SKP) pertanahan adalah untuk

mewujudkan kebijakan pertanahan bagi keadilan dan kesejahteraan masyarakat.

BPN berperan untuk menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa

dan konflik pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis.

1. Penyelesaian konflik pertanahan berdasarkan Peraturan Kepala BPN No. 3

Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus

Pertanahan terdiri dari :

a. Penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan untuk melaksanakan

putusan pengadilan; BPN Kota Semarang wajib melaksanakan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

b. Penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan di luar pengadilan;

dapat berupa perbuatan hukum administrasi pertanahan meliputi :

1. Pembatalan hak atas tanah karena cacat hukum

administrasi;

2. Pencatatan dalam Sertipikat dan/atau Buku Tanah serta

Daftar Umum lainnya; dan

4
3. Penerbitan surat atau keputusan administrasi pertanahan

lainnya karena terdapat cacat hukum administrasi dalam

penerbitannya.

Sasaran pembangunan di bidang pertanahan adalah terwujudnya Catur Tertib

Pertanahan yang meliputi:

1. Tertib Hukum Pertanahan

Dewasa ini banyak sekali terjadi penguasaan pemilikan dan penggunaan

tanah oleh orang-orang/badan hukum yang melanggar ketentuan perundangan

agraria yang berlaku, karenanya perlu diambil langkah-langkah :

a. Mengadakan penyuluhan/penerangan kepada masyarakat mengenai Tertib

Hukum Pertanahan guna tercapainya Kepastian Hukum yang meliputi

penertiban penguasaan dan pemilikan tanah berdasarkan Peraturan

Perundangan Agraria yang berlaku. Dalam pengertian pelaksanaan tertib

hukum pertanian sudah tercakup pelaksanaan tertib dokumentasi dan

administrasi tanah.

b. Mengenai sanksi hukum atas pelanggaran-pelanggaran yang terjadi

c. Melengkapi peraturan perundangan di bidang pertanian

d. Meningkatkan pengawasan intern di bidang pelaksanaan tugas

keagrariaan.

e. Mengambil tindakan tegas terhadap oknum yang sengaja melakukan

penyelewengan.

f. Kebersamaan mengadakan interopeksi.

5
Dengan usaha-usaha tersebut, maka akan terwujud adanya Tertib Hukum

Pertanahan yang menimbulkan Kepastian Hukum Pertanahan dan Hak-hak serta

penggunaannya, yang kesemuannya itu akan menciptakan suasana ketentraman

dalam masyarakat dan pengayoman masyarakat dari tindakantindakan semena-

mena serta persengketaan-persengketaan, sehingga mendorong gairah kerja.

2. Tertib Administrasi Pertanahan

Dewasa ini, masih teras adanya keluh kesah dari masyarakat, tentang hal

berurusan dengan aparat pertanahan, khususnya dalam hal :

a. Pelayanan urusan yang menyangkut tanah masih berbelit-belit dan

biaya relatif mahal.

b. Masih terjadi adanya pungutan-pungutan tambahan

Dengan demikian maka yang disebut Tertib Administrasi Pertanahan

adalah merupakan keadaan dimana :

a. Untuk setiap bidang telah tersedia mengenai aspek-aspek ukuran fisik,

penguasaan penggunaan, jenis hak dan kepastian hukumnya yang

dikelola dalam sistem Informasi Pertanahan yang lengkap.

b. Terdapat mekanisme prosedur, tata kerja pelayanan di bidang

pertanahan yang sederhana, cepat dan massal tetapi menjamin kepastian

hukum yang dilaksanakan secara tertib dan konsisten.

c. Penyimpanan warkah-warkah yang berkaitan dengan pemberian hak

dan pemanfaatan tanah dilaksanakan secara tertib, beraturan dan

terjamin keamanaannya.

6
3. Tertib Penggunaan Tanah

Sampai sekarang masih banyak tanah-tanah yang belum

diusahakan/dipergunakan sesuai dengan kemampuan dan peruntukkannya,

sehingga bertentangan dengan fungsi sosial dari tanah itu sendiri. Dengan

demikian yang disebut Tertib Penggunaan Tanah adalah merupakan keadaan

dimana :

a. Tanah telah digunakan secara lestari, serasi dan seimbang. Sesuai dengan

potensi guna berbagai kegiatan kehidupan dan pengharapan diperlukan

untuk menunjang terwujudnya Tujuan Nasional.

b. Penggunaan tanah di daerah perkotaan dapat menciptakan suasana aman,

tertib, lancar dan sehat.

c. Tidak terdapat pembentukan kepentingan antara sektor dalam peruntukkan

tanah.

d. Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan Hidup

Catur Tertib Pertanahan ini merupakan kebijakan bidang pertanahan yang

dijadikan “landasan”, sekaligus “sasaran” untuk mengadakan penataan

kembali penggunaan dan pemilikan tanah serta program-program khusus di

bidang agraria untuk usaha meningkatkan kemampuan petani-petani yang

tidak bertanah atau mempunyai tanah yang sangat sempit. Badan Pertanahan

Nasional bertugas untuk mengelola dan mengembangkan administrasi

pertanahan yang meliputi Pengaturan Penggunaan, Penguasaan, Pemilikan dan

Pengelolaan Tanah (P4T), penguasaan hak-hak atas tanah, pengukuran dan

7
pendaftaran tanah dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah pertanahan,

sehingga BPN sangat berperan aktif dalam mewujudkan penggunaan tanah

untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat dengan melaksanakan fungsinya di

bidang pertanahan sebagai lembaga non Departemen pembantu Presiden.

2.2 Strategi Badan Pertanahan Nasional (BPN) dalam menangani

Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan di Kota Semarang

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam menangani

sengketa pertanahan BPN Kota Semarang mempunyai strategi

khusus antara lain:

a. Meningkatkan kemampuan dan SDM yang ada melalui

keikutsertaan dalam Diklat-diklat fekmis seperti Diklat Kuasa

Hukumn dan Diklat Mediator baik yang diselenggarakan BPN

ataupun lembaga lain dari luar BPN.

b. Melakukan sosialisasi ke masyarakat untuk mengadukan

permasalahan Tanah yang dihadapi baik secara langsung ke loket

pengaduan Masalah Tanah maupun secara tertulis kepada Kepala

Kantor Petanahan.

Melakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa penanganan

masalah pertanahan khususnya melalui jalur mediasi tidak dipungut biaya

apapun sehingga masyarakat mempunyai antusias untuk menyelesaikan

masalahnya.
8
2.3 Hasil Strategi Badan Pertanahan Nasional (BPN) dalam menangani

Sengketa, Konflik dan Perkara pertanahan di Kota Semarang

Hasil dari strategi yang dilakukan BPN Kota Semarang akhirnya

tidak sia-sia karena sesuai dengan harapan yaitu meningkatnya

permohonan mediasi dari masyrakat serta dan meningkat pula jumlah

penyelesaian sengketa pertanahan yang diselesaikan BPN Kota Semarang.

Berikut adalah diagram jumlah kasus sengketa pertanahan di Kota

Semarang dari tahun 2012-2014:

Diagram Jumlah Penyelesaian Kasus Sengketa Pertanahan yang Terjadi di Kota


Semarang hingga Tahun 2014

Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kota Semarang

Dilihat dari tabel di atas, jumlah kasus dari tahun 2012-2014 terdapat 1039

kasus sengketa tanah di Kota Semarang dan terjadi peningkatan kasus sengketa

tanah tiap tahunnya. Dibandingkan tahun 2012 yang ada 198 kasus sengketa

9
tanah, terjadi peningkatan sebanyak 171 kasus di tahun 2013 menjadi 369 kasus

sengketa tanah. Kemudian seiring pesatnya perkembangan pembangunan Kota

Semarang dan pertambahan penduduk data terakhir di tahun 2014, terjadi

peningkatan kasus sengketa tanah menjadi 472 kasus. Dari 1039 kasus sengketa

tanah di Kota Semarang, yang diselesaikan oleh BPN Kota Semarang sebanyak

646 kasus atau 62%. Sengketa tanah ini tidak terjadi di Kota saja. Di daerah

terpencil ataupun tertinggal juga terdapat sengketa tanah yang dapat menimbulkan

konflik.

Pencapaian itu sesuai dengan Rincian Indikator Kinerja Utama Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2014, butir ke 4 pada tabel

berikut ini:

1
Rincian Indikator Kinerja Utama BPN RI

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

1 Terwujudnya jamina kepastian hukum atas a. Bertambahnya presentase jumlah


tanah nidangtanah yang dilegalisasi. b.
Meningkatnya Ineks Kepuasan
Masyarakat terhadap pelayanan
legalisasi aset tanah.
2 Terwujudnya pengendalian, penguasaan, a. Meningkatnya jumalah keputusan
pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah penetapantanah terlantar yang
dan pemberdayaan masyrakat dalam rangka ditetapkan,
peningkatan aksas terhadap sumber ekonomi. b. Meningkatkan jumlah tanah yang dapat
didayagunakan bagi masyarakat, program
stategis dan pemerintah
c. Bertambahnya akses terhadap sumber ekonomi
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
penerima manfaat.
3 Terciptanya pengaturan, penguasaan, Meningkatnya presentase jumlah
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah wilayah/bidang/luas tanah yang dilakukan
secara optimal dan berkadilan pengaturan dan penataan pertanahan serta
redistribusi tanah.

4 Berkurangnya sengketa, konflik dan perkara a. Meningkatnya julah sengketa


di seluruh Indonesia pertanahan yang diselesaikan b.
Meningkatnya jumlah konflik
pertanahan yang diselesaikan
c. Meningkatnya jumlah perkara
pertanahan yang diselesaikan.
5 Terpenuhinya infrastruktur pertanahan Bertambahnya presentase cakupan peta
secara nasional, regional dan sektoral di dasar, peta tematik, peta potensi diseluruha
seluruh Indonesia Indonesia.

Sumber: (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ) LAKIP BPN RI

1
Dampak dari strategi yang dilakukan tadi menyebabkan adanya perubahan

kinerja pada pegawai semakin terampil dan telah menciptakan penanganan

sengketa pertanahan yang lebih efektif dan efisien dari BPN Kota Semarang.

Perubahan kinerja itu dirasa dikarenakan semakin meningkatnya permintaan

penyelesaian kasus sengketa tanah dan juga semakin banyak pula kasus yang

terselesaikan. Intensitas kerja yang seperti itu, secara otomastis akan lebih

membuat kinerja pegawai lebih efektif dan semakin terampil dalam menangani

sengketa pertanahan. Untuk BPN Kota Semarang sendiri juga bisa membuat

instansi berbenah diri dan mengetahui tentang apa saja yang dirasa kurang dalam

menangani sengketa pertanahan.

3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Peran Badan Pertanahan Nasional

(BPN) dalam Penanganan Konflik, Sengketa dan Perkara Pertanahan di Kota

Semarang, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut ini :

1. Berdasarkan Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan. Peran BPN dalam penyelesaian

kasus sengketa tanah adalah :

a. BPN Kota Semarang wajib melaksanakan putusan pengadilan tentang


penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.

1
b. Menyelesaikan sengketa dan konflik pertanahan di luar pengadilan yang
berupa pembatalan hak atas tanah, pencatatan dalam sertifikat/buku
tanah,menerbitkan surat/keputusan administrasi pertanahan.
c. BPN Kota Semarang menetapkan beberapa keriteria terhadap kasus
pertanahan yang dinyatakan selesai sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 72 Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2011.

2. Staregi meningkatkan kualitas SDM/Pegawai dan sosialisasi tentang mediasi

dan pengaduan pertanahan yang dilakukan BPN Kota Semarang sangat tepat

dilakukan karena melihat hasil dari strategi itu tadi sangat memuaskan. Dilihat

dari semakin banyaknya kasus tanah tumpang tindih yang masuk dan semakin

banyak pula yang terselesaikan. Itu sesuai dengan Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah BPN RI nomor 4 dan menyebabkan perubahan

kinerja pada pegawai karena dengan intensitas kerja yang seperti itu, secara

otomastis akan lebih membuat pegawai lebih terlatih dan semakin terampil

dalam menangani sengketa pertanahan.

3.2 Rekomendasi

Berdasarkan dari hasil penelitian memang dalam menangani kasus

sengketa pertanahan sudah dilakukan sesuai prosedur. Namun, pada umumnya

suatu prosedur juga mempunyai kelemahan,sehingga rekomendasi yang dapat

penulis sampaikan antara lain:

Sebagaimana yang diatur dalam Perka BPN RI Nomor 3 Tahun 2012,

upaya untuk mencegah terjadinya konflik pertanahan antara lain dengan :

1. Penertiban administrasi pertanahan.

1
2. Tindakan proaktif untuk mencegah dan Direktorat Konflik

Pertanahan Badan Pertanahan Nasional RI 2012 19 menangani

potensi konflik.

3. Penyuluhan hukum dan/atau sosialisasi program pertanahan, dan

4. Pembinaan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.

Untuk BPN Kota Semarang khususnya bidang Sengketa, Konflik dan Perkara

Pertanahan semoga segera dibuatkan SPOP guna mengetahui seberapa baik dan

seberapa jauh kinerja yang sudah dilakukan. Untuk masyarakat untuk segera

mendaftarkan tanahnya agar memiliki sertifikat untuki meminimalisir kasus

tumpang tindih tanah dikemudian hari.

3.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mengambil ruang lingkup di wilayah kerja Pemerintah Kota

Semarang, BPN Kota Semarang dan Pegawai. Fenomena dan data yang berhasil

diidentifikasi dari penelitian ini, disusun untuk memperoleh gambaran mengenai

Peran Badan Pertanahan Nasional dalam Menangani Sengketa, Konflik dan

Pertanahan di Kota Semarang. Akan tetapi terdapt pula beberapa kelemahan yang

dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:

1. Dalam penelitian tentang Peran Badan Pertanahan Nasional dalam

Menangani Sengketa, Konflik dan Pertanahan memiliki keterbatasan

seperti tidak dapat mengetahui tingkat kejujuran dari jawaban yang

disampaikan dari pihak terlibat yaitu BPN Kota Semarang.

1
Tidak dapat memperoleh data yang lengkap dari pihak pelaksana dikarenakan

data-data yang dimiliki bersifat rahasia instansi dan hanya pihak-pihak tertentu

yang bisa memperoleh data-data mengenai sengketa, konflik dan perkara di Kota

Semarang.

4. DAFTAR PUSTAKA

Refrensi Buku

Hadi Sudharto P. 2004. Resolusi Konflik Lingkungan. Semarang; Badan

Penerbitan Universitas Diponegoro.

Irawan Surojo. 2006. Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Di Indonesia.

Surakarta; Arseola.

Mahendra Wijaya. 2001. Alternatif Penyelesaian Sengketa. Jakarta; PT.

Raja Grafindo Persada.

Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen Konflik. Jakarta; Salemba

Humanika.

Wawancara

Wawancara dengan Ibu Eni Sulistyowati, SH, MH. selaku Kasubsi Bidang

Sengketa dan Konflik Pertanahan pada hari Kamis, tgl 02 April 2015

pukul 10:00 WIB di BPN Kota Semarang.

You might also like