Jetri: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

Jetri: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, Vol. 17, No. 1, Agustus 2019, Hlm.

105 - 120, P-ISSN


1412-0372, E-ISSN 2541-089X, doi: http://dx.doi.org/10.25105/jetri.v17i1.#### (kode artikel)

ANALISIS DAN EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA


GEDUNG WISMA MAKTOUR, JAKARTA TIMUR

𝐽𝑢𝑛𝑎𝑟 𝑅𝑎𝑚𝑎𝑑ℎ𝑎𝑛(1 , 𝑀𝑎𝑢𝑙𝑎 𝑆𝑢𝑘𝑚𝑎𝑤𝑖𝑑𝑗𝑎𝑗𝑎(2 , 𝑇𝑦𝑎𝑠 𝐾𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑎 𝑆𝑎𝑟𝑖 (3


Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti
Jl. Kyai Tapa No.1, RT.6/RW.16, Jakarta Barat, 11440, Indonesia
E-mail: junarramadhan@gmail.com, maula@trisakti.ac.id, tyas.kartika@trisakti.ac.id

ABSTRACT
Lightning is an unavoidable natural event, so it can cause damage to buildings or
areas affected by direct and indirect lightning strikes. As a result of lightning strikes, it is
important to have a protection system against the dangers of lightning strikes by using a
tool, namely a lightning rod system. There are various types of lightning rods, including
conventional and electrostatic types of lightning rods, both of which function to protect
buildings from lightning strikes. In this study, located in the Wisma Maktour Building, East
Jakarta, the aim was to determine the level of lightning protection and security for all
parts of the lightning protection system at the Wisma Maktour Building. Then an analysis
and evaluation was carried out on the lightning protection system of the Wisma building
based on the 1983 PUIPP standard, SNI 03-7015-2004. , and Regulation of the Minister of
Manpower No: PER 02/MEN/1989 so that recommendations for improvements can be
made in accordance with safety and security standards. Based on the results of the study,
the radius of protection of the electrostatic lightning rod at the Wisma Maktour Building
was able to protect the building as a whole, but based on the rolling ball method there
were sides of the building that were not fully protected. The condition of the corrosion
effect on the down conductor is quite good, however, in the installation that is buried
under building construction, it is impossible to carry out regular physical tests and
guarantee safety. The grounding has a resistance value of 0.96 so that it is in accordance
with the rules and standards used, but it is necessary to make physical improvements to
avoid the effects of corrosion. From the damage that is owned, the building manager
should immediately make repairs according to standards and security considering that the
Wisma Maktour Building has an R = 15, which makes lightning protection very
mandatory.
Keywords : Lightning Protection System, Electrostatic, Grounding, SNI 2004

ABSTRAK
Petir merupakan peristiwa alam yang tidak dapat dihindari, sehingga dapat
menyebabkan kerusakan pada bangunan atau area yang terkena sambaran petir langsung
dan tidak langsung. Akibat dari sambaran petir, maka pentingnya suatu sistem proteksi
terhadap bahaya sambaran petir dengan menggunakan suatu alat yaitu sistem penangkal
petir. Jenis-jenis penangkal petir ada berbagai macam, diantaranya jenis penangkal petir
konvensional dan elektrostatis, keduanya berfungsi mengamankan gedung dari sambaran
petir. Dalam penelitian ini berlokasi di Gedung Wisma Maktour Jakarta Timur bertujuan
untuk mengetahui tingkat kebutuhuhan proteksi petir dan keamanan seluruh bagian sistem
proteksi petir pada Gedung Wisma Maktour kemudian dilakukan analisis dan evaluasi
pada sistem proteksi petir bangunan berdasarkan standar PUIPP 1983, SNI 03-7015-
2004, dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER 02/MEN/1989 agar dapat dilakukan
rekomendasi perbaikan yang sesuai standar keselamatan dan keamanan. Berdasarkan

Received ## Bulan 20##, revised ## Bulan 20##, accepted ## Bulan 20##


Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”

hasil penelitian, radius proteksi penangkal petir elektrostatis pada Gedung Wisma
Maktour sudah dapat melindungi bangunan secara keseluruhan, namun berdasarkan
metode bola bergulir terdapat sisi bangunan yang tidak terproteksi secara keseluruhan.
Kondisi efek korosi pada down conductor tergolong baik, namun pada pemasangan yang
tertimbun konstruksi bangunan menyebabkan tidak dapat dilakukan pengujian fisik
secara berkala dan jaminan keamanan. Pada grounding memiliki nilai tahanan sebesar
0.96 𝛺 sehingga sudah sesuai pada aturan dan standar yang digunakan, tetapi perlunya
dilakukan penyempurnaan fisik agar terhindar dari efek korosi. Dari kerusakan yang
dimiliki sebaiknya pihak pengelola gedung segera melakukan perbaikan sesuai standar
dan keamanan mengingat Gedung Wisma Maktour memiliki R=15 menyebabkan sangat
wajibnya akan proteksi petir.
Kata kunci : Sistem Penangkal Petir, Elektrostatis, Grounding, SNI 2004

1. Pendahuluan
Petir adalah gejala alam yang tidak bisa dimusnahkan dan dicegah, peristiwa petir
mampu menyertakan arus impuls yang tinggi, pada saat waktu singkat dapat
mengakibatkan bahaya yang luar biasa. Kuat medan listrik antara muatan pada awan dan
muatan induksi pada permukaan bumi mengakibatkan pelepasan muatan listrik diantara
awan dan bumi atau tanah, semakin besar muatan di awan mengakibatkan semakin besar
medan listrik yang timbul. Apabila kuat medan listrik melampaui kuat medan listrik di
awan dapat mengakibatkan pelepasan muatan. Awan di udara dengan muatan partikel
positif dan negatif tersebut kemudian menginduksi muatan yang ada di bumi yang dapat
mengakibatkan peristiwa seperti yang kita kenal saat ini yaitu fenomena petir atau kilat.
Saat muatan di awan bertambah besar, maka muatan induksi dan beda potensial di sekitar
awan dan bumi pun semakin tinggi. [1]
Penelitian ini dilakukan pada Gedung Wisma Maktour. Oleh sebab masalah yang
dihasilkan dari fenomena petir sangat berpengaruh pada instalasi internal, eksternal, dan
perlindungan terhadap bangunan maupun manusia pada gedung Wisma Maktour yang
berada di Jalan Otista Raya, Kp. Melayu, Jakarta Timur, DKI Jakarta, Maka diperlukan
suatu sistem proteksi guna melindungi manusia dan semua bagian yang terdapat di dalam
bangunan maupun di sekitar bangunan akibat dari sambaran petir. Gedung Wisma Maktour
merupakan gedung perkantoran yang digunakan sebagai pusat yang menyediakan jasa
travel perjalanan umrah dan haji bagi masyarakat muslim. Dimana gedung tersebut
memiliki intensitas kegiatan perkantoran oleh pegawai yang cukup tinggi sehingga
dibutuhkan suatu sistem proteksi untuk menghindari kerusakan yang terjadi dari
konsekuensi sambaran petir agar tetap terjaga dari segi keamanan dan keselamatan bagi
pengguna gedung. Mengingat gedung Wisma Maktour memiliki banyaknya perangkat
elektronik yang digunakan, dimana tiap ruangan tersebut senantiasa memiliki perangkat
elektronikyang digunakan untuk mendukung aktivitas perkantoran.
Adapun deskripsi proteksi petir yang diperoleh dari hasil observasi dan
identifikasi dilokasi gedung Wisma Maktour, antara lain:
a. Jumlah tiang penangkal petir : 1 buah
b. Tinggi tiang penangkal petir : 2 meter (Elektrostatis, CR120)
c. Grounding : Single Rod (Eelektroda Tanam 6 meter)
d. Kabel Konduktor : Bare Cooper 50 𝑚𝑚2
Mengacu pada Peraturan Menaker Nomor 31 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per.02/men/1989 Tentang Pengawasan Instalasi
Penyalur Petir mengenai pemeriksaan dan pengujian pasal 50, ayat 2 pada poin c
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”

menjelaskan bahwa seharusnya setiap instalasi penangkal petir dan komponen-


komponennya wajib diperiksa dan diuji secara rutin atau setiap dua tahun sekali.
Mengingat Gedung Wisma Maktour dibangun pada tahun 2003 yang berarti pada tahun
2022 sudah berusia 19 tahun dan berdasarkan informasi yang diperoleh dari teknisi
instalasi listrik pada pengelola Gedung Wisma Maktour, menjelaskan bahwa pengujian dan
inspeksi terhadap instalasi penangkal petir sudah 6 tahun tidak dilakukan sejak tahun
2015, maka hal ini tidak sesuai dengan aturan pemerintah yang sewajibnya dilakukan
pengujian sistem penangkal petir secara berkala atau setiap dua tahun sekali.
Mempertimbangkan pentingnya hal tersebut, maka perlu adanya suatu evaluasi dan
pemeriksaan pada instalasi sistem proteksi penangkal petir eksternal pada bagian-bagian
sistem penangkal petir yaitu pada bagian terminasi udara hingga pembumian pada gedung
yang mengacu pada peraturan pemerintah demi keamanan dan kelancaran seluruh
perlindungan terhadap petir sesuai dengan kebutuhan proteksi terhadap bangunan dan
manusia.
Adapun tujuan penelitian ini yaitu mengetahui tingkat kebutuhuhan proteksi petir
dan seluruh bagian sistem proteksi penangkal petir pada gedung Wisma Maktour agar
terjaganya keamanan dan keselamatan bangunan terhadap sambaran petir dan menganalisis
kerusakan dan efektivitas keamanan seluruh bagian sistem proteksi petir mulai dari
terminasi udara, kabel tembaga, hingga bagian sistem pentanahan. Kemudian
mengevaluasi kerusakan dan merekomendasikan estimasi biaya pemasangan saluran
instalasi penangkal petir serta memastikan rancangan sistem proteksi petir pada Gedung
Wisma Maktour sudah sesuai dengan SNI 03-7015-2004 dan PERMENAKER
02/MEN/1989 tentang "Pengawasan instalasi penyalur petir"
2. Kajian Pustaka
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Tentang Pengawasan Instalasi
Penyalur Petir. Jakarta: Per 02/Men/1989 (1989) yaitu bahwa sambaran petir dapat
menimbulkan bahaya baik tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja serta
bangunan dan isinya maka Instalasi penyalur petir adalah seluruh susunan sarana penyalur
petir terdiri atas penerima (Air Terminal), Penghantar penurunan (Down Conductor),
Elektroda Bumi (Earth Electrode) termasuk perlengkapan lainnya yang merupakan satu
kesatuan berfungsi untuk menangkap muatan petir dan menyalurkannya ke bumi. [2]
Berdasarkan pada penelitian Nur Fauzi Pamungkas (2018) yaitu evaluasi sistem
penangkal petir eksternal beserta grounding dilakukan dengan menggunakan analisis
metode bola bergulir untuk menentukan keamanan zona proteksi pada terminasi udara
penangkal petir konvensional, menghitung volume pelelehan kabel tembaga konduktor
sebagai sambungan antara terminasi udara dan sistem pentanahan untuk menjaga
keamanan kabel konduktor dari bahaya beban korosi, dan menentukan hasil resistansi nilai
tahanan pada terminasi bumi tidak boleh diatas 5Ω sesuai pada Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No : PER 02/MEN/1989 pada BAB IX yang menyatakan tahanan pembumian tidak
boleh melebihi 5 Ω. [3]
Sedangkan pada penelitian Asep Dadan (2010) yaitu Penangkal petir elektrostatis
atau biasa disebut penangkal petir E.F (electrostatic field) merupakan sistem proteksi petir
Early Streamer Emission (ESE) yang merupakan perkembangan sistem proteksi petir
konvensional pada penggunaan metode Franklin Rod dalam melindungi bahaya terhadap
sambaran petir. Early Streamer Emission awalnya merupakan terminal udara radioaktif
non konvensional, namun demikian karena prinsip kerja nya yang dapat menyebarkan
radioaktif yang membahayakan kesehatan, maka banyak negara-negara telah melarang
penggunaan pada penangkal petir ini. Karena hal tersebut maka peralatan ESE non
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”

radioaktif yang banyak digunakan sebagai bentuk pengembangan sistem proteksi petir
dengan Radius proteksi (Rp) pada Early Streamer Emission dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan berdasarkan standar NF C 17 – 102. [4]
Berdasarkan penelitian sebelumnya, penelitian ini berbeda dari penelitian-penelitian
sebelumnya dikarenakan pada penelitian ini akan membahas analisis dan evaluasi sistem
proteksi petir eksternal pada Gedung Wisma Maktour untuk pertama kalinya dengan
menggunakan analisis perbandingan penempatan zona proteksi terminasi udara dengan
menggunakan metode konvensional dan elektrostatis yaitu Early Streamer Emmision untuk
mengetahui efektifitas keamanan radius proteksi pada terminasi udara, mengetahui volume
pelelehan pada kabel konduktor sistem proteksi petir yang terpasang sebagai antisipasi dari
bahaya beban korosi, dan mengetahui nilai tahanan pada sistem pentanahan agar sesuai
pada standar SNI 03-7015-2004 dan PERMENAKER 02/MEN/1989 tentang "Pengawasan
instalasi penyalur petir" dalam mengevaluasi dan merekomendasikan perbaikan dari
kerusakan yang ada dengan tujuan keselamatan dan keamanan bangunan dari bahaya
sambaran petir.

3. Metode Penelitian
3.1 Mekanisme Pelaksanaan Penelitian
Mekanisme pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1. Metode Penelitian


3.2 Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Gedung Wisma Maktour. Gedung Wisma Maktour
berlokasi di Jalan Otista Raya, Kp. Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, DKI
Jakarta. Bangunan ini berisi banyak peralatan untuk fasilitas perkantoran dan memiliki
ruang administrasi atau server sebagai pusat pelayanan terhadap konsumen jasa
transportasi haji dan umroh. Bangunan ini digunakan untuk sarana perkantoran di sektor
transportasi (travel) untuk ibadah haji dan umroh yang memiliki lantai sebanyak enam
tingkat dan desain bangunan memiliki bentuk yang cukup tinggi bahkan paling tinggi
terhadap bangunan disekitarnya, sehingga rawan terhadap bahaya sambaran petir.
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”

Gambar 3.1 Gedung Wisma Maktour


Mengingat Gedung Wisma Maktour berisi banyaknya peralatan elektronik yang
digunakan pada setiap lantai dan ruangan sebagai fasilitas kegiatan perkantoran yang
prioritasnya memiliki instrumen-instrumen alat elektronik. Berikut deskripsi ukuran dan
bentuk bangunan pada Gedung Wisma Maktour yang dapat dilihat pada Gambar 3.2
dibawah ini.

Gambar 3.2 Deskripsi Panjang, Lebar, dan Tinggi Gedung Wisma Maktour
Adapun penjabaran deskripsi dan kondisi dari gedung Wisma Maktour yang dapat
dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Deskripsi Gedung Wisma Maktour
Keterangan Ukuran (m/lantai)
Panjang 43 meter
Lebar 24 meter
Tinggi 30 meter
Jumlah lantai 6 Lantai
3.3 Kondisi Fisik Sistem Proteksi Petir Gedung Wisma Maktour
Penelitian ini dilakukan pada Gedung Wisma Maktour yang sudah berdiri sejak
tahun 1997 namun belum ada riwayat mengenai pengujian dan inspeksi pada instalasi
penangkal petir secara berkala menyebabkan terjadinya korosi, jalur tembaga putus, dan
tiang terminasi udara yang miring pada sistem proteksi petir (SPP) Gedung Wisma
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”

Maktour. Adapun permasalahan posisi terminasi udara pada sistem proteksi petir Gedung
Wisma Maktour yang terlihat pada Gambar 3.3 sebagai berikut.

Gambar 3.3 Posisi Terminasi Udara Penangkal Petir Gedung Wisma Maktour
Keterangan :
Kondisi penangkal petir : Posisi Terminasi Udara (Elektrostatis) Melekat Pada
Struktur atap Bangunan dan Kabel Konduktor Yang
Tertimbun Struktur Bangunan Berbeton
Waktu pengambilan gambar : Rabu, 25 November 2020. Pukul 13.01 WIB
Lokasi gambar : Lantai 6 (rooftop) Gedung Wisma Maktour
Dokumentasi penelitian diatas menunjukkan letak terminasi udara SPP gedung
Wisma Maktour terlihat miring, melekat pada atap bangunan berbeton yang meyebabkan
tidak bisanya dilakukan pengujian dan pemeriksaan fisik secara utuh terhadap seluruh
bagian dari terminasi udara dan sangat mudah menyebabkan kebakaran. Batang splitzen
penangkal petir elektrostatis yang terdapat pada gedung Wisma Maktour juga mengalami
korosi dan tinggi kurang dari 2 meter yang hal ini menyebabkan zona radius proteksi tidak
melindungi secara optimal berdasarkan NFC 17 102.
Dengan mengingat bahwa pentingnya letak saluran down conductor yang berfungsi
menyalurkan arus petir akibat sambaran petir, maka letak down conductor yang seharusnya
dipasang diposisi yang aman dan mudah dilakukan inspeksi fisik maupun pengujian harus
diperhatikan. Pada gedung Wisma Maktour posisi down conductor tertimbun oleh beton
dan bagian-bagian konstruksi bangunan yang seharusnya kabel konduktor dipasang diluar
bangunan dengan jangkauan yang aman sesuai pada peraturan SNI 03-7015-2004. Gambar
3.4 memperlihatkan desain kabel konduktor yang dipasang tertimbun oleh struktur
bangunan

Gambar 3.4 Desain Letak Down Conductor Yang Tertimbun Konstruksi Bangunan
3.4 Denah Instalasi Penangkal Petir Gedung Wisma Maktour
Denah instalasi sistem proteksi petir berperan penting untuk menentukan posisi letak
tiang terminasi udara, kabel konduktor, dan titik grounding pembumian pada perlindungan
sambaran petir pada bangunan bertujuan agar mempermudah suatu inspeksi dalam
mengetahui posisi saluran instalasi seluruh bagian sistem proteksi petir (SPP) yang
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”

terpasang pada Gedung Wisma Maktour yang dapat dilihat pada gambar 3.5 sebagai
berikut:

Gambar 3.5 Desain Instalasi Sistem Proteksi Petir Pada Gedung Wisma Maktour
Didalam instalasi sistem penangkal petir pada bangunan pentingnya mengetahui letak
titik grounding yang tertanam disekitar area bangunan. Dibawah ini merupakan gambar 3.6
yang memperlihatkan titik grounding penangkal petir beserta grounding instalasi tegangan
rendah (TR) pada gedung Wisma Maktour yang terpasang terpisah.

Gambar 3.6 Desain Letak Grounding SPP Gedung Wisma Maktour


Dari seluruh denah SPP yang dijabarkan di atas menunjukkan posisi tiang terminasi
udara penangkal petir elektrostatis, saluran kabel konduktor, dan letak titik grounding
dengan tepat. Sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa gedung Wisma Maktour memiliki
sebanyak satu tiang terminasi udara penangkal petir elektrostatis dan satu titik grounding
pentanahan yang saling terhubung melalui saluran kabel konduktor menggunakan kabel
BC 50𝑚𝑚2.
3.4 Desain Instalasi Penangkal Petir Gedung Wisma Maktour
Ada pun desain yang dimiliki meliputi bagian dari terminasi udara, down
conductor, hingga sistem pentanahan (grounding) sebagai berikut:
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”

A. Terminasi Udara CR 120 (Elektrostatis)

Gambar 3.7 Desain Penangkal Petir Elektrostatis CR 120


Pada gambar 3.7 merupakan bentuk desain penangkal petir elektrostatis tipe CR 120
yaitu batang Splitzen pada bagian terminasi udara yang digunakan pada gedung Wisma
Maktour. Pada tabel 3.2 dibawah ini merupakan spesifikasi penangkal petir tipe CR 120
yang memiliki radius proteksi (Rp) 120 meter
Tabel 3.2 Spesifikasi Penangkal Petir CR 120, CR 70, dan CR 35
Type Diameter Berat Panjang Radius
(mm) (gram) (mm) Proteksi (m)
CR 120 Head Terminal 190 3700 500
Connecting Sleeve 70 900 400 120
CR 70 Head Terminal 135 2000 350
Connecting Sleeve 70 770 300 70
CR 35 Head Terminal 110 1300 300
Connecting Sleeve 55mm 300 290 35
B. Kabel Penghantar (Bare Cooper 50𝐦𝐦𝟐)
Bagian dari sistem proteksi petir yang berfungsi sebagai penghantar arus listrik petir
yang ditangkap oleh bagian terminasi udara ke sistem pembumian menggunakan kabel
penghantar atau down conductor. Sistem penangkal petir pada gedung Wisma Maktour
menggunakan jenis kabel tembaga yaitu Bare Cooper dengan luas penampang 50𝑚𝑚2.
Kabel penghantar ini harus terhubung dengan baik secara elektrikal antara terminasi udara
dengan bagian sistem pembumian (grounding).
Tabel 3.3 Data Existing Kabel Konduktor SPP Gedung Wisma Maktour
Jenis logam BC (Bare Cooper), BC50 SQMM
Panjang 42,9m
Luas 50𝑚𝑚2
Penampang
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”

C. Desain Sistem Pentanahan (Grounding)


Sistem pentanahan atau grounding bertujuan untuk menyalurkan dan menyebarkan
arus petir kedalam tanah. Dalam menyalurkan arus petir ke tanah tanpa menyebabkan
tegangan lebih yang menyebabkan kerusakan pada bangunan atau manusia, maka seluruh
bagian dari sistem pentanahan atau grounding menjadi sangat penting. Gedung Wisma
Maktour memiliki sistem pentanahan tipe single rod atau biasa disebut satu batang
elektroda yang ditanam yang berbahan tembaga (copper rod) memiliki panjang 12 meter.
Desain pentanahan SPP gedung Wisma Maktour dapat dilihat pada gambar 3.8 dibawah
ini.

Gambar 3.8 Desain Grounding Penangkal Petir Gedung Wisma Maktour

4. Hasil dan Pembahasan


4.1 Tingkat Kebutuhan Bangunan Terhadap Sambaran Petir Berdasarkan
Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP)
Berdasarkan struktur bangunan, keadaan lokasi, dan data hari guruh pada Gedung
Wisma Maktour yang berlokasi di Jakarta Timur, maka tingkat kebutuhan terhadap
sambaran petir berdasarkan Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP) dapat
dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Indeks Perkiraan Sambaran Petir
Indeks Keterangan Nilai
Bangunan yang berisi banyak sekali orang, misalnya
A bioskop, sarana ibadah, perkantoran, sekolah, dan 3
monument sejarah yang penting
B Bangunan dengan konstruksi beton bertulang. kerangka 2
besi dan atap bukan logam
C Tinggi bangunan 30 meter 4
D Ditanah datar pada semua ketinggian 0
E Hari guruh di DKI Jakarta sebanyak 193 hari/tahun 6
R = Indeks A+B+C+D+E
Lebih dari 14, maka perkiraan bahaya sambaran petir 15
sangat besar dan sangat perlu adanya sistem proteksi petir
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”

Berdasarkan Pedoman Perencanan Penangkal Petir, maka nilai R pada gedung


Wisma Maktour adalah 15 yang berarti bahwa tingkat bahaya sambaran petir sangat besar
dan sangat wajib untuk dilindungi dengan menggunakan sistem proteksi petir.
4.2 Penentuan Tingkat Proteksi Sambaran Petir
Dalam menentukan tingkat proteksi sambaran petir terlebih dahulu menghitung Luas
Daerah Perlindungan (Ae) berdasarkan bentuk bangunan, kemudian dapat ditentukan
menentukan nilai kerapatan sambaran petir ke bumi (Ng) dengan menyesuaikan jumlah
hari guruh setempat (Td). Berdasarkan hasil perhitungan Luas Daerah Perlindungan (Ae)
dan kerapatan sambaran petir (Ng), maka dapat menghitung frekuensi sambaran petir per-
tahun (Nd). Sehingga untuk pengambilan keputusan perlu atau tidaknya memasang sistem
proteksi petir pada bangunan berdasarkan perhitungan Nd dan Nc dilakukan sebagai
berikut:
a. Jika Nd ≤ Nc tidak perlu sistem proteksi petir.
b. Jika Nd > Nc diperlukan sistem proteksi petir dengan efisiensi menggunakan
persamaan E ≥ 1- Nc/Nd
Apabila perbandingan nilai frekuensi sambaran rata-rata tahunan Nc yang dapat
diterima lebih kecil dengan harga nyata frekuensi sambaran petir Nd, maka penting nya
sistem proteksi pada bangunan dengan melihat efisiensi sambaran petir menurut Tabel 4.2
sebagai berikut:
Tabel 4.2. Tingkat Proteksi Berdasarkan Efisiensi
Tingkat Proteksi Efisiensi Sistem
Proteksi Petir (E)
I 0,98
II 0,95
III 0,90
IV 0,80
Berdasarkan keterangan diatas dalam menentukan tingkat proteksi pada Gedung
Wisma Maktour dengan menyesuaikan bentuk ukuran bangunan dan jumlah hari guruh
per-tahun di DKI Jakarta yaitu 193 kali curah hujan, maka dalam menentukan tingkat
proteksi bahaya sambaran petir dapat dilihat pada persamaan yang dijabarkan pada tabel
4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3. Penentuan Tingkat Proteksi Gedung Wisma Maktour


Keterangan Persamaan/Rumus Hasil
Luas Daerah 𝐴𝑒 = 𝑎𝑏+6ℎ(𝑎+𝑏)+9𝜋ℎ 38.526 𝑚
2 2

Perlindungan (Ae)
Kerapatan Sambaran 𝑁𝑔=0.04.𝑇𝑑1,26 𝑁𝑔= 30.33/𝑘𝑚2/tahun
Petir Ke Bumi (Ng) Td : 193 kali curah
hujan
Frekuensi Sambaran Petir 𝑁d = 𝑁𝑔.𝐴𝑒. 10−6 1,17 sambaran petir per-
Per-Tahun (Nd) tahun
Efisiensi Sambaran Petir E ≥ 1 − 𝑁𝑐 / 𝑁𝑑 92% atau 0,92
(E)
Berdasarkan hasil efisiensi sambaran petir (E) adalah 0,92 Sehingga tingkat proteksi
pada gedung Wisma Maktour adalah tingkat proteksi II sesuai pada table 4.2 yang
mana menunjukan pentingnya penangkal petirpada gedung Wisma Maktour
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”

Diketahui:
a. Panjang gedung (𝑎) = 43 m
b. Lebar gedung (𝑏) = 24 m
c. Tinggi gedung (ℎ) =30 m
d. Jumlah hari guruh / Tahun (Td) = 193 kali curah hujan
4.3 Analisis Daerah Proteksi Berdasarkan Metode Bola Bergulir dan Spesifikasi
Radius Proteksi Penangkal Petir Elektrostatis Gedung Wisma Maktour
Pada gedung Wisma Maktour akan dilakukan analisis perbandingan untuk
mengetahui daerah-daerah proteksi dengan menggunakan kedua metode yang ada yaitu
metode berdasarkan spesifikasi radius proteksi penangkal petir CR120, dan metode bola
bergulir (rolling sphere method).
4.3.1 Metode Berdasarkan Spesifikasi Radius Proteksi Penangkal Petir CR120
Mengingat terminasi udara SPP yang terpasang pada Gedung Wisma Maktour
memiliki jenis penangkal petir elektrostatis CR 120yang memiliki radius proteksi (Rp) 120
meter, dan berdasarkan standar NF C 17-102 radius proteksi pada penangkal petir
elektrostatis dengan menggunakan sistem Early Streamer Emision, maka luas daerah
proteksi (𝐴𝑥 ) terminasi udara pada Sistem Proteksi Petir Gedung Wisma Maktour dapat
dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4. Perbandingan Luas Area Proteksi Berdasarkan Spesifikasi CR 120 dan NF C 17-
102
Keterangan Radius Proteksi (Rp) Luas Proteksi (𝑨𝒙 )
Spesifikasi 120 meter 𝐴𝑥 = 𝜋 𝑥 𝑅𝑝2
CR 120 𝐴𝑥 = 45.216 𝑚2
2
NF C 17-102 Rp = √2 × 𝑅 × ℎ − ℎ2 + ∆ × (2 × 𝑅 + ∆) 𝐴𝑥 = 𝜋 𝑥 𝑅𝑝
Rp= 90 meter 𝐴𝑥 = 25.435 𝑚2
Luas 1032 𝑚2
Bangunan
Diketahui :
h = 30 m (tinggi bangunan)
R = 30 m (jari-jari bola bergulir tingkat proteksi II)
v = 1 m/μs
∆T = 60μs (dengan nilai berkisar antara 10 μs hingga 60 μs)
 = 1  60, dimana  adalah penambahan jarak sambar ESE terhadap konvensional
Dengan melihat besarnya R pada tingkat proteksi II adalah 30 meter dan ∆T ketika
front time 60µs, maka radius proteksi (Rp) pada penangkal petir CR 120 pada ketinggian
30 meter adalah 90 meter. Jika merujuk pada spesifikasi yang tertulis penangkal petir yang
terpasang mempunyai radius proteksi sebesar 120 meter, namun pada kenyataannya
berdasarkan perhitungan menggunakan standar NFC 17–102 hanya sekitar 90 meter
sehingga luas radius proteksinya dengan syarat tinggi tiang minimal 2 meter berdasarkan
spesifikasi produk dan standar NF C 17-102 sudah dapat melindungi Gedung Wisma
Maktour secara keseluruhan yang dapat dilihat pada gambar 4.1 sebagai berikut:
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”

Gambar 4.1 Radius Proteksi SPP Elektrostatis dan Redesain Tinggi Tiang Terminasi
Udara
4.3.2 Metode Bola Bergulir
Penggunaan metode bola bergulir sangat baik digunakan terutama jika bentuk
bangunannya rumit. Metode ini dilakukan dengan cara menggambarkan bangunan dan bola
bergulir dengan jari-jari sesuai tabel 4.5 sebesar 30 meter di sekeliling bangunan.
Tabel 4.5. Penempatan Terminasi Udara Sesuai dengan Tingkat Proteksi
Level Rolling Sudut Lindung (αo) Lebar Mesh (m)
Proteksi Sphere 20 m 30 m 45 m 60 m
R (m)
I 20 25 - - - 5
II 30 35 25 - - 10
III 45 45 35 25 - 15
IV 60 55 55 35 25 20
Daerah antara perpotongan permukaan tanah, gedung dan keliling bola bergulir dan
bangunan itu sendiri adalah daerah proteksinya. Pada gambar 4.2 terlihat bahwa pada
penggunaan metode bola bergulir untuk melihat zona proteksi pada penangkal petir
elektrostatis gedung Wisma Maktour tidak dapat memproteksi gedung secara keseluruhan,
karena pada bagian yang bertanda titik merah merupakan bagian yang tidak terproteksi
pada tingkat proteksi II metode bola bergulir. Oleh karena itu sangat perlu ada nya evaluasi
dan penambahan penangkal petir pada gedung Wisma maktour.

Gambar 4.2 Desain Metode Bola Bergulr pada Gedung Wisma Maktour
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”

keseluruhan, berikut adalah redesain zona proteksi dari SPP gedung Wisma Maktour
yang sudah dapat melindungi gedung secara keseluruhan berdasarkan metode bola bergulir
dengan menambahkan 7 jumlah tiang splitzen setinggi 3m pada bangunan dan
menambahkan tinggi tiang splitzen penangkal petir utama pada atap bangunan setinggi 2m.
Redesain zona proteksi pada bagian terminasi udara sistem penangkal petir pada gedung
Wisma Maktour menggunakan metode bola bergulir dapat dilihat pada gambar 4.3 dan 4.4
sebagai berikut :

Gambar 4.3 Redesain Metode Bola Bergulir Pada Gedung Wisma Maktour

Gambar 4.4 Redesain Posisi Kabel Konduktor SPP Pada Gedung Wisma Maktour
(Tampak Atas)
Berdasarkan redesain terminasi udara menggunakan metode bola bergulir, dengan
menambahkan tinggi splitzen dan jumlah splitzen yang berukuran 2m (tiang utama) dan
sebanyak 7x3m (tiang tambahan) penangkal petir pada gedung Wisma Maktour maka zona
proteksi menggunakan metode bergulir sudah dapat melindungi bahaya sambaran petir
eksternal pada bangunan secara keseluruhan.
4.4 Perhitungan Beban Korosi Pada Saluran Instalasi Penangkal Petir
Sistem penangkal petir pada gedung Wisma Maktour terbagi menjadi tiga bagian
yaitu terminasi udara, Konduktor pembumian, dan grounding. Pada masing- masing bagian
SPP pada gedung Wisma Maktour memiliki kabel konduktor denganukuran luas penampang
dan jenis yang sama yaitu kabel BC 50 𝑚𝑚2. Dalam Mengetahui beban korosi pada
konduktor terlebih dahulu menentukan nilai tahanan total pada kabel konduktor dengan
persamaan sebaagai berikut pada tabel 4.6 dibawah ini.
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”

Tabel 4.5. Nilai Tahanan Konduktor pada SPP Gedung Wisma Maktour
Panjang Hambatan Luas Nilai
Konduktor konduktor Jenis Penampang Tahana
(𝑙) Material(Ωm) (𝒎𝟐) n
(Ω)
TerminasiUdara 1,6 m 1,68 x 10−8 50 x 10−6 0,00053
−8 −6
Down Conductor 35 m 1,68 x 10 50 x 10 0.01176
Penyalur hingga 12 m 1,68 x 10−8 50 x 10−6 0,00403
pembumian
Tahanan Total (Ω) 𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅𝑜 + 𝑅1 + 𝑅2 0.0163
Pelelehan logam konduktor yang terjadi pada Down Conductor terjadi ketika arus
listrik petir mengalir dari terminal ke pembumian. Untuk menghitung volume pelelehan
dengan mula-mula mencari nilai tegangan (V) dan energi petir (W), jika diketahui:
1. Rapat massa tembaga(𝛾) senilai 8920kg/𝑚3
2. Kapasitas panas spesifik tembaga(𝐶𝑤) senilai 385 j/kg
3. Temperature leleh tembaga(𝜕) senilai 1.085˚c.
4. Panas leleh spesifik tembaga(𝐶𝑠) senilai 209.103 j/kg.
Efek beban korosi atau pelelehan logam yang dialami oleh komponen Down
Conductor terjadi akibat arus petir yang mengalir. Data tingkat pelelehan logam
(V) dengan arus sambaran diasumsikan dari nilai minimum 10kA hingga nilai maksimum
100kA. Dengan muatan listrik (Q) yang ditransfer 10 hingga 100 C, maka pelelehan logam
pada Down Conductor dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6. Volume Pelelehan logam Down Conductor Pada SPPGedung
Wisma Maktour
Arus [kA] Tegangan Muatan Energi Volume Pelelehan
Terminasi Listrik Petir [kJ] Logam [cm3]
[kV] Petir [C]
10 0.163 10 0.815 0.0001
20 0.326 20 3.26 0.0006
30 0.489 30 7.335 0.0013
40 0.652 40 13.04 0.0023
50 0.815 50 20.375 0.0036
60 0.978 60 29.34 0.0052
70 1.141 70 39.935 0.0071
80 1.304 80 52.16 0.0093
90 1.467 90 66.015 0.0118
100 1.63 100 81.5 0.0146
2 2
1. Luas Alas: 50𝑚𝑚 = 0,5𝑐𝑚
2. Panjang kabel konduktor: 35 m = 3500 cm
3. Volume total: 3500 x 0,5 = 1750 𝑐𝑚3
4. Volume pelelehan logam arus maksimal (100 kA) = 14,6x10−3 𝑐𝑚3

Sesuai dengan hasil volume lelehan logam, pada saat arus petir 100 kA maka dapat
melelehkan konduktor senilai 14,6x10−3𝑐𝑚3 dengan total volume dari down conductor
adalah 1750 𝑐𝑚3.
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”

4.5 Pengukuran dan Desain Sistem Pentanahan Pada Gedung WismaMaktour


Sistem proteksi petir Gedung Wisma Maktour berdasarkan penelitian dan desain
yang ada memiliki pentanahan sebanyak satu titik yang berada pada sisi utara gedung
dibagian belakang gedung Wisma Maktour dengan sistem pentanahan jenis Single Rod.
Gambar 4.5 menunjukan penampakan pentanahan yang berada pada gedung yang telah
dirombak untuk perbaikan bak control.

Gambar 4.5 Sistem Pentanahan Pada Gedung Wisma Maktour


Keterangan :
Kondisi penangkal petir : Kondisi Grounding Penangkal Petir Cukup Baik
Terlihat Berkarat dan Tidak Dilindungi Dengan BakControl
Waktu pengambilan gambar : Rabu, 25 November 2020. Pukul 13.09 WIB
Lokasi gambar : Lantai Dasar Gedung Wisma Maktour
Pengukuran tahanan Grounding SPP menggunakan alat ukur Earth Tester Kyoritsu
KEW 4105A yang digunakan saat penelitian pada Gedung Wisma Maktour bulan Oktober
2021 yang didampingi oleh pihak teknisi bangunan. Gambar 4.6 menampilkan hasil
pengukuran tahanan pembumian pada gedung Wisma Maktour beserta denah titik
groundingnya.

Gambar 4.6 Hasil Pengukuran Pentanahan Dan Denah Titik Grounding SPP
Dari hasil pengukuran dengan nilai 0,96Ω sudah termasuk aman sesuai Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No : PER 02/MEN/1989 menyatakan tahanan pembumian dan
seluruh sistem pembumian tidak boleh lebih dari 5Ω.
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”

4.6 Estimasi Biaya Perbaikan


Penangkal petir eksternal akan mengalami kerusakan seiring waktu, faktor yang
mempengaruhi yaitu karena umur, cuaca, suhu, dan arus petir itu sendiri. Kerusakan fisik
ditemukan pada saat penelitian dilapangan, sehingga lebih mudah mengevaluasi kerusakan
pada sistem penangkal petir eksternal. Bagian-bagian kerusakan diasumsikan berdasarkan
sistem penangkal petir pada gedung Wisma Maktour yang memiliki kerusakan fisik dan
keliru pada saat pemasangan yaitu sebagai berikut :
1. Posisi tiang terminasi udara yang melekat pada atap bangunan.
2. Posisi down conductor yang tertimbun oleh beton dan kerangka sisi bangunan tanpa
pengikat klem atau penguat
3. Bentuk desain titik grounding yang tidak memiliki pelindung dari segi keamanan yaitu
bak kontrol
Dari data pemasangan yang keliru maupun kerusakan yang ada dapat disimpulkan bahwa
kerusakan tersebut harus diperbaiki sesuai aturan yang ada. Adapun estimasi biaya
penangkal petir sebagai berikut:
Tabel 4.7. Estimasi Biaya Perbaikan Keseluruhan (Elektrostatis)
Jenis Barang Harga Jasa Jasa Instalasi
Pemasangan
1 Unit Penangkal Petir
Elektrostatis CR120 Rp2.500.000,-
45m Kabel Coaxial 2 x 35mm Rp15.750.000,-
Finial Support 3-5m Rp1.150.000,- Rp900.000,- Rp3.000.000,-
Grounding System
Bak Control 40 x 40 x 40cm,
Connector Cable 50 mm, Rp2.250.000,-
Bus Bar Plate 30 x150 x 2,5 mm
Rp21.650.000,- Rp900.000,- Rp3.000.000,-
Total
Estimasi Biaya : Rp25.550.000,-
*Sumber : PT. JAG INDONESIA
Dapat disimpulkan rekomendasi perbaikaan dengan estimasi harga perbaikan,
pergantian atau pemasangan secara keseluruhan untuk penangkal petir elektrostatis
sejumlah Rp 25.550.000,- sesuai informasi dari PT. JAG INDONESIA. Namun jika dilihat
berdasarkan perbaikan berdasarkan metode bola bergulir penangkal petir konvensional
dengan menambah jumlah tiang terminasi udara sebanyak 7 tiang dan panjang kabel
konduktor pada sekeliling atap bangunan untuk sambungan seluruh tiang terminasi udara,
maka rekomendasi biaya perbaikannya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8. Estimasi Biaya Perbaikan Keseluruhan (Konvensional)


Jasa
Jenis barang Harga Jasa Instalasi
Pemasangan
7 unit batang finial 3m Rp 17.500.000,- Rp 3.000.000,- Rp 3.500.000,-
𝟐 Rp 6.450.000,-
160m Kabel BC 50𝒎𝒎
Grounding System Rp 2.250.000,- Rp 3.000.000,- Rp 3.500.000,-
Bak Control 40x40x40cm
Connector Cable 50 mm,
Bus Bar Plate 30x150x2,5mm
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”

Jasa
Jenis barang Harga Jasa Instalasi
Pemasangan
Total Rp23.200.000,- Rp 3.000.000,- Rp 3.500.000,-
Rp 35.700.000,-
*Sumber : PT. JAG INDONESIA

4.7 Hasil Evaluasi Penelitian


Hasil seluruh evaluasi sistem penangkal petir gedung Wisma Maktour secara detail
dapat dilihat pada Tabel 4.9 mulai dari dimensi gedung, pemeriksaan kerusakan dan posisi
terminasi udara, kabel konduktor dan grounding.
Tabel 4.9 Hasil Evaluasi Penelitian SPP Gedung Wisma Maktour
Objek Hasil Keterangan
Dimensi Gedung Berdasarkan perkiraan bahaya Berdasarkan Tabel 2.14, Gedung
Wisma Maktour sambaran petir yang diperoleh Wisma Maktour memiliki indeks
dari kelima indeks PUIPP, R senilai 15 yang berarti
Gedung Wisma Maktour tergolong pada perkiraan
memiliki nilai R=15. sambaran yang sangat besar dan
sangat wajib adanya proteksi
petir.
Terminasi Terminasi udara mengalami Berdasarkan kerusakan dan
Udara kerusakan mulai dari korosi, pemasangan yang keliru pada
kemiringan, dan letak tiang posisi terminasi udara sebaiknya
terminasi udara yang melekat pengelola gedung melakukan
bahkan tertutup pada strukstur perbaikan karena sudah
atap bangunan mudah terbakar melanggar standar pada SNI 03-
7015-2004 tertuang pada pasal 8:
8.1.1.2
Dengan menggunakan metode Berdasarkan analisis zona
bola bergulir (konvensional) proteksi menggunakan metode
maka perlunya dilakukan bola bergulir, maka disarankan
penambahan jumlah splitzen menambah tiang terminasi udara
terminasi udara agar dapa agar membentuk zona proteksi
melindungi bangunan secara yang melindungi gedung Wisma
keseluruhan, namun berdasarkan Maktour secara keseluruhan.
metode radius proteksi pada Tetapi karena SPP bangunan
spesifikasi CR 120 dan standar yang terpasang adalah
NF C 17-102 (Elektrostatis) elektrostatis, maka terminasi
sudah melindungi bangunan udara yang terpasang sudah dapat
secara keseluruhan. melindungi bangunan secara
keseluruhan dengan syarat tinggi
minimal tiang terminasi udara
dipasang 2 meter dari atap
bangunan tertinggi sesuai
spesifikasi CR120 dan NFC 17-
102.
2
Down conductor Menggunakan kabel BC 50𝑚𝑚 Sudah sesuai dengan Peraturan
pada seluruh komponen SPP Menteri Tenaga Kerja No : PER
gedung Wisma Maktour 02/MEN/1989 pada BAB V yang
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”

Objek Hasil Keterangan


menerangkan bahwa kawat
penampang minimal berukuran
50 𝑚𝑚2
Down conductor diasumsikan Berdasarkan Peraturan Menteri
menyalurkan sambaran petir Tenaga Kerja No :
sebesar 100kA mengalami PER02/MEN/1989, maka
pelelehan logam sebesar perlunya inspeksi minimal 2
−3 3
14,6x10 𝑐𝑚 dari total volume tahun sekali pada SPP gedung
konduktor adalah 1750 𝑐𝑚3 . Wisma Maktour
Letak kabel konduktor didalam Berdasarkan SNI 03-7015-2004
beton bangunan yang pasal 11.4 tentang Prosedur
mengakibatkan tidak dapatnya Inspeksi dan pasal 11.5 tentang
dilakukan inspeksi visual dan Dokumentasi Inspeksi, maka
pengujian berkala secara disiplin. sewajibnya pengelola gedung
melakukan pembongkaran dan
perbaikan kabel konduktor
diletakkan diluar bangunan
sebagai syarat kemanan dan
memudahkan proses inspeksi
Grounding Hasil pengukuran Grounding Sudah sesuai dengan Peraturan
pada gedung Wisma Maktour Menteri Tenaga Kerja No : PER
menunjukan nilai sebesar 0,96Ω. 02/MEN/1989 pada BAB IX
yang menyatakan bahwa tahanan
pembumian tidak boleh melebihi
5 Ω.
Dari hasil evaluasi menunjukan Sebaiknya pihak pengelola
bahwa bentuk titik grounding gedung melakukan
telah dilakukan perombakan penyempurnaan bentuk
sehingga membentuk dimensi grounding mengingat pada SNI
yang kurang sempurna atau tidak 03-7015-2004 pasal 11 tentang
dilindungi oleh isolasi pengaman Inspeksi Sistem Proteksi petir
sebagai box control pada dan 10 tentang Pemeliharaan
grounding yang diakibatkan oleh dengan pondasi yang bertujuan
renovasi pada lantai dasar melindungi seluruh bagian
gedung. konduktor terminasi bumi dari
korosi, inspeksi, dan pengeringan
tanah
Estimasi Biaya Dari hasil kerusakan fisik dan Berdasarkan hasil evaluasi
Perbaikan pemasangan yang keliru pada kerusakan pada SPP gedung
SPP gedung Wisma Maktour, Wisma Maktour maka
maka pentingnya perbaikan SPP rekomendasi estimasi biaya
secara keseluruhan dengan perbaikan, pemasangan,
memperhatikan estimasi biaya pergantian keseluruhan
perbaikan agar rencana perbaikan menggunakan penangkal petir
berjalan dengan baik. elektrostatis yaitu sejumlah Rp
25.550.000,- tetapi jika
menggunakan penangkal petir
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”

Objek Hasil Keterangan


konvensional yaitu sejumlah Rp
35.700.000,- sesuai informasi
dari PT. JAG INDONESIA

5. Kesimpulan
Dari uraian teori, data, dan hasil yang diperoleh berdasarkan perhitungan dan analisis
pada sistem proteksi tegangan tinggi penangkal petir gedung Wisma Maktour, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan analisis resiko, penentuan kebutuhan gedung Wisma Maktour akan
proteksi petir berdasarkan Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP) adalah
R=15 maka sangat wajib adanya perlindungan sambaran petir dan dengan tinggi 30m
yang terletak di Jakarta Timur memiliki peluang tersambar yaitu 𝑁d = 1,17 sambaran
petir per-tahun dengan nilai efisiensi E=92% sehingga tingkat proteksi pada gedung
Wisma Maktour adalah tingkat proteksi II.
2. Analisis zona proteksi pada terminasi udara SPP pada gedung Wisma Maktour
berdasarkan spesifikasi dan NF C 17-102 sudah dapat melindungi bangunan secara
keseluruhan, berdasarkan metode bola bergulir dengan tingkat proteksi II zona proteksi
tergolong tidak aman sehingga dianjurkan untuk menambah jumlah tiang terminasi
udara agar zona proteksi melindungi bangunan secara keseluruhan. Penggunaan kawat
BC 50𝑚𝑚2 sudah memenuhi syarat minimum konduktor penangkal petir berdasarkan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER 02/MEN/1989 pada BAB V yang
menerangkan bahwa kawat penampang minimum 50𝑚𝑚2, dengan volume pelelehan
logam sebesar 4,6x10−3𝑐𝑚3 dari volume total konduktor yaitu 1750 𝑐𝑚3melalui asumsi
arus sambar sebesar 100 kA tergolong sangat aman. Hasil pengukuran pentanahan
0,96Ω sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER 02/MEN/1989
pada BAB IXyang menyatakan tahanan pembumian tidak boleh melebihi 5 Ω.
3. Hasil evaluasi lapangan menunjukkan posisi komponen SPP gedung Wisma Maktour
tidak tergolong baik dan tidak sesuai SNI 03-7015-2004, melihat pada letak down
konduktor yang berada didalam konstruksi bangunan dan terminasi udara yang korosi,
mengalami kemiringan, dan melekat pada bagian material atap bangunan mudah
terbakar. Dengan melihat kerusakan tersebut, maka dapat disimpulkan estimasi biaya
perbaikan dan instalasi SPP secara keseluruhan sejumlah Rp25.550.000,-sesuai
informasi dari PT. JAG INDONESIA.
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”

6. Daftar Pustaka
[1] Maliki, Ridwan. “Studi Dampak Sambaran Petir Pada Peralatan Tegangan Rendah
Rumah Tangga Menggunakan Perangkat Lunak EMTP”. Jurusan Teknik Elektro,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2011.
[2] Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.
Jakarta: Per 02/Men/1989. 1989.
[3] Pamungkas, Nur Fauzi. “Evaluasi Sistem Penangkal Petir Eksternal Beserta
Grounding Pada Gedung E Universitas Trisakti”. Tugas Akhir, Universitas Trisakti,
Jakarta, 2018.
[4] Dadan, Asep. “Optimalisasi Sistem Penangkal Petir Eksternal Menggunakan Jenis
Early Streamer (Studi Kasus UPT Lagg BPPT)”. Departemen Teknik Elektro,
Universitas Indonesia, 2010.
[5] Peraturan Umum Instalasi Penyalur Petir (PUIPP), Untuk Bangunan Di
Indonesia, Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.
[6] Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-7015-2004, Sistem Proteksi Petir Untuk
Bangunan
[7] Sukmawidjaja, Maula, Syamsir Abduh & Shahnaz Nadia. “Analisis Perancangan
Sistem Proteksi Bangunan The Bellagio Residence Terhadap Sambaran Petir,” Jetri,
Vol. 12, No.2, Feb., Pp 75 - 86, 2015.

You might also like