Jetri: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro
Jetri: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro
Jetri: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro
ABSTRACT
Lightning is an unavoidable natural event, so it can cause damage to buildings or
areas affected by direct and indirect lightning strikes. As a result of lightning strikes, it is
important to have a protection system against the dangers of lightning strikes by using a
tool, namely a lightning rod system. There are various types of lightning rods, including
conventional and electrostatic types of lightning rods, both of which function to protect
buildings from lightning strikes. In this study, located in the Wisma Maktour Building, East
Jakarta, the aim was to determine the level of lightning protection and security for all
parts of the lightning protection system at the Wisma Maktour Building. Then an analysis
and evaluation was carried out on the lightning protection system of the Wisma building
based on the 1983 PUIPP standard, SNI 03-7015-2004. , and Regulation of the Minister of
Manpower No: PER 02/MEN/1989 so that recommendations for improvements can be
made in accordance with safety and security standards. Based on the results of the study,
the radius of protection of the electrostatic lightning rod at the Wisma Maktour Building
was able to protect the building as a whole, but based on the rolling ball method there
were sides of the building that were not fully protected. The condition of the corrosion
effect on the down conductor is quite good, however, in the installation that is buried
under building construction, it is impossible to carry out regular physical tests and
guarantee safety. The grounding has a resistance value of 0.96 so that it is in accordance
with the rules and standards used, but it is necessary to make physical improvements to
avoid the effects of corrosion. From the damage that is owned, the building manager
should immediately make repairs according to standards and security considering that the
Wisma Maktour Building has an R = 15, which makes lightning protection very
mandatory.
Keywords : Lightning Protection System, Electrostatic, Grounding, SNI 2004
ABSTRAK
Petir merupakan peristiwa alam yang tidak dapat dihindari, sehingga dapat
menyebabkan kerusakan pada bangunan atau area yang terkena sambaran petir langsung
dan tidak langsung. Akibat dari sambaran petir, maka pentingnya suatu sistem proteksi
terhadap bahaya sambaran petir dengan menggunakan suatu alat yaitu sistem penangkal
petir. Jenis-jenis penangkal petir ada berbagai macam, diantaranya jenis penangkal petir
konvensional dan elektrostatis, keduanya berfungsi mengamankan gedung dari sambaran
petir. Dalam penelitian ini berlokasi di Gedung Wisma Maktour Jakarta Timur bertujuan
untuk mengetahui tingkat kebutuhuhan proteksi petir dan keamanan seluruh bagian sistem
proteksi petir pada Gedung Wisma Maktour kemudian dilakukan analisis dan evaluasi
pada sistem proteksi petir bangunan berdasarkan standar PUIPP 1983, SNI 03-7015-
2004, dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER 02/MEN/1989 agar dapat dilakukan
rekomendasi perbaikan yang sesuai standar keselamatan dan keamanan. Berdasarkan
hasil penelitian, radius proteksi penangkal petir elektrostatis pada Gedung Wisma
Maktour sudah dapat melindungi bangunan secara keseluruhan, namun berdasarkan
metode bola bergulir terdapat sisi bangunan yang tidak terproteksi secara keseluruhan.
Kondisi efek korosi pada down conductor tergolong baik, namun pada pemasangan yang
tertimbun konstruksi bangunan menyebabkan tidak dapat dilakukan pengujian fisik
secara berkala dan jaminan keamanan. Pada grounding memiliki nilai tahanan sebesar
0.96 𝛺 sehingga sudah sesuai pada aturan dan standar yang digunakan, tetapi perlunya
dilakukan penyempurnaan fisik agar terhindar dari efek korosi. Dari kerusakan yang
dimiliki sebaiknya pihak pengelola gedung segera melakukan perbaikan sesuai standar
dan keamanan mengingat Gedung Wisma Maktour memiliki R=15 menyebabkan sangat
wajibnya akan proteksi petir.
Kata kunci : Sistem Penangkal Petir, Elektrostatis, Grounding, SNI 2004
1. Pendahuluan
Petir adalah gejala alam yang tidak bisa dimusnahkan dan dicegah, peristiwa petir
mampu menyertakan arus impuls yang tinggi, pada saat waktu singkat dapat
mengakibatkan bahaya yang luar biasa. Kuat medan listrik antara muatan pada awan dan
muatan induksi pada permukaan bumi mengakibatkan pelepasan muatan listrik diantara
awan dan bumi atau tanah, semakin besar muatan di awan mengakibatkan semakin besar
medan listrik yang timbul. Apabila kuat medan listrik melampaui kuat medan listrik di
awan dapat mengakibatkan pelepasan muatan. Awan di udara dengan muatan partikel
positif dan negatif tersebut kemudian menginduksi muatan yang ada di bumi yang dapat
mengakibatkan peristiwa seperti yang kita kenal saat ini yaitu fenomena petir atau kilat.
Saat muatan di awan bertambah besar, maka muatan induksi dan beda potensial di sekitar
awan dan bumi pun semakin tinggi. [1]
Penelitian ini dilakukan pada Gedung Wisma Maktour. Oleh sebab masalah yang
dihasilkan dari fenomena petir sangat berpengaruh pada instalasi internal, eksternal, dan
perlindungan terhadap bangunan maupun manusia pada gedung Wisma Maktour yang
berada di Jalan Otista Raya, Kp. Melayu, Jakarta Timur, DKI Jakarta, Maka diperlukan
suatu sistem proteksi guna melindungi manusia dan semua bagian yang terdapat di dalam
bangunan maupun di sekitar bangunan akibat dari sambaran petir. Gedung Wisma Maktour
merupakan gedung perkantoran yang digunakan sebagai pusat yang menyediakan jasa
travel perjalanan umrah dan haji bagi masyarakat muslim. Dimana gedung tersebut
memiliki intensitas kegiatan perkantoran oleh pegawai yang cukup tinggi sehingga
dibutuhkan suatu sistem proteksi untuk menghindari kerusakan yang terjadi dari
konsekuensi sambaran petir agar tetap terjaga dari segi keamanan dan keselamatan bagi
pengguna gedung. Mengingat gedung Wisma Maktour memiliki banyaknya perangkat
elektronik yang digunakan, dimana tiap ruangan tersebut senantiasa memiliki perangkat
elektronikyang digunakan untuk mendukung aktivitas perkantoran.
Adapun deskripsi proteksi petir yang diperoleh dari hasil observasi dan
identifikasi dilokasi gedung Wisma Maktour, antara lain:
a. Jumlah tiang penangkal petir : 1 buah
b. Tinggi tiang penangkal petir : 2 meter (Elektrostatis, CR120)
c. Grounding : Single Rod (Eelektroda Tanam 6 meter)
d. Kabel Konduktor : Bare Cooper 50 𝑚𝑚2
Mengacu pada Peraturan Menaker Nomor 31 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per.02/men/1989 Tentang Pengawasan Instalasi
Penyalur Petir mengenai pemeriksaan dan pengujian pasal 50, ayat 2 pada poin c
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”
radioaktif yang banyak digunakan sebagai bentuk pengembangan sistem proteksi petir
dengan Radius proteksi (Rp) pada Early Streamer Emission dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan berdasarkan standar NF C 17 – 102. [4]
Berdasarkan penelitian sebelumnya, penelitian ini berbeda dari penelitian-penelitian
sebelumnya dikarenakan pada penelitian ini akan membahas analisis dan evaluasi sistem
proteksi petir eksternal pada Gedung Wisma Maktour untuk pertama kalinya dengan
menggunakan analisis perbandingan penempatan zona proteksi terminasi udara dengan
menggunakan metode konvensional dan elektrostatis yaitu Early Streamer Emmision untuk
mengetahui efektifitas keamanan radius proteksi pada terminasi udara, mengetahui volume
pelelehan pada kabel konduktor sistem proteksi petir yang terpasang sebagai antisipasi dari
bahaya beban korosi, dan mengetahui nilai tahanan pada sistem pentanahan agar sesuai
pada standar SNI 03-7015-2004 dan PERMENAKER 02/MEN/1989 tentang "Pengawasan
instalasi penyalur petir" dalam mengevaluasi dan merekomendasikan perbaikan dari
kerusakan yang ada dengan tujuan keselamatan dan keamanan bangunan dari bahaya
sambaran petir.
3. Metode Penelitian
3.1 Mekanisme Pelaksanaan Penelitian
Mekanisme pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.
Gambar 3.2 Deskripsi Panjang, Lebar, dan Tinggi Gedung Wisma Maktour
Adapun penjabaran deskripsi dan kondisi dari gedung Wisma Maktour yang dapat
dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Deskripsi Gedung Wisma Maktour
Keterangan Ukuran (m/lantai)
Panjang 43 meter
Lebar 24 meter
Tinggi 30 meter
Jumlah lantai 6 Lantai
3.3 Kondisi Fisik Sistem Proteksi Petir Gedung Wisma Maktour
Penelitian ini dilakukan pada Gedung Wisma Maktour yang sudah berdiri sejak
tahun 1997 namun belum ada riwayat mengenai pengujian dan inspeksi pada instalasi
penangkal petir secara berkala menyebabkan terjadinya korosi, jalur tembaga putus, dan
tiang terminasi udara yang miring pada sistem proteksi petir (SPP) Gedung Wisma
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”
Maktour. Adapun permasalahan posisi terminasi udara pada sistem proteksi petir Gedung
Wisma Maktour yang terlihat pada Gambar 3.3 sebagai berikut.
Gambar 3.3 Posisi Terminasi Udara Penangkal Petir Gedung Wisma Maktour
Keterangan :
Kondisi penangkal petir : Posisi Terminasi Udara (Elektrostatis) Melekat Pada
Struktur atap Bangunan dan Kabel Konduktor Yang
Tertimbun Struktur Bangunan Berbeton
Waktu pengambilan gambar : Rabu, 25 November 2020. Pukul 13.01 WIB
Lokasi gambar : Lantai 6 (rooftop) Gedung Wisma Maktour
Dokumentasi penelitian diatas menunjukkan letak terminasi udara SPP gedung
Wisma Maktour terlihat miring, melekat pada atap bangunan berbeton yang meyebabkan
tidak bisanya dilakukan pengujian dan pemeriksaan fisik secara utuh terhadap seluruh
bagian dari terminasi udara dan sangat mudah menyebabkan kebakaran. Batang splitzen
penangkal petir elektrostatis yang terdapat pada gedung Wisma Maktour juga mengalami
korosi dan tinggi kurang dari 2 meter yang hal ini menyebabkan zona radius proteksi tidak
melindungi secara optimal berdasarkan NFC 17 102.
Dengan mengingat bahwa pentingnya letak saluran down conductor yang berfungsi
menyalurkan arus petir akibat sambaran petir, maka letak down conductor yang seharusnya
dipasang diposisi yang aman dan mudah dilakukan inspeksi fisik maupun pengujian harus
diperhatikan. Pada gedung Wisma Maktour posisi down conductor tertimbun oleh beton
dan bagian-bagian konstruksi bangunan yang seharusnya kabel konduktor dipasang diluar
bangunan dengan jangkauan yang aman sesuai pada peraturan SNI 03-7015-2004. Gambar
3.4 memperlihatkan desain kabel konduktor yang dipasang tertimbun oleh struktur
bangunan
Gambar 3.4 Desain Letak Down Conductor Yang Tertimbun Konstruksi Bangunan
3.4 Denah Instalasi Penangkal Petir Gedung Wisma Maktour
Denah instalasi sistem proteksi petir berperan penting untuk menentukan posisi letak
tiang terminasi udara, kabel konduktor, dan titik grounding pembumian pada perlindungan
sambaran petir pada bangunan bertujuan agar mempermudah suatu inspeksi dalam
mengetahui posisi saluran instalasi seluruh bagian sistem proteksi petir (SPP) yang
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”
terpasang pada Gedung Wisma Maktour yang dapat dilihat pada gambar 3.5 sebagai
berikut:
Gambar 3.5 Desain Instalasi Sistem Proteksi Petir Pada Gedung Wisma Maktour
Didalam instalasi sistem penangkal petir pada bangunan pentingnya mengetahui letak
titik grounding yang tertanam disekitar area bangunan. Dibawah ini merupakan gambar 3.6
yang memperlihatkan titik grounding penangkal petir beserta grounding instalasi tegangan
rendah (TR) pada gedung Wisma Maktour yang terpasang terpisah.
Perlindungan (Ae)
Kerapatan Sambaran 𝑁𝑔=0.04.𝑇𝑑1,26 𝑁𝑔= 30.33/𝑘𝑚2/tahun
Petir Ke Bumi (Ng) Td : 193 kali curah
hujan
Frekuensi Sambaran Petir 𝑁d = 𝑁𝑔.𝐴𝑒. 10−6 1,17 sambaran petir per-
Per-Tahun (Nd) tahun
Efisiensi Sambaran Petir E ≥ 1 − 𝑁𝑐 / 𝑁𝑑 92% atau 0,92
(E)
Berdasarkan hasil efisiensi sambaran petir (E) adalah 0,92 Sehingga tingkat proteksi
pada gedung Wisma Maktour adalah tingkat proteksi II sesuai pada table 4.2 yang
mana menunjukan pentingnya penangkal petirpada gedung Wisma Maktour
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”
Diketahui:
a. Panjang gedung (𝑎) = 43 m
b. Lebar gedung (𝑏) = 24 m
c. Tinggi gedung (ℎ) =30 m
d. Jumlah hari guruh / Tahun (Td) = 193 kali curah hujan
4.3 Analisis Daerah Proteksi Berdasarkan Metode Bola Bergulir dan Spesifikasi
Radius Proteksi Penangkal Petir Elektrostatis Gedung Wisma Maktour
Pada gedung Wisma Maktour akan dilakukan analisis perbandingan untuk
mengetahui daerah-daerah proteksi dengan menggunakan kedua metode yang ada yaitu
metode berdasarkan spesifikasi radius proteksi penangkal petir CR120, dan metode bola
bergulir (rolling sphere method).
4.3.1 Metode Berdasarkan Spesifikasi Radius Proteksi Penangkal Petir CR120
Mengingat terminasi udara SPP yang terpasang pada Gedung Wisma Maktour
memiliki jenis penangkal petir elektrostatis CR 120yang memiliki radius proteksi (Rp) 120
meter, dan berdasarkan standar NF C 17-102 radius proteksi pada penangkal petir
elektrostatis dengan menggunakan sistem Early Streamer Emision, maka luas daerah
proteksi (𝐴𝑥 ) terminasi udara pada Sistem Proteksi Petir Gedung Wisma Maktour dapat
dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4. Perbandingan Luas Area Proteksi Berdasarkan Spesifikasi CR 120 dan NF C 17-
102
Keterangan Radius Proteksi (Rp) Luas Proteksi (𝑨𝒙 )
Spesifikasi 120 meter 𝐴𝑥 = 𝜋 𝑥 𝑅𝑝2
CR 120 𝐴𝑥 = 45.216 𝑚2
2
NF C 17-102 Rp = √2 × 𝑅 × ℎ − ℎ2 + ∆ × (2 × 𝑅 + ∆) 𝐴𝑥 = 𝜋 𝑥 𝑅𝑝
Rp= 90 meter 𝐴𝑥 = 25.435 𝑚2
Luas 1032 𝑚2
Bangunan
Diketahui :
h = 30 m (tinggi bangunan)
R = 30 m (jari-jari bola bergulir tingkat proteksi II)
v = 1 m/μs
∆T = 60μs (dengan nilai berkisar antara 10 μs hingga 60 μs)
= 1 60, dimana adalah penambahan jarak sambar ESE terhadap konvensional
Dengan melihat besarnya R pada tingkat proteksi II adalah 30 meter dan ∆T ketika
front time 60µs, maka radius proteksi (Rp) pada penangkal petir CR 120 pada ketinggian
30 meter adalah 90 meter. Jika merujuk pada spesifikasi yang tertulis penangkal petir yang
terpasang mempunyai radius proteksi sebesar 120 meter, namun pada kenyataannya
berdasarkan perhitungan menggunakan standar NFC 17–102 hanya sekitar 90 meter
sehingga luas radius proteksinya dengan syarat tinggi tiang minimal 2 meter berdasarkan
spesifikasi produk dan standar NF C 17-102 sudah dapat melindungi Gedung Wisma
Maktour secara keseluruhan yang dapat dilihat pada gambar 4.1 sebagai berikut:
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”
Gambar 4.1 Radius Proteksi SPP Elektrostatis dan Redesain Tinggi Tiang Terminasi
Udara
4.3.2 Metode Bola Bergulir
Penggunaan metode bola bergulir sangat baik digunakan terutama jika bentuk
bangunannya rumit. Metode ini dilakukan dengan cara menggambarkan bangunan dan bola
bergulir dengan jari-jari sesuai tabel 4.5 sebesar 30 meter di sekeliling bangunan.
Tabel 4.5. Penempatan Terminasi Udara Sesuai dengan Tingkat Proteksi
Level Rolling Sudut Lindung (αo) Lebar Mesh (m)
Proteksi Sphere 20 m 30 m 45 m 60 m
R (m)
I 20 25 - - - 5
II 30 35 25 - - 10
III 45 45 35 25 - 15
IV 60 55 55 35 25 20
Daerah antara perpotongan permukaan tanah, gedung dan keliling bola bergulir dan
bangunan itu sendiri adalah daerah proteksinya. Pada gambar 4.2 terlihat bahwa pada
penggunaan metode bola bergulir untuk melihat zona proteksi pada penangkal petir
elektrostatis gedung Wisma Maktour tidak dapat memproteksi gedung secara keseluruhan,
karena pada bagian yang bertanda titik merah merupakan bagian yang tidak terproteksi
pada tingkat proteksi II metode bola bergulir. Oleh karena itu sangat perlu ada nya evaluasi
dan penambahan penangkal petir pada gedung Wisma maktour.
Gambar 4.2 Desain Metode Bola Bergulr pada Gedung Wisma Maktour
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”
keseluruhan, berikut adalah redesain zona proteksi dari SPP gedung Wisma Maktour
yang sudah dapat melindungi gedung secara keseluruhan berdasarkan metode bola bergulir
dengan menambahkan 7 jumlah tiang splitzen setinggi 3m pada bangunan dan
menambahkan tinggi tiang splitzen penangkal petir utama pada atap bangunan setinggi 2m.
Redesain zona proteksi pada bagian terminasi udara sistem penangkal petir pada gedung
Wisma Maktour menggunakan metode bola bergulir dapat dilihat pada gambar 4.3 dan 4.4
sebagai berikut :
Gambar 4.3 Redesain Metode Bola Bergulir Pada Gedung Wisma Maktour
Gambar 4.4 Redesain Posisi Kabel Konduktor SPP Pada Gedung Wisma Maktour
(Tampak Atas)
Berdasarkan redesain terminasi udara menggunakan metode bola bergulir, dengan
menambahkan tinggi splitzen dan jumlah splitzen yang berukuran 2m (tiang utama) dan
sebanyak 7x3m (tiang tambahan) penangkal petir pada gedung Wisma Maktour maka zona
proteksi menggunakan metode bergulir sudah dapat melindungi bahaya sambaran petir
eksternal pada bangunan secara keseluruhan.
4.4 Perhitungan Beban Korosi Pada Saluran Instalasi Penangkal Petir
Sistem penangkal petir pada gedung Wisma Maktour terbagi menjadi tiga bagian
yaitu terminasi udara, Konduktor pembumian, dan grounding. Pada masing- masing bagian
SPP pada gedung Wisma Maktour memiliki kabel konduktor denganukuran luas penampang
dan jenis yang sama yaitu kabel BC 50 𝑚𝑚2. Dalam Mengetahui beban korosi pada
konduktor terlebih dahulu menentukan nilai tahanan total pada kabel konduktor dengan
persamaan sebaagai berikut pada tabel 4.6 dibawah ini.
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”
Tabel 4.5. Nilai Tahanan Konduktor pada SPP Gedung Wisma Maktour
Panjang Hambatan Luas Nilai
Konduktor konduktor Jenis Penampang Tahana
(𝑙) Material(Ωm) (𝒎𝟐) n
(Ω)
TerminasiUdara 1,6 m 1,68 x 10−8 50 x 10−6 0,00053
−8 −6
Down Conductor 35 m 1,68 x 10 50 x 10 0.01176
Penyalur hingga 12 m 1,68 x 10−8 50 x 10−6 0,00403
pembumian
Tahanan Total (Ω) 𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅𝑜 + 𝑅1 + 𝑅2 0.0163
Pelelehan logam konduktor yang terjadi pada Down Conductor terjadi ketika arus
listrik petir mengalir dari terminal ke pembumian. Untuk menghitung volume pelelehan
dengan mula-mula mencari nilai tegangan (V) dan energi petir (W), jika diketahui:
1. Rapat massa tembaga(𝛾) senilai 8920kg/𝑚3
2. Kapasitas panas spesifik tembaga(𝐶𝑤) senilai 385 j/kg
3. Temperature leleh tembaga(𝜕) senilai 1.085˚c.
4. Panas leleh spesifik tembaga(𝐶𝑠) senilai 209.103 j/kg.
Efek beban korosi atau pelelehan logam yang dialami oleh komponen Down
Conductor terjadi akibat arus petir yang mengalir. Data tingkat pelelehan logam
(V) dengan arus sambaran diasumsikan dari nilai minimum 10kA hingga nilai maksimum
100kA. Dengan muatan listrik (Q) yang ditransfer 10 hingga 100 C, maka pelelehan logam
pada Down Conductor dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6. Volume Pelelehan logam Down Conductor Pada SPPGedung
Wisma Maktour
Arus [kA] Tegangan Muatan Energi Volume Pelelehan
Terminasi Listrik Petir [kJ] Logam [cm3]
[kV] Petir [C]
10 0.163 10 0.815 0.0001
20 0.326 20 3.26 0.0006
30 0.489 30 7.335 0.0013
40 0.652 40 13.04 0.0023
50 0.815 50 20.375 0.0036
60 0.978 60 29.34 0.0052
70 1.141 70 39.935 0.0071
80 1.304 80 52.16 0.0093
90 1.467 90 66.015 0.0118
100 1.63 100 81.5 0.0146
2 2
1. Luas Alas: 50𝑚𝑚 = 0,5𝑐𝑚
2. Panjang kabel konduktor: 35 m = 3500 cm
3. Volume total: 3500 x 0,5 = 1750 𝑐𝑚3
4. Volume pelelehan logam arus maksimal (100 kA) = 14,6x10−3 𝑐𝑚3
Sesuai dengan hasil volume lelehan logam, pada saat arus petir 100 kA maka dapat
melelehkan konduktor senilai 14,6x10−3𝑐𝑚3 dengan total volume dari down conductor
adalah 1750 𝑐𝑚3.
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”
Gambar 4.6 Hasil Pengukuran Pentanahan Dan Denah Titik Grounding SPP
Dari hasil pengukuran dengan nilai 0,96Ω sudah termasuk aman sesuai Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No : PER 02/MEN/1989 menyatakan tahanan pembumian dan
seluruh sistem pembumian tidak boleh lebih dari 5Ω.
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”
Jasa
Jenis barang Harga Jasa Instalasi
Pemasangan
Total Rp23.200.000,- Rp 3.000.000,- Rp 3.500.000,-
Rp 35.700.000,-
*Sumber : PT. JAG INDONESIA
5. Kesimpulan
Dari uraian teori, data, dan hasil yang diperoleh berdasarkan perhitungan dan analisis
pada sistem proteksi tegangan tinggi penangkal petir gedung Wisma Maktour, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan analisis resiko, penentuan kebutuhan gedung Wisma Maktour akan
proteksi petir berdasarkan Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP) adalah
R=15 maka sangat wajib adanya perlindungan sambaran petir dan dengan tinggi 30m
yang terletak di Jakarta Timur memiliki peluang tersambar yaitu 𝑁d = 1,17 sambaran
petir per-tahun dengan nilai efisiensi E=92% sehingga tingkat proteksi pada gedung
Wisma Maktour adalah tingkat proteksi II.
2. Analisis zona proteksi pada terminasi udara SPP pada gedung Wisma Maktour
berdasarkan spesifikasi dan NF C 17-102 sudah dapat melindungi bangunan secara
keseluruhan, berdasarkan metode bola bergulir dengan tingkat proteksi II zona proteksi
tergolong tidak aman sehingga dianjurkan untuk menambah jumlah tiang terminasi
udara agar zona proteksi melindungi bangunan secara keseluruhan. Penggunaan kawat
BC 50𝑚𝑚2 sudah memenuhi syarat minimum konduktor penangkal petir berdasarkan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER 02/MEN/1989 pada BAB V yang
menerangkan bahwa kawat penampang minimum 50𝑚𝑚2, dengan volume pelelehan
logam sebesar 4,6x10−3𝑐𝑚3 dari volume total konduktor yaitu 1750 𝑐𝑚3melalui asumsi
arus sambar sebesar 100 kA tergolong sangat aman. Hasil pengukuran pentanahan
0,96Ω sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER 02/MEN/1989
pada BAB IXyang menyatakan tahanan pembumian tidak boleh melebihi 5 Ω.
3. Hasil evaluasi lapangan menunjukkan posisi komponen SPP gedung Wisma Maktour
tidak tergolong baik dan tidak sesuai SNI 03-7015-2004, melihat pada letak down
konduktor yang berada didalam konstruksi bangunan dan terminasi udara yang korosi,
mengalami kemiringan, dan melekat pada bagian material atap bangunan mudah
terbakar. Dengan melihat kerusakan tersebut, maka dapat disimpulkan estimasi biaya
perbaikan dan instalasi SPP secara keseluruhan sejumlah Rp25.550.000,-sesuai
informasi dari PT. JAG INDONESIA.
Junar Ramadhan dan Maula Sukmawidjaja. “Analisis Evaluasi Sistem Proteksi Petir”
6. Daftar Pustaka
[1] Maliki, Ridwan. “Studi Dampak Sambaran Petir Pada Peralatan Tegangan Rendah
Rumah Tangga Menggunakan Perangkat Lunak EMTP”. Jurusan Teknik Elektro,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2011.
[2] Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.
Jakarta: Per 02/Men/1989. 1989.
[3] Pamungkas, Nur Fauzi. “Evaluasi Sistem Penangkal Petir Eksternal Beserta
Grounding Pada Gedung E Universitas Trisakti”. Tugas Akhir, Universitas Trisakti,
Jakarta, 2018.
[4] Dadan, Asep. “Optimalisasi Sistem Penangkal Petir Eksternal Menggunakan Jenis
Early Streamer (Studi Kasus UPT Lagg BPPT)”. Departemen Teknik Elektro,
Universitas Indonesia, 2010.
[5] Peraturan Umum Instalasi Penyalur Petir (PUIPP), Untuk Bangunan Di
Indonesia, Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.
[6] Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-7015-2004, Sistem Proteksi Petir Untuk
Bangunan
[7] Sukmawidjaja, Maula, Syamsir Abduh & Shahnaz Nadia. “Analisis Perancangan
Sistem Proteksi Bangunan The Bellagio Residence Terhadap Sambaran Petir,” Jetri,
Vol. 12, No.2, Feb., Pp 75 - 86, 2015.