2256-Article Text-2870-4-10-20220427
2256-Article Text-2870-4-10-20220427
2256-Article Text-2870-4-10-20220427
DOI: 10.13057/bonorowo/w040105
Abstract. Lovapinka C, Fauzi A, Bahtiar R. 2014. Economic valuation on conversion impact of mangrove area for fish farming in
Tambaksumur Village, Karawang, West Java. Bonorowo Wetlands 4: 58-69. Profitable business of brackishwater black tiger shrimp and
milkfish pond culture in Karawang Regency have triggered the excessive conversion of mangrove forest areas into brackishwater pond
areas. This conversion result negatively impacts the household incomes and the environment since mangrove forests have a strategic
role for life, such as a source of human needs, shelter, spawning and food source for marine life, and protection from coastal erosion. A
study to identify the benefits of direct use values of mangroves and economic losses, analyze the benefits financially, sustainability pond
analysis, and identify policy implications of the impact of tiger shrimp and milkfish with the conversion of mangrove land was
conducted in Karawang Regency. Tambak Sumur was selected as a study site since this village has mangrove forest areas converted into
brackishwater black tiger shrimp and milkfish as a study site since this village ponds. The parameter observed was the feasibility of
mangrove forest conversion into brackishwater black tiger shrimp and milkfish ponds, such as replacement cost and economic valuation.
Data were analyzed descriptively. This study revealed that mangrove forests had an important role in communities' income and the
environment. Conversion of mangrove forests into brackishwater black tiger shrimp and milkfish ponds financially was still feasible,
indicated by R/C of 1.12.
Keywords: Black tiger and milkfish pond culture, economic valuation, mangrove forest conversion, replacement cost
PENDAHULUAN tawar seluas 2,23 juta ha, budidaya air payau 1,22 juta ha
dan potensi budidaya laut mencapai 12,14 juta ha.
Berdasarkan Konvensi Hukum Laut PBB Tahun 2008, Pemanfaatan lahan budidaya masih belum optimal,
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, pemanfaatan lahan budidaya air tawar baru sebesar
dengan luas laut seluas 5,8 juta km2 yang terdiri dari laut 10,01%, budidaya air payau 40% dan pemanfaatan
teritorial dengan luas 0,8 juta km2, laut nusantara 2,3 juta budidaya laut baru mencapai 0,01%. Walaupun
km2 dan zona ekonomi eksklusif 2,7 juta km2. Di samping pemanfaatan potensi perikanan budidaya belum optimal,
itu Indonesia memiliki pulau sebanyak 17.480 pulau dan produksi perikanan budidaya menunjukkan kenaikan yang
garis pantai sepanjang 95.181 km2 (Dewan Kelautan cukup signifikan dari 4,78 juta ton pada tahun 2009
Indonesia 2008). menjadi sekitar 6,97 juta ton pada tahun 2011 dan mampu
Perikanan didefinisikan sebagai aktivitas menangkap berkontribusi sebesar 56,33% dari total produksi perikanan
ikan (termasuk hewan inverterbrata lainnnya seperti finfish nasional, dengan laju pertumbuhan yang jauh lebih tinggi
atau ikan bersirip) namun juga termasuk kegiatan dibandingkan dengan perikanan tangkap, yakni sebesar
mengumpulkan kerang-kerangan, rumput laut dan sumber 21,83% (Kementerian Kelautan dan Perikanan 2012).
daya hayati lainnya dalam suatu wilayah geografis tertentu. Sumber daya perikanan laut di Indonesia merupakan
Oleh karena itu definisi perikanan laut dibatasi yang potensi yang besar baik penangkapan, maupun budidaya.
semula memang dari kegiatan hunting (berburu) dengan Budidaya perairan atau akuakultur menjadi tulang
kegiatan farming seperti budidaya (Fauzi 2010). punggung produksi perikanan nasional di masa depan, baik
Perikanan budidaya merupakan salah satu sektor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri,
unggulan pembangunan nasional yang dapat meningkatkan maupun untuk ekspor. Hal ini terjadi karena kegiatan
produktivitas, nilai tambah dan daya saing, serta skala perikanan tangkap yang dieksploitasi secara terus menerus
produksi sumber daya kelautan dan perikanan. Berdasarkan mengakibatkan jumlah stok pada ikan di laut menurun.
data di Kementerian Kelautan dan Perikanan (2012), Untuk itu perikanan budidaya menjadi kegiatan yang
potensi perikanan budidaya di Indonesia masih yang potensial dikembangkan ditambah dengan jumlah
terbesar di Asia Tenggara dengan luas lahan mencapai penduduk di Indonesia yang besar merupakan potensi pasar
lebih dari 15,59 juta ha, terdiri dari potensi budidaya air bagi produksi budidaya perairan.
LOVAPINKA et al. – Dampak konversi lahan mangrove untuk tambak ikan 59
Salah satu ikan yang memiliki potensi untuk dipelihara Jenis dan sumber data
dalam budidaya tambak adalah ikan bandeng (Chanos Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
chanos). Ikan bandeng sangat potensial dan cepat primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini
pertumbuhannya dan lebih baik lagi bila dipelihara diperoleh langsung dari informan kunci (key informant)
bersama udang karena kelincahannya dapat berfungsi dengan menggunakan panduan wawancara dengan daftar
sebagai aerator. Dalam pembudidayaannya, ikan bandeng pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya dan hasil
dapat hidup di air dengan kadar keasinan tinggi maupun pengamatan langsung dilapangan (observasi). Data
rendah, bahkan dapat hidup di kolam air tawar (Murtidjo sekunder, yang dikumpulkan dari buku referensi, internet,
1989). Bandeng merupakan salah satu jenis ikan laut instansi pemerintah dan lembaga berupa laporan-laporan,
konsumsi yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi arsip dan dokumentasi yang terkait dengan permasalahan
di Indonesia. Berkembangnya teknologi budidaya bandeng penelitian.
di masyarakat, tidak terlepas dari keunggulan komparatif
dan strategisnya karena dapat dibudidayakan di air payau, Metode penentuan jumlah responden
laut, air tawar, toleran terhadap perubahan mutu Metode pengambilan atau penentuan jumlah responden
lingkungan, teknologi pembesaran dan pembenihannya dilakukan dengan cara non probability sampling yaitu jenis
telah dikuasai masyarakat, serta tahan terhadap serangan purposive sampling, dimana pengambilan sampel tidak
penyakit. Selain itu, bandeng digunakan sebagai umpan dilakukan secara acak melainkan dengan pertimbangan
hidup dalam penangkapan tuna dan cakalang, dan telah tertentu dan secara sengaja yang disesuaikan dengan tujuan
pula menjadi komoditas ekspor (Kordi 2011). penelitian (area sampling). Pengambian sampel pada
Di Indonesia, prospek untuk budidaya udang di tambak metode purposive sampling harus mengandung ciri-ciri,
bersalinitas rendah maupun sawah tambak sangat sifat, dan karakteristik tertentu yang dapat menjadi pokok
menjanjikan. Hal tersebut dapat dilihat di beberapa daerah dari subjek penelitian.
yang tambaknya berjarak 2-3 km dari pantai dan Pengambilan sampel dilakukan dengan cara wawancara
bersalinitas rendah, bahkan salinitas 0 ppt (tawar) sangat masing-masing responden untuk memperkirakan nilai
banyak. Usaha budidaya tambak udang dapat dilakukan ekonomi, yaitu: manfaat langsung, manfaat tidak langsung,
pada lahan yang menyediakan stok air dan lahan yang dan manfaat pilihan dari hutan mangrove tersebut, dimana
memiliki salinitas rendah seperti, areal persawahan yang pengambilan sampel dilakukan secara acak dari jumlah
kurang produktif untuk menanam padi akibat adanya penduduk di desa tersebut, jumlah petambak budidaya
intrusi air laut yang masuk, lahan yang terletak pada posisi udang windu dan ikan bandeng. Jumlah sampel yang
yang rendah dari permukaan laut, lahan tadah hujan atau ditentukan dengan rumus Slovin:
lahan yang hanya menggantungkan dari sistem pengairan
alam (non teknis), dan lahan yang dilengkapi dengan
pengairan sistem irigasi teknis (Wedjatmiko 2010).
Tujuan dari penelitian ini adalah: (i) Mengidentifikasi Keterangan:
manfaat nilai guna langsung mangrove dan menganalisis n = ukuran sampel,
kerugian ekonomi dari dampak budidaya ikan di tambak N = ukuran populasi,
dengan alih fungsi lahan mangrove di Desa Tambaksumur, e = batas maksimum kesalahan yang masih diterima,
Kecamatan Tirtajaya, Karawang. (ii) Menganalisis secara asumsi: 10%
finansial manfaat dari dampak budidaya ikan di tambak Berikut perhitungan penentuan jumlah sampel yang
dengan alih fungsi lahan mangrove. (iii) Mengidentifikasi ditentukan dari 100 orang petambak yang telah melakukan
keberlanjutan tambak dari dampak budidaya ikan di budidaya udang windu dan ikan bandeng.
tambak dengan alih fungsi lahan mangrove. (iv)
Mengidentifikasi alternatif kebijakan dari dampak
budidaya ikan di tambak dengan alih fungsi lahan
mangrove di Desa Tambaksumur, Kecamatan Tirtajaya,
Karawang, Jawa Barat.
Metode pengolahan dan analisis data
Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual
dan menggunakan komputer dengan program Microsoft
BAHAN DAN METODE Office Excel 2007. Tabel 1 diuraikan matriks keterkaitan
antara sumber data dan metode analisis data yang
Tempat dan waktu penelitian digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan di Desa Tambaksumur,
Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Identifikasi manfaat nilai guna langsung dan kerugian
Barat. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja karena ekonomi
pada lokasi tersebut terdapat tambak budidaya udang Menurut Nazir (1999), analisis deskriptif merupakan
windu dan ikan bandeng, bersama dengan tim peneliti suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia,
Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikirain
Perikanan, Jakarta. Pengambilan data primer dilaksanakan ataupun sesuatu jelas peristiwa pada masa sekarang.
selama bulan Maret hingga April 2013. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran,
atau lukisan secara sistematis, aktual, dan akurat, mengenai
60 Bonorowo Wetlands 4 (1): 58-69, June 2014
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang seperti menangkap ikan, kepiting, kerang, kayu, penelitian
diselidiki. Untuk mengidentifikasi manfaat dan kerugian dan wisata, dengan rumus (Fauzi 2002):
ekonomi dari dampak budidaya udang windu dengan alih
fungsi lahan mangrove di wilayah Karawang tersebut maka TML = ML1 +ML2 +ML3 +…+MLn (dimasukkan ke
digunakan metode valuasi ekonomi. Menurut Kementerian dalam Rupiah)
Negara Lingkungan Hidup (2007), valuasi ekonomi sumber
daya alam dan lingkungan adalah upaya pengenaan nilai Dimana :
moneter terhadap sebagian atau seluruh potensi sumber TML = Total Manfaat Langsung
daya alam dan lingkungan, sesuai dengan tujuan ML1 = Manfaat Langsung ikan
pemanfaatannya. Valuasi ekonomi sumber daya alam dan ML2 = Manfaat Langsung kepiting
lingkungan ini digunakan untuk melakukan perhitungan ML3 = Manfaat Langsung kayu
nilai ekonomi total dari sumber daya dan lingkungan. MLn = Manfaat Langsung ke-n
Beberapa valuasi ekonomi ekosistem mangrove
ditunjukkan pada Tabel 2.
Manfaat tidak langsung ekosistem mangrove R/C > 1, usaha layak dan diterima, serta
Manfaat tidak langsung adalah nilai yang dirasakan menguntungkan R/C = 1, usaha tidak untung dan tidak rugi
secara tidak langsung terhadap barang dan jasa yang R/C < 1, usaha tidak layak dan ditolak, serta merugikan
dihasilkan sumberdaya dan lingkungan (Fauzi 2002). Dimana:
MTL = MTL1 + MTL2 +…+ MTLn (dimasukan ke R = Penerimaan
dalam nilai Rupiah) C = Biaya yang dikeluarkan tiap tahun
Dimana : PY = Harga output
MTL = Manfaat Tidak Langsung Y = Output
MTL1 = Manfaat Tidak Langsung sebagai pelindung FC = Biaya tetap VC = Biaya variabel
gelombang
MTL2 = Manfaat Tidak Langsung sebagai penyedia
bahan pakan alami untuk biota yang hidup di dalam hutan HASIL DAN PEMBAHASAN
mangrove
Perhitungan manfaat tidak langsung ini menggunakan Budidaya perikanan tambak
pendekatan benefit transfer dengan cara meminjam hasil Di Desa Tambaksumur, Kecamatan Tirtajaya rata-rata
studi penelitian sebelumnya untuk menduga nilai manfaat petani melakukan aktivitas tambak ini masih secara
ekonomi tidak langsung. tradisional. Pola tambak yang dilakukan yaitu dengan pola
polikultur atau dengan melakukan dua jenis dalam satu
Manfaat pilihan ekosistem mangrove budidaya tambak, yaitu ikan bandeng dan udang windu.
Manfaat pilihan adalah suatu nilai yang menunjukan Hal ini dilakukan karena kedua komoditi tersebut
kesediaan seseorang untuk membayar guna melestarikan mempunyai nilai ekonomis yanga tinggi sehingga sistem
ekosistem mangrove bagi pemanfaatan di masa depan budidaya tambak dengan polikultur ini dapat meningkatkan
(Fahrudin 1996). Metode benefit transfer digunakan produksi per unit areal tambak dan dapat meningkatkan
dengan cara menghitung besarnya nilai keanekaragaman pendapatan petani tambak tersebut. Petani tambak memiliki
hayati yang ada di dalam ekosistem hutan mangrove lahan tambak yang luasnya dari 1 ha sampai 15 ha. Petakan
tersebut. Metode ini menggunakan sistem penilaian benefit tambak pada budidaya ini biasanya antara 1-3 ha per
dari tempat lain dimana sumberdaya tersedia kemudian petaknya dan setiap petakan memiliki saluran keliling
benefit tersebut ditransfer untuk memperoleh perkiraan (caren) yang lebarnya 5-10 cm di sepanjang keliling
kasar mengenai manfaat lingkungan (Tuwo 2011). Menurut petakan sebelah dalam. Pada bagian tengah dibuat 30-50
Ruitenbeek (1991), hutan mangrove di Indonesia memiliki cm lebih dalam daripada bagian lain dari dasar petakan.
nilai biodiversitas sebesar US$ 1500 per km2 atau US$ 15 Pada bagian pelataran hanya dapat diisi air sedalam 30-40
per ha. Metode Benefit Transfer termasuk di dalam nilai cm dan pada tempat akan ditumbuhi kelekap sebagai pakan
pilihan (option value) yang dirumuskan sebagai berikut: alami bagi ikan bandeng dan udang windu.
Berdasarkan hasil penelitian di lapang, untuk
OV = US$ 15 per ha x Luas hutan mangrove melakukan pembudidayaan ikan terlebih dahulu harus
mempersiapkan tambak. Pengolahan tanah secara total
Dimana: pada umumnya hanya dilakukan satu kali dalam setahun,
OV = Option Value yaitu pada musim kemarau. Setelah panen udang, pertama
Perhitungan nilai manfaat pilihan dengan menggunakan kali yang harus dilakukan adalah pengeringan. Pengeringan
benefit transfer menurut Fauzi (2013), yaitu: adalah proses seluruh air yang berada di area tambak
kering sampai tanah mengerut atau sampai tanah retak-
retak. Persiapan tanah dasar tambak ini dilakukan dengan
pengeringan total dan penjemuran tanah dasar secara alami
(sinar matahari) dan biasanya penjemuran ini memakan
Dimana: waktu 1-2 minggu, tergantung dengan kondisi cuaca.
0,035 = elastisitas pendapatan Selanjutnya, tahap pengangkatan lumpur dengan
menggunakan cangkul karena pada lumpur tersebut bisa
Analisis biaya dan manfaat ekonomi menjadi media pertumbuhan penyakit pada ikan berikutnya.
Hasil perhitungan kriteria investasi merupakan salah Kemudian untuk menciptakan pertukaran udara,
satu peralatan dalam mengambil keputusan, apakah usaha melepas gas-gas beracun, dan untuk mematikan spora maka
proyek yang dinilai dapat diterima atau ditolak. Diterima dilakukan pembalikan tanah, dilanjutkan dengan
yang dimaksud adalah layak untuk dijalankan karena dapat melakukan pengapuran tanah dengan dosis 1-2 ton per ha.
menghasilkan manfaat (Ibrahim 2009). R/C adalah Proses pengapuran dilakukan dengan menyebar kapur
singkatan dari Return Cost Ratio atau disebut juga dengan secara merata ke seluruh tanah dasar dan dinding tanggul.
perbandingan antara penerimaan dan biaya. Secara Setelah itu dilakukan terapi lahan atau pemupukan tanah
matematis menggunakan rumus persamaan sebagai berikut: yang berguna untuk menyuburkan pertumbuhan plankton.
a=R/C ..... R=PY.Y C=FC+VC Para petani tambak biasanya menggunakan pupuk urea 150
a= {(PY.Y)/(FC+VC)} kg per ha dan pupuk TSP 75 kg per ha dengan
Kriteria: perbandingan 2:1.
62 Bonorowo Wetlands 4 (1): 58-69, June 2014
Selang dari 1-3 hari, tahap selanjutnya adalah pengalaman usaha dalam budidaya tambak, yaitu selama 1-
memasukan air ke dalam tambak setinggi 10-20 cm dan 5 tahun, 11-15 tahun, dan 16-20 tahun. Hal ini disebabkan
didiamkan selama 3-5 hari untuk pembibitan plankton. banyaknya petani tambak yang memulai usahanya dari
Setelah itu tinggikan air tambak minimal 80 cm dan sekitar umur 20 tahun dan sesuai dengan banyaknya
maksimal 120 cm. Peninggian air tambak dilakukan jangan petambak yang berumur produktif antara 28-45 tahun
terlalu dangkal dan terlalu dalam. Dianjurkan agar (Gambar 4).
mengambil air dari dalam tanah bukan dari luar karena
untuk mengurangi adanya virus yang masuk dari dalam air. Status kepemilikan lahan tambak
Benih udang windu dan ikan bandeng yang ditebar Berdasarkan data responden penelitian (Gambar 5),
tergantung dengan metode budidaya yang diterapkan, status kepemilikan lahan tambak sebanyak 18 orang atau
kondisi tambak (daya dukung), kualitas air, dan sarana 36% adalah milik sendiri, sebanyak 17 orang atau 34%
penunjang yang tersedia (kincir air) dan pompa air. Padat status kepemilikannya adalah sewa, sebanyak 13 orang atau
tebar benih udang yang dilakukan oleh petani tambak di 26% berstatus gadai, dan sebanyak masing-masing 1 orang
Desa Tambaksumur rata-rata sekitar lahannya berstatus milik sendiri dan sewa, serta sewa dan gadai.
15.000 ekor per ha dan ikan bandeng rata-rata sekitar Usaha tambak yang dilakukan para petani tambak
5000 ekor per ha. Biasanya penebaran dilakukan pada secara umum dilakukan turun temurun dengan meneruskan
kondisi yang teduh seperti pagi hari atau sore hari karena dan mengelola warisan tambak dari orang tuanya yang
penebaran benih pada saat hujan atau terik matahari dapat kepemilikannya menjadi milik sendiri, sebagian petambak
menyebabkan udang menjadi stress dan timbul bintik putih yang berada dari desa luar menyewa dari penduduk
yang memicu kematian pada udang windu tersebut. setempat, beberapa petambak yang membantu meminjam-
kan dana untuk petambak lain biasanya diberikan tambak
Karakteristik petani tambak sebagai penggadaian dari dana yang dipinjamkan.
Umur petani tambak
Dalam usaha tambak, kebanyakan dari petani memiliki Luas lahan tambak
umur antara 37-45 tahun yaitu sebanyak 15 orang atau Rata-rata petani tambak di Kecamatan Tirtajaya
30%, dilanjutkan dengan petani yang memiliki umur antara memiliki lahan tambak dengan status milik sendiri dan luas
28-36 tahun sebanyak 14 orang atau 28%. Petani tambak di tambak sekitar 1-4 ha per orangnya. Hal ini dapat dilihat
Kecamatan Tirtajaya banyak yang berumur antara 28-45 dari Gambar 6 yang menjelaskan persentase jumlah petambak
tahun dan rata-ratanya adalah 36,5 tahun. Umur tersebut berdasarkan luas tambaknya. Sebanyak 82% petambak atau
merupakan umur yang sangat produktif, dimana tingkat sekitar 41 orang memiliki lahan tambak seluas 1-4 ha dan
kemauan bekerja serta pengembangan inovasinya masih sebanyak 12% petambak memiliki lahan seluas 4,1-8 ha,
sangat tinggi. Jumlah petani yang berumur 19-27 tahun serta masing-masing 2% petambak memiliki lahan tambak
sebanyak 7 orang atau 14% dan petani yang berumur antara 12,1-16 ha, 16,1-20 ha, dan lebih besar dari 20 ha.
55-63 tahun sebanyak 3 orang atau 6%, serta petani yang
berumur 73-81 tahun hanya 1 orang atau 2%. Sedikitnya Identifikasi manfaat nilai guna langsung dan kerugian
petani tambak yang berumur di bawah 28 tahun disebabkan ekonomi
oleh kurangnya minat menjadi petani tambak atau Nilai manfaat langsung
kedudukannya hanya sebagai pekerja dalam usaha tambak Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara responden
orang tuanya jika menjadi petani tambak (Gambar 2). di lapang, mangrove dapat dimanfaatkan oleh warga secara
langsung. Beberapa di antaranya adalah manfaat langsung
Tingkat pendidikan petani tambak dari hasil kayu yaitu sebagai kayu bakar. Penduduk di
Penduduk di Kecamatan Tirtajaya rata-rata menempuh Kecamatan Tirtajaya rata-rata mengambil kayu mangrove
pendidikan sampai tingkat SD. Dari 50 responden, 76% untuk digunakan sebagai kayu bakar. Kayu bakar sendiri
atau sebanya 38 orang hanya berpendidikan SD, 10% atau rata-rata dijual untuk menambah pendapatan. Proses
sebanyak 5 orang berpendidikan SLTP, 12% atau 6 orang pengambilan kayu bakar dilakukan dua kali dalam sebulan
berpendidikan SLTA, dan 2% atau 1 orang yang sehingga kira-kira 24 kali dalam setahun. Pengambilan
menempuh pendidikan sampai tingkat sarjana. Banyaknya kayu bakar dilakukan dengan menggunakan kapak. Rata-
penduduk yang berpendidikan pada tingkat SD tersebut rata volume kayu bakar yang diambil sebanyak 960 kg per
rata-rata disebabkan harus membantu pekerjaan orang tua tahun, serta biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 2.736.000
di tambak dan juga faktor ekonomi dan jumlah sekolah per tahun. Harga kayu bakar dijual per ikat sebesar Rp
yang sesuai jenis pendidikan kurang memadai menjadi 10.000. Nilai manfaat yang diterima dalam waktu setahun
salah satu penyebab mereka hanya berpendidikan SD adalah sebesar Rp 6.864.000 dan nilai manfaat per tahun
(Gambar 3). sebesar Rp 343.200 per ha (Tabel 3).
Selain dimanfaatkan secara langsung sebagai kayu
Pengalaman usaha petani tambak bakar, tanaman mangrove juga dapat dimanfaatkan untuk
Para petani tambak di Tirtajaya umumnya memiliki pengambilan kepiting secara langsung. Hanya sebagian
pengalaman usaha tambak yang beragam. Jumlah petani saja dari penduduk di Kecamatan Tirtajaya yang
tambak yang paling banyak memiliki pengalaman usaha mengambil kepiting untuk dijual ataupun untuk dikonsumsi
selama 6-10 tahun, yaitu sebanyak 11 orang atau 22%. sendiri. Pengambilan kepiting sendiri dilakukan dua
Sebanyak masing-masing 10 orang petani memiliki minggu sekali dan memperoleh kepiting sebanyak 549,12
LOVAPINKA et al. – Dampak konversi lahan mangrove untuk tambak ikan 63
Tabel 6 Analisis nilai manfaat penangkapan ikan di Desa pemijahan ikan sebesar 25,94% dan sebagai habitat flora
Tambaksumur, Kecamatan Tirtajaya, Karawang, Jawa Barat dan fauna sebesar 17,43%. Total dari manfaat tidak
tahun 2013 langsung hutan mangrove per tahun, yaitu sebesar Rp
10.776.366.057. Nilai manfaat tidak langsung per tahun di
Penangkapan Ikan Satuan Rumus Jumlah atas dibagi dengan luasan hutan mangrove sebesar 245,25
Jumlah penangkap ikan orang a 102 sehingga diperoleh nilai manfaat tidak langsung hutan
Jumlah hari hari b 240 mangrove sebesar Rp 43.940.330 per ha per tahun. Dari
Jumlah hasil tangkapan per kg/hari c 3.5 hasil penilaian tersebut, manfaat tidak langsung ekosistem
hari mangrove sebagai tempat pemijahan ikan merupakan
Jumlah hasil tangkapan per kg/tahun d = (a*b*c) 85.680 manfaat yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan
tahun dan peningkatan jumlah produksi ikan.
Harga di tingkat nelayan Rp e 6.000
Nilai penjualan per tahun Rp/tahun f = (d*e) 514.080.000
Biaya per tahun Rp/tahun g 418.013.000 Nilai manfaat pilihan
Nilai manfaat per tahun Rp/tahun h = (f-g) 96.067.000 Manfaat pilihan atau option value dinilai dengan
Nilai manfaat per hektar per Rp/tahun i = (h/a) 941.833 menggunakan nilai biodiversitas hutan mangrove tersebut.
tahun Berdasarkan penelitian Ruitenbeek (1991), nilai
keanekaragaman hayati hutan mangrove di Indonesia
adalah US$ 15/ha/tahun. Manfaat pilihan yaitu nilai dari
manfaat keanekagaraman hayati ekosistem mangrove
Tabel 7. Nilai manfaat langsung ekosistem mangrove di Desa tersebut yang dihitung dengan menggunakan faktor
Tambaksumur, Kecamatan Tirtajaya, Karawang, Jawa Barat penyesuaian GDP (Gross Domestic Product) United States
tahun 2013 dengan Indonesia.
Perhitungan nilai manfaat pilihan dengan menggunakan
Jenis manfaat Nilai manfaat per Persentase (%)
tahun
benefit transfer menurut Fauzi (2013) yaitu sebagai
Manfaat Langsung berikut:
Pengambilan kayu bakar 37.081.800 6,95
Pengambilan kepiting 115.517.165 21,66
Pengambilan udang 149.591.954 28,06 dimana:
Pengambilan ikan 230.984.543 43,32 0,035 = elastisitas pendapatan.
Total 533.175.462 100
dari besarnya nilai manfaat hutan mangrove sebagai Tabel 12. Jumlah seluruh nilai penerimaan tambak di Desa
pelindung pantai. Hal itu berarti kontribusi hutan mangrove Tambaksumur, Kecamatan Tirtajaya, Karawang, Jawa Barat
dalam manfaat tidak langsung sebagai pelindung pantai tahun 2013 dengan luas 196,2 ha
(pemecah ombak) sangat berpengaruh, khususnya untuk
Jenis Tambak Penerimaan Penerimaan per Persentase
masyarakat yang tinggal di pesisir pantai tersebut.
per hektar per tahun (%)
Nilai manfaat langsung diperoleh sebesar Rp tahun
364.902.184 per tahun atau 14,43% dan nilai manfaat Tambak Udang 50.580.000 9.923.796.000 64,37
pilihan memiliki nilai paling kecil, yaitu sebesar Rp Tambak Bandeng28.000.000 5.493.600.000 35,63
7.825.289 per tahun atau 0,31%. Oleh karena itu, nilai Total 78.580.000 15.417.396.000 100
manfaat total hutan mangrove di Desa Tambaksumur,
Kecamatan Tirtajaya tahun 2013 dengan luas yang diteliti Dari data perhitungan, bila dibandingkan antara hasil
49,05 ha, yaitu sebesar Rp 2.528.000.709 per tahun atau total jenis manfaat dengan hasil total jenis penerimaan
Rp 51.539.260 per ha per tahun. tambak dapat diketahui bahwa total jenis penerimaan
Berdasarkan data Tabel 12, dapat dilihat jumlah seluruh tambak menghasilkan nilai yang lebih besar. Hal tersebut
nilai manfaat hutan mangrove yang hilang akibat konversi disebabkan data jenis manfaat mangrove yang digunakan
menjadi tambak menghasilkan penerimaan tambak, yaitu melalui wawancara berasal dari tahun 2001 sehingga total
sebesar Rp 15.417.396.000 per tahun. Besarnya nilai jenis manfaat tersebut harus dihitung dengan menggunakan
kehilangan disebabkan konversi yang terjadi seluas 196,2 rumus compounding.
ha atau sebesar 80% dari luas awal hutan mangrove, yaitu Hasil total jenis manfaat yang menjadi nilai kerugian
245,25 ha. Penerimaan tambak udang memiliki nilai setelah dicompounding secara kumulatif dari tahun 2001
terbesar, yaitu sebesar Rp 9.923.796.000 per tahun. sampai tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 13.
Selanjutnya, nilai penerimaan tambak pada bandeng, yaitu Berdasarkan hasil data pada Tabel 13 dapat dilihat kedua
sebesar Rp 5.493.600.000 per tahun. hasil perbandingan antara suku bunga yang diasumsikan
3% dengan 5% memiliki hasil sebesar Rp 39.481.785.327
Tabel 9. Nilai GDP USA dan GDP Indonesia tahun 2012 (dalam dan Rp 44.778.433.195. Hasil ini didapat dari rumus = f (
US$) 1+i )t, yaitu total jenis manfaat mangrove dikalikan dengan
suku bunga yang dipangkatkan dengan tahun sebelum
Nama negara GDP per terjadinya perubahan lahan mangrove tersebut dari tahun
GDP Populasi
kapita
2001 ke tahun 2013. Dapat dilihat hasil setelah
Indonesia 878.043.028.442,37 246.864.191 4.810
dicompounding, nilai jenis manfat mangrove menjadi
Amerika 15.684.800.000.000 313.914.040 50.610 sangat besar. Nilai tersebut merupakan nilai kerugian dari
Serikat hutan mangrove yang tersisa pada luas 49,05 ha yang telah
Sumber: World Bank (2013) dialihfungsikan menjadi lahan tambak.
air sebesar Rp 2.322.500, pembuatan pintu air sebesar Rp Tabel 14. Analisis pendapatan ikan tambak budidaya udang
729.000 sehingga biaya tersebut hanya dikeluarkan oleh windu dan ikan bandeng per hektar per tahun
petani tambak setiap kurang lebih 10 tahun sekali. Biaya
investasi lainnya yang memiliki umur ekonomis 1-2 tahun Penerimaan Pendapatan per tahun
adalah biaya pembelian lampu pada tambak Rp 16.407, Tambak udang 50.580.000
pembelian tempat untuk menyimpan udang Rp 193.000, Tambak bandeng 28.000.000
pembelian timbangan Rp 130.150, pembelian serokan Rp Total penerimaan per tahun 78.580.000
31.974, stereofoam Rp 30.000, pembelian ember untuk Biaya tunai Biaya per tahun
menampung udang yang telah dipanen Rp 10.564, senter Biaya operasional 61.729.985
Rp 69.651, jala Rp 243.478, dan jaring Rp 6.125, serta Total biaya tunai 61.729.985
Biaya non tunai Biaya per tahun
tenaga kerja sebesar Rp 6.049.830. Tenaga kerja 6.049.830
Selain biaya investasi, biaya yang dikeluarkan dalam Penyusutan investasi 2.092.447
produksi tambak udang adalah biaya operasional. Rata-rata Total biaya non tunai 8.142.277
biaya operasional tersebut dikeluarkan 5 kali dalam setahun Total biaya 69.872.262
untuk udang windu dan ikan bandeng, meliputi biaya Pendapatan atas biaya tunai 16.850.015
pembelian pakan untuk setahun Rp 11.672.250, pupuk urea Pendapatan atas biaya total 8.707.738
Rp 4.056.375, pupuk TSP Rp 1.899.210, kapur Rp R/c atas biaya tunai 1,27
1.353.690, probiotik Rp 1.126.400, vitamin Rp 883.320, R/c atas biaya total 1,12
obat-obatan Rp 1.186.380, pembelian benih udang Rp
1.350.000, benih bandeng Rp 2.500.000, bensin Rp
1.250.000, listrik Rp 767.310, tenaga kerja persiapan Rp Analisis keberlanjutan tambak
6.871.800, dan tenaga kerja panen Rp 26.813.250. Total Berdasarkan hasil perhitungan manfaat finansial,
dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam tambak penggunaan lahan tambak tanpa mengalihfungsikan lahan
udang, yaitu sebesar Rp 8.142.277 biaya investasi dan Rp mangrove di Desa Tambaksumur menguntungkan baik
61.729.985 untuk biaya operasional. Rincian biaya petambak maupun lingkungan. Hal tersebut dapat dilihat
investasi dan operasional, serta total biaya dapat dilihat pada Tabel 13, nilai R/C atas biaya tunai dan biaya total
pada Tabel 14. lebih dari satu sehingga dinyatakan layak. Perhitungan
Analisis pendapatan dilihat dari penerimaan produksi analisis keberlanjutan tambak udang dan bandeng dilihat
tambak dan total penyusutan biaya investasi, serta total dari keuntungan yang dihasilkan dari tambak dengan
biaya operasional. Jumlah total penyusutan biaya investasi kerugian dari perubahan alih fungsi lahan mangrove.
adalah sebesar Rp 2.092.477. Rumus pendapatan atas biaya Perubahan alih fungsi lahan mangrove di Desa
tunai didapat dari pengurangan jumlah penerimaan dengan Tambaksumur dilakukan oleh penduduk sekitar.
jumlah biaya tunai (operasional) sehingga pendapatan atas Berdasarkan informasi melalui wawancara, penduduk
biaya tunainya sebesar Rp 16.850.015. Rumus pendapatan sekitar melakukan penebangan mangrove kurang
atas biaya total didapat dari pengurangan jumlah mengetahui fungsi mangrove yang sesungguhnya dan
penerimaan produksi dengan total biaya sehingga hasilnya menurut mereka mangrove memberikan dampak buruk
sebesar Rp 8.707.738. Berdasarkan hasil perhitungan olah pada produksinya karena banyak hama datang jika adanya
data, R/C atas biaya tunai memiliki nilai sebesar 1,27 dan mangrove.
R/C atas biaya total sebesar 1,12. Hasil perhitungan di atas Penerimaan dari hasil tambak udang windu dan
dapat dinyatakan bahwa penggunaan lahan tambak tanpa bandeng yang diterima oleh petambak, yaitu sebesar Rp
dengan mengkonversi lahan mangrove menghasilkan R/C 15.417.396.000 per tahun. Keuntungan yang diterima para
di atas 1 atau dinyatakan layak secara finansial. petambak udang dan bandeng secara non tunai yaitu
sebesar Rp 16.850.015 per tahun dan keuntungan secara
Tabel 13 Nilai compounding dengan perbandingan suku bunga totalnya yaitu Rp 8.707.738 per hektar per tahun.
3% dan 5% dari tahun 2001 sampai tahun 2013 Kemudian, kerugian yang ditimbulkan dari hasil perubahan
alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak yaitu total nilai
(1+i) kehilangan dari manfaat langsung hutan mangrove. Dengan
Tahun
1,03 1,05 demikian, nilai kehilangan dari manfaat langsung tersebut
2001 2.528.000.709 2.528.000.709 berupa nilai pengambilan kayu bakar, kepiting, udang, dan
2002 2.603.840.730 2.654.400.744 ikan sebesar Rp 364.902.184 per tahun, nilai kehilangan
2003 2.681.955.952 2.787.120.782
dari manfaat tidak langsung yang berupa nilai pelindung
2004 2.762.414.631 2.926.476.821
2005 2.845.287.070 3.072.800.662 pantai, nilai pemijahan ikan, serta nilai habitat sebesar Rp
2006 2.930.645.682 3.226.440.695 2.155.273.236 per tahun, dan nilai kehilangan dari manfaat
2007 3.018.565.052 3.387.762.730 pilihan sebesar Rp 7.825.289 per tahun sehingga nilai total
2008 3.109.122.004 3.557.150.866 manfaat dari mangrove yang hilang, yaitu Rp
2009 3.202.395.664 3.735.008.409 2.528.000.709 per tahun. Nilai ini begitu kecil dibanding
2010 3.298.467.534 3.921.758.830 dengan penerimaan yang diterima petambak setiap
2011 3.397.421.560 4.117.846.771 tahunnya karena data yang diambil dari hasil wawancara
2012 3.499.344.207 4.323.739.110 yaitu data tahun 2001 sehingga hasil data tersebut diolah
2013 3.604.324.533 4.539.926.065
Total 39.481.785.327 44.778.433.195
dengan mengcompoundingkan nilai total manfaat ke tahun
sekarang. Oleh karena itu, nilai kerugian yang diterima
68 Bonorowo Wetlands 4 (1): 58-69, June 2014
para petambak adalah Rp 39.481.785.327 dan Rp laguna, teluk, delta, gumuk pasiar, pantai dan/atau populasi
44.778.433.195 dengan asumsi suku bunga 3% dan 5%. ikan (Pasal 2 ayat 3).
Nilai kehilangan dari manfaat langsung mangrove Kriteria kerusakan ekosistem atau populasi ditentukan
mengakibatkan kerugian yang sangat tinggi dan jauh dari berdasarkan: kerusakan fisik, kerusakan kimiawi dan/atau
keuntungan yang diterima para petambak. Oleh karena itu, kerusakan hayati (Pasal 3 ayat 2)
analisis keberlanjutan tambak digunakan untuk Kerusakan fisik dalam Pasal 3 ayat 2 meliputi:
mempertahankan kondisi lingkungan tetap baik (khususnya penurunan manfaat dan fungsi fisik ekosistem atau
hutan mangrove) dan juga menghasilkan keuntungan populasi, penurunan luasan ekosistem atau populasi
ekonomi. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan dan/atau pencemaran habitat (Pasal 4 ayat 1).
sistem penanaman kembali pohon mangrove yang telah Kerusakan hayati yang dimaksud meliputi: kerapatan
ditebang dan dijadikan lahan tambak sehingga diperoleh rendah, tutupan rendah, dominasi jenis tinggi atau
keuntungan ekologis dan ekonomis. keanekaragaman rendah, penurunan populasi melebihi
kemampuan alam untuk pulih dan/atau penurunan dan/atau
Alternatif kebijakan hilangnya daerah pemijahan (spawning ground), daerah
Kegiatan budidaya tambak perikanan dengan pembesaran (nursery ground), serta daereah pencarian
melakukan perubahan fungsi lahan mangrove telah makan (feeding ground) (Pasal 4 ayat 3).
menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan lingkungan Berdasarkan peraturan pengelolaan dan pemanfaatan
yang cukup besar sehingga diperlukan langkah yang tepat hutan mangrove di atas, dapat disimpulkan alternatif
dalam penyusunan dan penerapan kebijakan yang kebijakannya, yaitu: (i) Peraturan pemanfaatan di atas
dikeluarkan oleh pemerintah. Dalam hal pengelolaan dan dapat diperbaiki dengan mempertegas kebijakan peraturan
pemanfaatan hutan mangrove diterbitkan beberapa zonasi penetapan hutan mangrove sebagai kawasan lindung
peraturan antara lain: suaka alam dengan pemanfaatan yang terbatas dan kawasan
lindung pantai berhutan bakau. (ii) Memperketat proses
Peraturan Presiden No 73 Tahun 2012 (Pasal 1) perizinan untuk memanfaatkan lahan di sekitar kawasan
Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove lindung tersebut. (iii) Memberikan sanksi yang jelas dan
yang selanjutnya disingkat SNPEM adalah upaya dalam tegas kepada masyarakat yang melanggar peraturan berupa
bentuk kebijakan dan program untuk mewujudkan sanksi administratif dan sanksi pidana. (iv) Peraturan di
pengelolaan ekosistem mangrove lestari dan masyarakat atas akan menjadi lebih baik bila pemerintah daerah
sejahtera berkelanjutan berdasarkan sumber daya yang wilayah Karawang bekerja sama dengan masyarakat
tersedia sebagai bagian integral dari sistem perencanaan dalam meningkatkan kualitas lingkungan pesisir melalui
pembangunan nasional. rehabilitasi ekosistem mangrove untuk mengembalikan
Ekosistem Mangrove adalah kesatuan antara komunitas fungsinya semula yaitu sebagai tempat pemijahan dan
vegetasi mangrove berasosiasi dengan fauna dan mikro mencari makan dari berbagai jenis ikan dan udang,
organisme sehingga dapat tumbuh dan berkembang pada pengendalian pencemaran, abrasi, serta intrusi air laut. (v)
daerah sepanjang pantai terutama di daerah pasang surut, Mengadakan kegiatan sosialisasi masyarakat mengenai
laguna, muara sungai yang terlindung dengan substrat peraturan pemanfaatan tata ruang yang berlaku dan
lumpur atau lumpur berpasir dalam membentuk pentingnya keberadaan ekosistem hutan mangrove. (vii)
keseimbangan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Menetapkan kebijakan dengan tidak memberikan insentif
Pengelolaan ekosistem mangrove berkelanjutan adalah kepada pemilik tambak yang menambah luas tambak dan
semua upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan mengganggu keberadaan hutan mangrove di sekitar.
lestari melalu proses terintegrasi untuk mencapai
keberlanjutan fungsi-fungsi ekosistem mangrove bagi
kesejahteraan masyarakat. KESIMPULAN
Peraturan Presiden No 121 Tahun 2012 Terdapat beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil
Mangrove adalah vegetasi pantai yang memiliki penelitian valuasi ekonomi dampak budidaya udang windu
morfologi khas dengan sistem perakaran yang mampu dengan alih fungsi lahan mangrove di wilayah Karawang,
beradaptasi pada daerah pasang surut dengan substrat yaitu: (i) Kegiatan pemanfaatan hasil hutan mangrove yang
lumpur atau lumpur berpasir (Pasal 1 ayat 4). dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Tirtajaya adalah
Rehabilitasi dilakukan oleh pemerintah, pemerintah pengambilan kayu untuk bahan bakar rumah tangga,
daerah, dan orang yang memanfaatkan secara langsung pengambilan kepiting, pengambilan udang, dan
atau tidak langsung wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil pengambilan ikan. Kerugian ekonomi dari dampak ini
(Pasal 2 ayat 1). berupa manfaat hasil hutan mangrove tersebut yang hilang
Rehabilitasi wajib dilakukan apabila pemanfaatan akibat perubahan alih fungsi lahan menjadi tambak. (ii)
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil mengakibatkan Hasil analisis secara finansial menunjukan bahwa dengan
kerusakan ekosistem atau populasi yang melampaui kriteria mempertahankan hutan mangrove di wilayah ini lebih
kerusakan ekosistem atau populasi (Pasal 2 ayat 2). menguntungkan, baik untuk pemanfaatan langsung maupun
Rehabilitasi yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan tidak langsung. Hal ini dapat dilihat pada nilai R/C atas
terhadap: terumbu karang, mangrove, lamun, estuari, biaya tunai dan R/C atas biaya total yang lebih dari satu
dan dinyatakan layak untuk usaha budidaya tambak tanpa
LOVAPINKA et al. – Dampak konversi lahan mangrove untuk tambak ikan 69
mengalihfungsikan lahan mangrove. (iii) Hasil analisis Fachruddin A. 1996. Analisis Ekonomi Pengelolaan Pesisir Kabupaten
Subang, Jawa Barat [Tesis]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian
keberlanjutan tambak udang windu dan ikan bandeng Bogor. Bogor.
diperoleh nilai kehilangan dari manfaat mangrove yang Fauzi A. 2002. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Lautan.
mengakibatkan kerugian yang sangat tinggi dan jauh dari Makalah pada Pelatihan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan.
keuntungan yang diterima para petambak, yaitu nilai Universitas Diponegoro. Semarang
Fauzi A. 2010. Ekonomi Perikanan: Teori, Kebijakan, dan Pengelolaan.
kerugian yang diterima para petambak adalah Rp
PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
39.481.785.327. dan Rp 44.778.433.195. dengan asumsi Fauzi A. 2013. Valuasi Ekonomi dan Penilaian Kerusakan Sumberdaya
suku bunga 3% dan 5% dan penerimaan yang diterima oleh Alam dan Lingkungan.
petambak Rp 15.417.396.000. Oleh karena itu, sistem Ibrahim H.M Yacob. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Revisi. Rineka
Cipta. Jakarta
penanaman kembali pohon mangrove yang telah ditebang Kementerian Perikanan dan Kelautan. 2012. SDM dan IPTEK, Kunci
dan dijadikan lahan tambak dapat dilakukan untuk Sukses Industrialisasi Berbasis Perikanan Budidaya. Kementerian
mempertahankan kondisi lingkungan tetap baik (khususnya Perikanan dan Kelautan. Jakarta.
hutan mangrove) dan juga menghasilkan keuntungan Kementerian Perikanan dan Kelautan. 2012. Aplikasi Sistem Informasi
Diseminasi, Data Statistik Kelautan dan Perikanan. Kementerian
ekonomi. (iv) Alternatif kebijakan pengelolaan dan Perikanan dan Kelautan, Jakarta.
pemanfaatan hutan mangrove yang terdiri dari Peraturan Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007. Panduan Valuasi Ekonomi
Presiden No. 73 Tahun 2012 dan Peraturan Presiden No Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta
121 Tahun 2012, yaitu melakukan strategi pengelolaan Kordi K, M Ghufran. 2011. Budidaya 22 Komoditas Laut Untuk
Konsumsi Lokal dan Ekspor. Lily Publisher. Yogyakarta
ekosistem mangrove, rehabilitasi ekosistem mangrove
Murtidjo, B A. 1989. Tambak Air Payau Budidaya Udang dan Bandeng.
dalam mengembalikan fungsi semula dan sosialisasi Kanisius. Yogyakarta
mengenai peraturan tata ruang yang jelas kepada Nazir M. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta
masyarakat, serta dengan mempertegas kebijakan peraturan Pemerintah Kabupaten. Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang. 2012.
Karawang dalam Angka. Karawang, Pemkab Karawang
zonasi penetapan hutan mangrove sebagai kawasan lindung
Purnomo, A. H. 2007. Basic Analysis in Fisheries Planning. Ekonomi
suaka alam dan memberikan sanksi yang jelas dan tegas Pembangunan Perikanan. Universitas Terbuka. Jakarta
kepada masyarakat yang melanggar peraturan. Ruitenbeek H.J. 1991. Mangrove Management: An Economic Analysis Of
Management Options With A Focus Of Bintuni Bay, Irian Jaya.
EMDI Report No 8. Environmental Management in Indonesia Project.
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Brilian
Internasional. Surabaya
Darmono. 1993. Budidaya Udang Penaeus. Yogyakarta (ID): Kanisius. Utojo et al.. 2007. Identifikasi Kelayakan Lahan Untuk Pengembangan
Dewan Kelautan Indonesia. 2008. Evaluasi Kebijakan Dalam Rangka Usaha Budidaya Laut di Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat. Jurnal
Implementasi Konvensi Hukum Laut Internasional (UNCLOS 1982) Penelitian Perikanan Indonesia, 10 (5): 1-18.
di Indonesia. Dewan Kelautan Indonesia, Jakarta Wedjatmiko A. 2010.Budidaya Udang di Sawah dan Tambak. Penebar
Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan, dan Energi Kabupaten Swadaya. Jakarta
Karawang. 2008. Laporan Kegiatan Invertarisasi Lahan Kritis Akibat The World Bank. 2013.
Abrasi di Wilayah Pesisir Kabupaten Karawang. Dinas Lingkungan http://search.worldbank.org/data?qterm=gdp+united+states+and+indo
Hidup, Pertambangan, dan Energi Kabupaten Karawang nesia+2012&language=EN&format= Diakses tanggal 19 September
Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta. 2013. DPA Belanja Langsung 2013
SDPU Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu Tahun 2013. Jakarta.