Jurnal RImbo Sekampung 2015
Jurnal RImbo Sekampung 2015
Jurnal RImbo Sekampung 2015
Menyatakan bahwa, kami telah menulis artikel pada Jurnal Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam, Vol 12. No. 1, tahun 2015, halaman 1-17 yang berjudul:
STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI HUTAN BEKAS TEBANGAN DI
RIMBO SEKAMPUNG, SUMATERA SELATAN
...
Dengan ini menyatakan bahwa sebagai:
ABSTRACT
Rimbo Sekampung Natural Forest (RSNF) is one of the natural dry land forest ecosystems remaining in
South Sumatra. The aim of this study is to obtain information about the composition and vegetation structure
of RSNF. Data was collected by using transect method. As many as 40 plots (20 m x 20 m) were made in four
transects to calculate number of tree species. A 10 m x 10 m plot was made inside 400 m 2 plot to compute the
pole species, while, a 5 m x 5 m plot was used to record the sapling species. In addition, seedling and
undergrowth were measured from a 2 m x 2 m plot. Totally, 145 species (44 families) were recorded. The
results showed that the tree stage was dominated by gerunggang (Cratoxyolon arborescens Bl.)
(IVI=44,16%), while the pole stage was dominated by sungkai (Peronema canescens Jack.) (IVI=52,32%).
Results also showed that the sapling stage, as well as seedling and undergrowth stage was dominated by
marak (Macaranga tanarus (L.) Muell.Arg.) (IVI=41,03% and IVI=25,49%). Some species founded in RSNF
such as gerunggang, sungkai, laban (Vitex pubescens Vahl.), medang kuning (Litsea firma Hook P.), and
bayur (Pterospermum javanicum Jungh.) are known as construction wood
ABSTRAK
Hutan Rimbo Sekampung (HRS) merupakan salah satu ekosistem hutan alam lahan kering yang tersisa di
Sumatera Selatan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi tentang struktur dan komposisi tumbuhan
penyusun hutan bekas tebangan di HRS. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode jalur berpetak.
Sebanyak 40 plot dibuat dalam empat jalur dengan panjang jalur 1.000 m dan jarak antar jalur 20 m. Di
dalam jalur-jalur coba dibuat petak contoh berukuran 20 m x 20 m untuk pengamatan tumbuhan tingkat
pohon, 10 m x 10 m untuk tingkat tiang, 5 m x 5 m untuk pancang dan 2 m x 2 m untuk anakan pohon dan
herba. Total sebanyak 145 jenis tumbuhan (44 famili) berhasil diidentifikasi. Tumbuhan tingkat pohon
didominasi jenis gerunggang (Cratoxyolon arborescens Bl.) (INP=44,16%), tumbuhan tingkat tiang
didominasi oleh jenis sungkai (Peronema canescens Jack.) (INP=52,32%) sedangkan tingkat pancang serta
anakan pohon dan herba didominasi oleh jenis marak (Macaranga tanarus (L.) Muell.Arg.) (INP=41,03%
dan INP=25,49%). Jenis-jenis yang dijumpai dan mempunyai potensi ekonomi cukup tinggi sebagai kayu
pertukangan antara lain gerunggang (Cratoxyolon arborescens Bl.), sungkai (Peronema canescens Jack.),
laban (Vitex pubescens Vahl.), medang kuning (Litsea firma Hook P.) dan bayur (Pterospermum javanicum
Jungh.)
tinggi saat ini telah terfragmentasi Penelitian ini bertujuan untuk men-
menjadi blok-blok hutan dengan luasan dapatkan informasi mengenai struktur
yang kecil, terutama disebabkan oleh dan komposisi vegetasi penyusun eko-
konversi hutan untuk perkebunan dan sistem HRS pasca pembalakan liar dan
Hutan Tanaman Industri (HTI). kebakaran. Hasil penelitian ini diharap-
Fragmentasi hutan ini akan kan dapat memberikan gambaran tentang
mempengaruhi kekayaan spesies, keadaan ekosistem HRS saat ini dan da-
dinamika populasi dan keanekaragaman pat digunakan sebagai bahan pertimbang-
hayati ekosistem secara keseluruhan an dalam pengelolaan hutan ke depan.
(Morison et al., 1992 dalam Gunawan et
al., 2010). II. BAHAN DAN METODE
Hutan Rimbo Sekampung (HRS)
merupakan salah satu kawasan hutan A. Waktu dan Lokasi Penelitian
alam lahan kering yang tersisa di Su- Penelitian dilaksanakan pada bulan
matera Selatan dengan luasan sekitar 600
Juli 2009 di kawasan Hutan Rimbo
ha. Seperti halnya ekosistem hutan alam Sekampung (HRS), Kecamatan Talang
lainnya di Sumatera, kawasan ini juga Ubi, Kabupaten Muara Enim, Provinsi
terancam keberadaannya oleh pembalak- Sumatera Selatan (Gambar 1). Lokasi
an liar dan ancaman kebakaran. Hal ini penelitian terletak sekitar 20 km dari
disebabkan oleh akses menuju kawasan Pendopo, ibukota Kecamatan Talang Ubi
yang relatif mudah dijangkau dan ber- dan dapat ditempuh sekitar 1,5 jam
batasan dengan kebun masyarakat (karet melalui jalan logging PT. Musi Hutan
dan kelapa sawit) serta letaknya yang de- Persada (MHP). Kawasan ini berbatasan
kat dengan kawasan hutan konsesi HTI. dengan Blok I Kawasan Hutan Dengan
Ekosistem HRS termasuk hutan alam de- Tujuan Khusus (KHDTK) Benakat dan
ngan keanekaragaman jenis cukup tinggi dikelola secara turun temurun oleh
yang umum dijumpai dalam ekosistem masyarakat Desa Benakat Dusun.
hutan dataran rendah lahan kering. Secara umum kondisi ekosistem HRS
Seiring dengan laju pertambahan berupa hutan alam lahan kering bekas
penduduk dan perkembangan daerah tebangan dan kebakaran dengan
yang cepat serta semakin maraknya kerapatan pohon yang masih cukup tinggi
pembukaan lahan untuk perkebunan karet
(Gambar 2). Jenis tanah podsolik merah
dan kelapa sawit di Sumatera Selatan, kuning dengan topografi datar sampai
maka gangguan atau pun ancaman bergelombang dan curah hujan rata-rata
terhadap ekosistem HRS juga semakin tahunan rata-rata sebesar 2.600 mm (data
meningkat. Saat ini gangguan utama tahun 1990-2010, diperoleh dari stasiun
terhadap kawasan berupa pembalakan metereologi Sultan Mahmud Badaruddin
kayu ilegal yang mengakibatkan II Palembang).
kerusakan pada kawasan hutan tertentu.
Pada saat penelitian ini dilakukan,
B. Bahan dan Alat Penelitian
kegiatan pembalakan kayu masih terus
berlangsung. Di beberapa titik dijumpai Bahan penelitian adalah cuplikan
balok-balok kayu yang dikumpulkan oleh kawasan yang memiliki struktur dan
para penebang liar. Berbagai aktivitas kamposisi vegetasi pohon.
manusia di dalam dan di sekitar kawasan Adapun alat yang digunakan dalam
ini diduga menjadi penyebab terjadinya penelitian ini antara lain kantong
kebakaran pada tahun 2002 dan 2006 spesimen, alkohol 70%, alat
(sumber: hasil wawancara dengan dokumentasi, GPS (Global Positioning
masyarakat). System), meteran rol, phi band, tali rafia
dan alat tulis-menulis.
2
Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan.…(A. Kunarso; F. Azwar)
Keterangan(Remaks) : Tidak ada tata batas definitif kawasan Hutan Rimbo Sekampung. Batas di peta hanya
untuk menunjukkan lokasi penelitian, merupakan hasil intepretasi penulis
berdasarkan ground checking dan wawancara dengan tetua adat (There is no
definitive boundary on Rimbo Sekampung Natural Forest. The boundary was made
for presenting the location of study. It was established based on ground checking and
personel communication with informal leader)
a b
Gambar (Figure) 2. Kondisi Hutan Rimbo Sekampung (Existing condition of Rimbo Sekampung Forest)
a b
Gambar (Figure) 3. Pembuatan petak contoh dan pengumpulan data (Sampling establishment and data
collection)
4
Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan.…(A. Kunarso; F. Azwar)
5
Vol. 12 No. 1, April 2015 : 1-17
(Number of
species)
(Family)
Gambar (Figure) 4. Jumlah jenis dan famili pada tiap tingkat permudaan (Number of species and family on
each growth stages)
Gambar (Figure) 5. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener pada tiap tingkat permudaan (Shannon-Wiener
diversity index on each growth stage)
(32 jenis), tiang (26 jenis) dan pancang rata jenis gerunggang mencapai 34,88 cm
(22 jenis). Berdasarkan klasifikasi indeks dan tinggi rata-rata mencapai 21,43 m.
keanekaragaman Shannon-Wienner, ke- Namun demikian tingkat regenerasi
anekaragaman jenis tumbuhan di Hutan gerunggang tergolong rendah, dimana
Rimbo Sekampung termasuk dalam pada tingkat tiang hanya ditemukan
kategori rendah (H < 2) (Gambar 4). sejumlah delapan individu per ha dan
Kondisi ini menunjukkan bahwa gang- pada tingkat semai berkisar 1.281
guan fisik berupa pembalakan liar dan individu per ha. Untuk tingkat pancang,
kebakaran berdampak negatif pada ke- jenis ini tidak dijumpai.
anekaragaman jenis tumbuhan di kawas- Laban (Vitex pubescens Vahl.)
an Hutan Rimbo Sekampung. Hasil pene- merupakan pohon dengan tinggi hingga
litian menemukan bahwa semai dari 25 m dan diameter mencapai 45 cm
beberapa jenis pohon seperti gerunggang, (Heyne, 1987). Termasuk kayu dengan
laban, sungkai dan medang kuning sangat kualitas yang baik, dapat digunakan
sedikit dijumpai atau bahkan tidak untuk perkakas rumah tangga dan bahan
ditemukan sama sekali di dalam petak bangunan, karena sifatnya yang tahan
contoh. Hal ini diduga disebabkan oleh terhadap air dan serangga, maka sejak
kebakaran yang pernah terjadi meng- puluhan tahun silam masyarakat telah
akibatkan kematian semai dan pancang memanfaatkannya sebagai bahan
jenis-jenis tersebut. Di sisi lain dengan membuat kapal atau perahu (Heyne,
semakin terbukanya penutupan tajuk 1987). Di Hutan Rimbo Sekampung,
akibat pembalakan liar menyebabkan jenis ini menempati urutan ke dua yang
jenis-jenis herba yang toleran terhadap mendominasi kawasan hutan
cahaya, seperti rumput-rumputan dan (INP=39,23%) dengan diameter rata-rata
lawatan akan berkembang secara cepat 32,53 cm dan tinggi rata-rata 19,72 m.
dan mendominasi lantai hutan. Pada tingkat pertumbuhan tiang, jenis ini
masih relatif mendominasi dibandingkan
D. Jenis-Jenis Komersial dengan jenis lainnya (INP=14,41%).
Namun demikian pada tingkat pancang
Beberapa jenis pohon komersial yang
hanya dijumpai sekitar 20 individu per
berpotensi untuk kayu pertukangan masih
ha. Untuk tingkat semai keberadaan jenis
ditemukan di kawasan Hutan Rimbo
pada petak contoh ini tidak ditemukan.
Sekampung, yaitu jenis gerunggang,
Hal ini menunjukkan tingkat regenerasi
laban, sungkai, medang kuning dan
alami jenis laban mengalami gangguan.
bayur. Jenis gerunggang merupakan
Sungkai (Peronema canescens Jack.)
pohon dengan tinggi mencapai 15-40 m,
merupakan salah satu jenis pohon
panjang bebas cabang 4-27 m, diameter
penghasil kayu pertukangan. Jenis ini
dapat mencapai 100 cm atau lebih dan
telah dikembangkan oleh masyarakat di
termasuk kayu dengan kelas kuat III-IV
hutan rakyat dengan pola tanam cam-
dan kelas awet IV (Martawijaya, et
puran (Sahwalita dan Muslimin, 2012).
al.,2005). Kayu jenis ini biasa digunakan
Kayu sungkai termasuk dalam jenis kayu
untuk papan dan konstruksi ringan di
dengan kelas kuat I-II dan kelas awet III
bawah atap, peti, mebel murah, kayu
(Martawijaya et al., 2005). Jenis ini dapat
lapis dan cetakan beton. Di kawasan
digunakan untuk rangka atap, tiang
Hutan Rimbo Sekampung jenis gerung-
rumah dan jembatan (Heyne, 1987;
gang ditemukan paling mendominasi
Martawijaya et al., 2005), karena serat
untuk tingkat pohon (INP=44,16%).
kayunya yang tergolong indah dan dapat
Diameter terbesar jenis gerunggang yang
diserut dengan mudah, kayu ini juga
berhasil ditemukan mencapai 46,8 cm
dapat dimanfaatkan untuk mebel dan
dan tinggi mencapai 28 m. Diameter rata-
kabinet. Dewasa ini pemanfaatan kayu
7
Vol. 12 No. 1, April 2015 : 1-17
sungkai antara lain untuk lapisan ditemukan pada semua tingkatan pertum-
permukaan (face) playwood, konstruksi buhan tanaman. Keberadaan jenis ini di
bangunan, daun pintu dan jendela ekosistem Hutan Rimbo Sekampung juga
(Sahwalita dan Premono, 2012). Pada tidak terlalu mendominasi.
ekosistem Hutan Rimbo Sekampung, Selain kayu, Hutan Rimbo Sekam-
jenis ini dapat dijumpai pada semua pung juga menyimpan potensi lainnya
tingkat pertumbuhan mulai dari pohon dari hasil hutan bukan kayu berupa rotan.
hingga semai. Pada tingkatan pohon, Rotan secara umum tumbuh baik di
jenis ini cukup mendominasi daerah hutan hujan tropika dengan
(INP=30,58%), dengan diameter rata-rata kelembaban tinggi (± 60%), kawasan
24,52 cm dan tinggi rata-rata mencapai bekas tebangan (secondary forest), semak
17,45 m. Tingkat regenerasi jenis ini belukar dan tersedia pohon penyangga
diperkirakan dapat berlangsung secara (Rachman dan Jasni, 2006). Kekuatan,
alami dengan asumsi tidak ada gangguan kelenturan dan keseragamannya, batang
dalam skala yang masif (misal rotan dimanfaatkan secara komersial
kebakaran). Hal ini dapat diketahui dari untuk mebel dan anyaman. Sementara
diketemukannya sungkai dalam jumlah pemanfaatannya secara tradisional telah
yang cukup pada setiap tingkat dikenal selama berabad-abad untuk
pertumbuhan tanaman. Bahkan pada berbagai tujuan seperti tali-temali,
tingkat tiang, jenis ini ditemukan paling konstruksi, keranjang, atap dan tikar
dominan dibandingkan dengan jenis rotan (Dransfield dan Manokaran, 1994).
lainnya (INP=52,32%). Jenis rotan yang ditemukan di kawasan
Medang kuning (Litsea firma Hook P.) Hutan Rimbo Sekampung, yaitu rotan
merupakan pohon dengan ukuran sedang, manau (Calamus manan Miq) dan rotan
tinggi 15-20 m (Chayamarit, 2005). Kayu sega (Calamus caesius Bl). Rotan manau
teras berwarna kuning, mudah merupakan rotan berdiameter besar dan
dikerjakan, tidak mudah retak dan tidak termasuk jenis yang paling dicari karena
diserang bubuk. Kayu ini biasa kualitasnya yang bagus dengan batang
digunakan untuk papan dan digemari sangat kuat, lentur dan digunakan sebagai
untuk bahan bangunan rumah khususnya kerangka mebel. Rotan jenis ini tumbuh
yang digunakan di bawah atap, karena memanjat dan soliter dengan batang yang
struktur kayunya yang halus (Heyne, dapat mencapai panjang 100 m dan
1987). Hasil penelitian di kawasan Hutan diamater batang tanpa pelepah daun
Rimbo Sekampung menunjukkan bahwa sampai 80 mm. Rotan sega mempunyai
jenis ini dapat dijumpai pada setiap diameter yang kecil, tumbuh merumpun
tingkatan pertumbuhan vegetasi, meski- dengan diameter batang tanpa pelepah
pun tidak mendominasi. daun antara 7-12 mm. Jenis ini
Jenis bayur (Pterospermum javani- merupakan bahan berkualitas tinggi yang
cum Jungh.) merupakan pohon dengan sangat penting untuk industri mebel.
tinggi yang bisa mencapai 50 m dan Penampang batangnya yang bundar
diameter batang 80-100 cm, karena dengan permukaan yang keemasan
kekuatan dan keawetannya banyak mengkilat dan unik, sehingga sangat
dipakai untuk konstruksi jembatan, cocok untuk bahan membuat tikar lampit
bangunan rumah, perahu, papan dan (Dransfield dan Manokaran, 1994). Di
sebagainya. Namun demikian dalam kawasan Hutan Rimbo Sekampung, baik
penggunaannya disarankan untuk dipakai rotan manau maupun rotan sega sudah
di bawah naungan atap (Heyne, 1987). tidak banyak dijumpai, hal ini
Seperti halnya jenis medang kuning, ditunjukkan dari nilai kerapatan relatif
bayur juga merupakan salah satu jenis dan indeks nilai penting yang rendah
dengan potensi ekonomi tinggi yang (INP=0,96% dan 0,29%). Kondisi ini
8
Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan.…(A. Kunarso; F. Azwar)
pohon dari hutan sekunder yang dapat IV. KESIMPULAN DAN SARAN
digunakan untuk kegiatan rehabilitasi,
antara lain sengon (Albizia falcataria), A. Kesimpulan
jabon (Anthocephalus chinensis), duaba- 1. Komposisi dan keanekaragaman jenis
nga (Duabanga molucana), eucalyptus vegetasi di Hutan Rimbo Sekampung
(Eucalyptus deglupta), mahang (Macara- diperoleh 88 jenis vegetasi (39
nga gigantea) dan binuang (Octomeles
suku/famili). Untuk vegetasi tingkat
sumatrana). pohon ditemukan sebanyak 32 jenis
Adanya keterkaitan secara langsung (20 suku/famili), tingkat tiang
terhadap hutan ini, maka masyarakat ditemukan sebanyak 26 jenis (14
secara sadar akan berperan aktif dalam suku/famili), tingkat pancang
menjaga hutan baik dari pembalakan liar sebanyak 22 jenis (15 suku/famili) dan
maupun kebakaran. Dalam hal ini konsep vegetasi tingkat semai dan herba
pengelolaan hutan ‘repong damar’ di berhasil diidentifikasi sebanyak 65
Kabupaten Lampung Barat, Provinsi
jenis (35 suku/famili).
Lampung berpotensi untuk diadopsi guna 2. Jenis-jenis vegetasi yang mendo-
mempertahankan ekosistem Hutan Rimbo minasi pada masing-masing tingkat
Sekampung. Dalam sistem pengelolaan pertumbuhan yaitu : a) tingkat pohon
hutan ini, tegakan damar dipelihara didominasi jenis gerunggang
bersama-sama dengan jenis-jenis (Cratoxyolon arborescens Bl.)
tanaman lainnya seperti kayu-kayuan, (INP=44,16%), b) tingkat tiang
buah-buahan dan rotan, sehingga didominasi oleh jenis sungkai
membentuk struktur vegetasi yang (Peronema canescens Jack.)
kompleks dengan diversitas yang tinggi (INP=52,32%), c) tingkat pancang
dan dikelola oleh masyarakat setempat didominasi jenis marak (Macaranga
(Wijayanto, 1993). Michon dan de tanarus (L.) Muell.Arg.)
Foresta (1994) dalam Lubis (1997), (INP=41,03%), d) tingkat semai dan
menyebutkan bahwa secara ekologis fase herba didominasi jenis marak
perkembangan repong damar tersebut (Macaranga tanarus (L.) Muell.Arg.)
menyerupai tahapan suksesi hutan alam (INP=25,49%).
dengan segala keuntungan ekologisnya 3. Beberapa jenis pohon di kawasan
seperti perlindungan tanah dan evolusi
Hutan Rimbo Sekampung diketahui
iklim mikro. Selain memberikan sumber mempunyai nilai ekonomi cukup
penghasilan bagi masyakarat berupa tinggi sebagai kayu pertukangan, yaitu
getah damar, sistem pengelolaan hutan gerunggang (Cratoxyolon arborescens
ini ternyata mampu menjaga keaneka- Bl.), sungkai (Peronema canescens
ragaman hayati pada kawasan tersebut. Jack.), laban (Vitex pubescens Vahl.),
Seperti dilaporkan oleh Wardah (2005), medang kuning (Litsea firma Hook P.)
yang melakukan penelitian pada hutan dan bayur (Pterospermum javanicum
alam dan hutan produksi konversi repong Jungh.). Adanya jenis-jenis yang dapat
damar di Kelompok Hutan Krui- dimanfaatkan sebagai kayu
Kotajawa, berhasil mengindetifikasi 145 pertukangan ini menjadikan kawasan
jenis tumbuhan dari 54 suku/ famili. Hal hutan ini rawan terhadap pembalakan
ini menunjukkan bahwa dengan adanya liar.
sumber pendapatan lain selain kayu,
maka tekanan terhadap hutan alam juga
B. Saran
akan semakin berkurang.
Ekosistem Hutan Rimbo Sekampung
merupakan kawasan hutan yang rentan
terhadap pembalakan liar dan kebakaran.
10
Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan.…(A. Kunarso; F. Azwar)
12
Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan.…(A. Kunarso; F. Azwar)
Lampiran (Appendix) 1. Nilai index nilai penting jenis-jenis tumbuhan tingkat pohon (Important value index
of tree species)
Nama lokal Nama ilmiah Nama famili KR FR DR INP
No
(Local name) (Botanical name) (Family name) (%) (%) (%) (%)
1 Balam sontek Payena leerii Kurz. Sapotaceae 0,38 0,56 0,26 1,20
2 Balam terung Palaquium convertum H.J. Sapotaceae 1,53 1,69 1,06 4,28
Lam
3 Bayur Pterospermum javanicum Sterculiaceae 1,15 1,69 0,61 3,45
Jungh
4 Bengkal Tricalysia sp. Rubiaceae 2,29 1,69 1,54 5,53
5 Bungur Lagerstroemia speciosa L. Lythraceae 4,20 3,95 3,49 11,65
6 Bunut Pternandra caerulescens Melastomataceae 0,38 0,56 0,18 1,12
Jack.
7 Empidingan Lithocarpus spicatus Fagaceae 0,38 0,56 0,53 1,48
Rehd.et Wils
8 Gerunggang Cratoxyolon arborescens Guttiferae 13,74 10,17 20,25 44,16
Bl.
9 Jarang pincang Garcinia farvifolia Miq. Clusiaceae 0,76 1,13 0,53 2,43
10 Kenanga Canangium odoratum Annonaceae 0,76 1,13 0,43 2,32
(Lam.) Baill
11 Kundur Benincasa hispida COGN. Sterculiaceae 2,29 2,82 1,91 7,02
12 Laban Vitex pubescens Vahl. Verbenaceae 12,60 10,73 15,90 39,23
13 Luday Sapium baccatum Roxb. Euphorbiaceae 0,76 1,13 0,57 2,46
14 Mampat Cratoxylon formosum Hypericaceae 4,96 5,65 7,45 18,07
Dyer.
15 Meribungan Millettia atropurpurea Leguminosae 6,49 7,91 9,27 23,67
Benth.
16 Martaki Terminallia comintana Combretaceae 0,38 0,56 0,21 1,15
Merr.
17 Medang cabe - Lauraceae 1,91 2,82 1,36 6,09
18 Medang kuning Litsea firma Hook P. Lauraceae 4,58 6,78 3,52 14,88
19 Medang pauh Neunauclea calycina Merr. Rubiaceae 2,67 3,39 1,62 7,69
20 Medang pelem Memecylon costatum Miq. Melastomataceae 4,58 5,65 2,99 13,22
21 Medang reso Cinnamomum Lauraceae 0,76 1,13 0,50 2,39
parthenoxylon Messn.
22 Medang tanduk Dehaasia microcarpa BL. Lauraceae 0,76 1,13 0,55 2,44
23 Merampuyan Rhodamnia cinerea Jack. Myrtaceae 1,53 1,69 2,19 5,42
24 Merkubung Millettia sericea Fabaceae 0,38 0,56 0,21 1,15
Wight&Arn
25 Pelangas Decaspermum parviflorum Myrtaceae 2,29 1,13 1,84 5,26
(L).A.J.Schott
26 Pulai Alstonia scholaris R.Br Apocynaceae 0,38 0,56 0,53 1,48
27 Putat Baringtonia macrostachya Lecythidaceae 3,82 3,95 4,91 12,68
Kurz.
28 Rengas Gluta rengasL. Anacardiaceae 0,76 0,56 0,99 2,32
29 Sengkuang Persea declinata (Bl.) Lauraceae 0,38 0,56 0,32 1,27
Kosterm
30 Sungkai Peronema canescens Jack. Verbenaceae 13,36 7,91 9,31 30,58
31 Tupak mano Baccaurea javanica Euphorbiaceae 0,38 0,56 0,24 1,18
(Blume) Müll.Arg
32 Earu Hibiscus sp Malvaceae 8,40 9,60 4,73 22,73
Jumlah 100,00 100,00 100,00 300,00
13
Vol. 12 No. 1, April 2015 : 1-17
Lampiran (Appendix) 2. Nilai index nilai penting jenis-jenis tumbuhan tingkat tiang (Important value index of
pole species)
14
Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan.…(A. Kunarso; F. Azwar)
Lampiran (Appendix) 3. Nilai index nilai penting jenis-jenis tumbuhan tingkat pancang (Important value
index of sapling species)
15
Vol. 12 No. 1, April 2015 : 1-17
Lampiran (Appendix) 4. Nilai index nilai penting jenis-jenis tumbuhan tingkat semai dan herba (Important
value index of seedling and herb)
17