Editorjht, 3
Editorjht, 3
Editorjht, 3
ABSTRACK
Balangeran is the commercial species and it grow well at the peat swam forest, initially. Conservation and
cultivation of balangeran (Shorea balangeran Korth. Burck.) plant at the peat swamp land is the correct
action with the reason this species is included the critically endangered species at the short future. This
research was aimed to know the normality of balangeran growth that planted at the peat swamp land using
the distribution of diameter approach. The research was conducted at the arboretum area of Plantation and
Forestry Office, Pulang Pisau District, Central Kalimantan Province, Forestry Research Agency of
Banjarbaru-KHDTK Tumbang Nusa and community balangeran plants. Plants of balangeran with age
class namely 2, 3, 4, 5, 7, 8, 13, and 17 years old, with spacing of plants of 3 m x 6 m, were measured their
diameter respectively, using census method, in order to collect the distribution of balangeran plants
diameter. Research result showed that the diameter distribution of balangeran plants at the 2, 3, 4, 5, 7, 8,
13, and 17 years old are normaly with their graphics are similar with bell-parabolic, with polynomial
models are D2= 6.818,2x4 – 11.131x3 + 5.700x2 – 943,3x + 50; D3= 5,8589x3 – 33,24x2 + 57,46x – 26,795;
D4= 0,1377x4 – 2,9506x3 + 19,355x2 – 37,996x + 22,583; D5= 0,0012x6 – 0,0543x5 + 0,9671x4 –
8,2095x3 + 32,268x2 – 46,598x + 27,5; D7= 0,0743x4 – 1,4757x3 + 8,0073x2 – 6,4427x + 0,3333; D8=
0,158x3 – 3,4854x2 + 20,256x – 10,475; D13= = -0,0042x4 + 0,1642x3 – 2,1947x2 + 10,713x – 8,4965 dan
D17= -0,7857x2 + 2,6143x + 7,6 respectively.
Keywords: Balangeran, diameter, distribution, normaly, parabolic.
6
Frequency
Frequency
30
4
20
2
10
0 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2
Diameter Diamater
+ 22,583.
Frequency
20
25 Mean 6.385
StDev 1.648
N 150
20 10
15
Frequency
0
4 6 8 10 12 14
Diameter
10
Frequency
25 Mean 10.24
StDev 1.873 15
N 150
20
10
15 5
Frequency
0
10 6 8 10 12 14 16 18 20
Diameter
7
Frequency
15
6
Frequency
5
10
4
3
5
2
0 1
5 10 15 20 25
0
Diameter 12 16 20 24 28
Diameter
merupakan salah satu indikator untuk tinggi yang lebih besar, menyusul
menilai kenormalan sebaran pohon kelompok pertumbuhan sedang.
(Hauhs et al. 2003). Distribusi diameter
pohon-pohon pada hutan alam campuran
membentuk pola huruf J terbalik, yang KESIMPULAN
menunjukkan bahwa makin besar ukuran
diameter pohon maka semakin sedikit Distribusi diameter tanaman
jumlahnya. Sedangkan distribusi diameter balangeran pada umur 2, 3, 4, 5, 7, 8, 13
pohon-pohon pada hutan tanaman (hutan dan 17 menyebar normal, sebagai
monokultur) membentuk pola lonceng indikator bahwa tanaman balangeran yang
parabolik dengan jumlah pohon terbesar ditanam pada lahan rawa gambut telah
berada dalam kisaran diameter tumbuh dengan cukup baik.
pertengahan (Hauhs et al. 2003; Prijanto, Distribusi diameter tanaman
2006, Wahyudi, 2011). balangeran berumur 2, 3, 4, 5, 7, 8, 13 dan
Sering ditemukan adanya hutan 17 membentuk grafik lonceng parabolik
tanaman seumur (monoculture) yang dengan persamaan D1= 6.818,2x4 –
tumbuh pada kondisi tapak dan kerapatan 11.131x3 + 5.700x2 – 943,3x + 50; D2=
yang relatif seragam, namun tetap 5,8589x3 – 33,24x2 + 57,46x – 26,795;
dijumpai adanya perbedaan pola D3= 0,1377x4 – 2,9506x3 + 19,355x2 –
pertumbuhan pada masing-masing 37,996x + 22,583; D4= 0,0012x6 –
individu atau kelompok individu 0,0543x5 + 0,9671x4 – 8,2095x3 +
penyusun tegakan tersebut. Apabila jenis 32,268x2 – 46,598x + 27,5; D6= 0,0743x4
tanaman, kondisi lingkungan dan – 1,4757x3 + 8,0073x2 – 6,4427x +
perlakuan silvikultur sama atau telah 0,3333; D7= 0,158x3 – 3,4854x2 +
dianggap sama, maka perbedaan pola 20,256x – 10,475; D12= = -0,0042x4 +
pertumbuhan pada masing-masing 0,1642x3 – 2,1947x2 + 10,713x – 8,4965
individu atau kelompok individu tersebut dan D16= -0,7857x2 + 2,6143x + 7,6.
disebabkan oleh faktor genetik
(Finkeldey, 1989), yang dikomulatifkan
dengan kondisi lingkungan sebagai akibat
dinamika tegakan yang terbentuk DAFTAR PUSTAKA
kemudian (Wahyudi dan Panjaitan, 2011).
Fenomena adanya kelompok Atmoko, T. 2011. Potensi Regenerasi dan
pertumbuhan berbeda dalam tegakan Penyebaran Shorea Balangeran
hutan seumur dapat dijadikan strategi (Korth.) Burk di Sumber Benih
untuk melakukan kegiatan penjarangan. Saka Kajang Kalimantan
Pohon-pohon yang dijarangi Tengah.Balai Penelitian Teknologi
diprioritaskan berasal dari pohon-pohon Konservasi Sumber Daya Alam.
yang masuk dalam kelompok Kalimantan Timur. Jurnal
pertumbuhan lambat. Fenomena ini juga Penelitian Dipterokarpa. Vol 5 No.
dapat dijadikan acuan dalam kegiatan 2 : 21 – 36.
pemanenan tanaman pada akhir daur.
Kelompok tanaman dengan pertumbuhan
cepat diprediksi mempunyai diameter dan
27
Jurnal Hutan Tropika (ISSN: 1693-7643)
Vol. XII No.1, Juni 2017. Hal. 19-28
Balitan. 2012. Lahan Gambut Indonesia : Prijanto P. 2016. Kajian Aspek Vegetasi
Pengertian, Istilah, Definisi dan dan Kualitas Tanah Sistem
Sifat Tanah Gambut. Jakarta. Silvikultur Tebang Pilih Tanam
Badan Penelitian dan Jalur. Studi Kasus di Areal PT Sari
Pengembangan Pertanian, Bumi Kusuma, Kalimantan
Kementerian Pertanian RI, Jakarta. Tengah (Disertasi). Bogor:
Brown, S. 1997. Estimating biomass Program Pascasarjana IPB.
change of tropical forest a primer. Qirom, M. A., Supriyadi dan A. Susianto.
FAO Forestry Paper No.134. FAO 2013. Model Penduga Tinggi Dan
USA. Diameter Berdasarkan Umur
Burkhart, H.E. 2003. Suggestion for Tanaman Jenis Balangeran Di
choosing an appropriate level for Kalimantan Tengah. Prosiding
modelling forest stand. In Amaro Ekspose Hasil Penelitian “30
A, Reed D, Soares P, editors. Tahun BPK Banjarbaru dalam
Modelling Forest System. CABI Pembangunan Kehutanan.
Publishing. Kementerian Kehutanan Badan
DNPI. 2012. Ringkasan Eksekutif: Penelitian dan Pengembangan
Definisi Gambut di Indonesia - Kehutanan Pusat Litbang
Menjembatani Ilmu untuk Peningkatan Produktivitas Hutan.
Kebijakan . Draft usulan edisi 3 2014.ISBN : 978-602-17334-4-8:
Agustus 2012. Dewan Nasional 84-94.
Perubahan Iklim, Jakarta. Rachmanadi, D. 2012. Teknik Penanaman
Finkeldey R. 1989. An Introduction to Balangeran. Hal 41-54. Dalam S.
Tropical Forest Genetic. Institute Tjuk, S. Hadi dan E. Savitri (ed).
of Forest Genetics and Forest Tree Budidaya Shorea balangeran di
Breeding, Goettingen, Germany. Lahan Gambut.Cetakan Pertama.
Hauhs M., F.J. Knauft., dan H. Lange. Balai Penelitian Kehutanan,
2003. Algorithmic And Interactive Kalimantan Selatan.
Approaches To Stand Growth Radonja. P.J., Koprivica. M.J., dan
Modelling. In Amaro A, Reed D, Lavadinovic. V.S. 2003.
Soares P, editors. Modelling Forest Modelling current annual height
System. CABI Publishing. increment of young Douglas-fir
Martawijaya, A., I. Kartasujana, Ginting, stands at different site. In Amaro
1989. Kayu perdagangan A, Reed D, Soares P, editors.
Indonesia. Sifat dan Kegunaanya. Modelling Forest System. CABI
Badan Litbang Departemen Publishing.
Kehutanan, Jakarta. Rahmanto, B. 2012. Potensi jenis-jenis
Nyland. R.D. 1996. Silviculture Concepts hama dan penyakit pada tanaman
and Aplications. New York: balangeran. Budidaya Shorea
McGraw Hill Companies, Inc. balangeran di Lahan Gambut.
Pollet., A dan Nasrullah. 1994. Kementerian Kehutanan. Badan
Penggunaan Metode Statistika Penelitian dan Pengembangan
untuk Ilmu Hayati. Gadjah Mada Kehutanan, Banjarbaru. 76-89.
University Press, Yogyakarta.
POLA DISTRIBUSI DIAMETER (Cakra Birawa dan Wahyudi) 28