Editorjht, 3

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

19

Jurnal Hutan Tropika (ISSN: 1693-7643)


Vol. XII No.1, Juni 2017. Hal. 19-28

POLA DISTRIBUSI DIAMETER TANAMAN BALANGERAN


(Shorea balangeran) DI LAHAN RAWA GAMBUT PROVINSI
KALIMANTAN TENGAH
Cakra Birawa dan Wahyudi

Jurusan Kehutanan, Faperta, Universitas Palangka Raya, Palangka Raya 73111


Kalimantan Tengah-INDONESIA.

ABSTRACK

Balangeran is the commercial species and it grow well at the peat swam forest, initially. Conservation and
cultivation of balangeran (Shorea balangeran Korth. Burck.) plant at the peat swamp land is the correct
action with the reason this species is included the critically endangered species at the short future. This
research was aimed to know the normality of balangeran growth that planted at the peat swamp land using
the distribution of diameter approach. The research was conducted at the arboretum area of Plantation and
Forestry Office, Pulang Pisau District, Central Kalimantan Province, Forestry Research Agency of
Banjarbaru-KHDTK Tumbang Nusa and community balangeran plants. Plants of balangeran with age
class namely 2, 3, 4, 5, 7, 8, 13, and 17 years old, with spacing of plants of 3 m x 6 m, were measured their
diameter respectively, using census method, in order to collect the distribution of balangeran plants
diameter. Research result showed that the diameter distribution of balangeran plants at the 2, 3, 4, 5, 7, 8,
13, and 17 years old are normaly with their graphics are similar with bell-parabolic, with polynomial
models are D2= 6.818,2x4 – 11.131x3 + 5.700x2 – 943,3x + 50; D3= 5,8589x3 – 33,24x2 + 57,46x – 26,795;
D4= 0,1377x4 – 2,9506x3 + 19,355x2 – 37,996x + 22,583; D5= 0,0012x6 – 0,0543x5 + 0,9671x4 –
8,2095x3 + 32,268x2 – 46,598x + 27,5; D7= 0,0743x4 – 1,4757x3 + 8,0073x2 – 6,4427x + 0,3333; D8=
0,158x3 – 3,4854x2 + 20,256x – 10,475; D13= = -0,0042x4 + 0,1642x3 – 2,1947x2 + 10,713x – 8,4965 dan
D17= -0,7857x2 + 2,6143x + 7,6 respectively.
Keywords: Balangeran, diameter, distribution, normaly, parabolic.

PENDAHULUAN tinggi (Martawijaya, dkk, 1989; Setyo,


dkk, 2012), memiliki peranan yang besar
Pohon balangeran (Shorea dalam mempertahankan keberlanjutan
balangeran Korth. Burck) adalah jenis ekosistem hutan rawa gambut
endemik termasuk suku Dipterocarpaceae (Rachmanadi, 2012; Sampang, 2015;
yang tumbuh secara alami pada daerah Yuwati dkk, 2013). Pohon balangeran
rawa gambut di Kalimantan Tengah, termasuk dalam kategori kritis (critically
Bangka dan Belitung (DNPI, 2012; endangered) menurut International Union
Rahmanto, 2012; Wibisono dkk, 2005). for Conservationof Nature (IUCN) yaitu
Kayu balangeran juga memiliki manfaat spesies yang menghadapi risiko
ekonomi dan nilai ekologi yang sangat kepunahan sehingga diperlukan adanya
baik karena kayunya memiliki harga jual konservasi yang baik serta upaya
POLA DISTRIBUSI DIAMETER (Cakra Birawa dan Wahyudi) 20

pengembangan jenis tersebut melalui dapat diolah (Lampiran Permenhut No. 34


kegitan rehabilitasi maupun pembangunan tahun 2007). Penelitian ini bertujuan
hutan tanaman produksi (Atmoko, 2011). untuk mengetahui kenormalan
Pohon balangeran kini semakin pertumbuhan tanaman balangeran melalui
langka dan sulit ditemukan di habitatnya. pendekatan distribusi diameternya.
Kelangkaan jenis ini disebabkan
kebakaran hutan dan lahan, pencurian
kayu, dan belum adanya upaya yang METODE PENELITIAN
signifikans untuk melestarikan jenis ini
(Balitan, 2012; Sampang, 2015). Beberapa Tempat dan Waktu
instansi telah melakukan upaya budidaya
jenis ini seperti Dinas Perkebunan dan Penelitian dilakukan pada lokasi
Kehutanan Kabupaten Pulang Pisau, tanaman balangeran di Dinas Perkebunan
Provinsi Kalimantan Tengah, Balai dan Kehutanan Kabupaten Pulang Pisau,
Penelitian Kehutanan (BPK) Banjarbaru Provinsi Kalimantan Tengah, Balai
Unit KHDTK Tumbang Nusa serta Penelitian Kehutanan (BPK) Banjarbaru
beberpa anggota masyarakat. Unit KHDTK Tumbang Nusa serta
Distribusi diamater tanaman beberpa anggota masyarakat di Kabupaten
merupakan salah satu indikator untuk Pulang Pisau. Semua tanaman yang
menilai kenormalan sebaran pohon terbagi dalam 8 (delapan) kelas umur
(Bukhart, 2003; Hauhs et al. 2003; diukur diameter (dbh) secara sensus. Luas
Radonja et al, 2003). Distribusi diameter areal penanaman balangeran secara
pohon-pohon pada hutan alam campuran keseluruhan berjumlah 20 ha. Penelitian
membentuk pola huruf J terbalik, yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai
menunjukkan bahwa makin besar ukuran Pebruari 2017.
diameter pohon maka semakin sedikit
jumlahnya, sedangkan distribusi diameter Prosedur Penelitian
pohon-pohon pada hutan tanaman (hutan 1. Menentukan populasi tanaman
monokultur) membentuk pola lonceng balangeran pada kelas umur
parabolik dengan jumlah pohon terbesar tanaman 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, 5
berada dalam kisaran diameter tahun, 7 tahun, 8 tahun, 13 tahun
pertengahan (Hauhs et al. 2003; Prijanto, dan 17 tahun. Setiap populasi berisi
2006, Wahyudi, 2011). Distribusi tanaman balangeran sebanyak 250-
diameter dapat digunakan untuk 1.200 tanaman yang ditanam dengan
mengetahui posisi tegakan hutan dalam jarak tanam 3 m x 6 m.
rangka penilaian kuantitas pohon dalam 2. Melakukan pengukuran diameter
luasan tertentu. Data ini ini diperlukan (dbh) terhadap semua pohon pada 8
untuk keperluan perawatan sampai (delapan) kelas umur secara sensus
pemanenan tanaman. Distribusi diameter (intensitas sampling 100%)
dapat menentukan bentuk perlakuan yang 3. Melakukan analisis distribusi
diberikan pada suatu tegakan. Distribusi diameter (dbh) tanaman balangeran
diameter pohon menjadi penting ketika pada 8 (delapan) kelas umur
jenis yang ditanam diperuntukan untuk tersebut.
kayu pertukangan, karena dapat
menunjukkan besar proporsi kayu yang
21
Jurnal Hutan Tropika (ISSN: 1693-7643)
Vol. XII No.1, Juni 2017. Hal. 19-28

Analisis Data Uji normalitas


Berdasarkan uji kenormalan, semua
Pola distribusi diameter tanaman data hasil pengukuran tanaman balangeran
pada hutan seumur yang normal (Shorea balangeran Korth. Burck) di
membentuk lonceng parabolik dengan lapangan menunjukkan sebaran yang
persamaan polinomial (Hauhs et al. 2003; normal. Dalam uji normalitas dilakukan
Prijanto, 2006, Wahyudi, 2011), sebagai perbandingan data hasil pengamatan (data
berikut: empirik) dengan data yang berdistribusi
y= c1 + c2x + c3x2 normal (data teoritik) yang memiliki rata-
dimana: y= jumlah pohon per ha; x= rata dan standar deviasi yang sama dengan
diameter (cm); c1,c2,c3= konstanta data empirik (Pollet dan Nasrullah, 1994).
Pengujian dilakukan dengan
menggunakan statistik uji Kolmogorov-
Smirnov (taraf signifikasi (a) = 0,05).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian ditunjukan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil uji normalitas distribusi


Distribusi diameter adalah sebaran diameter balangeran
diameter pada saat tanaman mencapai No Umur Tanaman Asymp. Sig. (2- Hasil Uji
umur tertentu. Distribusi diameter pada
hutan tanaman atau hutan monokultur atau
(Tahun) tailed)
hutan seumur (evenaged forest) 1 2 0,060 terima H0 (p> 0,05)
membentuk grafik sebaran normal 2 3 0,899 terima H0 (p> 0,05)
menyerupai lonceng parabolik sedangkan 3 4 0,630 terima H0 (p> 0,05)
pada hutan campuran atau hutan tidak 4 5 0,127 terima H0 (p> 0,05)
seumur (unaged forest) membentuk huruf 5 7 0,374 terima H0 (p> 0,05)
J terbalik (Hauhs et al. 2003; Prijanto, 6 8 0,233 terima H0 (p> 0,05)
2006, Wahyudi, 2011).
7 13 0,266 terima H0 (p> 0,05)
Distribusi diameter dapat digunakan
untuk mengetahui posisi tegakan hutan 8 17 0,541 terima H0 (p> 0,05)
dalam rangka penilaian kuantitas pohon Sumber : Data yang diolah, 2016.
dalam luasan tertentu. Data ini ini
diperlukan untuk keperluan perawatan Berdasarkan Tabel 1, semua
sampai pemanenan tanaman. Sebaran tanaman yang terbagi dalam 8 (delapan)
diameter dapat menentukan bentuk kelas umur mempunyai distribusi normal.
perlakuan yang diberikan pada tegakan. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan
Distribusi diameter pohon menjadi tanaman balangeran pada lahan rawa
penting ketika jenis yang ditanam gambut cukup baik. Kawasan hutan dan
diperuntukan untuk kayu pertukangan, lahan rawa gambut memang habitat yang
karena dapat menunjukkan besar proporsi baik bagi pertumbuhan jenis balangeran
kayu yang dapat diolah (Lampiran (Rahmanto, 2012; Sampang, 2015,
Permenhut No. 34 tahun 2007). Wibisono dkk, 2006), sehingga
penanaman jenis balangeran pada lahan
seperti ini akan menghasilkan
pertumbuhan yang baik. Menurut
POLA DISTRIBUSI DIAMETER (Cakra Birawa dan Wahyudi) 22

Martawijaya dkk., (1989), tanaman Diameter di bawah dan di atas rentang


balangeran dapat tumbuh dengan baik tersebut berjumlah sedikit. Sebaran
pada lahan tropis basah yang sewaktu- diameter pada tanaman balangeran
waktu tergenang air, di rawa atau di berumur 1 tahun membentuk persamaan
pinggir sungai, pada tanah berpasir, tanah D2= 6.818,2x4 – 11.131x3 + 5.700x2 –
gambut atau tanah liat dengan tipe curah 943,3x + 50.
hujan A-B pada ketinggian 0-100 m dpl. Berdasarkan grafik distribusi
Menurut Sampang (2015), balangeran tanaman balangeran pada kelas umur 2
merupakan jenis penting penyusun hutan dapat diketahui bahwa pertumbuhan
rawa gambut pada tipologi riverine forest tanaman ini berada pada kelompok
hingga hutan rawa campuran (mixed- pertumbuhan lambat dengan persentase
swamp forest). Balangeran juga dapat 32%, kelompok pertumbuhan sedang
bertahan dan tumbuh dengan baik pada dengan persentase 57,3% dan
kondisi genangan sedang yang pertumbuhan cepat dengan persentase
dipengaruhi air sungai (moderately 10,7%.
flooded) (Wibisono dkk, 2005; Yuwati Pada Gambar 2 disajikan sebaran
dkk, 2013). diameter tanaman balangeran berumur 3
tahun yang menunjukkan kisaran diameter
Distribusi diameter tanaman terbanyak adalah 1,2 cm sampai
Distribusi diameter tanaman 1,8 cm dengan titik puncaknya 1,4 cm dan
balangeran umur 2 tahun disajikan dalam 1,6 cm, artinya diameter terbanyak pada
Gambar 1, yang dapat menunjukan tanaman balangeran berumur 3 tahun
kisaran diameter tanaman terbanyak adalah 1,4 cm dan 1,6 cm. Diameter di
adalah 0,3 cm sampai 0,5 cm dengan titik bawah dan di atas rentang tersebut
puncaknya 0,4 cm, artinya diameter berjumlah sangat kecil. Sebaran diameter
terbanyak pada tanaman balangeran pada tanaman balangeran berumur 3 tahun
berumur 2 tahun adalah 0,4 cm atau pada membentuk persamaan D3= 5,8589x3 –
diameter pertengahan. 33,24x2 + 57,46x – 26,795.
Umur 2 Tahun
10 Mean 1.512
Mean 0.4067 StDev 0.2770
50
StDev 0.1197 N 33
N 150
8
40

6
Frequency
Frequency

30

4
20

2
10

0 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2

Diameter Diamater

Gambar 1. Sebaran diameter tanaman Gambar 2. Sebaran diameter tanaman


balangeran umur 2 tahun balangeran umur 3 tahun
23
Jurnal Hutan Tropika (ISSN: 1693-7643)
Vol. XII No.1, Juni 2017. Hal. 19-28

Berdasarkan grafik distribusi tanaman kelompok pertumbuhan sedang (64%) dan


balangeran pada kelas umur 3 dapat kelompok pertumbuhan cepat (14%).
diketahui bahwa pertumbuhan tanaman Pada Gambar 4 disajikan sebaran
berada pada kelompok pertumbuhan diameter tanaman balangeran berumur 5
lambat (30,30 %), pertumbuhan sedang tahun, di mana kisaran diameter tanaman
(63,64 %), dan pertumbuhan cepat (6,06 terbanyak adalah 6 cm sampai 10 cm
%). dengan titik puncaknya 8 cm, artinya
Pada Gambar 3 disajikan sebaran diameter terbanyak pada tanaman
diameter tanaman balangeran berumur 4 balangeran berumur 5 tahun adalah 8 cm.
tahun. Gambar tersebut menunjukkan Diameter di bawah dan di atas rentang
kisaran diameter tanaman terbanyak tersebut berjumlah sangat kecil. Sebaran
adalah 4,5 cm sampai 7,5 cm dengan titik diameter pada tanaman balangeran
puncaknya 6,5 cm, artinya diameter berumur 5 tahun membentuk persamaan
terbanyak pada tanaman balangeran D5= 0,0012x6 – 0,0543x5 + 0,9671x4 –
berumur 3 tahun adalah 6,5 cm. Diameter 8,2095x3 + 32,268x2 – 46,598x + 27,5.
di bawah dan di atas rentang tersebut
berjumlah sangat kecil. Sebaran diameter
40
Mean 7.858
pada tanaman balangeran berumur 4 StDev 2.090
N 150
tahun membentuk persamaan D4=
0,1377x4 – 2,9506x3 + 19,355x2 – 37,996x 30

+ 22,583.
Frequency

20
25 Mean 6.385
StDev 1.648
N 150

20 10

15
Frequency

0
4 6 8 10 12 14
Diameter
10

5 Gambar 4. Sebaran diameter tanaman


balangeran umur 5 tahun
0
3.0 4.5 6.0 7.5 9.0 10.5
Diameter Berdasarkan grafik distribusi
tanaman balangeran pada kelas umur 5
dapat diketahui bahwa pertumbuhan
Gambar 3. Sebaran diameter tanaman
tanaman berada pada kelompok
balangeran umur 3 tahun pertumbuhan lambat (54,67 %),
pertumbuhan sedang (38,67 %) dan
Berdasarkan grafik distribusi pertumbuhan cepat (6,67 %).
tanaman balangeran pada kelas umur 4 Pada Gambar 5 disajikan sebaran
dapat diketahui bahwa pertumbuhan
diameter tanaman balangeran (Shorea
balangeran berada pada kelompok balangeran Korth. Burck) berumur 7
pertumbuhan lambat sebesar (22%), tahun. Gambar tersebut menunjukkan
POLA DISTRIBUSI DIAMETER (Cakra Birawa dan Wahyudi) 24

kisaran diameter tanaman terbanyak terbanyak pada tanaman balangeran


adalah 8 cm sampai 12 cm dengan titik berumur 8 tahun adalah 12 cm. Diameter
puncaknya 10 cm, artinya diameter di bawah dan di atas rentang tersebut
terbanyak pada tanaman balangeran berjumlah sangat kecil. Sebaran diameter
berumur 7 tahun adalah 10 cm. Diameter pada tanaman balangeran berumur 8 tahun
di bawah dan di atas rentang tersebut membentuk persamaan D7= 0,158x3 –
berjumlah sangat kecil. Sebaran diameter 3,4854x2 + 20,256x – 10,475.
pada tanaman balangeran (Shorea
balangeran Korth. Burck) berumur 7
30 Mean 11.97
tahun membentuk persamaan D6= StDev 2.461
0,0743x4 – 1,4757x3 + 8,0073x2 – 6,4427x N 150
25
+ 0,3333.
20

Frequency
25 Mean 10.24
StDev 1.873 15
N 150

20
10

15 5
Frequency

0
10 6 8 10 12 14 16 18 20
Diameter

Gambar 6. Sebaran diameter tanaman


0 balangeran umur 8 tahun
6.0 7.5 9.0 10.5 12.0 13.5 15.0
Diameter
Berdasarkan grafik distribusi
tanaman balangeran pada kelas umur 8
Gambar 5. Sebaran diameter tanaman dapat diketahui bahwa pertumbuhan
balangeran umur 7 tahun berada pada kelompok pertumbuhan
lambat (58 %), pertumbuhan sedang
Berdasarkan grafik distribusi (36,67 %) dan pertumbuhan cepat (5,33
tanaman balangeran pada kelas umur 7 %).
dapat diketahui bahwa pertumbuhan Pada Gambar 7 disajikan sebaran
tanaman balangeran berada pada diameter tanaman balangeran berumur 13
kelompok pertumbuhan lambat (34,67 %), tahun. Gambar menunjukkan kisaran
pertumbuhan sedang (52,67 %) dan diameter tanaman terbanyak adalah 9 cm
pertumbuhan cepat (12,67 %). sampai 14 cm dengan titik puncaknya 12
Pada Gambar 6 disajikan sebaran cm artinya diameter terbanyak pada
diameter tanaman balangeran berumur 8 tanaman balangeran berumur 13 tahun
tahun. Gambar tersebut menunjukkan adalah 12 cm. Diameter di bawah dan di
kisaran diameter tanaman terbanyak atas rentang tersebut berjumlah sangat
adalah 9 cm sampai 14 cm dengan titik kecil. Sebaran diameter pada tanaman
puncaknya 12 cm; artinya diameter balangeran berumur 13 tahun membentuk
25
Jurnal Hutan Tropika (ISSN: 1693-7643)
Vol. XII No.1, Juni 2017. Hal. 19-28

persamaan D12= = -0,0042x4 + 0,1642x3 diameter pada tanaman balangeran


– 2,1947x2 + 10,713x – 8,4965.
Diameter berumur 17 tahun membentuk persamaan
Normal D16= -0,7857x2 + 2,6143x + 7,6.
25 Mean 11.76
StDev 3.473
N 53 9
Mean 19.03
StDev 3.578
20 8 N 34

7
Frequency

15
6

Frequency
5
10
4

3
5
2

0 1
5 10 15 20 25
0
Diameter 12 16 20 24 28
Diameter

Gambar 7. Sebaran diameter tanaman


balangeran umur 13 tahun Gambar 8. Sebaran diameter tanaman
balangeran umur 17 tahun
Berdasarkan grafik distribusi
tanaman balangeran pada kelas umur 13
dapat diketahui bahwa pertumbuhan Berdasarkan grafik distribusi
berada pada kelompok pertumbuhan tanaman balangeran pada kelas umur 17
lambat ( 77,36 %), pertumbuhan sedang dapat diketahui bahwa pertumbuhan
(18,87 %) dan pertumbuhan cepat (3,77 tanaman balangeran berada pada
%). Pola sebaran diameter tanaman kelompok pertumbuhan lambat (44,12%),
berumur 13 tahun menyerupai pola pertumbuhan sedang (35,29 %) dan
sebaran diameter tanaman umur 8 tahun, pertumbuhan cepat (20,59 %).
karena kelompok tanaman umur 13 tahun Berdasarkan pengelompokan
mendapat perawatan yang relatif kurang tingkat pertumbuhan tanaman balangeran,
intensif dibanding tanaman berumur 8 dapat dilihat bahwa setiap kelompok
tahun. tanaman (tegakan) dalam setiap kelas
Pada Gambar 8 disajikan sebaran umur memiliki tingkat pertumbuhan yang
diameter tanaman balangeran berumur 17 berbeda, yaitu kelompok pertumbuhan
tahun. Gambar tersebut menunjukkan lambat, sedang dan cepat. Hal ini
kisaran diameter tanaman terbanyak sependapat dengan Wahyudi dan
adalah 15 cm sampai 19 cm dengan titik Panjaitan (2011) bahwa tingkat
puncaknya 16 – 19 cm; artinya diameter pertumbuhan setiap individu pohon dalam
terbanyak pada tanaman balangeran tegakan hutan, baik tegakan seumur
berumur 17 tahun adalah 16-19 cm. (even-aged stand forest) maupun tidak
Diameter di bawah dan di atas rentang seumur (uneven-aged stand forets) selalu
tersebut berjumlah sangat kecil. Sebaran berbeda. Distribusi diamater tanaman
POLA DISTRIBUSI DIAMETER (Cakra Birawa dan Wahyudi) 26

merupakan salah satu indikator untuk tinggi yang lebih besar, menyusul
menilai kenormalan sebaran pohon kelompok pertumbuhan sedang.
(Hauhs et al. 2003). Distribusi diameter
pohon-pohon pada hutan alam campuran
membentuk pola huruf J terbalik, yang KESIMPULAN
menunjukkan bahwa makin besar ukuran
diameter pohon maka semakin sedikit Distribusi diameter tanaman
jumlahnya. Sedangkan distribusi diameter balangeran pada umur 2, 3, 4, 5, 7, 8, 13
pohon-pohon pada hutan tanaman (hutan dan 17 menyebar normal, sebagai
monokultur) membentuk pola lonceng indikator bahwa tanaman balangeran yang
parabolik dengan jumlah pohon terbesar ditanam pada lahan rawa gambut telah
berada dalam kisaran diameter tumbuh dengan cukup baik.
pertengahan (Hauhs et al. 2003; Prijanto, Distribusi diameter tanaman
2006, Wahyudi, 2011). balangeran berumur 2, 3, 4, 5, 7, 8, 13 dan
Sering ditemukan adanya hutan 17 membentuk grafik lonceng parabolik
tanaman seumur (monoculture) yang dengan persamaan D1= 6.818,2x4 –
tumbuh pada kondisi tapak dan kerapatan 11.131x3 + 5.700x2 – 943,3x + 50; D2=
yang relatif seragam, namun tetap 5,8589x3 – 33,24x2 + 57,46x – 26,795;
dijumpai adanya perbedaan pola D3= 0,1377x4 – 2,9506x3 + 19,355x2 –
pertumbuhan pada masing-masing 37,996x + 22,583; D4= 0,0012x6 –
individu atau kelompok individu 0,0543x5 + 0,9671x4 – 8,2095x3 +
penyusun tegakan tersebut. Apabila jenis 32,268x2 – 46,598x + 27,5; D6= 0,0743x4
tanaman, kondisi lingkungan dan – 1,4757x3 + 8,0073x2 – 6,4427x +
perlakuan silvikultur sama atau telah 0,3333; D7= 0,158x3 – 3,4854x2 +
dianggap sama, maka perbedaan pola 20,256x – 10,475; D12= = -0,0042x4 +
pertumbuhan pada masing-masing 0,1642x3 – 2,1947x2 + 10,713x – 8,4965
individu atau kelompok individu tersebut dan D16= -0,7857x2 + 2,6143x + 7,6.
disebabkan oleh faktor genetik
(Finkeldey, 1989), yang dikomulatifkan
dengan kondisi lingkungan sebagai akibat
dinamika tegakan yang terbentuk DAFTAR PUSTAKA
kemudian (Wahyudi dan Panjaitan, 2011).
Fenomena adanya kelompok Atmoko, T. 2011. Potensi Regenerasi dan
pertumbuhan berbeda dalam tegakan Penyebaran Shorea Balangeran
hutan seumur dapat dijadikan strategi (Korth.) Burk di Sumber Benih
untuk melakukan kegiatan penjarangan. Saka Kajang Kalimantan
Pohon-pohon yang dijarangi Tengah.Balai Penelitian Teknologi
diprioritaskan berasal dari pohon-pohon Konservasi Sumber Daya Alam.
yang masuk dalam kelompok Kalimantan Timur. Jurnal
pertumbuhan lambat. Fenomena ini juga Penelitian Dipterokarpa. Vol 5 No.
dapat dijadikan acuan dalam kegiatan 2 : 21 – 36.
pemanenan tanaman pada akhir daur.
Kelompok tanaman dengan pertumbuhan
cepat diprediksi mempunyai diameter dan
27
Jurnal Hutan Tropika (ISSN: 1693-7643)
Vol. XII No.1, Juni 2017. Hal. 19-28

Balitan. 2012. Lahan Gambut Indonesia : Prijanto P. 2016. Kajian Aspek Vegetasi
Pengertian, Istilah, Definisi dan dan Kualitas Tanah Sistem
Sifat Tanah Gambut. Jakarta. Silvikultur Tebang Pilih Tanam
Badan Penelitian dan Jalur. Studi Kasus di Areal PT Sari
Pengembangan Pertanian, Bumi Kusuma, Kalimantan
Kementerian Pertanian RI, Jakarta. Tengah (Disertasi). Bogor:
Brown, S. 1997. Estimating biomass Program Pascasarjana IPB.
change of tropical forest a primer. Qirom, M. A., Supriyadi dan A. Susianto.
FAO Forestry Paper No.134. FAO 2013. Model Penduga Tinggi Dan
USA. Diameter Berdasarkan Umur
Burkhart, H.E. 2003. Suggestion for Tanaman Jenis Balangeran Di
choosing an appropriate level for Kalimantan Tengah. Prosiding
modelling forest stand. In Amaro Ekspose Hasil Penelitian “30
A, Reed D, Soares P, editors. Tahun BPK Banjarbaru dalam
Modelling Forest System. CABI Pembangunan Kehutanan.
Publishing. Kementerian Kehutanan Badan
DNPI. 2012. Ringkasan Eksekutif: Penelitian dan Pengembangan
Definisi Gambut di Indonesia - Kehutanan Pusat Litbang
Menjembatani Ilmu untuk Peningkatan Produktivitas Hutan.
Kebijakan . Draft usulan edisi 3 2014.ISBN : 978-602-17334-4-8:
Agustus 2012. Dewan Nasional 84-94.
Perubahan Iklim, Jakarta. Rachmanadi, D. 2012. Teknik Penanaman
Finkeldey R. 1989. An Introduction to Balangeran. Hal 41-54. Dalam S.
Tropical Forest Genetic. Institute Tjuk, S. Hadi dan E. Savitri (ed).
of Forest Genetics and Forest Tree Budidaya Shorea balangeran di
Breeding, Goettingen, Germany. Lahan Gambut.Cetakan Pertama.
Hauhs M., F.J. Knauft., dan H. Lange. Balai Penelitian Kehutanan,
2003. Algorithmic And Interactive Kalimantan Selatan.
Approaches To Stand Growth Radonja. P.J., Koprivica. M.J., dan
Modelling. In Amaro A, Reed D, Lavadinovic. V.S. 2003.
Soares P, editors. Modelling Forest Modelling current annual height
System. CABI Publishing. increment of young Douglas-fir
Martawijaya, A., I. Kartasujana, Ginting, stands at different site. In Amaro
1989. Kayu perdagangan A, Reed D, Soares P, editors.
Indonesia. Sifat dan Kegunaanya. Modelling Forest System. CABI
Badan Litbang Departemen Publishing.
Kehutanan, Jakarta. Rahmanto, B. 2012. Potensi jenis-jenis
Nyland. R.D. 1996. Silviculture Concepts hama dan penyakit pada tanaman
and Aplications. New York: balangeran. Budidaya Shorea
McGraw Hill Companies, Inc. balangeran di Lahan Gambut.
Pollet., A dan Nasrullah. 1994. Kementerian Kehutanan. Badan
Penggunaan Metode Statistika Penelitian dan Pengembangan
untuk Ilmu Hayati. Gadjah Mada Kehutanan, Banjarbaru. 76-89.
University Press, Yogyakarta.
POLA DISTRIBUSI DIAMETER (Cakra Birawa dan Wahyudi) 28

Sampang, 2015. Analisis Ketahanan Wibisono I. T. C., Siboro L., Suryadiputra


Beberapa Jenis Tanaman terhadap I. N.N., 2005. Panduan
Penggenangan di Lahan Rawa Rehabilitasi dan Teknik Silvikultur
Gambut Kabupaten Pulang Pisau, di Lahan Gambut. Wetlands
Provinsi Kalimantan Tengah. International
Tesis. Program Pasca Sarjana Yuwati, T.W., Rachmanadi, D., Santosa,
PSAL Universitas Palangka Raya. P. B dan Rusmana. 2013. 30
Tidak Dipublikasi. Tahun Balai Penelitian Kehutanan
Setyo, R., Rusmana dan B. Leksono. Banjarbaru : Kontribusi Pada
2012. Strategi Pemuliaan Shorea Rehabilitasi Ekosistem Rawa
balangeran untuk penghasil Kayu Gambut. Prosiding Ekspose Hasil
Pertukangan. Hal 90-110 . Dalam Penelitian “30 Tahun BPK
S. Tjuk, S. Hadi dan E. Savitri Banjarbaru dalam Pembangunan
(ed). Budidaya Shorea balangeran Kehutanan. Kementerian
di Lahan Gambut.Cetakan Kehutanan Badan Penelitian dan
Pertama. Balai Penelitian Pengembangan Kehutanan Pusat
Kehutanan, Kalimantan Selatan. Litbang Peningkatan Produktivitas
Subagyo H. 2006. Klasifikasi dan Hutan. 2014.ISBN : 978-602-
Penyebaran Lahan Rawa. Di 17334-4-8: 48-59.
dalam: Suriadikarta, D.A.,U.
Kurnia, Mamat H.S., W. Hartatik,
D. Setyorini, editor. Karakteristik
dan Pengelolaan Lahan Rawa.
Balai Besar Penelitian Dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian, Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian. Bogor.
Edisi ke-1;1-22.
Wahyudi. 2011. Indonesian Tropical
Forest, Biodiversity Conservation
and Ecotourism Development. In
the: Proceeding of the International
German Alumni Summer School
of Biodiversity Management and
Tourism Development. Cuvillier
Verlag Goettingen, Germany.
Wahyudi dan S. Panjaitan, 2011. Model
Pertumbuhan Diameter Tanaman
Jabon (Anthocephallus cadamba).
Jurnal Bionatura Universitas
Padjadjaran Vol.15, No.1.

You might also like