Resume Fiqh Bank, Rente Fee

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 8

PENDALAMAN MATERI

(LembarKerjaResume Modul)

A. Nama : Muhammad Rafik, S.Pd.I


B. Judul Modul : Fiqh
C. Kegiatan Belajar : Bank, Rented an Fee (KB 3)
A. Refleksi : Setelah membaca dan mempelajari materi Fiqh (KB 3 ) tentang
Bank, rente fee dan hukum bunga bank

BANK, RENTE DAN


FEE

Konsep Bank Rente atau Konsep Riba Konsep Fee dalam


dalam Ajaran Bunga Bank dalam Ajaran Ajaran Islam
Islam Islam

Pengertian Pengertian, Pengertian


Pengertian Rente atau Jenis dan dan Hukum
Bank Bunga Bank Hukum Riba Fee

Bank Tahapan
Hukum Rente
Syariah Pengharaman
atau Bunga
Bank Riba

Hikmah
Ikhtilaf Hukum
Bunga Bank Keharaman
Riba

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


1 Konsep(Beberapa istilah Uraian
dan definisi) di KB BANK,RENTE DAN FEE

A. Konsep Bank Dalam Islam


1. Pengertian Bank
Dalam Ensiklopedia Indonesia, bank atau
perbankan adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang dengan tujuan
memenuhi kebutuhan kredit dengan modal sendiri atau
orang lain.
Ada dua jenis Bank di Indonesia, yaitu bank
konvensional dan bank syariah.
Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan
kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan
jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank
Perkreditan Rakyat.
Sedangkan Bank Syariah adalah Bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip
Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Bank Konvensional adalah lembaga keuangan yang
fungsi utamanya untuk menghimpun dana yang
kemudian disalurkan kepada orang atau lembaga yang
membutuhkannya guna investasi (penanaman modal)
dan usaha-usaha yang produktif dengan sistem bunga.
Bank Syariah adalah suatu lembaga yang fungsi
utamanya menghimpun dana untuk disalurkan kepada
orang atau lembaga yang membutuhkannya dengan
sistem tanpa bunga. Contohnya Bank Muamalat.

2. Bank Syariah
Bank Syariah adalah sebuah Lembaga keuangan
yang melakukan penghimpunan dana nasabah dan
menginvestasikannya dengan tujuan membangkitkan
ekonomi masyarakat muslim dan merealisasikan
hubungan kerja sama Islami berdasarkan syariah islam.
prinsip-prinsip syariah yang dikembangkan dalam
rangka menghindari bunga bank adalah sebagai berikut:
a. wadiah yaitu titipan uang, barang dan surat-surat
berharga.
b. mudharabah (kerja sama antara pemilik modal
dengan pelaksana).
c. musyarakah/syirkah (persekutuan)
d. murabahah (jual beli barang dengan tambahan harga
atas dasar harga pembelian yang pertama secara
jujur).
e. Qard hasan (pinjaman yang baik).
f. Ijarah, yaitu akad sewa-menyewa antara satu atau
dua orang, atau antara satu lembaga dengan lembaga
lain berdasarkan prinsip syariah.
g. Hiwalah, yaitu akad perpindahan utang dari si A
kepada B atau C yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.

B. Rente atau Bunga Bank


1. Pengertian Rente atau Bunga Bank
Rente adalah istilah yang berasal dari bahasa
Belanda yang berarti bunga. Fuad Muhammad
Fachruddin mendefinisikan bahwa rente ialah
keuntungan yang diperoleh perusahaan bank, karena
jasanya meminjamkan uang untuk melancarkan
perusahaan orang yang meminjam.
Bunga adalah sejumlah uang yang dibayar atau
tambahan untuk penggunaan modal. Jumlah tersebut
misalnya dinyatakan dengan satu tingkat atau
prosentase modal yang berkaitan dengan itu dan biasa
dinamakan suku bunga modal.
Bank (perbankan) adalah suatu lembaga keuangan
yang usaha pokoknya adalah simpan-pinjam,
memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang, dengan tujuan
memenuhi kredit dengan modal sendiri atau orang lain.
Tidaklah diragukan bahwa sistem rente seperti itu
termasuk perbuatan terkutuk dan haram hukumnya
karena di dalamnya terdapat unsur penganiayaan dan
penindasan terhadap orang-orang yang membutuhkan
dan praktek ini telah dipraktekkan sejak zaman
jahiliyah..
Keharaman rentenir jelas karena termasuk
kategori riba yang diharamkan, di dalamnya terdapat
kelebihan yang merugikan pihak peminjam, sehingga
pihak peminjam merasa teraniaya dan tertindas.
Dalil yang dijadikan dalil tentang keharaman riba
terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 275:

Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan


mengharamkan riba.” (QS. al-Baqarah: 2/275).

Syekh dan seorang mufti Sayyid Thantawi


menyatakan bahwa bunga deposito berjangka di bank
yang ditetapkan besar persentasenya terlebih dahulu itu
tidak haram menurut Islam. Fatwa ini sejalan dengan apa
yang ditulis oleh Rasyid Ridha dalam Tafsit al-Manar:

“Tidak termasuk riba seseorang yang memberikan


kepada orang lain uang untuk diinvestasikan sambil
menentukan baginya dari hasil usaha tersebut
kadar tertentu. Karena transaksi semacam ini
menguntungkan bagi pemilik dan pengelola modal.
Sedangkan riba yang diharamkan itu merugikan
salah satu pihak tanpa alasan serta
menguntungkan pihak lain tanpa usaha.”

Konsep bunga bank terdapat perbedaan sikap para


ulama dalam menghukuminya. terdapat empat kelompok
ulama tentang hukum bunga bank.
a. kelompok muharrimun (kelompok yang
menghukuminya haram secara mutlak).
b. Kelompok yang mengharamkan jika bersifat
konsumtif.
c. Muhallilun (kelompok yang menghalalkan)
d. kelompok yang menganggapnya syubhat
Berikut ini akan diuraikan empat kelompok ulama
seperti dimaksud:
a. Kelompok pertama ini antara lain Abu Zahra, Abu
A’la al-Maududi, M. Abdullah al-Araby dan Yusuf
Qardhawi, Sayyid Sabiq, Jaad al-Haqq Ali Jadd al-
Haqq dan Fuad Muhammad Fachruddin. Mereka
berpendapat bahwa bunga bank itu riba nasiah yang
mutlak keharamannya oleh karena itu, umat Islam
tidak boleh berhubungan dengan bank yang
memakai sistem bunga, kecuali dalam keadaan
darurat.
Yusuf Qardhawi berbeda dengan yang lainnya,
menurutnya tidak dikenal istilah darurat dalam
keharaman bunga bank, keharamannya bersifat
mutlak.
b. Kelompok yang antara lain Mustafa A. Zarqa. Beliau
berpendapat bahwa riba yang diharamkan adalah
yang bersifat konsumtif seperti yang berlaku pada
zaman jahiliyah sebagai bentuk pemerasan kepada
kaum lemah yang konsumtif berbeda yang bersifat
produktif tidaklah termasuk haram.
c. Kelompok antara lain A. Hasan (persis). Beliau
berpendapat bahwa bunga bank (rente) seperti yang
berlaku di Indonesia bukan termasuk riba yang
diharamkan karena tidak berlipat ganda
d. Kelompok Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam
muktamar di Sidoarjo 1968 memutuskan bahwa
bunga yang diberikan oleh bank kepada para
nasabahnya atau sebaliknya termasuk perkara
syubhat (belum jelas keharamannya).

C. Konsep Riba dalam Ajaran Islam


1. Pengertian, Jenis dan Hukum Riba
Secara bahasa, kata riba berarti tambahan. Dalam
istilah hukum Islam, riba berarti tambahan baik berupa
tunai, benda, maupun jasa yang mengharuskan pihak
peminjam untuk membayar selain jumlah uang yang
dipinjamkan kepada pihak yang meminjamkan pada
waktu pengembalian uang pinjaman, semakin lama
waktu pembayaran semakin besar pula tambahannya.
Hukum riba secara jelas adalah haram. Keharaman
riba, pada hakekatnya adalah penghapusan
ketidakadilan dan penegakan keadilan dalam ekonomi.
Penghapusan riba dalam ekonomi Islam dapat dimaknai
sebagai penghapusan riba yang terjadi dalam jual beli
dan hutang-piutang.
Menurut Satria Effendi, riba nasiah adalah tambahan
pembayaran atas jumlah modal yang disyaratkan lebih
dahulu yang harus dibayar oleh si peminjam kepada
yang meminjam tanpa resiko sebagai imbalan dari jarak
waktu pembayaran yang diberikan kepada si peminjam.
riba nasiah mengandung tiga unsur.
 Terdapat tambahan pembayaran atau modal yang
dipinjamkan.
 Tambahan itu tanpa resiko kecuali sebagai imbalan
dari tenggang waktu yang diperoleh si peminjam.
 Tambahan itu disyaratkan dalam bentuk pemberian
piutang dan tenggang waktu. Bandingkan dengan
kasus lain.

2. Tahapan Pengharaman Riba


Pada periode Mekkah turun firman Allah swt
surat al-Rum ayat 39 tentang riba.

Artinya: Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu


berikan agar dia bertambah pada harta manusia, Maka
riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan
untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat
demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).(QS.: 30/39)
Pada periode Madinah turun ayat yang secara
jelas dan tegas tentang keharaman riba, terdapat dalam
surat Ali Imran ayat 130

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah
kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.(QS: 3/130).
Ayat terakhir yang memperkuat keharaman riba
terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 278-279:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah


kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka
jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba),
Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan
memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu
tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.(
Baqarah/2: 278-279).
Dua ayat terakhir di atas mempertegas sebuah
penolakan secara jelas terhadap orang yang
mengatakan bahwa riba tidak haram kecuali jika
berlipat ganda. Allah tidak memperbolehkan
pengembalian hutang kecuali mengembalikan modal
pokok tanpa ada tambahan.
Tahap-tahap pelarangan riba dalam al-Qur'an
dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Bahwa riba akan menjauhkan kekayaan dari
keberkahan Allah, sedangkan shodaqoh akan
meningkatkan keberkahan berlipat ganda (QS. Ar-
Rum: 39).
 Pada awal periode Madinah, praktik riba dikutuk
dengan keras, sejalan dengan larangan pada kitab-
kitab terdahulu.
 Keharaman riba dikaitkan pada suatu tambahan
yang berlipat ganda (QS. Ali Imran: 130).
 Merupakan tahap terakhir yang dengan tegas dan
jelas Allah mengharamkan riba, menegaskan
perbedaan yang jelas antara jual beli dan riba dan
menuntut kaum Muslimin agar menghapuskan
seluruh hutang-pihutang yang mengandung riba
(QS. Al-Baqarah: 278-279).

3. Hikmah Keharaman Riba


Wahbah Zuhaili juga mengungkapkan hikmah
keharaman riba yaitu mengakibatkan kesusahan bagi
orang-orang yang membutuhkan, mematikan unsur-
unsur kasih sayang dan rahmat bagi manusia,
menghilangkan nilai tolong-menolong dalam kehidupan,
eksploitasi orang kaya terhadap orang miskin, dan
menyebabkan mudharat yang besar bagi masyarakat.
Jika uang telah menjadi barang komersial dengan
tambahan tambahan ribawi baik secara tunai maupun
tidak, maka rusaklah sistem penilai barang-barang yang
seharusnya bersifat terbatas dan tetap, tidak naik dan
tidak turun.

D. Konsep Fee dalam Ajaran Islam


Fee artinya pungutan dana yang dibebankan kepada
nasabah bank untuk kepentingan administrasi, seperti
keperluan kertas, biaya operasional, dan lain-lain.
Bagi kelompok ulama yang mengharamkan bunga
bank, maka mereka pun mengharamkan fee, karena
berarti itu kelebihan, yaitu dengan mengambil manfaat
dari sebuah transaksi utang piutang. Tegasnya, mereka
menganggap fee adalah riba, meskipun fee itu
digunakan untuk dana operasional.
Sedangkan ulama yang menghalalkan bunga bank
dengan alasan keadaan bank itu darurat atau alasan
lainnya, mereka pun mengatakan bahwa fee bukan
termasuk riba, oleh karena itu hukumnya boleh selain
alasan bahwa tanpa fee, maka bank tidak bisa
beroperasi maka keberadaan sesuatu sebagai alat sama
hukumnya dengan keberadaan asa

Daftarmateripada Daftar materi yang sulit dipahami adalah tentang Rente dan
2
KByangsulit dipahami Fee

Daftarmateriyangsering
Daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi dalam
3 mengalami miskonsepsi
pembelajaran adalah tentang fee dan bunga bank.
dalam pembelajaran

You might also like