C217-224 Emi Erawati
C217-224 Emi Erawati
C217-224 Emi Erawati
ABSTRACT
Pyrolysis is warm up biomass process without oxygen. In the pyrolysis will be degradation
complex compound become bio-oil, gas, and char. Husk rice is used as raw material. The pyrolysis
tools series are reactor, cyclone, condenser, bio-oil storage, thermocouple, thermocontrole, open
manometer, LPG storage and gas storage. Husk rice is screening become 40 mesh. Husk rice is dried
for 8 hours until the average of moisture is 10%. One kg of dry husk rice and 0.25 kg of zeolite are
entered to reactor and closed. Pyrolysis has been carried out at the temperature of 400, 450, 500, 550
and 600°C and variation of composition husk rice to zeolite of 1 : 1/8; 1 : ¼; 1 : ½; 1 : ¾; and 1 : 1.
The result of pyrolysis is cooled by ice and storage in the bio-oil storage. Bio-oil composition is
measured by GC-MS. Non condensable liquid is stored by gas storage. The gas temperature are
measure by thermocouple, pressure by open manometer, and the gas composition by portable gas
analyzer. Based on the research the optimal temperature is 600°C. In the 600°C of temperature
variation bio oil, bio-char, and gas yield are 38.24, 46.59, and 15.18 (% mass) respectively. In the
mass composition of the husk rice to zeolite is produced bio-oil, bio char and gas are 41.81, 28.69,
and 29.50 (% mass) respectively. From GC-MS the highest chemical compound of crotanaldehide was
obtained at pyrolysis temperature of 400°C and acetic acid at temperature of 450-600°C. The average
composition of the resulting portable gas analyzer consists of CO2 (34.0875), CO (8.1173), O2
(3.2250), CH3 (0.8788), NO (0.2788), SO2 (0.2850) and NO2 (0.070 %volum).
PENDAHULUAN
Jati (Tectona grandits) merupakan salah satu spesies pohon komersial yang memiliki nilai jual
tinggi karena telah dikenal sebagai bahan baku plywood, lantai, furniture dan kerajinan. Berdasarkan
data dari Perum Perhutani Jawa Tengah, produksi kayu jati di Jawa Tengah pada bulan Februari Tahun
2011 adalah sebesar 35.654 m3. Produksi kayu jati untuk wilayah Surakarta sebesar 2.500 m3. Dengan
asumsi bahwa produksi limbah kayu gergajian sebesar 50% dan serbuk gergajian sebesar 15% maka
besarnya limbah kayu gergajian yang dihasilkan adalah sebesar 5.348,1m3.
Umumnya sebagian limbah serbuk gergaji ini hanya digunakan sebagai bahan bakar tungku,
atau dibakar begitu saja, sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Dengan cara pirolisis,
serbuk gergaji kayu jati yang belum termanfaatkan secara optimal dapat diolah menjadi suatu produk
yang bernilai ekonomis baik asap cair, gas, atau char.
Kayu jati memiliki nama botani Tectona grandits L.f. Di Indonesia kayu jati memiliki berbagai
jenis nama daerah yaitu delek, dodolan, jate, jatih, jatos, kiati, dan kulidawa. Kayu ini merupakan
salah satu kayu terbaik di dunia. Pohon jati tumbuh baik pada tanah sarang terutama tanah yang
mengandung kapur pada ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut, di daerah dengan musim kering
dan jumlah curah hujan rata-rata 1200-2000 mm per-tahun. Banyak terdapat di seluruh Jawa, Sumatra,
Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Lampung. Pohon jati dapat tumbuh mencapai tinggi 45 m dengan
panjang batang bebas cabang 15-20 m, diameter batang 50-220 mm, bentuk batang beralur, dan tidak
teratur.
Kayu jati memiliki serat yang halus dengan warna kayu mula-mula sawokelabu, kemudian
berwarna sawo matang apabila lama terkena cahaya mataharidan udara. Serat kayu memiliki arah yang
lurus dan kadang-kadang terpadu,memiliki panjang serat rata-rata 1316 μm dengan diameter 24,8μm,
dan tebal dinding 3,3μm. Struktur pori sebagian besar soliter dalam susunan tata lingkaran, diameter
20-40μm dengan frekuensi 3-7 per-mm². Karena sifat-sifatnya, kayu jati merupakan jenis kayu yang
paling banyak dipakai untuk berbagai keperluan. Pada industri pengolahan kayu, jati diolah menjadi
C-217
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014
kayu gergajian, plywood, blackbord, dan particleboard. Ada beberapa sifat kayu yang perlu dipahami
untuk pertimbangan dalam penentuan jenis kayu yang akan digunakan. Menurut Fengel and Wengener
(1995) sifat-sifat kayu tersebut adalah sifat kimia, sifat fisik, sifat higroskopik, dan sifat mekanik kayu.
Sifat-sifat kayu jati secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.
Pirolisis adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya oksigen sehingga terjadi penguraian
komponen-komponen penyusun kayu keras. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa apabila
serbuk gergaji kayu dipanaskantanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang cukup tinggi,
maka akan terjadi reaksi penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang menyusun kayu kerasdan
menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan dan gas (Wazyka dkk, 2000).
Pirolisis dipengaruhi oleh waktu, kadar air bahan, suhu, dan ukuran bahan. Uraian lengkapnya
sebagai berikut:
1. Kadar air umpan yang tinggi menyebabkan waktu pirolisis menjadi lama dan hasil cair
menjadi rendah konsentrasinya, tetapi keaktifan arang akan meningkat karena uap air dapat
berperan sebagai oksidator zat-zat yang melekat pada permukaan arang (Agra dkk, 1973).
2. Ukuran bahan terkait jenis bahan dan alat yang digunakan. Semakin kecil ukuran bahan luas
permukaan per satuan massa semakin besar, sehingga dapat mempercepat perambatan panas
keseluruh umpan dan frekuensi tumbukan meningkat misalnya serbuk gergaji cetak dipirolisis
denga diameter 1,5 cm (Budhijanto, 1993). Ukuran bahan juga berpengaruh terhadap kapasitas
pengolahan.
3. Suhu proses yang tinggi akan menurunkan hasil arang, sedangkan hasil cair dan gas
meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya zat-zat yang terurai dan teruapkan.
Pirolisis serbuk gergaji kayu memerlukan suhu 4560C (Budhijanto, 1993).
Menurut Tahir (1992) dalam Wibowo (2013), pada proses pirolisis dihasilkan tiga macam
penggolongan produk yaitu gas-gas yang dikeluarkan pada proses karbonisasi ini sebagian besar
berupa gas CO2 dan sebagian lagi berupa gas-gas yang mudah terbakar seperti CO, CH4, H2 dan
hidrokarbon tingkat rendah lain, Destilat berupa asap cair komposisi utama dari produk yang
tertampung adalah metanol dan asam asetat dan arang (bio-char). Asap cair menurut Darmadji (1997)
merupakan campuran larutan dari dispersi asap kayu dalam air yang dibuat dengan
mengkondensasikan asap hasil pirolisis kayu. Asap cair mengandung berbagai senyawa yang terbentuk
karena terjadinya pirolisis tiga komponen kayu yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Lebih dari 400
senyawa kimia dalam asap telah berhasil diidentifikasi. Komponen-komponen tersebut meliputi asam
yang dapat mempengaruhi citarasa, pH, dan umur simpan produk asapan; karbonil yang bereaksi
C-218
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014
dengan protein dan membentuk warna coklat dan fenol yang merupakan pembentuk utama aroma dan
menunjukkan aktivitas antioksidan. Selain itu Fatimah (1998) menyatakan golongan-golongan
senyawa penyusun asap cair adalah air (11-92%), fenol (0,2-2,9%), asam (2,8-9,5 %), karbonil (2,6-
4,0%) dan tar (1-7%).
Tujuan dari penelitian adalah mengetahui persentase senyawa-senyawa dan sifat fisis asap cair
hasil pirolisis serbuk gergaji kayu jati, mengetahui persentase senyawa gas hasil pirolisis serbuk
gergaji kayu jati dengan penambahan katalis zeolit, dan mengetahui pengaruh variasi perbandingan
katalis zeolit dan suhu terhadap yield asap cair, gas, dan char hasil pirolisis serbuk gergaji kayu jati.
METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan adalah serbuk kayu jati. Rangkaian alat pirolisis digunakan dalam
penelitian ini. Serbuk kayu jati dipirolisis dengan variasi suhu dan perbandingan katalis. Variasi suhu
yang digunakan adalahh 400, 450, 500, 550, dan 600°C dan perbandingan massa kayu jati dan zeolit
yaitu 1:1/8, 1:1/4, 1:1/2, 1:3/4, dan 1:1. Kayu jati diayak untuk menghasilkan ukuran 40 mesh.
Kemudian menimbang kayu jati sebanyak 1 kg. setelah itu kayu jati di oven selama 8 jam sampai
beratnya konstan. Kayu jati yang sudah kering dan zeolit 250 gram dimasukan kedalam reaktor dan
ditutup rapat. Proses pirolisis dijalankan pada masing-masing suhu variasi. Untuk variasi
perbandingan massa kayu jati dan zeolit, variasi 1:1/8 berarti 1kg kayu jati dan 250 gram zeolit. Dan
seterusnya untuk variasi perbandingan yang lain.
PEMBAHASAN
Pirolisis merupakan suatu reaksi dengan tiga tahap penting yaitu tahap memulai, tahap
perambatan, dan tahap penghentian. Pada tahap memulai akan terjadi pemutusan rantai ikatan yang
lemah karena adanya kenaikan suhu. Radikal bebas yang telah terbentuk pada tahap perambatan akan
terpecah lagii membentuk radikal bebas baru yang lebih kecil, atau senyawa stabil (Sabarodin dan
Dewanto, 1998)
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan asap cair adalah serbuk kayu jati yang telah
mengalami proses pirolisis dimana kayu jati dibakar dalam sebuah reaktor dengan suhu pemanasan
yang berbeda yaitu 400, 450, 500, 550, dan 600oC.
Gambar 1. Asap cair Serbuk Kayu Jati pada Suhu 400, 450, 500, 550, dan 600oC
Yield asap cair, gas, dan char yang dihasilkan pada proses pirolisis kayu jati disajikan pada
Gambar 2. Menurut Gercel (2002) pada suhu 400°C terjadi dekomposisi secara lambat sehingga gas
dan char menjadi komponen utama. Hal ini juga terlihat pada Gambar 2 yield asap cair yang
dihasilkan sebesar 28,94%, gas 24,47%, dan char 46,59%. Yield yang dihasilkan dari pirolisis kayu
jati lebih rendah dibandingkan dengan penelitian yang sudah dilakukan Tranggono et al (1996) dalam
Wijaya, dkk (2008) yang melakukan penelitian pirolisis dengan beberapa jenis kayu yang
menghasilkan yield asap cair rata-rata sebesar 49,1%. Gercel juga mengatakan bahwa semakin tinggi
C-219
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014
suhu dari 400-550°C yield asap cair akan semakin meningkat. Dalam penelitian ini pada suhu 400-
600°C yield asap cair naik dari 28,94% menjadi 38,24%.
Yield bio-
Yield bio- char, 450,
char, 400, Yield bio-
Yield bio-
065 char, Yield bio-
500,
062 char, 550,
058char,
056
600,
053
Yield bio-oil
Yield (%)
Yield bio-oil,
Yield bio-oil,
Yield600,
Yield 038
bio-oil,
bio-char
Yield bio-oil, 550,
500, 033035
400, 029 Yield bio-oil,Yield gas
450, 026
Jumlah yield asap cair yang dihasilkan pada proses pirolisis sangat bergantung pada jenis
bahan baku yang digunakan dan juga bergantung pada sistem kondensasi yang dipakai. Kondisi ini
sesuai dengan yang dikemukakan Tranggono et al (1996) dalam Wijaya, dkk (2008) bahwa untuk
pembentukan asap cair digunakan air sebagai medium pendingin agar proses pertukaran panas dapat
terjadi dengan cepat. Proses kondensasi akan berlangsung secara optimal apabila air di dalam sistem
pendingin dialirkan secara terus-menerus sehingga suhu dalam sistem tersebut tidak meningkat.
Seperti yang dikemukakan Demirbas (2005) bahwa asap cair hasil pirolisis bahan kayu dapat
dihasilkan secara maksimum jika proses kondensasinya berlangsung secara sempurna, sehingga pada
penelitian kami menggunakan pendingin air yang ditambah dengan es pada suhu 5 oC. Yield bio-char
yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 2. Semakin tinggi suhu, maka zat terurai semakin banyak
sehingga bio-char yang dihasilkan semakin menurun. Pada suhu 6000C didapatkan bio-char sebesar
46,59%. Bio-char yang dihasilkan pada suhu 400, 450, 500, 550, dan 6000C sudah sesuai dengan
standar SNI 01-1682-1996, berwarna hitam merata.
Hasil penelitian pada variasi perbandingan massa umpan kayu jati dan katalis zeolit,
digunakan bahan baku kayu jati sebanyak 1 kg, dan massa zeolit bervariasi yaitu 125, 250, 500, 750,
dan 1000 g pada suhu pemanasan 600oC. Hasil pirolisis pada variasi perbandingan katalis disajikan
pada Gambar 3.
Yield bio-
char, 125,
065
Yield bio-
char, 250, Yield bio- Yield bio-oil,
Yield
Yield bio-oil
Yield bio-oil, Yield bio-oil,
Yield (%)
Yield
047 bio-oil, bio-
1000, 042
char, 500, 750, 040
250, 038 500, 039 Yield
char, bio-char
750,
Yield
Yield bio-oil, 039 Yieldbio-
gas,
035
Yield char,
gas, 1000,
125, 028 Yield gas, Yield 1000,
gas 030
750, 025 029
Yield gas, 500, 022
250, 015
Yield gas,
125, 007Massa Zeolit (gram)
Gambar 3. Pengaruh Perbandingan Massa Kayu Jati 1 kg dan Variasi Massa Zeolit
C-220
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014
Dari Gambar 3 menunjukan bahwa semakin besar massa zeolit yang ditambahkan, maka yield
asap cair dan gas yang dihasilkan semakin besar, sedangkan yield bio-char yang dihasilkan semakin
menurun. Yield asap cair terbesar dihasilkan pada variasi massa zeolit 1000 gram sebesar 41,81%.
Proses pirolisis yang kami lakukan berhenti pada menit ke-120. Berhentinya proses pirolisis ditandai
dengan berhentinya tetesan asap cair yang dihasilkan. Waktu reaksi penelitian kami lebih cepat
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Febri dan Novesar (2013) dimana waktu reaksi yang
dibutuhkan yaitu 210 menit. Suhu tetesan pertama asap cair yang dihasilkan pada penelitian kami
yaitu pada suhu 90oC, lebih rendah dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Febri dan Novesar
(2003) yaitu pada suhu 120oC. Sifat-sifat fisik asap cair pada variasi suhu dan perbandingan katalis
dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Nilai Densitas, pH, Viskositas, Warna dan Kandungan Air Asap Cair
pada Variasi Suhu Pemanasan
Suhu ( ˚C ) ρ (g/mL) pH μ (g/cm.s) Warna Kandungan
Air (%)
400 1,037 2,5 0,0599 Merah Tua 95
450 1,0386 2,5 0,0618 Merah Tua 94
500 1,0367 2,6 0,0584 Merah Tua 94
550 1,0349 2,6 0,0577 Merah Tua 93
600 1,0345 2,6 0,0575 Merah Tua 91
Tabel 3. Nilai Densitas, pH, Viskositas, dan Warna Asap cair Variasi Perbandingan Zeolit
Massa Zeolit ( ρ (g/mL) pH μ (g/cm.s) Warna Kandungan
g) Air
125 1,0371 2,6 0,0615 Merah Tua 95
250 1,0345 2,6 0,0616 Merah Tua 91
500 1,0367 2,7 0,0607 Kuning Tua 95
750 1,0351 2,6 0,0613 Kuning Tua 92
1000 1,0346 2,6 0,0603 Kuning Tua 92
Nilai pH asap cair yang dihasilkan pada pirolisis kayu jati pada variasi suhu pemanasan yaitu
2,5-2,6. Hal ini menunjukan bahwa asap cair masih banyak mengandung komponen asam yang tinggi
terutama komponen asam asetat. Begitu juga untuk variasi massa zeolit pH tidak mengalami
perubahan yang drastis. pH yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan penelitian yang
dilakukan Wibowo (2013) yang melakukan penelitian pirolisis dari kayu sengon pada suhu 400, 450,
dan 500oC yang menghasilkan pH berturut-turut 2,91, 2,85, dan 2,83.
Densitas asap cair dipengaruhi oleh suhu pemanasan. Pada variasi suhu pemanasan, semakin
tinggi suhu maka densitas dari asap cair yang dihasilkan semakin rendah. densitas tertinggi dihasilkan
pada suhu 450oC yaitu sebesar 1,0386 g/mL. Hasil ini juga lebih rendah dibandingkan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2013) dengan menggunakan kayu sengon yang menghasilkan
densitas asap cair pada suhu 450oC sebesar 1,116 g/mL.
Viskositas menjelaskan ketahanan internal fluida untuk mengalir. Semakin rendah viskositas
suatu fluida, semakin besar pula pergerakan dari fluida tersebut.Viskositas terbesar terdapat pada suhu
450oC dan massa zeolit 250 gram sebesar 0,0618 g/cm.s dan 0,0616 g/cm.s.
Berdasarkan Gambar 1 asap cair yang dihasilkan dari pirolisis kayu jati berwarna kuning tua
sampai merah tua. Warna asap cair sebelum disaring merah kehitaman karena asap cair masih
mengandung tar yang lumayan banyak dimana tar sendiri berwarna hitam pekat dan kental. Menurut
Graham dkk. (1994) pada suhu 700°C gas-gas yang dihasilkan pada pirolisis terdiri dari H2, CO, CO2,
C2H4, C3H6, C2H6. Sedangkan hasil gas-gas yang dihasilkan pada proses pirolisis kayu jati dapat
dilihat pada Tabel 4. Dari hasil uji Portable Gas Analyzer didapatkan bahwa gas hasil pirolisis kayu
jati masih banyak mengandung CO2, dan gas CO. Kadar gas hasil pirolisis kayu jati lebih rendah
C-221
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014
dibandingkan dengan penelitian Graham dkk. (1994) dengan komposisi CO (39,8% volum), H2 (0,9%
volum), CO (3,7% volum), dan C2H4(3,8%).
Asap cair yang dihasilkan pada pirolisis kayu jati selanjutnya diuji komposisinya dengan
menggunakan GC-MS.Komposisi asap cair dapat dilihat pada Tabel 5.
Kadar (%)
Komponen
400°C 450°C 500°C 550°C 600°C
Asam Asetat - 22,17 24,76 22,04 26,90
Krotonaldehida 21,39 - - - -
Asam Formit, etenil ester 15,25 - 14,33 14,70 -
Aseton 1,84 1,55 1,55 1,52 -
2 butanon 0,24 4,31 8,40 8,97 7,33
Metil Etil Keton 11,64 0,61 - - -
Etilen Glikol - 11,55 - - 12,03
Metil Asetat - - 8,71 - 1,75
Asam asetat, metil ester 10,18 2,21 - 6,23 -
2,3-butanadion - 6,49 - 0,60 7,26
Dari hasil analisis GC-MS dapat dilihat bahwa asap cair yang dihasilkan pada suhu 400-
600oC masih banyak mengandung komponen asam asetat yang asam asetat yang dikombinasikan
dengan hidrogen berperan penting dalam memproduksi etanol, dimana dua pertiga energi di dalam
etanol berasal dari asam asetat, dan sepertiganya berasal dari penambahan hydrogen. Selain itu
terdapat beberapa komponen yang mudah terbakar yaitu benzena, butanon, propanol, heksanol, aseton.
Sehingga asap cair hasil pirolisis kayu jati sangat mungkin digunakan sebagai bahan bakar karena
mengandung senyawa yang mudah terbakar. Akan tetapi diperlukan proses pemisahan lebih lanjut agar
komponen yang memiliki sifat mudah terbakar tersebut dapat diperoleh tanpa kandungan senyawa lain
yang tidak bersifat mudah terbakar seperti asam asetat.
Kandungan senyawa yang umum dihasilkan dari proses pirolisis yang bersifat tidak mudah
terbakar adalah asam asetat. Senyawa ini terbentuk akibat proses oksidasi di dalam sistem pirolisis
yaitu berasal dari senyawa keton yang mudah teroksidasi sehingga menjadi suatu asam.
Senyawa fenol tertinggi terdapat pada suhu pemanasan 600oC sebesar 5,20%. Sedangkan
senyawa asetat tertinggi terdapat pada suhu pemanasan 600oC sebesar 26,90%. Yulistiani (1997)
mendapatkan kandungan senyawa fenolik sebesar 1,28% dalam asap cair tempurung kelapa.
Asap cair hasil pirolisis kayu jati terkandung pula senyawa alkohol sebesar 23,79%, senyawa
keton 24,31%, asam asetat 26,90%, aldehid 7,09%, karbonil 6,41%, dan benzena sebesar 0,53%. Hasil
C-222
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014
ini tidak jauh beda dengan yang diperoleh Gani, bahwa asap cair dari sampah organik padat
mengandung senyawa keton 27,9%, fenolik 23%, asam karboksilat 13%, alkohol 11,5%, ester 6,6%,
aldehid 4,9%, dan lain-lain 1%. Demikian juga halnya dengan hasil penelitian Bratzler et al. (1969),
bahwa komponen utama kondensat asap kayu, yaitu karbonil (24,6%), asam karboksilat (39,9%), dan
fenolik (15,7%). Hasil penelitian lain dilaporkan oleh Wanjala et al. 2002 dalam Chacha et al. (2005)
bahwa asap cair dari akar kayu Erythrina latissima mengandung beberapa senyawa alkaloid,
stilbenoid, lignan, dan flavonoid. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diyakini bahwa pada hampir semua
asap cair dari berbagai jenis kayu dijumpai adanya senyawa-senyawa golongan fenolik. Oleh karena
itu, asap cair dapat digunakan sebagai salah satu bahan pengawet alami yang bebas dari resiko
keracunan.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Suhu pemanasan optimal pirolisis kayu jati adalah 600oC dengan yield asap cair yang dihasilkan
sebesar 38,24%, char 46,59%, dan gas sebesar 15,18%.
2. Perbandingan massa umpan kayu jati dan zeolit optimal yaitu terjadi pada perbandingan 1 kg massa
kayu jati dan 1 kg massa zeolit dengan yield asap cair yang dihasilkan sebesar 41,81%., bio-char
28,69%, dan gas 29,50%.
3. pH rata-rata asap cair yaitu 2,56 dengan pH tertinggi sebesar 2,6 pada suhu 500, 550, dan 600oC ,
dan pH terendah sebesar 2,5 pada suhu 400oC dan 450oC.
4. Komposisi gas hasil pirolisis kadar terbesar yaitu CO2 sebesar 32,375%.
5. Komposisi asap cair terbanyak pada suhu 400oC adalah crotanaldehida sedangkan pada suhu
450,500, 550, dan 600oC adalah asam asetat.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VI
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah membiayai penelitian ini sesuai dengan Surat
Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor 007/K6/KL/SP/PENELITIAN/2014 tanggal 8 Mei
2014. Prof. Ir. Wahyudi Budi Sediawan, S.U., Ph.D. sebagai peneliti mitra pada program Hibah
Kerjasama Antar Perguruan Tinggi (Hibah Pekerti) dan Wawan Kurniawan yang membantu dalam
penelitian di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Agra, I.B., Warnijati, S., dan Arifin, Z., 1973, Karbonatasi Tempurung Kelapa Disertai Penambahan
Garam Dapur, Forum Teknik, 1-24.
Bratzler, L. J., Spooner, M.E., Weathspoon, J.B., and Maxey, J.A., 1969, Smokeflavours as Related to
Phenol, Carbonil, and Acid Content of Bologna. Journal of Food Science 34: 146-153.
Budhijanto, 1993, Pirolisis Serbuk Gergaji Cetak Secara Semibatch”, Penelitian S1, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Chacha, M, G., Moleta, B., and Majinda, R.R.T., 2005, Antimicrobial and Radical Scavenging
Flavonoids from the Steam Wood of Erythrina latissima, Phytochemistry, 66, 99-104.
Darmadji, P. (1996) Aktivitas antibakteri asap cair yang diproduksi dari bermacam-macam limbah
pertanian. Agritech, 16 (4), 19-22.
Demirbas, A., 2005, Pyrolysis of Ground Beech Wood in Irregular Heating Rate Conditions,
Analytical Applied and Pyrolysis Journal, 73, 39-43.
Fatimah, I., 2004, Pengaruh Laju Pemanasan Terhadap Komposisi BioFuel Hasil Pirolisis Serbuk
Kayu, Logika, 1.
Febri, J., Novesar., Z., 2003. Pengaruh Katalis dalam Pengolahan Limbah Plastik Low Density
Polyethilen (LDPE) dengan Metode Pirolisis, Jurnal Kimia Unand, 2.
Fengel, D., dan Wengener, G., 1995, Kayu, Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi Diterjemahkan oleh
Hadjono Sastrohamidjojo, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Graham, R.G., Bergougnou, M.A., dan Freel, B.A., 1994, The Kinetics of Vapour-Phase Cellulose
Fast Pyrolysis Reactions, Biomass and Bioenergy, 7, 33-47.
C-223
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014
Gercel, H.F., 2002, The Production And Evaluation of Bio-Oil from The Pyrolysis of Sun Flower-Oil
Cake, Biomass and Bioenergy, 23, 307-314.
Sabarodin, A dan Dewanto, A. 1998. Pembuatan Minyak Bakar dari Sampah Plastik Sebagai Sumber
Energi Alternatif. Fakultas Teknik UGM. Yogyakarta. Hal 9-12.
Sensoz, S., Angin, D., Yorgun, S. 2000, Influence of Particle Size on the Pyrolysis of Rapeseed
(Brassica napus L) : Fuel Properties of Asap cair.OsmangaziUniversity.Turkey.
Wijaya, M., Noor, E., Irawadi. T.T., Pari., G., 2008, Perubahan Suhu Pirolisis Terhadap Struktur
KimiaAsap Cair dari Serbuk Gergaji Kayu Pinus. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan, 2,
73-77.
Wibowo, S., 2013, Karakteristik Bio-Oil Serbuk Gergaji Sengon Menggunakan Proses Pirolisis
Lambat, Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 4.
Wazyka, A., Darmadji, P. dan Raharjo, R., 2000, Aktivitas Antioksidan Asap Cair Kayu Karet dan
Redestilatnya Terhadap Asam Linoleat, Seminar Nasional Industri Pangan, Yogyakarta.
Yulistiani, R., 1997, Kemampuan Penghambatan Asap Cair terhadap Pertumbuhan Bakteri Pathogen
dan Perusak pada Lidah Sapi, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
C-224