1478 6970 1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat

Vol. 20 No.1 2020


e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

GAMBARAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN TINGKAT KEPADATAN LALAT DI PASAR


TRADISIONAL DI KOTA MAKASSAR
Husni Yunus1 dan Juherah2
1,2 Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Makassar

Email: husni.yunus@yahoo.com
ABSTRACT

Waste that is not managed properly should be proven to often cause environmental and health problems in humans, for example,
from aesthetic problems of environmental pollution to the increase of vector-borne diseases. The purpose of this study is to
determine the process of handling waste with the level population of the flies in the Traditional Market of Makassar city, name of the
traditional market are Pabaeng-baeng , Parang Tambung, Maricaya, Terong, and Panampu. Types of this research are
observational and interviews regarding waste management. The point of measurement population of flies was carried out diagonally
with 5 points for 3 days of measurement. The total number of points from 5 traditional markets is 25 points with 225 measurements
for 3 days. The method of this research is descriptive then provided in the narrative. The results showed that the handling of waste
with the level of the flies population of the five traditional markets did not meet the requirements, the waste management was still
ineffective, and facilities for trash and temporary landfills (TPS) did not meet the requirements while the highest yield rate of flies
population in the Pabaeng-baeng traditional market in the afternoon with an average of 14 flies/block grafts with a temperature of
31.98 ° C, the humidity of 70.6%, the lowest yield on the Maricaya traditional Market on the second day with the results of 2
flies/block with a temperature of 29.76 ° C and 74.6% humidity. The conclusion of this research is waste management from the five
Traditional Markets in the City of Makassar has not been fully effective, and level flies with a population that exceeds the vector
quality of standard limits.
Keywords: Traditional Markets, Waste Management, Flies Population.

ABSTRAK

Sampah yang tidak di kelola sebagaimana mestinya terbukti sering menyebabkan masalah lingkungan dan kesehatan
pada manusia. Antara lain dari masalah estetika, terjadinya pencemaran lingkungan, hingga meningkatnya penyakit-penyakit yang
di tularkan melalui vektor.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses penanganan sampah dengan tingkat kepadatan lalat di
Pasar Tradisional kota Makassar, yakni Pasar Pabaeng-baeng, pasar Parang Tambung, Pasar Maricaya, Pasar Terong, dan Pasar
Panampu. Jenis penelitian observasional dan wawancara mengenai penanganan sampah. Titik pengukuran kepadatan lalat
dilakukan secara diagonal,dengan 5 titik/pasar, selama 3 hari pengukuran. Jumlah total titik kelima pasar yaitu 25 dengan 225 kali
pengukuran selama 3 hari. Metode penelitian bersifat deskriptif, kemudian dibahas secara narasi. Hasil penelitian menunjukkan
penanganan sampah dengan tingkat kepadatan lalat kelima Pasar Tradisional tidak memenuhi syarat, penanganan sampah masih
kurang efektif, dan fasilitas sarana tempat sampah dan TPS (Tempat Pembuangan Sampah Sementara) yang tidak memenuhi
syarat. Adapun hasil rata-rata tingkat kepadatan lalat tertinggi di pasar Pabaeng-baeng pada sore hari dengan rata-rata 14
ekor/blokgrill dengan suhu 31,98°C kelembaban 70,6%, hasil terendah di Pasar Maricaya pada hari kedua sore hari dengan hasil 2
ekor/blokgrill dengan suhu 29,76°C kelembaban 74,6%. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah penanganan sampah kelima Pasar
Tradisional di Kota Makassar belum efektif sepenuhnya, dan tingkat kepadatan lalat yang melebihi batas baku mutu vektor.

Kata kunci : Pasar Tradisional, Penanganan Sampah, Kepadatan Lalat.

PENDAHULUAN permasalahan sampah menjadi kompleks, antara


Pasar tradisional di Indonesia kerap tidak lain sampah tidak terangkut dan terjadi
nyaman di kunjungi karena identik dengan tempat pembuangan sampah dengan sembarangan,
kotor, berbau tidak sedap, becek, pengap. Selain kurangnya kesadaran dan kemauan masyarakat
itu juga menjadi tempat perkembangbiakan dalam mengelola dan membuang sampah, masih
binatang penular penyakit, seperti kecoa, lalat dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang
tikus (Kemenkes RI, 2011). manfaat sampah, serta keengganan masyarakat
Dalam hal ini yang menjadi masalah memanfaatkan kembali sampah, karena sampah
kesehatan lingkungan salah satunya adalah dianggap sesuatu yang kotor dan harus dibuang
sampah, khsususnya dalam ruang lingkup pasar (Lampus dkk, 2017). Berdasarkan gambaran di
tradisional, Salah satu penghasil sampah atas penulis tertarik untuk meneliti tentang
terbanyak adalah pasar dan sering bermasalah Gambaran penanganan sampah dengan Tingkat
dalam masalah penanganannya, dimana sampah Kepadatan Lalat di Pasar Tradisional di Kota
pasar memiliki kandungan organik yang tinggi dari Makassar.
sampah pemukiman, dimana hal ini dapat
mengundang salah satu vektor pembawa penyakit
yaitu lalat. (Chandra, 2007)
Peningkatan jumlah sampah yang tidak diikuti
oleh perbaikan dan peningkatan sarana dan
prasarana pengelolaan sampah mengakibatkan Bahan dan Metode

66
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 20 No.1 2020
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

LokasiPenelitian: keseluruhan pasar adalah 25 titik. Pengukuran


Adapun lokasi penelitian yaitu di (5) lima kepadatan lalat menggunakan fly grill, dalam hal
Pasar Tradisional di kota Makassar antara lain : ini penulis mengambil titik pengukuran
Pasar di wilayah kecamatan Makassar, yaitu berdasarkan area lokasi/teritorial pasar dengan
Pasar Maricayya kota Makassar, Pasar di wilayah mengambil pengukuran 5 titik untuk setiap pasar
kecamatan Bontoala yaitu Pasar Terong di kota secara diagonal yaitu T1, di bagian tengah pasar,
Makassar, Pasar di wilayah kecamatan Tamalate T2 bagian depan kiri, T3 bagian depan kanan, T4
yaitu Pasar Hartaco di kota Makassar, Pasar di bagian belakang sebelah kiri, dan T5, bagian
wilayah kecamatan Tallo yaitu pasar Pannampu di belakang sebelah kanan. Pada saat penelitian
kota Makassar, Pasar di wilayah kecamatan lapangan, pengukuran kepadatan lalat di lakukan
Tamalate yaitu Pasar Pabaeng-baeng di kota 3 kali dalam sehari yakni, (pagi hari pada pukul
Makassar. 08.00-10.00, siang hari pukul 13.00-14.00, sore
hari pukul 15.00-17.00 WITA) dan dalam jangka
Desain dan Variabel Penelitian waktu 3 hari, total pengukuran kepadatan lalat
a. Desain untuk semua lokasi adalah 225 kali pengukuran
Penelitian ini bersifat deskriptif dan di analisa untuk 25 titik, hal ini di karenakan dalam satu hari
secara narasi mengenai Penanganan sampah di untuk satu pasar total pengukuran 15 kali.
Pasar Tradisional Kota Makassar, dikatakan Pengukuran di lakukan selama 3 hari secara
memenuhi syarat apabila sesuai dengan bersamaan, waktu penelitian di ambil pagi, siang
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dan sore hari selama 3 hari karena
No. 519/Menkes/Sk/Vi/2008 Tentang Pedoman mempertimbangkan suhu, kelembaban yang di
Penyelenggaraan Pasar Sehat dalam hal ini senangi lalat dan siklus hidup lalat yang akan
mengenai pengelolaan sampah, kemudian berubah dalam sepekan.
melakukan pengukuran tingkat kepadatan lalat
menggunakan fly grill dengan standar baku mutu Pengumpulan data
kesehatan lingkungan untuk vektor binatang a. Data Primer
pembawa penyakit dalam hal ini kepadatan lalat Data primer yang di maksud adalah data hasil
adalah <2 ekor/blokgrill berdasarkan Permenkes survey pengamatan meggunakan lembar
RI No. 50 Tahun 2017. observasi/kuisioner mengenai penanganan
sampah di pasar, dan pengukuran kepadatan lalat
b. Variabel Penelitian di pasar tradisional di kota Makassar.
Variabel penelitian yaitu melakukan observasi
dan interview mengenai penanganan sampah b. Data Sekunder
yang meliputi, pewadahan, pengumpulan, dan Data sekunder yang di maksud adalah data
pengangkutan, dan melakukan pengukuran tingkat hasil penelusuran literature-literatur, perpustakaan
kepadatan lalat yang hinggap di flygrill dengan berupa buku-buku, jurnal, skripsi yang berkaitan
satuan ekor/blokgrill. dengan penelitian, hasil penelitian sebelumnya,
serta sumber dari internet.
Populasi dan Sampel
a. Populasi c. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini yang di jadikan populasi 5 Hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan
(lima) pasar yang ada di Kota Makassar yakni di olah dengan menggunakan komputer dan alat
pasar Terong, pasar hartaco, pasar pannampu, hitung kemudian disajikan dalam bentuk tabel,
pasar pabaeng-baeng dan pasar maricayya dan di analisa secara deskriptif, dan hasil dari
dengan jumlah titik pengukuran kepadatan lalat pengukuran tingkat kepadatan lalat dibandingkan
yaitu 5 titik/pasar jadi total titik keseluruhan kelima dengan standar yang telah ditetapkan
pasar adalah 25 titik.

b. Sampel
Sampel dalam penelitian ini keseluruhan dari
populasi atau pengambilan secara total sampling
yakni 5 pasar yaitu, pasar Hartaco, pasar
Pannampu, pasar Pabaeng-baeng, pasar Terong
an pasar Maricayya, dengan jumlah titik untuk satu
pasar adalah 5 titik ,jadi total titik pengukuran HASIL PENELITIAN

67
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 20 No.1 2020
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

1. Hasil Rata-Rata Kepadatan Lalat Di Pasar Tabel 4


Tingkat Kepadatan Lalat Di Pasar Tradisional Terong Kota
Tradisional Di Kota Makassar Makassar Jumat 03 Mei 2019
Tabel 1 ∑ kepadatan suhu Kelembaban
Tingkat Kepadatan Lalat Di Pasar Tradisional Panampu Titik
Kota Makassar Jumat 03 Mei 2019 Pa Sia so Pag Sia sore Pa Sia sor
∑ kepadatan suhu Kelembaban gi ng re i ng gi ng e
Titik Pa Sia sor Pagi Sian sore Pag Sia sor 32,1 33,4 32,2° 70 68 70
gi ng e g i ng e 1 3 5 6
°C °C C % % %
31,3 32,8 32,9° 70 69 69
1 12 4 17
31,4° 33,1° 32,9
70% 67% 67%
2 10 5 14
C C °C °C °C C % % %
31,2° 33,2° 31,4 32,2 32,7 32,4° 70 70 70
2 13 4 8 70% 68% 80% 3 3 5 8
C C °C °C °C C % % %
30,2° 32,2° 31,1 32,2 33,4 32,4° 70 65 70
3 12 9 6 73% 70% 74% 4 2 3 6
C C °C °C °C C° % % %
32,1° 33,4° 31,2
4 7 5 5 70% 68% 70% 32,2 33,2 31,4° 70 65 73
C C °C 5 6 6 5
33,2° 34,2° 31,4 °C °C C % % %
5 6 3 7 70% 64% 70%
C C °C
RAT RAT
A- 32° 33,1 32,2 70 67, 70,
A- 31,62 33,22 31,6 70,6 67,4 72,2 5 5 8
RAT
10 5 9
°C °C °C % % % RAT C °C 6°C % 4% 4%
A A

Tabel 2 Tabel 5
Tingkat Kepadatan Lalat Di Pasar Tradisional Panampu Tingkat Kepadatan Lalat Di Pasar Tradisional Terong Kota
Kota Makassar Sabtu 04 Mei 2019 Makassar
∑ kepadatan suhu Kelembaban
Sabtu 04 Mei 2019
Titik ∑ kepadatan suhu Kelembaban
Pa Sia sor Pagi Sian sore Pa Sian Sore
gi ng e g gi g Titi
k Pa Sia so Pagi Sian sore Pa Sia sor
gi ng re g gi ng e
31,7° 33,7 30,9° 70
1 4 3 9 69% 75%
C °C C % 32,3 33,3 32,5 69 69 69
32,2° 33,2 31,4° 70 1 2 10 10
2 6 5 9 67% 70% °C °C °C % % %
C °C C % 31,7 33,5 32,1 72 66 70
2 5 9 13
30,8° 32,4 31,1° 72 °C °C °C % % %
3 13 10 8 71% 74%
C °C C % 31,3 32,7 32,1 77 68 70
3 2 6 5
32,3° 33,6 32,5° 70 °C °C °C % % %
4 6 6 7 69% 70% 31,5 33,5 32,4 74 67 70
C °C C % 4 3 6 6
33,2° 35,1 32,2° 68 70 °C °C °C % % %
5 3 4 6 57% 32,8 34,1 31,7 66 60 72
C °C C % % 5 5 4 5
°C °C °C % % %
RAT
A- 32,04 33,6 31,62 70 66,6 71,8 RA
6 6 8 31.9 33,4 32,1 71, 66 70,
°C °C °C % % % TA- 3 7 8
RAT 2°C 2°C 6°C 6% % 2%
RA
A
TA

Tabel 3 Tabel 6
Tingkat Kepadatan Lalat Di Pasar Tradisional Panampu Tingkat Kepadatan Lalat Di Pasar Tradisional Terong Kota
Kota Makassar Minggu 05 Mei 2019 Makassar Minggu 05 Mei 2019
∑ kepadatan suhu Kelembaban ∑ kepadatan suhu Kelembaban
Titi Titik
k Pa Sia so Pagi Sia sor Pag Sia sor Pa Sia sor Pagi Sian sore Pa Sian Sor
gi ng re ng e i ng e gi ng e g gi g e

29,7° 33,2 32,1 78 70 70 31,0° 33,8° 31,2° 74


1 10 5 13 1 2 4 6 68% 70%
C °C °C % % % C C C %
29,8° 33,7° 32,1° 74
30,1° 33,4 31,2 75 69 70 2 9 5 12
C C C %
68% 69%
2 8 4 8
C °C °C % % % 31,0° 32,5° 32,4° 72
31,5° 32,4 31,4 75 70 70 3 3 6 7 69% 70%
C C C %
3 9 9 8
C °C °C % % % 4 5 3 7
30,9° 32,4° 32,7° 72
68% 70%
31,3° 33,4 31,0 70 65 70 C C C %
4 5 5 7 32,2° 32,3° 31,4° 78
C °C °C % % % 5 6 6 5 70% 70%
C C C %
30,1° 33,2 30,3 70 70 72
5 5 4 5
C °C °C % % % RAT
30,98 32,94 31,96 74 68,6 69,8
A- 5 5 7
RA °C °C °C % % %
RAT
TA- 30,5 33,5 31,2 72, 68, 70, A
7 5 8
RA 4°C °C °C 6% 8 4%
TA

68
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 20 No.1 2020
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

Tabel 7
Tingkat Kepadatan Lalat Di Pasar Tradisional Pabaeng- Tabel 10
Baeng Kota Makassar Jumat 03 Mei 2019 Tingkat Kepadatan Lalat Di Pasar Tradisional Maricaya
∑ kepadatan suhu Kelembaban
Kota MakassarJumat 03 Mei 2019
Titik Pag Sian sor Pagi Siang sore Pagi Sian Sore ∑ kepadatan suhu Kelembaban
i g e g
Titi
32,1° 33,1° 32,1° Pa Sia so Pagi Sia sore Pa Sia Sor
1 4 5 13 70% 69% 69% k
C C C gi ng re ng gi ng e
32,3° 34,3° 32,0°
2 6 4 21 70% 63% 70%
C C C
3 2 2 7
32,2° 34,2° 32,3°
70% 64% 69% 30,1 32,9 32,7 69 70 69
C C C 1 2 5 2
33,2° 33,2° 32,4°
°C °C °C % % %
4 2 6 6 69% 69% 69% 30,2 32,9 32,3 70 69 70
C C C
32,2° 33,2° 32,2° 2 2 5 3
5 5 2 11 70% 70% 70% °C °C °C % % %
C C C
31,3 32,3 31,8 70 70 70
3 3 6 2
RATA
4 4 12
32,4° 33,6° 32,2° 69,8
67%
69,4 °C °C °C % % %
- C C C % % 31,4 32,6 31,4 70 70 69
RATA 4 11 8 10
°C °C °C % % %
31,2 32,7 31,2 70 68 69
5 3 3 3
Tabel 8 °C °C °C % % %
Tingkat Kepadatan Lalat Di Pasar Tradisional Pabaeng-
RA
Baeng Kota Makassar Sabtu 04 Mei 2019 TA- 30,8 32,68 31,8 69, 69, 69,
4 5 4
∑ kepadatan suhu Kelembaban RA 4°C °C 8°C 8% 4% 4%
Titi TA
k Pa Sia so Pagi Sian sore Pa Sia Sor
gi ng re g gi ng e
Tabel 11
31,3 33,9 32,4 77 63 70 Tingkat Kepadatan Lalat Di Pasar Tradisional Maricaya
1 6 5 16 Kota MakassarSabtu 04 Mei 2019
°C °C °C % % %
32,3 32,7 32,0 72 69 72 ∑ kepadatan suhu Kelembaban
2 6 3 25
°C °C °C % % %
Titi
32,7 33,1 32,2 76 70 70 Pa Sia so Pag Sian sore Pag Sia So
3 2 2 8 k
°C °C °C % % % gi ng re i g i ng re
32,0 32,9 32,1 72 67 70
4 5 7 6
°C °C °C % % % 29, 31,7° 32,4° 75 70 70
32,8 33,6 31,2 75 62 71 1 1 1 6
5 7 2 13 9°C C C % % %
°C °C °C % % % 29, 32,9° 32,8° 74 69 69
2 2 1 2
7°C C C % % %
RA 29, 30,9° 32,3° 74 70 69
TA- 32,2 33,2 31,9 74, 66, 70, 3 3 6 2
5 4 14 5°C C C % % %
RA 2°C 4°C 8°C 4% 2% 6%
29, 32,8° 31,7° 75 70 70
TA 4 6 3 8
9°C C C % % %
29, 33,6° 31,9° 75 69 70
5 0 6 1
Tabel 9 8°C C C % % %
Tingkat Kepadatan Lalat Di Pasar Tradisional Pabaeng- RA
Baeng Kota Makassar Minggu 05 Mei 2019 TA- 29, 32,3 32,2 74, 69, 70
2 3 4
RA 76°C 8°C 2°C 6% 6% %
∑ kepadatan suhu Kelembaban
TA
Titi
Pa Sia so Pagi Sian sore Pa Sia Sor
k
gi ng re g gi ng e Tabel 12
Tingkat Kepadatan Lalat Di Pasar Tradisional Maricaya
70
31,5 33,2 33,1 69 69 Kota Makassar Minggu 05 Mei 2019
1 6 7 6
°C °C °C % % % ∑ kepadatan suhu Kelembaban
31,8 33,7 32,7 70 69 70 Titik Pa Sia sor Pagi Sian sore Pag Sia Sor
2 6 6 8
°C °C °C % % % gi ng e g i ng e
31,7 33,6 32,7 70 69 70
3 3 3 5
°C °C °C % % % 1 3 6 3
30,0° 30,0 32,4°
75% 70% 65%
31,4 33,4 32,3 71 70 70 C °C C
4 14 6 9 34,9° 33,0 32,2°
°C °C °C % % % 2 2 4 4 58% 69% 68%
C °C C
32,4 32,4 32,6 69 71 69 28,0° 35,0 31,4°
5 5 6 2 3 3 6 1 82% 60% 69%
°C °C °C % % % C °C C
35,0° 34,0 33,1°
RA 4 4 3 5 56% 55% 67%
C °C C
TA- 31,7 33,2 32,6 70 69, 69,
7 6 6 5 3 6 6
29,0° 32,5 30,2°
80% 68% 69%
RA 6°C 6°C 8°C % 6% 6% C °C C
TA
RAT
31,38 32,9 31,86 70,2 64,4 67,6
A- 3 5 4
°C °C °C % % %
RAT
A

69
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 20 No.1 2020
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

Tabel 13 Pembahasan
Tingkat Kepadatan Lalat Di Pasar Tradisional Parang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Tambung Kota Makassar Jumat 03 Mei 2019
∑ kepadatan suhu Kelembaban dilkukan di 5 (lima) pasar tradisional di kota
Titi makassar tentang penanganan sampah dengan
Pa Sia so Pagi Sian sore Pa Sia Sor
k
gi ng re g gi ng e
tingkat kepadatan lalat di mana di peroleh hasil
sebagai berikut:
30,7 33,7 32,2 72 68 70 1. Penanganan Sampah Di Pasar Tradisional
1 12 11 18
°C °C °C % % %
31,2 34,5 32,2 70 60 70 Kota Makassar Yang Meliputi :
2 7 6 2
°C °C °C % % % a. Pewadahan
31,4 33,7 31,1 70 64 70
3 9 10 6
°C °C °C % % % Dari hasil observasi dan wawancara
4 1 2 3
30,2 34,2 31,1 70 60 70 dengan salah satu petugas kebersihan yang
°C °C °C % % %
31,4 34,1 31,1 70 62 70
ada di pasar Panampu, pasar, Terong, pasar,
5 5 4 5 Maricaya, pasar Pabaeng- baeng, dan pasar
°C °C °C % % %

RA
Parang tambung, dimana dari hasil interview
TA- 30,9 34,0 31,5 70, 62, 70 dengan salah satu petugas kebersihan
7 7 7
RA 8°C 4°C 4°C 4% 8% %
TA
disetiap pasar, serta melakukan observasi
kelima pasar tersebut, ada beberapa
Tabel 14 diantaranya belum menyediakan atau belum
Tingkat Kepadatan Lalat Di Pasar Tradisional Parang terealisasinya sarana fasilitas berupa tempat
Tambung Kota Makassar Sabtu 04 Mei 2019 sampah di setiap lods/kios, dan pihak
∑ kepadatan suhu Kelembaban
pengelola pasar hanya menyediakan karung
Titi
k
Pa Sia so Pagi Sia sore Pa Sia Sor untuk para petugas kemudian mengumpulkan
gi ng re ng gi ng e sampah disetiap lods/kios.
31,2° 35,2 31,2° 70 57 70 Salah satu penanganan sampah
1 14 18 26
C °C C % % % pasar adalah pewadahan sampah, dimana
32,1° 33,2 30,1° 68 67 70
2 6 4 3
C °C C % % % pewadahan adalah proses pertama kali
6 5 7
32,4° 33,5 30,1° 69 68 69 penampungan sampah sebelum dikumpukan,
C °C C % % %
32,1° 33,7 30,3° 69 69 70
di pindahkan, diangkut dan di buang ke TPS
4 2 7 9 (Tempat Pembuangan Sampah Sementara
C °C C % % %
32,1° 34,4 29,7° 69 68 72 atau TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
5 4 5 3
C °C C % % %
(Arsana, 2018)
RA Pewadahan sampah di lima pasar
TA- 31,9 34° 30,2 69 65, 70,
6 8 10
RA 8°C C 8°C % 8% 2% tradisional di kota Makassar rata-rata
TA menggunakan kantong kresek, karung,
ember/baskom yang digunakan pedagang
Tabel 15
Tingkat Kepadatan Lalat Di Pasar Tradisional Parang untuk menampung sampah di tiap lods/kios
Tambung Kota Makassar Minggu 05 Mei 2019 masing-masing, terkecuali untuk pasar
Maricaya dan Pasar Terong, dimana untuk
pasar Terong tersedia wadah akan tetapi
∑ kepadatan suhu Kelembaban diperuntukkan untuk umum, tidak tersedia
Titi untuk tiap lods/kios, sehingga pedagang
k hanya mengandalkan kantong kresek, dan
Pa Sia so
Pagi
Sian
sore
Pa Sia So karung untuk menampung sampahnya
gi ng re g gi ng re sementara, sedangkan untuk pasar Maricaya
30,9 34,2 31,5 66 61 64 tersedia wadah sampah yang terpisah antara
1 18 19 18
°C °C °C % % % sampah basah dan sampah kering dan
32,7 34,3 32,2 69 63 67
2 3 3 2
°C °C °C % % %
memenuhi syarat berdasarkan kepmenkes RI
3 15 21 7
33,7 34,0 32,7 67 65 65 2008 tentang pedoman penyelenggaraan
°C °C °C % % % pasar sehat dalam hal ini penanganan
33,4 33,7 33,7 68 69 67
4 4 3 2 sampah dimana pewadahan sampah tertutup,
°C °C °C % % %
5 3 6 5
33,2 35,2 33,7 68 67 67 kuat, tidak mudah berkarat, mudah
°C °C °C % % %
RA dibersihkan, dan tidak ada sampah
TA-
9 10 7
32,7 34,2 32,7 67, 65 66 berserakan disekitar wadah, sedangkan untuk
RA 8°C 8°C 6°C 6% % %
TA
Tempat Pembuangan Sampah Sementara
(TPS), kelima pasar tersebut rata-rata TPS

70
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 20 No.1 2020
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

yang tersedia belum memenuhi syarat sampah sangat kurang karena dilihat dari
berdasarkan Kepmenkes RI 2008 tentang kondisi pasar yang sangat luas sehingga
pedoman penyelenggaraan pasar sehat dalam memerlukan gerobak yang lebih di setiap titik
hal penanganan sampah yang di maksud yaitu atau lods di area pasar, dan pasar pabaeng-
tersedia TPS , kuat, kedap air, mudah baeng alat pengumpul yang digunakan berupa
dibersihkan serta memiliki penutup. Dalam hal gerobak 2 unit dan jumlah tenaga pengumpul
ini belum memenuhi syarat . Banyak penyakit 7 orang, pasar panampu dengan jumlah alat
yang di tularkan secara tidak langsung dari pengumpul berupa gerobak sebanyak 5 unit,
tempat pembuangan sampah. Selain itu, dengan jumlah tenaga pengumpul 6 orang ,
dampak pengelolaan sampah yang buruk pasar terong dengan jumlah alat pengumpul
menimbulkan pencemaran terhadap air, tanah, berupa gerobak 2 unit dan gerobak motor 2
udara, dan tanah (Nurhidayat, 2008). unit, dan tenaga pegumpul sebanyak 8 orang,
b. Pengumpulan sampah dan untuk pasar maricaya dengan jumlah alat
Dari hasil observasi dan interview pengumpul gerobak 2 unit, dan tenaga
kelima pasar tersebut rata-rata, pedagang pengumpul 4 orang dimana 2 orang untuk shift
mengumpulkan sampahnya didepan lods/kios pagi dan 2 orang untuk shift malam, dari
mereka dengan menggunakan karung, kelima pasar tersebut salah satu yang menjadi
kantong kresek dan baskom, kemudian saat kurang efektifnya pengumpulan sampah
kegiatan jual beli selesai petugas kemudian dikarenakan jumlah sampah yang dihasilkan
yang ambil alih mengumpulkan sampah dan jumlah alat pengumpul yang tersedia
pedagang ke TPS. tidak sesuai dengan jumlah tenaga pengumpul
Adapun tiap pasar menyediakan alat yang ada, serta lokasi area pasar yang besar
yang digunakan untuk mengumpulkan sampah dan luas, sehingga petugas kebersihan
dari tiap pedagang kemudian dibawa ke TPS mengumpulkan sampahnya dari masing-
yaitu rata-rata menggunakan gerobak tangan masing sumber dari pagi hingga malam hari,
dan gerobak motor. Kemudian dari kelima dalam hal ini mana perlu adanya alat
pasar tersebut hanya pasar maricaya yang pengumpul berupa gerobak disetiap titik di
melakukan pemilahan sampah seperti sampah lods pasar, sehingga memudahkan dalam
plastik dari botol minuman, dimana sebelum di pengumpulan sampah, dan dipindahkan ke
kumpulkan di TPS (Tempat Pembuangan TPS.
Sampah Sementara ) Terlebih dahulu c. Pengangkutan
dilakukan pemilahan, Hal inilah yang menjadi Proses pengangkutan sampah yang
salah satu kekurangan di pasar, panampu, dilakukan kelima pasar tersebut, yakni pasar
pasar Terong, parang tambung, dan pasar panampu, pasar terong, pasar maricaya,
pabaeng-baeng karena sampah yang di pasar pabaeng, baeng dan pasar parang
kumpulkan sebelum dibawa ke TPS tidak di tambung, dari kelima pasar tersebut
pilah. pengangkutan sampah dilakukan setelah
Sejalan dengan penelitian Daeli kegiatan jual beli selesai, dan untuk pasar
(2017) mengenai pola pengumpulan sampah terong kegiatan pengangkutan sampah
yang di terapkan di Pasar Nou Kota Gunung dilakukan saat proses jual beli berlangsung
Sitoli, adalah pola individual tidak langsung dan setelah kegiatan jual beli selesai, hal ini
yang merupakan kegiatan pengambilan di lakukan agar tidak menumpuknya sampah
sampah dari masing-masing sumber sampah di setiap los/kios.
dibawa ke lokasi pemindahan (TPS) untuk Sampah dari masing-masing kelima
kemudian di angkut ke tempat pembuangan pasar tersebut rata-rata diangkut 1x24 jam,
akhir, Kelima pasar tersebut juga melakukan untuk pasar parang tambung diangkut saat
sisitim yang sama dengan mengumpulkan pagi hari, sedangkan keempat pasar yang
sampah dari masing-masing sumber lainnya diangkut saat malam hari. Dalam hal
kemudian dikumpulkan di TPS, lalu diangkut ini pengangkutan sampah sebaiknya dilakukan
oleh armada pengangkut sampah ke TPA. saat kegiatan jual beli selesai yaitu pada
Adapun jumlah alat pengumpul di malam hari, sehingga tidak mengganggu
setiap pasar yaitu, pasar parang tambung aktifitas proses jual beli, dan akan lebih baik
hanya mengandalkan 4 gerobak dan tenaga jika sampah diangkut ke TPA (Tempat
pengumpul pun hanya 4 orang, sehingga Pembuangan Akhir) lebih dari satu kali,
dapat disimpulkan bahwa alat pengumpul karena sampah yang dihasilkan di pasar

71
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 20 No.1 2020
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

Tradisional dominan sampah organik sehingga penyakit dalam hal ini syarat baku mutu vektor
mudah terurai dan membusuk, untuk itu lalat adalah <2 ekor/blokgrill.
pengangkutan lebih dari satu kali akan lebih hal ini dikarenakan saat pengukuran
baik agar lalat tidak berkembang biak di peneliti juga melakukan pengamatan terhadap
tempat tersebut. lingkungan sekitar dimana kondisi pasar yang
berdasarkan hasil interview sampah cukup kumuh, sampah berserakan dimana-
dari masing-masing pasar dikumpulkan mana utamanya pada bagian lods buah dan
menggunakan gerobak tangan atau gerobak sayur bagian kiri dan kanan depan pasar
motor ke TPS, kemudian saat sampah dari panampu, dimana kedua tempat ini dekat
masing-masing sumber sudah terkumpul di dengan TPS, dan rata-rata sampah yang
TPS, kemudian akan diangkut oleh mobil terkumpul di lokasi tersebut adalah sampah
pengangkut sampah berupa mobil organik dari sisa-sisa sayuran dan buah-
tangkasa/mobil box untuk di bawa ke TPA buahan, dan berdasarkan teori yang ada
sebagai tempat pemrosesan akhir. bahwa pada tahap dewasanya, lalat ini
Berdasarkan (Depkes RI 1987), Kegiatan sebenarnya juga menyukai sampah organik,
dalam pengangkutan sampah terdiri namun perbedaannya hanya daerah
Pemindahan dari alat angkut yang lebih kecil jelajahnya lebih luas (Dinata,2018).Kedua titik
ke alat angkut yang lebih besar, inilah sistim inilah yang paling tertinggi tingkat kepadatan
yang dilakukan oleh kelima pasar tersebut. lalatnya, salah satu hal yang menyebabkan
Dalam hal ini penanganan sampah tingginya tingkat kepadatan lalat disekitaran
yang kurang baik atau tidak berjalan TPS pada pagi dan sore hari, dikarenakan
sepenuhnya sesuai Kepmenkes No. 519 sampah dari para pedagang dikumpulkan di 2
Tahun 2008 tentang Pedoman titik TPS bagian depan, sampah terkumpul
Penyelenggaraan Pasar Sehat maka akan dari pagi hingga malam hingga tampak saat
berdampak pada lingkungan sekitar yaitu sore hari sampah menumpuk dan
selain sampah yang tidak tertangani dengan menggunung, ditambah tidak adanya bak
baik juga akan mendatangkan berbagai vektor kontener yang tertutup untuk menampung
penyakit yang di bawa oleh lalat, dimana lalat sampah tersebut, sehingga sampah dibiarkan
berperan sebagai perantara pembawa hingga malam kemudian baru akan diangkut
penyakit pada manusia apabila lingkungan ke Tempat pembuangan akhir (TPA).
yang tidak bersih, kumuh, dan penanganan Namun saat pengukuran pada siang
sampah yang kurang efektif, maka akan hari selama 3 hari lalat tidak terlalu beraktifitas
mengundang datangnya vektor pembawa disekitaran dua titik dibagian sekitar lods
penyakit salah satunya dalam hal ini lalat. buah/sayur yang berdekatan dengan TPS
2. Tingkat Kepadatan Lalat Di Pasar tersebut, karena pengaruh cuaca saat siang
Tradisional Kota Makassar hari yang lumayan panas, di tambah
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kendaraan yang padat keluar masuk disekitar
dilakukan mengenai penanganan sampah area depan pasar
dengan tingkat kepadatan lalat diperoleh hasil Dan untuk bagian tengah pasar
pengkuran tingkat kepadatan lalat yaitu: pengukuran yang dilakukan disekitar warung
a. Tingkat Kepadatan lalat di Pasar makan dengan kondisi lingkungan disekitaran
Tradisional Panampu Kota Makassar warung makan tersebut terlihat sangat kotor,
Berdasarkan tabel 1 - 3 dari hasil karena sampah dari warung makan tersebut,
penelitian di pasar Tradisional panampu selama pengukuran 3 hari yang dilakukan
pengukuran dari pagi sampai sore selama peneliti terlihat sampah tersebut tak kunjung
tiga hari termasuk kategori semua tidak langsung dibuang tetapi dibiarkan begitu saja
memenuhi syarat, karena pengukuran dalam ditambah tidak adanya wadah tempat sampah
tiga hari tersebut semua melebihi standar untuk menampung sampah dari warung
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. tersebut, tetapi hanya beralaskan kantong
50 Tahun 2017 tentang standar baku mutu kresek dan ditumpuk dibelakang warung, hal
kesehatan lingkungan dan persyaratan inilah yang menyebabkan tingginya angka
kesehatan untuk vektor dan binatang kepadatan lalat di titik tersebut.
pembawa penyakit serta pengendaliannya
bahwa standar baku mutu kesehatan
lingkungan untuk vektor binatang pembawa

72
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 20 No.1 2020
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

b. Tingkat kepadatan lalat di pasar c. Pengukuran tingkat kepadatan Lalat di


Tradisional Terong Kota Makassar Pasar Tradisional Pabaeng-baeng Kota
Berdasarkan tabel 4 - 6 hasil Makassar
penelitian yang dilakukan di pasar Tradisional Berdasarkan tabel 7-.9 jika
Terong selama 3 hari, dimana dari hasil dibandingkan dengan Peraturan Menteri
penelitian pengukuran tingkat kepadatan lalat Kesehatan No. 50 Tahun 2017 tentang
selama 3 hari diperoleh hasil tertinggi yaitu standar baku mutu kesehatan lingkungan dan
pada pengukuran hari pertama dan kedua persyaratan kesehatan untuk vektor dan
Jumat 03 Mei 2019-sabtu 03 Mei 2019. binatang pembawa penyakit serta
Apabila dibandingkan dengan standar, pengendaliannya bahwa standar baku mutu
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. kesehatan lingkungan untuk vektor binatang
50 Tahun 2017 tentang standar baku mutu pembawa penyakit dalam hal ini syarat baku
kesehatan lingkungan dan persyaratan mutu vektor lalat adalah <2 ekor/blokgrill,
kesehatan untuk vektor dan binatang sementara hasil rata-rata yang didapatkan
pembawa penyakit serta pengendaliannya pengukuran dari hari pertama sampai hari
bahwa standar baku mutu kesehatan ketiga melebihi dari standar rata-rata >2
lingkungan untuk vektor binatang pembawa ekor/blokgrill.
penyakit dalam hal ini syarat baku mutu vektor Salah satu hal yang menyebabkan
lalat adalah <2 ekor/blokgrill, sementara hasil tingginya kepadatan lalat di pasar pabaeng-
yang diperoleh rata-rata tingkat kepadatan baeng kasusnya hampir sama dengan pasar
lalat dari hari pertama sampah hari ketiga terong, panampu, dalam hal ini kondisi
semua tidak memenuhi syarat karena lingkungan pasar yang kumuh, masih nampak
melampaui standar. jelas sampah berserakan disekitar pasar,
Tingginya angka kepadatan lalat di dimana penanganan sampah yang masih
Pasar Terong kota Makassar juga hampir kurang efektif didalam ataupun diluar area
sama dengan pasar Panampu hal ini karena sekitar pasar, dari rata-rata titik pengukuran
penanganan sampah yang kurang baik atau terdapat pada titik 1 yang berada disekitaran
kurang efektif, salah satu hal yang lods penjual ayam hidup, titik 2 yang
mempengaruhi juga lingkungan sekitar pasar berdekatan dengan lods buah/sayur yang
yang terlihat kumuh khususnya di sekitaran dekat dengan pinggir kanal, dan titik 5 yang
bagian dalam area pasar terlihat masih berada dibagian lods daging, masing-masing
banyak sampah berserakan dibagian lods/kios titik tersebut tinggi tingkat kepadatan lalat
pedagang, serta masih terdapat didalam area yang diperoleh saat sore hari, hal ini
pasar sampah tidak terangkut secara merata, dikarenakan saat sore hari sampah yang
dan tidak tersedia wadah tempat sampah dihasilkan dipasar tersebut mulai terkumpul
yang tidak memenuhi syarat kesehatan, disekitaran lods, ditambah tidak adanya
sehingga kadang ada pedagang ataupun fasilitas pewadahan sampah yang memenuhi
pembeli yang membuang sampahnya kriteria berdasarkan Kepmenkes RI No. 519
sembarangan. Tahun 2008.
Berdasarkan hasil pengukuran pada Khusus di bagian samping pasar yang
titik tertinggi yaitu dibagian depan sekitaran dekat dengan kanal dimana kondisi
lods buah yang jaraknya dekat dengan TPS lingkungan disekitar lokasi tersebut sangat
(Tempat Pembuangan Sampah Sementara), kumuh dan becek. Dan pada bagian lods
hal ini dikarenakan sampah di TPS ini mulai daging saat peneliti melakukan penelitian
menumpuk saat menjelang siang hari, di terlihat kondisi lingkungan juga yang sangat
tambah sekitaran lods buah pedagang terlihat kotor, becek dan kumuh dikarenakan sisa-sisa
kotor dan becek dan bersebelahan dengan dari air buangan daging masih tercium tajam
TPS (Tempat Pembuangan Sampah di lokasi tersebut, serta sisa-sisa buangan
Sementara), dimana waktu peneliti melakukan darah dan bangkai dari kulit dan bulu daging
pengukuran terlihat kontener yang sudah ayam yang melekat dilokasi tersebut, dan
penuh namun sampah di TPS tersebut tak bukan hanya lalat yang banyak diarea
kunjung diangkut tersebut, saat melakukan penelitian terlihat
banyak tikus yang lewat didalam area lods
tersebut. Ini menandakan kondisi sanitasi
lingkungan yang buruk disekitar lokasi

73
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 20 No.1 2020
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

tersebut.Sampah yang tidak di kelola dengan bersebelahan dengan lods sayur, dan
sebagaimana mestinya terbukti sering lods ikan. Tingginya kepadatan di titik tersebut
menyebabkan masalah lingkungan dan karena lokasi yang jarak antar lods daging,
kesehatan pada manusia. Antara lain dari lods ikan dan lods sayur yang terlalu dekat
masalah estetika , terjadinya pencemaran sekitar 2 meter, sehingga sampah dari
lingkungan, hingga meningkatnya penyakit- masing-masing pedagang terkumpul rata-rata
penyakit yang di tularkan melalui vector menghasilkan sampah basah atau sampah
(Sumantri, 2010). organik, sehingga menarik bagi lalat untuk
hinggap, ditambah tidak adanya wadah tempat
d. Pengukuran tingkat kepadatan Lalat di sampah yang tersedia di titik tersebut yang
Pasar Tradisional Maricaya Kota memenuhi kriteria yaitu tertutup, kedap air,
Makassar berdasarkan kepmenkes RI No. 519 tahun
Berdasarkan Tabel 10 - 11 hasil 2008 yang di maksud disini adalah Setiap
penelitian yang dilakukan di pasar Tradisional kios/lods/lorong tersedia tempat sampah
Maricaya Kota Makassar selama 3 hari, basah dan kering.
berdasarkan hasil rata-rata diperoleh hasil Adapun jenis lalat yang terdapat di
pengukuran tertinggi selama 3 hari yaitu pada lima pasar tersebut, rata-rata lalat Musca
pengukuran hari pertama dan ketiga siang hari Domestica dan lalat hijau (phenisial) hal ini
masing-masing 5 ekor/blokgrill. dikarenakan saat melakukan penelitian rata-
rata lalat yang hinggap di fly grill adalah lalat
e. Pengukuran Tingkat kepadatan Lalat di Musca Domestica dan lalat hijau, dengan ciri-
Pasar Tradisional Parang Tambung ciri untuk lalat Musca Domestica berukuran
Kota Makassar sedang dan panjang 6-8 mm, berwarna hitam
Berdasarkan tabel 13-15 hasil ke abu-abuan dengan empat garis memanjang
penelitian yang telah dilakukan di pasar gelap pada bagian dorsal toraks dan satu
Tradisional Parang Tambung Kota Makassar garis hitam medial pada abdomen dorsal,
selama 3 hari, dengan hasil rata-rata mata pada betina mempunyai celah yang lebih
pengukuran tertinggi yaitu pada hari kedua lebar dan jantan lebih sempit, tubuh Musca
dan ketiga yaitu pada hari kedua sore hari domestica di bagi atas 3 bagian, kepala, dada
rata-rata 10 ekor/blokgrill, dan hari ketiga (toraks), dan perut (abdomen), sedangkan
siang hari dengan rata-rata 10 ekor/blokgrill. untuk lalat Hijau (phenisial), lalat biasanya
Tingginya angka kepadatan lalat di berkembang di bahan yang cair atau semi cair
pasar Parang Tambung karena kondisi yang berasal dari hewan, termasuk daging,
lingkungan sekitar pasar dibagian-bagian daging busuk, ikan, sampah ikan, bangkai,
tertentu tertutama dari hasil penelitian, sampah penyembelihan, sampah dan tanah
tertinggi ialah dibagian kiri depan yang yang mengandung kotoran hewan.
terdapat TPS (Tempat Pembuangan Sampah Ciri umum lalat memilki warna tubuh
Sementara), dimana saat peneliti melakukan hijau kebiruan metalik, mengkilat, lalat ini
penelitian selama 3 hari terlihat sampah yang memiliki ukuran kira-kira 1,5 kali lalat rumah.
dihasilkan di Pasar Parang Tambung melebihi Mempunyai abdomen berwarna hijau metalik.
kapasitas wadah TPS (Tempat Pembuangan Lalat jantan memiliki sepasang mata yang
Sampah) setiap harinya. cenderung bersatu atau holoptik sedangkan
hal ini pula yang menyebabkan lalat betina memiliki sepasang mata yang
tingginya kepadatan lalat di titik tersebut, sedikit terpisah antara satu dan lainnya atau
selain karena pengangkutan yang terlalu lama dikoptik (Susilowati, 2017).
ke pembuangan akhir dimana sampah tinggal Dimana kondisi lingkungan yang
terlalu lama di TPS akan menimbulkan bau kumuh dan sumber makanan bagi lalat semua
yang mengundang lalat untuk hinggap, dan terpenuhi di lokasi kelima pasar ini, karena
hal lain yang mempengaruhi tingginya dari sumber makanan dan berasal dari
kepadatan lalat di titik terssebut karena bak sampah yang dominan sampah organik dari
kontener tersebut tidak tertutup dan sampah buah-buahan dan sayur-sayuran, serta
yang berserakan disekitar TPS. bangkai hewan yang membusuk yang disukai
Dan pengukuran tertinggi juga oleh jenis lalat tersebut.
terdapat dibagian tengah pasar dimana lokasi
tersebut berada dibagian lods daging ayam

74
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 20 No.1 2020
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

Kesimpulan dan Saran pasar Panampu, Pasar Terong, Pasar


Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat di Pabaeng-baeng, pasar parang tambung,
tarik kesimpulan sebagai berikut : dan Maricaya agar menyediakan
1. Penanganan sampah di pasar tradisional setidaknya 2 TPS berupa kontener yang
kota Makassar rata-rata sepenunya belum memenuhi syarat di setiap pasar, serta
efektif, berdasarkan Kepmenkes RI NO. menambah frekuensi pengangkutan
519 Tahun 2008 tentang syarat pedoman sampah lebih dari 2 kali
penyelenggaraan pasar sehat dalam hal 3. Pengelola pasar sebaiknya melakukan
ini mengenai pengelolaan sampah. kerja sama dengan para petugas
2. Berdasarkan Peraturan Menteri kebersihan dan pedagang untuk mengolah
Kesehatan RI Nomor 50 Tahun 2017 rata- atau memanfaatkan sampah yang dapat di
rata kepadatan lalat di pasar Tradisional olah kembali.
Kota Makassar tidak memenuhi syarat 4. Sebaiknya pengelola pasar membuat SOP
baku mutu vektor lalat (Standar Operasional Prosedur) dengan
memberi sanksi kepada setiap penjual
ataupun pengunjung yang membuang
SARAN sampah tidak pada tempatnya.
1. Kepada pemerintah Kota Makassar agar 5. Sebaiknya setiap pasar agar lebih efektif
memperhatikan dan menyediakan sarana lagi dalam melakukan pengelolaan
kesehatan Lingkungan di Pasar sampah, khususnya dalam hal fasilitas
Tradisional Kota Makassar berupa sarana pewadahan, pengumpulan dan
fasilitas alat kebersihan yang sesuai pengangkutan sampah agar lebih rutin.
dengan syarat kesehatan.
2. Kepada dinas kebersihan pasar
khususnya pasar resmi di kota Makassar,
DAFTAR PUSTAKA
Daeli Pasrahni. (2017). Analisis Pengelolaan Sampah Sanitasi dan Angka Kepadatan Lalat Di Pasar Nou
Kota Gunung Sitoli . Skripsi. Universitas
SumateraUtara.(Online).http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/6044/141000627
.pdf?sequence=1&isAllowed=y (Diakses pada 19 Desember 2018)
Kemenkes RI. (2011). Pasar Sehat Upaya Cegah Penularan Penyakit. (Online).
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/6044/141000627.pdf?sequence=1&isAllo
wed=y. (Diakses pada 19 Desember 2018)
Lampus Yuriani dkk. (2017). Partisipasi Pedagang Dalam Pengelolaan
Sampah.(Online).https://media.neliti.com/media/publication/163003-ID-partisipasi-pedagang-
dalam-pengelolaan-s.pdf. (Diakses pada 17 Januari 2019).
Nurhidayat Setyo Purwendro. (2008). Mengolah Sampah untuk Pupuk Pestisida Organik . Depok:
Penebar Swadaya.
Republik Indonesia. Kepmenkes RI Nomor 519 Tahun (2008).Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat
(Online).
https://www.academia.edu/10261502/keputusan_menteri_kesehatan_republik_indonesia_nomo
r_519_menkes_sk_vi_2008_tentang_pedoman_penyelenggaraan_pasar_sehat_menteri_keseh
atan_republik_indonesia. (Diakses pada 16 Desember 2018)
Republik Indonesia. Permenkes RI Nomor 50 Tahun (2017). Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
Dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor Dan Binatang Pembawa penyakit Serta
Pengendaliannya. (Online). http ://aspphami-dki-.or.id/wp
content/uploads/2018/07/PMK_No._50_ttg_Standar_Baku_mutu_KESLING_dan_Persyaratan_
Kesehatan_Vektor_.pdf. (Diakses pada 23 Desember 2018)
Sudarso. (1985). Bidang Studi Pembuangan Sampah. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan
Tenaga Sanitasi Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan.
Susilowati. (2017). Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Tingkat Kepadatan Lalat Di Pasar Tradisional
Kecamatan Tembalang . Skripsi. Universitas Muhammadiyah Semarang . (Online).
http://repository.unimus.ac.id/992/ (Diakses pada 20 Desember 2018).

75

You might also like