6384 18831 3 PB
6384 18831 3 PB
2 (2022) 294
Pengaruh Penambahan Tepung Tempe Terhadap Kerupuk Ikan Lele, Ayu et al.
Tanggal masuk: 28 Juli 2022 Tanggal diterima: 23 Agustus 2022 Tanggal terbit: 28 September 2022
Abstract
Crackers are a popular food but low in nutrients. The aims of the study were to determine the effect of adding
tempe flour on the physicochemical and sensory properties of catfish (Clarias gariepinus) crackers and to
obtain the best concentration of tempe flour on the physicochemical and sensory properties of catfish
(Clarias gariepinus) crackers according to SNI 01-2713-2009 quality. The study was arranged in a non-
factorial Completely Randomized Block Design (CRBD) with 7 treatment levels and 4 replications. The
formulation of tempe flour was 0% (P0), 5% (P1), 10% (P2), 15% (P3), 20% (P4), 25% (P5) and 30% (P6)
(w/w ). The data was tested for homogeneity with the Bartlett test and additivity with the Tuckey test.
Analysis of variance was used to determine the significancy of treatment, then the significant treatments
were analyzed using the Least Significant Difference Test (LSD) at the 5% level. The results showed that the
best catfish crackers was the P2 treatment (addition of 10% tempeh flour) which resulted in the expansion
volume of 346.02%, water content of 7.88%, protein content of 9.78%, ash content of 3.72 %, and
antioxidant activity of 178.80%. The sensory test of the product was producing texture with a score of 3.60
(crispy), taste with a score of 3.41 (a somewhat distinctive taste of tempe flour), color with a score of 3.70
(yellow) and aroma with a score of 3, 21 (the aroma is somewhat typical of tempe flour).
Abstrak
Kerupuk merupakan makanan yang digemari namum masih rendah nutrisi. Tujuan penelitian adalah
mengetahui pengaruh penambahan tepung tempe terhadap sifat fisikokimia dan sensori pada kerupuk ikan
lele (Clarias gariepinus) serta mendapatkan konsentrasi tepung tempe terbaik terhadap sifat fisikokimia dan
sensori pada kerupuk ikan lele (Clarias gariepinus) yang sesuai mutu SNI 01-2713-2009. Penelitian disusun
dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) non faktorial dengan 7 taraf perlakuan dan 4 kali
ulangan. Formulasi penambahan tepung tempe sebesar 0% (P0), 5% (P1), 10% (P2), 15% (P3), 20% (P4),
25% (P5) dan 30% (P6) (b/b). Data diuji kesamaan ragamnya dengan uji Bartlett dan kemenambahan data
diuji dengan Uji Tuckey. Analisis Sidik Ragam digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan,
selanjutnya perbeedaan antar perlakuan dianalisis menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf
5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerupuk ikan lele terbaik adalah perlakuan P2 (penambahan
tepung tempe 10%) yang menghasilkan volume pengembangan sebesar 346,02%, kadar air sebesar 7,88%,
kadar protein sebesar 9,78%, kadar abu sebesar 3,72% dan aktivitas antioksidan 178,80%. Uji sensori pada
produk menghasilkan tekstur dengan skor 3,60 (renyah), rasa dengan skor 3,41 (rasa agak khas tepung
tempe), warna dengan skor 3,70 (kuning) dan aroma dengan skor 3,21 (aroma agak khas tepung tempe).
etanol 96%, metanol p.a, aquades, HCl dilakukan proses pencampuran dengan
0,1 N, ether, alkohol 10%, dan HCl ± 25%. formulasi perbandingan tepung tapioka :
Alat yang digunakan pada peneletian tepung tempe yang digunakan yaitu P0
ini adalah timbangan, pisau, baskom, alat (100%:0%), P1 (95%:5%), P2 (90%:10%),
pengkukus, loyang, kompor, blender, P3 (85%:15%), P4 (80%:20%), P5
talenan, wajan, seperangkat alat uji (75%:25%), dan P6 (70%:30%), filet ikan
sensori, gelas ukur, termometer, benang, lele 50g, bawang putih 5 g, garam 3 g, air
alat tulis, jangka sorong, spektrofotometer panas 50 ml, dan kemudian semua bahan
UV-Vis, sokhlet, desikator, cawan dilakukan pengulenan hingga kalis.
porselen, labu kjeldahl, oven, penangas, Adonan kerupuk yang sudah kalis
kertas saring, gelas beaker, erlenmeyer, dilakukan pencetakan membentuk seperti
pipet ukur dan tabung reaksi. lenjer yang kemudian dilakukan pengu-
kusan selama 45 menit dengan suhu 90°C
Metode Penelitian hingga adonan matang. Adonan kerupuk
Penelitian ini disusun dalam Ranca- yang sudah matang dilakukan pen-
ngan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dinginan selama 12 jam. Adonan kerupuk
dengan empat ulangan. Perlakuan yang telah dingin dilakukan pengirisan
nonfaktorial yang terdiri dari tujuh taraf tipis dengan ketebalan 2-3 mm. Setelah
yaitu jumlah penambahan tepung tempe pengirisan dilakukan pengeringan dengan
yaitu 0% (P0), 5% (P1), 10% (P2), 15% oven pada suhu ± 45°C selama 24 jam.
(P3), 20% (P4), 25% (P5) dan 30% (P6) Kerupuk mentah yang telah dihasilkan
(b/b). Data yang diperoleh diuji kesamaan selanjutnya digoreng secara manual
ragamnya dengan Uji Bartlett dan selama 15 detik. Selanjutnya kerupuk
kemenambahan data diuji dengan yang telah matang dilakukan uji sensori,
menggunakan uji Tuckey. Data dianalisis kimia, dan fisik.
dengan sidik ragam untuk mendapatkan
penduga ragam galat. Analisis data Parameter penelitian
dilanjutkan dengan menggunakan uji BNT Parameter yang diamati terhadap
pada taraf 5%. kerupuk ikan lele dengan penambahan
tepung tempe adalah uji kimia yaitu kadar
Pelaksanaan penelitian air (AOAC, 2019), kadar abu (AOAC,
Pembuatan kerupuk mengikuti 2019), kadar ptotein (AOAC, 2019), uji
proses berdasarkan penelitian Wahidatur, aktivitas antioksidan, uji fisik volume
Z.R. (2017), ikan yang digunakan dalam pengembangan kerupuk (Koswara, 2009),
penelitian ini adalah daging ikan lele dan uji sensori terhadap tekstur, warna,
segar. Setelah pemotongan ikan lele rasa, aroma dan penerimaan keseluruhan.
dilakukan proses pendarahan, lalu proses
pencucian dengan menggunakan air HASIL DAN PEMBAHASAN
mengalir dan selanjutnya proses pem-
filetan. Hasil filet ikan selanjutnya digiling Volume Pengembangan Kerupuk
untuk memperoleh lumatan daging yang Nilai rata-rata volume pengembang-
lembut sebagai bahan tambahan pem- an kerupuk dengan penambahan tepung
buatan kerupuk. Selanjutnya kerupuk tempe berkisar antara 185,81%-575,07%.
parameter tekstur kerupuk ikan lele dapat parameter rasa kerupuk ikan lele dapat
dilihat pada Tabel 3. dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3. Hasil Uji Lanjut BNT terhadap Skoring Tabel 4. Hasil Uji Lanjut BNT terhadap Skoring
Tekstur Kerupuk Matang Rasa Kerupuk Matang
Perlakuan Rata-rata Perlakuan Rata-rata
P0 (Kontrol) 4,36 a P0 (Kontrol) 3,47 a
P2 (Tepung tempe 10%) 4,26 a P2 (Tepung tempe 10%) 3,41 ab
P1 (Tepung tempe 5%) 3,60 b P1 (Tepung tempe 5%) 3,40 ab
P3 (Tepung tempe 15%) 3,26 c P4 (Tepung tempe 20%) 3,22 ab
P4 (Tepung tempe 20%) 2,93 d P3 (Tepung tempe 15%) 3,20 ab
P5 (Tepung tempe 25%) 2,60 e P5 (Tepung tempe 25%) 3,13 b
P6 (Tepung tempe 30%) 2,13 f P6 (Tepung tempe 30%) 2,70 c
BNT 0,05 = 0,303 BNT 0,05 = 0,314
Skor : 1= Sangat tidak renyah; 2= Tidak renyah; 3= Skor : 1= Sangat khas tepung tempe; 2= Khas
Agak renyah; 4= Renyah; 5= Sangat Renyah tepung tempe; 3= Agak khas tepung tempe; 4=
Tidak khas tempe; 5= Sangat tidak khas tempe
Berdasarkan tabel 3, nilai skoring
tekstur kerupuk ikan lele matang yang Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai
dihasilkan pada perlakuan kontrol (P0) skoring rasa kerupuk dengan perlakuan
tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (P0) tidak berbeda nyata dengan
penambahan tepung tempe 5% (P2), kerupuk perlakuan penambahan tepung
namun berbeda nyata dengan kerupuk tempe 5% (P1), 10% (P2), 15% (P3), dan
perlakuan penambahan tepung tempe 20% (P4), namun berbeda nyata dengan
15% (P3), 20% (P4), 25% (P5) dan 30% kerupuk perlakuan penambahan tepung
(P6). Nurainy dkk. (2015) menyatakan tempe 25% (P5) dan 30% (P6).
bahwa volume pengembangan dan Penambahan tepung tempe mempenga-
tekstur kerupuk dipengaruhi oleh ruhi penilaian skoring rasa kerupuk ikan
banyaknya kandungan air yang terdapat lele yang dihasil-kan. Hal tersebut karena
dalam kerupuk. Hal ini berhubungan adanya after taste berupa rasa pahit pada
dengan proses gelatinisasi yang terjadi kerupuk ikan lele. After taste pahit dapat
dalam pembuatan kerupuk yakni kandu- disebabkan oleh hidrolisis asam-asam
ngan pati yang tinggi akan mengalami amino yang terjadi pada reaksi Maillard,
proses gelatinisasi sempurna yang baik saat proses pembuatan tepung
menghasilkan sel pati yang lebih besar tempe maupun saat penggorengan
selama penggorengan. Kerupuk yang kerupuk matang. Menurut Johnson dan
mengembang akan memiliki kadar air Peterson dalam Kurniawati (2012)
rendah dan tekstur renyah. menyebut-kan bahwa terdapat asam-
asam amino yang menimbulkan rasa pahit
Rasa seperti lisin, arginin, prolin, fenilalanin, dan
Hasil uji skoring untuk parameter valin. Asam amino lisin merupakan asam
rasa berbagai perlakuan penambahan amino yang memiliki rasa paling pahit
tepung tempe terhadap kerupuk ikan lele dibandingkan asam amino penyebab rasa
yaitu dengan skor rata-rata 2,70 – 3,47. pahit lainnya.
Hasil uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5% terhadap nilai skoring
senyawa-senyawa volatil penyebab aroma yaitu dengan skor rata-rata 2,17 – 3,98.
langu, khususnya etil fenil keton. Hasil uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5% terhadap nilai hedonik
Uji Hedonik parameter rasa kerupuk ikan lele dapat
Warna dilihat pada Tabel 8.
Hasil uji hedonik untuk parameter
warna berbagai perlakuan penambahan Tabel 8. Hasil Uji Lanjut BNT terhadap Hedonik
Rasa Kerupuk Matang
tepung tempe terhadap kerupuk ikan lele Perlakuan Rata-rata
yaitu dengan skor rata-rata 1,47 – 4,53. P0 (Tepung tempe 0%) 3,98 a
Hasil uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) P2 (Tepung tempe 10%) 3,81 ab
pada taraf 5% terhadap nilai hedonik P1 (Tepung tempe 5%) 3,58 b
P3 (Tepung tempe 15%) 3,57 b
parameter warna kerupuk ikan lele dapat
P4 (Tepung tempe 20%) 2,92 c
dilihat pada Tabel 7. P5 (Tepung tempe 25%) 2,44 d
P6 (Tepung tempe 30%) 2,17 e
Tabel 7. Hasil Uji Lanjut BNT terhadap Hedonik BNT 0,05 = 0,252
Warna Kerupuk Matang Skor : 1= Sangat tidak suka; 2= Tidak suka; 3=
Perlakuan Rata-rata Netral; 4= Suka; 5= Sangat suka
P0 (Kontrol) 4,53 a
P2 (Tepung tempe 10%) 3,93 b Berdasarkan Tabel 8., nilai hedonik
P1 (Tepung tempe 5%) 3,50 c
rasa kerupuk ikan lele matang yang
P3 (Tepung tempe 15%) 2,67 d
P4 (Tepung tempe 20%) 2,34 e
dihasilkan perlakuan kontrol (P0) tidak
P5 (Tepung tempe 25%) 1,86 f berbeda nyata dengan kerupuk perlakuan
P6 (Tepung tempe 30%) 1,47 g penambahan tepung tempe 5% (P1), 10%
BNT 0,05 = 0,294 (P2) dan 15% (P3), tetapi berbeda nyata
Skor : 1= Sangat tidak suka; 2= Tidak suka; 3= dengan kerupuk perlakuan penambahan
Netral; 4= Suka; 5= Sangat suka
tepung tempe 20% (P4), 25% (P5) dan
30% (P6). Semakin tinggi penggunaan
Berdasarkan hasil pada Tabel 7.,
tepung tempe pada pembuatan kerupuk
nilai hedonik warna kerupuk ikan lele
ikan lele maka rasa khas tempe semakin
matang yang dihasilkan perlakuan kontrol
kuat dan cenderung tidak disukai panelis.
(P0) berbeda nyata dengan kerupuk
perlakuan penambahan tepung tempe 5%
Aroma
(P1), 10% (P2), 15% (P3), 20% (P4), 25%
Hasil uji hedonik untuk parameter
(P5), dan 30% (P6). Menurut Mustakim
aroma berbagai perlakuan penambahan
dkk. (2016), perubahan warna kerupuk
tepung tempe terhadap kerupuk ikan lele
dipengaruhi dari warna tepung tempe,
yaitu skor rata-rata 2,43 – 3,62. Hasil uji
yaitu semakin banyak presentase penam-
lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) pada
bahan tepung tempe maka tingkatan
taraf 5% terhadap nilai hedonik parameter
warna cenderung kecoklatan yang me-
aroma kerupuk ikan lele dapat dilihat pada
nunjukan semakin nyata.
Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9, nilai
Rasa hedonik aroma kerupuk ikan lele matang
Hasil uji hedonik untuk parameter yang dihasilkan perlakuan kontrol (P0)
rasa berbagai perlakuan penambahan tidak berbeda nyata dengan kerupuk
tepung tempe terhadap kerupuk ikan lele perlakuan penambahan tepung tempe 5%
(P1), 10% (P2), 15% (P3), 20% (P4), 25% penambahan tepung tempe 5% (P1), 15%
(P5), dan 30% (P6). (P3), 20% (P4), 25% (P5), dan 30% (P6).
Tabel 9. Hasil Uji Lanjut BNT terhadap Hedonik Tabel 10. Hasil Uji Lanjut BNT terhadap Hedonik
Aroma Kerupuk Matang Penerimaan Keseluruhan Kerupuk
Perlakuan Rata-rata (%) Matang
P0 (Kontrol) 3,62 a Perlakuan Rata-rata
P2 (Tepung tempe 10%) 3,46 ab P0 (Tepung tempe 0%) 4,12 a
P1 (Tepung tempe 5%) 3,42 ab P2 (Tepung tempe 10%) 3,95 a
P3 (Tepung tempe 15%) 3,15 bc P1 (Tepung tempe 5%) 3,48 b
P4 (Tepung tempe 20%) 2,97 cd P3 (Tepung tempe 15%) 3,08 c
P5 (Tepung tempe 25%) 2,64 de P4 (Tepung tempe 20%) 2,71 d
P6 (Tepung tempe 30%) 2,43 e P5 (Tepung tempe 25%) 2,32 e
BNT 0,05 = 0,415 P6 (Tepung tempe 30%) 2,10 e
Skor : 1= Sangat tidak suka; 2= Tidak suka; 3= BNT 0,05 = 0,258
Netral; 4= Suka; 5= Sangat suka Skor : 1= Sangat tidak suka; 2= Tidak suka; 3=
Netral; 4= Suka; 5= Sangat suka
Menurut Ginting dkk. (2013), aroma
Atribut penerimaan keseluruhan
langu yang timbul pada tepung tempe
merupakan penilaian panelis terhadap
diakibatkan oleh enzim lipoksi-genase
kerupuk ikan lele dengan penambahan
yang menghidrolisis lemak kedelai dan
tepung tempe yang meliputi seluruh
menghasilkan senyawa yang termasuk
parameter sensori yaitu warna, aroma,
dalam kelompok heksanal dan heksanol
dan rasa masing-masing perlakuan. Hal
penyebab bau langu sehingga semakin
ini dikarenakan penambahan tepung
sedikit tepung tempe yang ditambahkan
tempe pada kerupuk ikan lele yang mem-
ke dalam kerupuk maka semakin
pengaruhi kesukaaan panelis terhadap
berkurang aroma langu pada kerupuk ikan
penerimaan keseluruhan kerupuk yang
lele yang dihasilkan.
dihasilkan.
Penerimaan Keseluruhan
Hasil uji hedonik untuk parameter Penentuan Perlakuan Terbaik
penerimaan keseluruhan berbagai perla- Penentuan kerupuk ikan lele dengan
kuan penambahan tepung tempe terha- penambahan tepung tempe terbaik
dap kerupuk ikan lele yaitu skor rata-rata didasarkan dengan standar mutu kerupuk
2,10 – 4,12. Hasil uji lanjut Beda Nyata ikan SNI 01-2713-2009, serta keseluruhan
Terkecil (BNT) pada taraf 5% terhadap pengamatan yang dilakukan dalam
nilai hedonik parameter penerimaan penelitian ini yaitu volume pengembang-
keseluruhan kerupuk ikan lele dapat an, kadar air, uji sensori terhadap tekstur,
dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan Tabel warna, rasa, aroma dan penerimaan
10, nilai hedonik penerimaan keseluruhan keseluruhan. Penentuan perlakuan terbaik
kerupuk ikan lele matang yang dihasilkan dilakukan dengan cara pemberian notasi
perlakuan kontrol (P0) tidak berbeda bintang pada tiap perlakuan yang memiliki
nyata dengan kerupuk perlakuan penam- huruf dengan kategori terbaik pada uji
bahan tepung tempe 10% (P2) tetapi lanjut BNT 5%. Rekapitulasi penentuan
berbeda nyata dengan kerupuk perlakuan perlakuan terbaik pada kerupuk ikan lele
dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rekapitulasi Penentuan Perlakuan Terbaik pada Kerupuk Ikan Lele dengan Uji BNT 5%
SNI
Perlakuan
Parameter Kerupuk
P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6
Skoring Tekstur (*) 4,36a* 4,26a* 3,60b 3,26c 2,93d 2,60e 2,12f
Skoring Rasa (*) 3,47a* 3,40ab* 3,41ab* 3,20ab* 3,26ab* 3,13b 2,70c
Khas
Skoring Warna (*) 4,53a* 3,27c 3,70b 2,27d 2,21d 1,42e 1,05f
Normal
Skoring Aroma (*) 3,41a* 3,05b 3,21ab* 3,03b 3,01b 2,98b 2,60c
khas
Hedonik Rasa (*) 3,98a* 3,58b 3,81ab* 3,57b 2,92c 2,44d 2,17e
a* c b d e
Hedonik Warna (*) 4,53 3,50 3,93 2,67 2,34 1,86f 1,47g
a* ab* ab* bc cd
Hedonik Aroma (*) 3,62 3,42 3,46 3,15 2,97 2,64de 2,43e
a* b a c d
Penerimaan 4,12 3,48 3,95 * 3,08 2,71 2,32e 2,10e
Keseluruhan (*)
Volume 575,07a* 382,27b 346,02c 326,75d 299,34e 265,24f 185,81g
Pengembangan (*)
Kadar Air (*) 8,35a* 8,32a* 7,88b 6,41c 5,18c 4,69c 3,34d Maks12%
Keterangan:
(*) : Terbaik pada setiap parameter
P0 : Kontrol atau tanpa penambahan tepung tempe
P1 : Penambahan tepung tempe 5% P4 : Penambahan tepung tempe 20%
P2 : Penambahan tepung tempe 10% P5 : Penambahan tepung tempe 25%
P3 : Penambahan tepung tempe 15% P6 : Penambahan tepung tempe 30%
Nurainy, F., Sugiharto, R., dan Sari, D. W., Implementasinya untuk Diet
2015. Pengaruh Perbandingan Vegetarian. [Skripsi]. Universitas
Tepung Tapioka dan Tepung Jamur Indonesia. Depok.
Tiram Putih (Pleurotus osetreatus) Syahrial, Hamzah, F. dan Herawati, N.,
Terhadap Volume Pengembangan, 2016. Pemanfaatan Tepung Tempe
Kadar Protein dan Organoleptik pada Pembuatan Kerupuk Sagu.
Kerupuk. Jurnal Teknologi Industri Jurnal Online Mahasiswa Bidang
dan Hasil Pertanian 20(1), 11-24. Pertanian 3(1), 1-13.
Salanggon, A. M., Finarti, dan Tanod, W. Wahidatur, Z. R. 2017. Pengaruh
A., 2017. Karakteristik Nilai Sensori Pemanfaatan Ampas Kedelai Pada
Bakso Ikan Lele dengan Formulasi Kerupuk Lele Terhadap Karakteristik
Tepung Tapioka dan Tepung Biji Fisikokimia dan Respon Konsumen.
Nangka. Prosiding Seminar Nasional [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.
Kelautan dan Perikanan III. Madura, Bogor.
pp 341-349.
Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan
Susianto, 2011. Peran Formula Tempe Gizi. Gramedia. Jakarta.
Sebagai Sumber Vitamin B12 dan