Tugas Artikel
Tugas Artikel
Tugas Artikel
*E-mail: musliha@uin-suska.ac.id
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran
problem based learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis ditinjau dari
self regulated learning siswa madrasah tsanawiyah di Rokan hulu. Penelitian ini
merupakan penelitian dengan menggunakan desain factorial experiment. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah di Rokan Hulu
tahun ajaran 2020/2021. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A
sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII C sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah tes, angket, observasi dan dokumentasi. Adapun instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan pemecahan masalah matematis,
angket self regulated learning, lembar observasi aktivitas guru dan siswa serta dokumen
yang berupa data-data administrasi sekolah. Teknik analisis data yang digunakan untuk
hipotesis 1, 2 dan 3 adalah uji anova dua arah (two way anova). Berdasarkan hasil analisis
data yang telah dilakukan, pada hipotesis 1 dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang mengikuti
Juring (Journal for Research in Mathematics Learning), Vol. 6, No. 1, Maret 2023, xxx – xxx | 1
Nama Penulis, dkk.
pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran langsung. Hasil analisis data pada hipotesis 2 dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memiliki
self regulated learning tinggi, sedang dan rendah. Sedangkan pada hipotesis dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran problem based
learning dengan self regulated learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah upaya pengembangan potensi siswa. Dengan demikian, anak harus
dipandang sebagai organisme yang sedang berkembang dan memiliki potensi. Tugas
pendidikan adalah mengembangkan potensi yang dimiliki siswa, bukan memaksa agar
anak dapat menghafal data dan fakta (Sanjaya, 2006). Menurut permendikbud Nomor 21
Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah menetapkan bahwa
kompetensi yang harus dicapai pada pelajaran matematika adalah sebagai berikut;
(1)Menunjukkan sikap logis, kritis, analitis, kreatif, cermat dan teliti, bertanggung jawab,
responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah (2) Memiliki rasa ingin
tahu, semangat belajar yang kontinu, rasa percaya diri, dan ketertarikan pada matematika (3)
Memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang terbentuk melalui
pengalaman belajar (4) Memiliki sikap terbuka, objektif dalam interaksi kelompok maupun
aktivitas sehari-hari (5) Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan matematika
dengan jelas (Indonesia, 2016).
Berdasarkan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 dan NCTM jelas bahwa salah satu
kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa adalah kemampuan pemecahan masalah
matematis, yaitu menunjukkan sikap logis, kritis, analitis, kreatif, cermat dan teliti,
bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah.
Maka idealnya siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus memiliki kemampuan
pemecahan masalah matematis. Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan suatu
kemampuan matematis yang sangat penting dan perlu dikuasai oleh siswa dalam belajar
matematika (hendriana, Rohaeti, & Sumarmo, 2017). Mengingat pentingnya kemampuan
pemecahan masalah matematis seharusnya seorang guru dapat membangun kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa agar tujuan pembelajaran matematika bisa tercapai
dengan baik. Namun, pada kenyataanya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
masih tergolong rendah.
Hal ini juga dapat dilihat hasil survei internasional The Trend International
Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2015, Indonesia berada di urutan ke-45
dengan skor 397 dari 50 negara dan memperoleh skor dibawah skor rata-rata prestasi
Matematika internasional, yaitu 500. Sedangkan berdasarkan survei dari PISA 2015 diperoleh
bahwa Indonesia berada pada urutan 69 dari 76 negara peserta dan memperoleh nilai sebesar
386 poin (Riati & Farida, 2017). Permasalahan yang diajukan dalam instrumen TIMSS dan
PISA lebih mengacu pada proses bernalar, memecahkan masalah, berargumentasi dan
komunikasi.
Rendahnya kemampun pemecahan masalah siswa juga terjadi di Madrasah
Tsanawiyah (MTS) di Rokan Hulu. Hal ini di perkuat dengan hasil wawancara yang
dilakukan peneliti terhadap salah seorang guru matematika, kemudian peneliti juga
memberikan soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis, soal tes kemampuan
2 | Juring (Journal for Research in Mathematics Learning), Vol. 6, No. 1, Maret 2023, xxx – xxx
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Ditinjau Dari Self-Regulated Learning Siswa Madrasah Tsanawiyah Di Rokan Hulu
pemecahan masalah matematis tersebut diberikan kepada siswa kelas VIII. Soal yang
diberikan sebanyak 1 butir soal yang memuat 4 indikator dan dibuat berdasarkan indikator
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan berkaitan dengan materi yang telah
dipelajari siswa sebelumnya.
Dari hasil analisis jawaban siswa diperoleh bahwa presentasi keberhasilan siswa
untuk tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sebesar 35% sedangkan
kegagalannya 65%. Hal ini tingkat kegagalan siswa lebih tinggi dibandingkan dengan
tingkat keberhasilan siswa yang artinya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
masih tergolong rendah.
Selanjutnya berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dilapangan, maka perlu diketahui
juga faktor yang mempengaruhi rendah atau meningkatkanya kemampuan pemecahan masalah
matematis. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, yaitu
dibedakan menjadi 3 macam diantaranya: a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni
keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa, b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni
kondisi lingkungan disekitar siswa, c) Faktor pendekatan pembelajaran, yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk mempelajari pelajaran
(Syah, 2015).
Berdasarkan dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, maka guru
sangat berperan penting dalam mendorong terjadinya proses belajar yang optimal melalui
model, metode maupun pendekatan yang diterapkan. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Muhibbin Syah bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah
strategi, pendekatan dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi-materi pelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu mengubah
pembelajaran menjadi lebih menarik dengan cara memilih model pembelajaran yang tepat.
Adapun salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa adalah model pembelajaran (Nisak & Istiana, 2017). Adapun model
yang dipilih adalah model pembelajaran problem based learning.
Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian relevan yang dilakukan oleh Andi Yunarni
Yusri dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Negri Pangkajene” dari hasil
penelitiannya mengatakan bahwa model pembelajaran problem based learning dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa (Yusri, 2018). Model pembelajaran
Problem Based Learning ini merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada
suatu masalah sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi dan
ketrampilan penyelesaian masalah serta memperoleh pengetahuan baru terkait dengan
permasalahan tersebut (Lestari & Yudhanegara, 2018). Sehingga akan membantu siswa untuk
lebih aktif dalam menyampaikan, menanyakan, dan memahami materi yang diajarkan,
sehingga terciptalah suatu lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa.
Model pembelajaran problem based learning juga dapat memotivasi siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan siswa
ikut terlibat aktif dalam menyelesaikannnya. Selain itu model pembelajaran problem based
learning ini lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa
yaitu pada materi pokok sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) (Arifin, Kartono, &
Pramono, 2018). Model pembelajaran problem based learning yang dilaksanakan melalui
diskusi kelompok akan terlihat peningkatkan aktivitas pembelajaran setiap siklusnya dan juga
dapat meningkatkan keaktifan, keberhasilan dalam belajar serta meningkatkan kemandirian
belajar siswa (Sukrawan & Komaro, 2011).
Faktor lain yang juga mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran adalah
kemampuan Kemandirian belajar. Winne mengemukakan bahwa Self Regulated Learning
Juring (Journal for Research in Mathematics Learning), Vol. 6, No. 1, Maret 2023, xxx – xxx | 3
Nama Penulis, dkk.
adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri di
dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Kemandirian belajar siswa
(Self-Regulated Learning) memiliki peranan penting dalam prestasi akademik yang dicapai
siswa, salah satunya dipengaruhi oleh kepercayaan diri siswa terhadap kemampuannya (Amir
& Risnawati, 2015). Sikap seperti itu merupakan ciri kedwasaan orang terpelajar (Rusman,
2018).
Kemandirian belajar (self regulated learning) juga dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusup
Ansorin dan Indri Herdiman, dari hasil penelitiannya diperoleh bahwa adanya pengaruh
kemandirian belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika (Ansori &
Herdiman, 2019).
Berdasarkan permasalahan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ditinjau dari Self-
Regulated Learning Siswa Madrasah Tsanawiyah di Rokan Hulu.”
METODE
Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Desain eksperimen
dalam penelitian ini menggunakan bentuk desain factorial Experiment yang merupakan
modifikasi dari design true experiment.
Metode eksperimen pada sampel penelitian ini diberikan pre-test dan post-test dengan
menggunakan instrumen yang sama baik.. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VIII di MTs Raudhatussalam yaitu VIII A, VIII B, VIII C dan VIII D Tahun ajaran
2020/2021. Sedangkan sampel adalah satu kelas yaitu kelas VIII A (kelas eksperimen) dan
kelas VIII C (kelas kontrol). Pengambilan sampel menggunakan tekmik cluster random
sampling¸yaitu teknik pengambilan sampel yang terdiri atas sekelompok anggota yang
terhimpun pada kelompok (cluster) secara acak (Hartono, 2019)
Teknik yang digunakan dalam menganalisis data uji hipotesis 1, 2, dan 3 adalah
ANOVA dua arah (two ways anova). Tujuan melakukan uji hipotesis adalah untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang
mengikuti model pembelajaran problem based learningdan siswa yang mengikuti
pembelajaran langsung, ada tidaknya perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis
pada siswa yang memiliki self regulated learningtinggi, sedang dan rendah, serta ada
tidaknya interaksi antara model pembelajaran problem based learningterhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa. Selanjutnya sebelum dilakukan uji anova dua arah,
terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
4 | Juring (Journal for Research in Mathematics Learning), Vol. 6, No. 1, Maret 2023, xxx – xxx
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Ditinjau Dari Self-Regulated Learning Siswa Madrasah Tsanawiyah Di Rokan Hulu
80
75.26
70
61.6
60
50
44.28
40.31 Pretes
40
Posttest
30
20
10
0
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Berdasarkan Diagram 1 tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata pretest kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa kelas eskperimen (44,28) dan kelas kontrol (40,31)
hanya memiliki perbedaan 3,97 poin yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan.Hal
ini disebabkan karena kemampuan siswa pada masing-masing kelas adalah homogen dan
belum memperoleh perlakuan.
Kondisi ini diperkuat dengan analisis data yang digunakan peneliti untuk
menguji kemampuan pemecahanmasalah matematis awal dari hasil pretestyaitu
menggunakan uji t. Namun sebelum dilakukan uji t peneliti melakukan uji prasyarat yaitu uji
normalitas dan uji homogenitas. Adapun secara rinci hasil uji normalitas dan uji homogenitas
disajikan dalam tabel 1 dan 2 berikut:
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan diperoleh Uji hipotesis I (AntarBaris)
yang menunjukkan bahwa nilai F hitung=13,83. Karena F hitung =13,83>¿ F tabel=3,99 , maka H 0
ditolak dan H 0diterima. Artinya terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah
matematis antara siswa yang mengikuti model pembelajaran problem based learning
dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung. Hal ini menunjukkan
bahwa model pembelajaran problem based learning memberikan pengaruh yang baik
terhadap kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematis.
Selanjutnya jika melihat hasil data kemampuan pemecahan masalah matematis
(posttest) siswa berdasarkan self regulated learning maka diperoleh nilai rataan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa berkemampuan self regulated learning tinggi (90,14),
siswa berkemampuan self regulated learning sedang (73,75) dan siswa berkemampuan self
regulated learning rendah (58,25). Sedangkan siswa yang mengikuti model pembelajaran
langsung memperoleh nilai rataan kemampuan pemecahan masalah matematis untuk
berkemampuan self regulated learning tinggi (81,5), siswa berkemampuan self regulated
learning sedang (60,35) dan siswa berkemampuan self regulated learning rendah (51,11).
6 | Juring (Journal for Research in Mathematics Learning), Vol. 6, No. 1, Maret 2023, xxx – xxx
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Ditinjau Dari Self-Regulated Learning Siswa Madrasah Tsanawiyah Di Rokan Hulu
Terlihat bahwa nilai rataan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa semakin
meningkat sesuai dengan tingkat kemampuan self regulated learningnya. Sejalan menurut
Winne mengemukakan bahwa Self Regulated Learning adalah kemampuan seseorang untuk
mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri di dalam berbagai cara sehingga
mencapai hasil belajar yang optimal.7 Dengan demikian kemandirian belajar siswa dapat
mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, yang meliputi memahami
masalah, memahami bentuk rencana pemecahan masalah, memahami cara menyelesaikan
rencana pemecahan masalah dan memahami solusi yang sesuai dengan permasalahan yang
diberikan.
Selanjutnya, jika dilihat pada hasil uji hipotesis III tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran dan self regulated learning siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa. Artinya tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan self regulated
learning siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal ini menurut
peneliti terjadi karena hasil posttest kemampuan pemecahan masalah matematis menunjukkan
bahwa siswa yang termasuk kategori self regulated learning tinggi, sedang, atau pun rendah
ada yang memperoleh nilai di bawah rata-rata kelas, baik pada kelas eksperimen maupun kelas
kontrol. Hal tersebut memungkinkan pada penelitian ini self regulated learning siswa tidak
terlalu mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, sehingga tidak
terdapat interaksi model pembelajaran problem based learning dan self regulated learning
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal ini juga sejalan dengan hasil
penelitian relevan yang dilakukan oleh Sarbia, dkk dari hasil penelitiannya diperoleh bahwa
tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran problem based learning dan self regulated
learning siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika (Sarbia, Busnawir, &
Sudia, 2017).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa: 1)
terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang mengikuti
model pembelajaran problem based learningdengan siswa yang mengikuti model
pembelajaran langsung, 2) terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis
antara siswa yang memiliki self regulated learning tinggi, self regulated learningsedang, dan
self regulated learning rendah,dan 3)tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan
self regulated learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Z., & Risnawati. (2015). Psikologi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
Ansori, Y., & Herdiman, I. (2019). Pengaruh Kemandirian Belajar terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Journal of Medives : Journal of
Mathematics Education IKIP Veteran Semarang, 3(1), 11–19.
https://doi.org/https://doi.org/10.31331/medivesveteran.v3i1.646
Arifin, Z., Kartono, & Pramono. (2018). Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan
Model PBL Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Materi SPLDVpada
Siswa Kelas X SMKN 6Semarang. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika,
Juring (Journal for Research in Mathematics Learning), Vol. 6, No. 1, Maret 2023, xxx – xxx | 7
Nama Penulis, dkk.
1, 628–632.
Hendriana, H., Rohaeti, E. E., & Sumarmo, U. (2017). Hard Skills and Soft Kills Matematik
Siswa. Bandung: Refika Aditama.
Nisak, K., & Istiana, A. (2017). Pengaruh Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. JKPM (Jurnal Kajian
Pendidikan Matematika), 3(1), 91–98.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30998/jkpm.v3i1.2540
Riati, T., & Farida, N. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Learning Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP PGRI 02 Ngajum.
Pi: Mathematics Education Journal, 1(1), 15–21.
https://doi.org/https://doi.org/10.21067/pmej.v1i1.1999
Sarbia, Busnawir, & Sudia, M. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dan Model Pembelajaran Kooperatif TGT terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik Berdasarkan Self Regulated Learning Siswa SMP.
Jurnal Pendidikan Matematika, 8(1), 86–96. https://doi.org/10.36709/jpm.v8i1.5934
Sukrawan, Y., & Komaro, M. (2011). Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Dasar
Kompetensi Kejuruan Teknik Mesin. INVOTEC, VII(1), 93–113.
8 | Juring (Journal for Research in Mathematics Learning), Vol. 6, No. 1, Maret 2023, xxx – xxx