1000 4425 1 PB
1000 4425 1 PB
1000 4425 1 PB
ABSTRACT
ABSTRAK
Krisan merupakan komoditas tanaman hias potensial yang banyak diekspor Indonesia. Hal
tersebut dapat menjadi peluang yang baik bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saing
komoditas krisan di tingkat internasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
perkembangan dan proyeksi ekspor komoditas krisan Indonesia di pasar internasional, serta
menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif komoditas krisan Indonesia di pasar
internasional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2020 hingga Februari 2021.
Metode analisis yang digunakan yaitu analisis tren untuk mengetahui perkembangan dan
proyeksi ekspor krisan Indonesia di pasar internasional, Revealed Comparative Advantages
(RCA) dan Export Competitiveness Index (ECI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspor
krisan Indonesia ke pasar internasional pada rentang tahun 2010 – 2019 menunjukkan tren yang
https://doi.org/10.21776/ub.jepa.2022.006.02.18
Lucia Desy Sukmayanti – Analisis Daya Saing Ekspor ........................................................................ 541
menurun namun diproyeksikan meningkat untuk 5 tahun mendatang (2020 – 2024). Hasil
analisis RCA dan ECI menunjukkan nilai <1, dapat diartikan bahwa Indonesia belum
mempunyai daya saing secara komparatif maupun secara kompetitif. Kondisi daya saing ini
perlu terus ditingkatkan agar potensi yg ada dapat dimanfaatkan.
PENDAHULUAN
Tanaman hias merupakan komoditas yang diminati tidak hanya oleh pasar domestik
Indonesia, namun juga pasar internasional. Konsumsi pasar dunia terhadap florikultur dapat
menyentuh angka rata-rata 40 – 60 juta US$ per tahun dan diperkirakan akan terus meningkat
(MoAD, 2015). Tingginya konsumsi pasar dunia akan sektor tanaman hias tidak bisa dilepaskan
dari kebutuhan ornamental, bahkan florikultur juga seringkali diperlukan untuk melengkapi
berbagai ritual di berbagai negara. Pasar florikultur dunia pun menjadi pasar potensial yang
dalam satu dekade terakhir bahkan memiliki pertumbuhan lebih dari 10% (Rabobank, 2015).
Salah satu negara importir florikultur terbesar adalah Jepang, dimana pada tahun 2017 nilai
impor florikultur negara Jepang mencapai angka 108 juta US$ (Harniati dan Jamil, 2020).
Florikultur Indonesia turut berkontribusi di pasar dunia, salah satunya komoditas krisan.
Nilai ekspor krisan Indonesia berada di posisi 20 besar dunia dan menempati urutan ke-3 di
ASEAN (Arumta et al., 2019). Pasar krisan dunia sendiri dapat dikatakan pasar yang kompetitif.
Negara-negara pengimpor krisan di dunia contohnya adalah Jepang, Amerika Serikat, Inggris,
Rusia, Jerman, Perancis dan Polandia dimana jumlah negara pengimpor krisan dunia jauh lebih
banyak daripada negara eksportir krisan (Kementerian Pertanian, 2014). Negara-negara ASEAN
lainnya tidak ketinggalan dalam meramaikan pasar krisan internasional. Menurut Kementerian
Pertanian (2014) terdapat empat negara ASEAN selain Indonesia yang menjadi eksportir krisan
dunia yaitu Malaysia yang tahun 2012 dapat mengekspor hingga 90% krisan dari total ekspor
negara ASEAN ke dunia, Thailand, Vietnam, dan Singapura.
Indonesia memiliki potensi florikultur pada komoditas krisan didukung oleh kondisi
agroklimat dan keberagaman biodiversitasnya. Krisan terus merangkak menjadi komoditas
tanaman hias yang memiliki potensi strategis dalam mengembangkan perekonomian nasional.
Lima tahun terakhir, krisan menjadi komoditas tanaman hias di Indonesia yang memiliki tingkat
produksi paling tinggi diantara jenis tanaman hias lainnya. Krisan menempati posisi luas panen
sebesar 1.110,52 hektar di urutan pertama dengan mengalahkan mawar di urutan kedua dengan
luas panen hingga 411,10 hektar dan sedap malam dengan luas panen 309,67 hektar di urutan
ketiga (BPS, 2018). Didukung oleh tingginya produksi krisan domestik, selama periode tahun
2015 hingga 2019 krisan bahkan memimpin sebagai jenis bunga potong yang memiliki volume
ekspor paling tinggi pada sub kategori hortikultura tanaman hias. Meskipun begitu, nilai ekspor
krisan Indonesia di pasar internasional pada kurun waktu 10 tahun terakhir memiliki performa
yang cenderung naik turun. Menurut BPS (2018) nilai Free on Board (FOB) untuk krisan
beberapa kali mengalami kenaikan seperti halnya tahun 2017 dari 699.176 US$ menjadi 817.208
US$ di tahun 2018 namun seringkali juga mengalami penurunan misalnya pada tahun 2015
senilai 831.690 US$ menjadi 709.698 US$.
Performa ekspor komoditas krisan Indonesia di pasar internasional yang seringkali
mengalami penurunan bersifat kontradiktif, mengingat posisinya sebagai komoditas tanaman
hias potensial nasional yang paling banyak diekspor. Hal tersebut tentunya memerlukan kajian
mengenai bagaimana sebenarnya daya saing ekspor komoditas krisan Indonesia di pasar
internasional baik secara komparatif maupun kompetitif ketika dibandingkan dengan negara
ASEAN lainnya, serta tren dan proyeksi perkembangan ekspor krisan Indonesia di pasar
internasional.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2020 hingga Februari 2021 dengan
pendekatan Analisis Data Sekunder (ADS). Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu
data sekunder dalam bentuk data deret waktu (time series). Data sekunder bersumber Badan
Pusat Statistik (BPS), Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian,
Trademap, serta informasi lain dari pustaka lainnya. Data yang digunakan berupa data volume
dan nilai ekspor krisan Indonesia, ekspor krisan dunia, serta ekspor krisan dari empat negara
eksportir krisan lainnya di ASEAN yaitu Malaysia, Vietnam, Singapura, dan Thailand pada
periode tahun 2010 – 2019.
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode deskriptif
kuantitatif dan statistik. Analisis tren digunakan untuk menganalisis perkembangan ekspor
krisan Indonesia di pasar internasional periode tahun 2010 – 2019 dan proyeksi ekspor krisan
Indonesia di pasar internasional untuk periode tahun 2020 – 2024 menggunakan aplikasi
Minitab. Analisis Revealed Comparative Advantages (RCA) digunakan untuk menganalisis
keunggulan komparatif ekspor krisan Indonesia di pasar internasional, dan Export
Competitiveness Index (ECI) untuk menganalisis keunggulan kompetitif ekspor krisan
Indonesia di pasar internasional. Analisis RCA dan ECI menggunakan aplikasi Microsoft Excel.
Analisis Tren
Perkembangan dan proyeksi mengenai nilai dan volume ekspor krisan Indonesia pada
penelitian ini menggunakan analisis tren. Model yang digunakan pada analisis tren seperti
Linear, Kuadratik, Pertumbuhan Eksponensial maupun S-Curve dipilih berdasarkan nilai Mean
Square Deviation (MSD), Mean Absolute Deviation (MAD) dan Mean Absolute Percentage
Error (MAPE) yang paling kecil. Nilai MSD, MAD dan MAPE yang semakin kecil menunjukan
error yang semakin rendah (Santoso, 2009).
Xik/ Xit
RCA = Xwk /Xwt
........................................................................................(Samah, 2018)
Keterangan :
Xik : Nilai ekspor komoditas krisan negara i
Xit : Nilai ekspor total dari negara i
Xwk : Nilai ekspor krisan dunia
Xwt : Nilai ekspor total dunia
Apabila nilai RCA komoditas krisan negara yang diteliti baik Indonesia, Malaysia,
Singapura, Thailand maupun Vietnam adalah lebih besar dari satu (>1), berarti negara tersebut
berdaya saing atau memiliki keunggulan komparatif untuk komoditas terkait dalam perdagangan
internasional. Nilai RCA yang lebih kecil dari satu (<1) dapat diartikan bahwa negara tersebut
tidak memiliki keungulan komparatif dalam perdagangan internasional untuk komoditas
tersebut (Astuty dan Zamroni, 2010). Nilai RCA yang mendekati 0 atau kurang dari 1 (<1)
menjelaskan bahwasannya negara tersebut memiliki daya saing yang lemah pada komoditas
terkait (Hardiansyah et al., 2015).
Export Competitiveness Index (ECI) digunakan untuk menganalisis daya saing suatu
komoditas di sebuah negara secara kompetitif. Nilai Export Competitiveness Index (ECI)
menunjukkan perbandingan antara pangsa ekspor sebuah negara di pasar internasional terhadap
komoditas pada periode tertentu (t) dibandingkan dengan periode sebelumnya (t-1). Rumus ECI
adalah sebagai berikut :
(Xik / Xw)t
ECI = ................................................................................................ (Amir, 2000).
(Xik /Xw)t-1
Keterangan :
Xik : Nilai ekspor komoditas krisan oleh Negara i.
Xw : Nilai ekspor krisan dunia.
t : periode waktu.
t-1 : periode waktu sebelumnya.
Jika nilai ECI krisan negara yang diteliti baik Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand
maupun Vietnam lebih besar dari satu (>1) dapat diartikan bahwa komoditas krisan tersebut
menghadapi peningkatan tren daya saing dan mampu dalam menciptakan peluang pasar
(Harniati dan Jamil, 2020). Namun, apabila nilai ECI lebih kecil dari satu (<1), hal tersebut
berarti bahwa komoditas krisan menghadapi penurunan tren daya saing dengan kata lain daya
saingnya menjadi melemah dan mengalami kemungkinan penurunan pangsa pasar. Nilai ECI
dapat menjelaskan rasio pertumbuhan komoditas tertentu di suatu negara dibandingkan dengan
rata-rata pertumbuhan komoditas tersebut di pasar internasional. Sebuah negara dapat dikatakan
mampu bersaing secara kompetitif di pasar internasional apabila memiliki indeks ECI dengan
nilai lebih besar dari satu (Amir, 2000).
diperoleh pada tahun 2012 dengan volume ekspor mencapai 79.102 kg dan nilai ekspor
mencapai nilai 1.647.000 US$. Pertumbuhan volume ekspor tertinggi juga ditunjukan pada
tahun 2012 dengan nilai 32,84%. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya volume ekspor
senilai 59.547 kg pada tahun 2011 menjadi 79.102 kg pada tahun 2012. Besarnya volume ekspor
krisan Indonesia pada tahun 2012 dipengaruhi oleh tingginya luas produksi krisan Indonesia
yang pada saat itu mencapai 397.651.571 tangkai (Kementerian Pertanian, 2014). Volume dan
nilai ekspor krisan Indonesia terkecil pada rentang tahun 2010 – 2019 ditunjukkan pada tahun
2019 dengan volume ekspor 47.820,07 kg serta nilai ekspor hanya mencapai 700.000 US$.
Volume Ekspor
100.000
Satuan Kilogram (Kg)
80.000
60.000
40.000
20.000
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Volume Ekspor 63.06 59.54 79.10 57.04 56.22 59.62 60.64 61.05 59.11 47.82
Volume Ekspor
1.000
500
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Nilai Ekspor 1.398 1.329 1.647 772 832 710 906 867 817 700
Nilai Ekspor
Berdasarkan Gambar 2. nilai ekspor krisan Indonesia drastis pada tahun 2013 dengan
persentase penurunan hingga 53,1%. Hal tersebut sejalan dengan menurunnya volume ekspor
krisan Indonesia ke pasar dunia akibat menurunnya luas area panen krisan di Indonesia.
Penurunan nilai ekspor krisan Indonesia juga terjadi pada tahun 2015 dari angka 832 ribu US$
menurun ke angka 710 ribu US$. Hal tersebut berbanding terbalik dengan volume ekspor krisan
Indonesia yang mengalami kenaikan dari 56.227 kg pada tahun 2014 menjadi 59.625 kg pada
tahun 2015 (Gambar 2). Perbedaan peningkatan antara nilai dan volume ekspor krisan tersebut
memang biasa terjadi. Menurut BPS (2020) terjadinya penurunan nilai ekspor saat volume
ekspor tengah meningkat atau mengalami kenaikan mengindikasikan adanya penurunan harga
komoditas ekspor Indonesia terkait di pasar dunia.
Tren dan proyeksi ekspor krisan Indonesia dianalisis dari data nilai dan volume ekspor
krisan Indonesia pada tahun 2010 – 2019. Untuk mengetahui model yang tepat terlebih dahulu
dilakukan fitting error untuk mengetahui model yang memiliki nilai error terkecil. Fitting error
dilakukan dengan indikator nilai MAPE, MAD dan MSD dari model Linear, Kuadratik,
Pertumbuhan eksponensial, dan S-Curve. Nilai MAPE, MAD dan MSD volume dan nilai krisan
dari beberapa model tersebut ditunjukan pada tabel berikut :
Tabel 1. Nilai MAPE, MAD, MSD Nilai Ekspor Krisan Indonesia pada model Linear,
Kuadratik, Exponential Growth dan S-Curve.
Nilai Ekspor Krisan Indonesia
Indikator Linear Kuadratik Growth Curve S-Curve
MAPE 17,2 14,7 15,6 45
MAD 160,4 145,3 153,7 601
MSD 4480 37256 42764,1 2041635
Sumber : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (diolah), 2020.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari data nilai ekspor krisan
Indonesia, nilai MAPE, MAD, dan MSD terkecil ditunjukkan oleh model kuadratik bila
dibandingkan dengan model lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa model kuadratik
merupakan model terbaik yang akan digunakan untuk menganalisis tren dan proyeksi nilai
ekspor krisan Indonesia. Analisis tren untuk nilai ekspor krisan Indonesia pada tahun 2010 –
2019 diperoleh berdasarkan persamaan tren berikut :
Hasil analisis tren dan proyeksi ekspor krisan Indonesia di pasar internasional
ditunjukkan pada Gambar berikut :
Berdasarkan Gambar 3, nilai ekspor krisan Indonesia pada rentang tahun 2010 – 2019
mengalami tren yang negatif atau menurun. Hal ini menjelaskan bahwa dari tahun ke tahun
permintaan ekspor krisan Indonesia cenderung menurun. Penurunan nilai ekspor salah satunya
dipengaruhi oleh ikut menurunnya produksi krisan Indonesia, misalnya saja pada tahun 2018 ke
2019, BPS (2019) menyebutkan bahwa terjadi penurunan produksi krisan dengan presentase -
4,67% di tahun 2019. Penurunan produksi krisan Indonesia tersebut juga disebabkan oleh
berkurangnya luas panen krisan dari 11.105.178 hektar di tahun 2018 menjadi hanya 10.217.202
hektar di tahun 2019.
Tabel 2. Proyeksi Nilai Ekspor Krisan Indonesia periode tahun 2020 – 2024.
Tahun Forecast (Ribu US$) Pertumbuhan (%)
2020 811,93 -
2021 874,02 7,647211
2022 960,07 9,845312
2023 1070,10 11,46062
2024 1204,09 12,52126
Sumber : Trademap (diolah), 2020.
Grafik proyeksi nilai krisan Indonesia untuk 5 tahun mendatang yaitu tahun 2020 hingga
2024 cenderung meningkat (Gambar 3). Berdasarkan hasil analisis proyeksi krisan pada Tabel
2. proyeksi nilai ekspor krisan Indonesia menunjukan bahwa dari tahun 2020 hingga 2024 nilai
ekspor krisan Indonesia setiap tahunnya akan terus meningkat hingga pada tahun 2024
menyentuh angka 1.204.090 US$ dengan pertumbuhan yang meningkat senilai 2% setiap
tahunnya.
Hasil analisis RCA ekspor krisan Indonesia di pasar internasional ditunjukkan pada tabel
berikut :
Berdasarkan Tabel 3. nilai RCA krisan Indonesia pada periode tahun 2010 – 2019 secara
berturut-turut terus memiliki nilai kurang dari satu (<1) dengan rata-rata nilai RCA hanya
mencapai 0,14. Nilai RCA krisan Indonesia tersebut menunjukkan negara Indonesia tidak
memiliki keunggulan komparatif atau memiliki daya saing yang lemah dalam ekspor komoditas
krisan di pasar internasional. Hal ini sesuai pendapat Astuty dan Zamroni (2010) yang
menyatakan bahwa komoditas ekspor di suatu negara dengan nilai RCA lebih kecil dari satu
(<1) dapat diartikan bahwa negara tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif dan tidak
berdaya saing untuk komoditas tersebut dalam perdagangan internasional.
Berdasarkan Tabel 3. nilai RCA komoditas krisan Indonesia dari tahun ke tahun relatif
menunjukkan angka yang fluktuatif. Nilai RCA tertinggi diperoleh pada tahun 2010 dan 2012
senilai 0,20 dimana pada tahun 2012 Indonesia memperoleh nilai ekspor krisan paling tinggi
selama periode tahun 2010 – 2019. Nilai RCA krisan Indonesia pada tiga tahun terakhir bahkan
mengalami penurunan 0,1%. Rendahnya daya saing komparatif krisan Indonesia ke pasar dunia
salah satunya dipengaruhi oleh tingginya harga komoditas krisan Indonesia. Hal tersebut
didukung oleh pendapat Kementerian Perdagangan (2014) yang menyatakan bahwa ekspor
krisan Indonesia ke Jepang memiliki rata-rata harga CIF senilai US$ 9,02/kg produk sedangkan
krisan Malaysia memiliki rata-rata CIF senilai US$ 7,39/kg yang tentunya jauh lebih murah
dibandingkan produk Indonesia. Harga komoditas krisan dari negara-negara pesaing dengan
nominal lebih rendah ini dapat menghambat peningkatan ekspor Indonesia ke pasar dunia.
Hasil analisis nilai RCA pada periode tahun 2010 – 2019 pada Tabel 3. menunjukkan
bahwa Indonesia berada di urutan ke-3 bila dibandingkan dengan negara eksportir krisan
ASEAN lainnya seperti Malaysia dan Vietnam. Malaysia menduduki posisi pertama dengan
rata-rata RCA senilai 8,71. Hal ini menjelaskan bahwa Malaysia memiliki keunggulan
komparatif tertinggi, disusul Vietnam di posisi ke-2 dengan rata-rata nilai RCA sebesar 2,96.
Nilai RCA ekspor krisan Malaysia dan Vietnam apabila dilihat secara keseluruhan dalam satu
dekade terus memperoleh nilai RCA lebih besar dari satu (>1). Hal ini menunjukkan bahwa
dalam perdagangan krisan internasional Malaysia dan Vietnam sebagai pesaing Indonesia
memiliki keunggulan komparatif dan berdaya saing. Negara dengan posisi di bawah Indonesia
adalah Thailand dan Singapura. Thailand menduduki posisi ke-4 dengan rata-rata nilai RCA
0,02 dan Singapura di posisi terakhir dengan nilai RCA 0. Nilai RCA krisan Thailand dan
Singapura menjelaskan bahwa kedua negara ini tidak memiliki keunggulan komparatif dan tidak
berdaya saing. Rendahnya nilai RCA krisan Singapura dikarenakan Singapura dalam setiap
tahunnya tidak selalu kontinyu dalam mengekspor krisan.
Hasil analisis ECI ekspor krisan Indonesia di pasar internasional ditunjukkan pada tabel
berikut :
komoditas krisan, serta pada tahun 2019 Singapura hanya melakukan impor namun tidak
mengekspor krisan ke negara lain. Selain itu, komoditas krisan bukan merupakan ekspor utama
Singapura. Hal ini didukung oleh pendapat Apriliana (2016) yang menyebutkan bahwa ekspor
utama Singapura ialah sektor jasa, serta elektronik dan bahan-bahan kimia. Singapura yang
memiliki keterbatasan lahan serta sumber daya alam lebih memilih untuk mengimpor komoditas
pertanian dari negara lainnya seperti Indonesia.
Kesimpulan
1. Analisis tren dan proyeksi menunjukkan bahwa nilai ekspor krisan Indonesia ke pasar
internasional pada periode tahun 2010 – 2019 memiliki tren yang menurun namun
diproyeksikan meningkat untuk 5 tahun mendatang yaitu tahun 2020 – 2024.
2. Daya saing krisan Indonesia di pasar internasional belum memiliki keunggulan
komparatif dengan nilai RCA <1
3. Daya saing krisan Indonesia di pasar internasional belum memiliki keunggulan
kompetitif dengan nilai ECI <1
Saran
Komoditas krisan Indonesia memiliki kapasitas produksi nasional yang cukup besar.
Belum tercapainya keunggulan komparatif dan kompetitif menjadi tantangan bagi Indonesia
untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas ekspor krisan. Maka dari itu, diperlukan
konsentrasi pengembangan dan promosi produk. Promosi yang gencar dilakukan untuk
komoditas krisan Indonesia harus bersamaan dengan dilakukannya pengembangan dan
peningkatan kualitas komoditas krisan, akan meningkatkan nilai ekspor produk krisan Indonesia
Pemerintah perlu memberi dukungan terhadap konsentrasi pengembangan produksi dan
promosi komoditas krisan dengan memberikan sarana dan prasarana kepada para pemilik usaha
dan petani krisan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Apriliana, T. 2016. Posisi ekspor-impor Indonesia dalam MEA (sebuah studi komparatif).
Dalam : Dinamika Global: Rebranding Keunggulan Kompetitif Berbasis Kearifan Lokal.
A. Gumanti, I. Fadah, H. Sukarno, M. Dimyati, Sudaryanto, P. Titisari (Ed.). Prosiding
Seminar Nasional. Jember, 17 Desember 2016. Prodi Manajemen FEB UNEJ. Hal. 629 –
641.
Amir, M. 2000. Trade Liberalisation and Malaysian Export Competitiveness: Prospects,
Problems, and Policy Implications. University of Newcastle, Australia
Arumta, N., J. H. Mulyo, dan Irham. 2019. The export determinants of indonesian cut flower in
the international market. J. Agro Ekonomi. 30(1): 41 – 52.
Astuty, E. D. dan Zamroni. 2010. Kajian Daya Saing Ekspor Komoditas Pertanian. PEP-LIPI,
Jakarta.
BPS. 2013. Statistik Tanaman Hias Indonesia Tahun 2013. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
BPS. 2016. Statistik Tanaman Hias Indonesia Tahun 2016. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
BPS. 2017. Statistik Tanaman Hias Indonesia Tahun 2017. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
BPS. 2018. Statistik Tanaman Hias Indonesia Tahun 2018. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
BPS. 2019. Statistik Tanaman Hias Indonesia Tahun 2019. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
BPS. 2020. Analisis Komoditas Ekspor 2012 – 2019. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Hardiansyah, A., D. Bakce dan E. Tety. 2015. Analisis keunggulan komparatif lada Indonesia
di pasar internasional. J. Pekbis. 7(2) : 85 – 93.
Harniati dan A. S. Jamil. 2020. Tingkat keunggulan komparatif dan kompetitif anggrek
Indonesia di Pasar Jepang. J. Agriculture and Human Resource Development Studies.
1(1) : 1 – 10.
Kementerian Perdagangan. 2014. Market Brief : HS 0603 Flowers Atase Perdagangan Tokyo.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Tokyo.
Kementerian Pertanian. 2014. Outlook Komoditi Krisan. Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian Sekretariat Jenderal – Kementerian Pertanian, Jakarta.
MoAD. 2015. Nepal Floriculture. Floriculture Association Nepal, Nepal.
Nurmalinda dan M. F. Yufdy. 2014. Pendekatan Dinamika Sistem dalam Peningkatan Daya
Saing Komoditas Hortikultura. IAARD Press, Jakarta.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2020. Basisdata Ekspor-Impor Komoditi Krisan.
http://database.pertanian.go.id/. Diakses pada 13 Desember 2020.
Rabobank. 2015. World Floriculture Map 2015. Rabobank International Food and Agribusiness
Research and Advisory, Netherlands.
Samah, A. E. 2018. Analisis daya saing produk ekspor Indonesia. J. Ilmiah Litbang
Perdagangan. 1(1) : 27 – 47.
Santoso, S. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik Dengan SPSS. Jakarta: Salemba
Empat.
Trademap. 2020. List of importers and exporters for HS 060314 : Fresh cut chrysanthemums
and buds, of a kind suitable for bouquets or for ornamental purposes.
https://www.trademap.org/. Diakses pada 23 Desember 2020