1957 6953 1 PB

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA) ISSN: 2614-4670 (p), ISSN: 2598-8174 (e)

Volume 7, Nomor 4 (2023): 1244-1257

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR CPO INDONESIA DI PASAR


INTERNASIONAL

COMPETITIVENESS ANALYSIS OF INDONESIAN CPO EXPORT


IN THE INTERNATIONAL MARKET

Sholih Riwaldi1*, Irene Kartika Eka Wijayanti2, Djeimy Kusnaman3


1*
Magister Agribisnis, Universitas Jenderal Soedirman
sholih.r@mhs.unsoed.ac.id
2
Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman
irene.wijayanti@unsoed.ac.id
3
Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman
djeimy.kusnaman@unsoed.ac.id
*
Penulis korespondensi: sholih.r@mhs.unsoed.ac.id

ABSTRACT
Indonesia is the largest palm oil producing and exporter country in the world for crude palm
oil (CPO) commodities. This study aims to analyze the comparative and competitive advantages
of Indonesian CPO commodities, as well as to analyze the development and export projections
of Indonesian CPO commodities in the international market. Secondary research data comes
from UN Comtrade. The data is panel in nature because it is a combination of time series data
(last 10 years) and cross section (the 5 highest CPO exporting countries in the world in 2021
according to UN Comtrade). The analytical methods used are Revealed Comparative
Advantages (RCA), Export Competitiveness Index (ECI), and trend analysis. The applications
used in this research are Microsoft Excel for RCA and ECI analysis, Minitab for trend analysis.
The average result of RCA analysis shows a value of > 1, and it can be interpreted that
Indonesia's CPO exports have good comparative competitiveness. The average result of the ECI
analysis shows a value of > 1, and it can be interpreted that Indonesia's CPO exports have good
competitiveness. The results of the trend analysis show that Indonesia's CPO export volume in
the range of 2012 to 2021 has a trend that tends to increase even though it fluctuates, but is
projected to decrease for the next 3 years (2022 to 2024).

Keywords: competitiveness, export, CPO, trend, RCA, ECI

ABSTRAK
Indonesia merupakan negara penghasil dan eksportir kelapa sawit terbesar di dunia
untuk komoditas crude palm oil (CPO). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
keunggulan komparatif dan kompetitif komoditas CPO Indonesia, serta menganalisis
perkembangan dan proyeksi ekspor komoditas CPO Indonesia di pasar internasional.
Data sekunder penelitian berasal dari UN Comtrade. Data bersifat panel karena
merupakan gabungan dari data time series (10 tahun terakhir) dan cross section (5
negara eksportir CPO tertinggi di dunia pada tahun 2021 versi UN Comtrade). Metode

https://doi.org/10.21776/ub.jepa.2023.007.04.5
Sholih Riwaldi – Analisis Daya Saing Ekspor CPO ............................................................................ 1245

analisis yang digunakan yaitu Revealed Comparative Advantages (RCA), Export


Competitiveness Index (ECI), dan analisis trend. Aplikasi yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu Microsoft Excel untuk analisis RCA dan ECI, Minitab untuk analisis
trend. Hasil rerata analisis RCA menunjukkan nilai >1, dan dapat diartikan bahwa
ekspor CPO Indonesia mempunyai daya saing komparatif yang baik. Hasil rerata
analisis ECI menunjukkan nilai >1, dan dapat diartikan bahwa ekspor CPO Indonesia
mempunyai daya saing kompetitif yang baik. Hasil analisis trend menunjukkan volume
ekspor CPO Indonesia pada rentang tahun 2012 hingga 2021 memiliki trend yang
cenderung naik walaupun berflukuatif, namun diproyeksikan akan menurun untuk 3
tahun mendatang (2022 hingga 2024).

Kata kunci: daya saing, ekspor, CPO, trend, RCA, ECI

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara penghasil dan eksportir terbesar di dunia untuk


produk olahan kelapa sawit yakni Crude Palm Oil (CPO). Mulai tahun 1998,
perkembangan produksi CPO terus mengalami peningkatan dengan rerata pertambahan
11,13 persen per tahun. Sebagian besar kelapa sawit diusahakan oleh perusahaan besar
swasta (PBS) dengan nilai 54,94 persen atau seluas 7.942.335 hektar. Kedua yaitu
perusahaan besar negara (PBN) dengan nilai 4,27 persen atau seluas 617.501 hektar.
Terakhir yaitu perkebunan rakyat (PR) dengan nilai 40,79 persen atau seluas 5.896.755
hektar (Kementerian Pertanian, 2022). Berikut ini disajikan data ekspor CPO dunia
tahun 2021 menurut UN Comtrade.

Tabel 1. Data Ekspor CPO Dunia 2021


No Negara Nilai Penjualan (US$) Persentase (persen)
1 Indonesia 26.665.127.850 56
2 Malaysia 14.209.283.266 30
3 Belanda 1.227.541.744 3
4 Thailand 711.311.875 1
5 Guatemala 702.249.760 1
6 Negara lain 4.094.088.496 9
Total 47.609.602.991 100
Sumber: UN Comtrade, 2022 (diolah)

Indonesa menjadi negara penyumbang ekspor terbesar pada tahun 2021 dengan
nilai penjualan 26 miliar US$ atau 56 persen dari total nilai penjualan ekspor CPO dunia.
Kemudian disusul Malaysia 14 miliar US$ atau 30 persen, Belanda 1 miliar US$ atau 3
persen, Thailand 711 juta US$ atau 1 persen, Guatemala 702 juta US$ atau 1 persen,
dan terakhir adalah gabungan dari 94 negara eksportir lain 4 miliar US$ atau 9 persen.
Terdapat 99 total negara eksportir CPO dunia terhitung pada tahun 2021 oleh UN
Comtrade. Indonesia adalah negara urutan pertama dalam memasok CPO ke pasar

JEPA, ISSN: 2614-4670 (p), ISSN: 2598-8174 (e)


1246 JEPA, 7 (4), 2023: 1244-1257

Internasional, yaitu Eropa dan India. Posisi Indonesia sebagai eksportir CPO terbesar
menempatkan kelapa sawit sebagai komoditas perkebunan yang memberikan
sumbangan terbesar terhadap devisa dibandingkan dengan komoditas perkebunan
lainnya.
Menurut Kementerian Pertanian (2022), nilai ekspor CPO Indonesia tahun 2010
sampai 2019 mengalami penurunan yang cendurung fluktuatif dengan rerata laju
penurunan 1,57 persen pertahun. Performa ekspor yang seringkali mengalami
penurunan bersifat kontradiktif. Hal tersebut tentunya memerlukan kajian mengenai
bagaimana sebenarnya daya saing ekspor komoditas CPO Indonesia di pasar
internasional baik secara komparatif maupun kompetitif dibandingkan negara eksportir
lainnya, serta tren dan proyeksi perkembangan ekspor CPO Indonesia di pasar
internasional.

METODE PENELITIAN

Metode deskriptif kuantitatif dan statistik merupakan metode yang digunakan


dalam penelitian ini, dengan teori keunggulan komparatif, teori keunggulan kompetitif,
dan teori peramalan sebagai dasarnya. Teori keunggulan komparatif pertama kali
dikemukakan oleh David Ricardo tahun 1772. Teori keunggulan kompetitif
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1985 oleh Michael E. Porter. Data kuantitatif
dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari UN Comtrade (The
United Nations Commodity Trade Statistics Database) dengan kode harmonized system
(HS) untuk CPO (minyak kelapa sawit dan fraksinya dimurnikan) adalah 1511.
Analisis revealed comparative advantages (RCA) digunakan untuk
menganalisis keunggulan komparatif ekspor CPO Indonesia di pasar internasional, dan
export competitiveness index (ECI) untuk menganalisis keunggulan kompetitif ekspor
CPO Indonesia di pasar internasional. Analisis RCA dan ECI menggunakan aplikasi
Microsoft Excel. Microsoft Excel pertama kali diluncurkan pada tahun 1985 oleh
Microsoft Corporation. Analisis trend digunakan untuk menganalisis perkembangan
ekspor CPO Indonesia di pasar internasional periode tahun 2012 hingga 2021 dan
proyeksi ekspor CPO Indonesia di pasar internasional untuk periode tahun 2022 hingga
2024 menggunakan aplikasi Minitab. Minitab pertama kali dikembangkan di
Pennsylvania State University oleh periset Barbara F. Ryan, Thomas A. Ryan, Jr., dan
Brian L. Joiner pada tahun 1972.

Analisis RCA
Revealed comparative advantages (RCA) merupakan sebuah metode yang dapat
menjelaskan daya saing di sebuah negara dengan memuat perbandingan antara pangsa
pasar ekspor suatu komoditas di sebuah negara dengan pangsa pasar komoditas tersebut
di negara lainnya (Hardiansyah et al., 2015). Analisis RCA bersifat komparatif dengan
rumus sebagai berikut:

RCA = (Xik/Xit) / (Xwk/Xwt) ..................................................................................... (1)

JEPA, ISSN: 2614-4670 (p), ISSN: 2598-8174 (e)


Sholih Riwaldi – Analisis Daya Saing Ekspor CPO ............................................................................ 1247

Keterangan :
Xik : Nilai ekspor komoditas CPO negara i (US$)
Xit : Nilai ekspor total dari negara i (US$)
Xwk : Nilai ekspor CPO dunia (US$)
Xwt : Nilai ekspor total dunia (US$)

Apabila nilai RCA komoditas lebih besar dari satu (>1), berarti negara tersebut
berdaya saing atau memiliki keunggulan komparatif untuk komoditas terkait dalam
perdagangan internasional. Nilai RCA yang lebih kecil dari satu (<1) dapat diartikan
bahwa negara tersebut tidak memiliki keungulan komparatif dalam perdagangan
internasional untuk komoditas tersebut (Hardiansyah et al., 2015).

Analisis ECI
Export competitiveness index (ECI) digunakan untuk menganalisis daya saing
suatu komoditas di sebuah negara secara kompetitif yang menunjukkan perbandingan
antara pangsa ekspor sebuah negara di pasar internasional terhadap komoditas pada
periode dihitung dibandingkan dengan periode sebelumnya (Hadianto, 2010). Rumus
ECI adalah sebagai berikut:

ECI = (Xik/Xw)t / (Xik/Xw)t-1 ................................................................................... (2)

Keterangan :
Xik : Nilai ekspor komoditas CPO oleh negara i (US$)
Xw : Nilai ekspor CPO dunia (US$)
t : Periode waktu dihitung
t-1 : Periode waktu sebelumnya.

Jika nilai ECI lebih besar dari satu (>1) dapat diartikan bahwa komoditas
tersebut menghadapi peningkatan trend daya saing dan mampu dalam menciptakan
peluang pasar. Namun, apabila nilai ECI lebih kecil dari satu (<1), hal tersebut berarti
bahwa komoditas CPO menghadapi penurunan trend daya saing dengan kata lain daya
saingnya menjadi melemah dan mengalami kemungkinan penurunan pangsa pasar. Nilai
ECI dapat menjelaskan rasio pertumbuhan komoditas tertentu di suatu negara
dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan komoditas tersebut di pasar internasional.
Sebuah negara dapat dikatakan mampu bersaing secara kompetitif di pasar internasional
apabila memiliki indeks ECI dengan nilai lebih besar dari satu (Hadianto, 2010).

Analisis Trend
Perkembangan dan proyeksi mengenai nilai dan volume ekspor CPO Indonesia
pada penelitian ini menggunakan analisis trend. Model yang digunakan pada analisis
trend seperti Linear, Kuadratik, Pertumbuhan Eksponensial maupun S-Curve dipilih
berdasarkan nilai Mean Square Deviation (MSD), Mean Absolute Deviation (MAD) dan
Mean Absolute Percentage Error (MAPE) yang paling kecil. Nilai MSD, MAD dan

JEPA, ISSN: 2614-4670 (p), ISSN: 2598-8174 (e)


1248 JEPA, 7 (4), 2023: 1244-1257

MAPE yang semakin kecil menunjukan error yang semakin rendah (Santoso, 2009).
Analisis trend memiliki persamaan sebagai berikut:

Y = a + bt ..................................................................................................................... (3)

Keterangan:
Y : Variabel trend
a : Nilai konstanta
b : Nilai parameter
t : Variabel waktu (tahun)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Ekspor CPO Indonesia


Minyak kelapa sawit/crude palm oil (CPO) merupakan hasil dari pengolahan
buah kelapa sawit berupa minyak nabati yang dihasilkan dari buah kelapa sawit dan
minyak inti sawit/palm kernel oil (PKO) yang tidak berwarna (jernih). CPO memiliki
beragam keunggulan yang terletak pada penggunaannya sebagai bahan baku, baik
industri pangan maupun non-pangan. Potensi minyak kelapa sawit di Indonesia sangat
besar dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berikut disajikan data tentang nilai
ekspor CPO Indonesia kurun waktu 10 tahun terakhir.

Grafik 1. Nilai Ekspor CPO Indonesia 2012-2021


Nilai Ekspor CPO Indonesia
30.000
25.000
Juta US$

20.000
15.000
10.000
5.000
-
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Nilai 17.602 15.838 17.464 15.385 14.365 18.513 16.527 14.716 17.363 26.665
Tahun

Sumber: UN Comtrade, 2022 (diolah)

Berdasarkan data Grafik 1, dapat dilihat bahwa nilai ekspor CPO Indonesia
cukup fluktuatif. Rerata nilai ekspor dari tahun 2012-2021 yaitu 17 miliar US$. Nilai
ekspor terendah terjadi pada tahun 2016 sebesar 14 miliar US$, dan tertinggi terjadi
pada tahun 2021 yang mencapai 26 miliar US$. Merupakan peningkatan drastis karena
pada tahun 2020 nilai ekspor adalah 17 miliar US$. Artinya dari tahun 2020 ke tahun
2021 terjadi peningkatan ekspor sebesar 9 triliun US$. Guna mengetahui seberapa
banyak CPO yang telah Indonesia ekspor, berikut ini disajikan volume ekspor CPO
Indonesia kurun waktu 10 tahun terakhir.

JEPA, ISSN: 2614-4670 (p), ISSN: 2598-8174 (e)


Sholih Riwaldi – Analisis Daya Saing Ekspor CPO ............................................................................ 1249

Grafik 2. Volume Ekspor CPO Indonesia 2012-2021


Volume Ekspor CPO Indonesia
30.000
Juta kilogram

20.000
10.000
-
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Volume 18.845 20.577 22.892 26.467 22.759 27.353 27.894 28.279 25.935 25.531
Tahun

Sumber: UN Comtrade, 2022 (diolah)

Berdasarkan Garafik 2, dapat dilihat bahwa volume ekspor CPO Indonesia dari
tahun ke tahun cukup fluktuatif. Rata-rata volume ekspor dari tahun 2012-2021 yaitu 24
miliar kilogram. Volume ekspor terendah terjadi pada tahun 2012 sebesar 18 miliar
kilogram, dan tertinggi terjadi pada tahun 2019 yang mencapai 28 miliar kilogram.
Walaupun pada tahun 2021 nilai ekspor tertinggi, namun volume ekspor tahun 2021
bukanlah yang tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tahun 2021 harga CPO
perkilogramnya sedang tinggi.
BPS (2022), dalam buku Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2020, menyatakan
bahwa produksi minyak sawit Indonesia sebagian besar diekspor ke mancanegara dan
sisanya dipasarkan di dalam negeri. Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia menjangkau
lima benua yaitu Asia, Afrika, Australia, Amerika, dan Eropa dengan pangsa utama di
Asia. Lima besar negara pengimpor CPO Indonesia pada tahun 2020 adalah India,
Spanyol, Malaysia, Italia, dan Kenya. Total ekspor CPO ke lima negara tersebut
mencapai 86,68 persen terhadap total ekspor CPO Indonesia. Negara tujuan ekspor CPO
terbesar yaitu India dengan volume ekspor 4,39 juta ton atau 61,23 persen dari total
volume ekspor CPO Indonesia dengan nilai 2,87 miliar US$. Selanjutnya CPO paling
banyak diekspor menuju Spanyol dan Malaysia dengan kontribusi ekspor sebesar 10,73
persen dan 5,22 persen dari total ekspor CPO.

Analisis RCA Ekspor CPO Indonesia di Pasar Internasonal


Persaingan dalam perdagangan sudah menjadi hal yang lumrah dan tidak dapat
dihindari. Metode revealed comparative advantages (RCA) digunakan suatu negara
untuk mengetahui keunggulan komparatif (perbandingan) terhadap komoditi suatu
negara dengan komoditi sejenis yang berasal dari negara lain di dunia. Hasil analisis
RCA untuk 5 negara dengan nilai ekspor CPO tertinggi pada tahun 2021 tercantum
dalam Tabel 2, untuk kurun waktu 10 tahun terakhir.

JEPA, ISSN: 2614-4670 (p), ISSN: 2598-8174 (e)


1250 JEPA, 7 (4), 2023: 1244-1257

Tabel 2. Nilai RCA Ekspor CPO Indonesia 2012-2021


Revealed Comparative Advantages
Tahun
Indonesia Malaysia Belanda Thailand Guatemala
2012 44,28 32,39 1,33 0,64 11,92
2013 48,75 30,24 1,49 1,07 15,06
2014 53,91 27,84 1,31 0,48 14,38
2015 57,22 26,54 1,29 0,13 14,80
2016 56,60 27,24 1,32 0,11 20,31
2017 57,28 23,32 1,19 0,48 21,18
2018 58,19 22,14 1,06 0,56 26,18
2019 58,94 24,04 1,08 0,42 23,25
2020 56,95 22,36 0,94 0,37 21,38
2021 51,63 21,29 0,79 1,20 22,92
Rerata 54,38 25,74 1,18 0,54 19,14
Sumber: UN Comtrade, 2022 (diolah)

Berdasarkan data Tabel 2, analisis RCA ekspor CPO memiliki nilai yang
cenderung fluktuatif. Rerata urutan nilai RCA tertinggi sampai terendah yaitu Indonesia
54,38, Malaysia 25,76, Guatamela 19,14, Belanda 1,18, dan terakhir Thailand 0,54.
Negara Indonesa, Malaysia, Guatemala, dan Belanda dapat didigologkan memiliki
keunggulan komparatif, karena rerata nilai RCA lebih dari satu. Adanya daya saing
menandakan ekspor CPO dari 4 negara tersebut dapat bertahan dan dapat dikembangkan
untuk menjadi sektor penyumbang devisa negara yang lebih baik lagi. Permatasari &
Rustariyuni (2015) menyatakan bahwa kuatnya daya saing akan meningkatkan ekspor
dan mendorong pertumbuhan ekonomi, yang ditandai oleh eksistensi produk di pasar
internasional. Thailand menjadi satu-satunya negara dengan nilai rerata RCA kurang
dari satu, yang berarti daya saing ekspor CPO Thailand tidak memiliki keungulan
komparatif dalam perdagangan internasional.
Indonesia menjadi negara urutan pertama untuk keunggulan komparatif ekspor
CPO terkuat yang dibuktikan dengan rerata nilai RCA sebesar 54,36 selama periode
2012 hingga 2021. Nilai ini sangat jauh dibanding empat negara eksportir utama CPO
lainnya. Kesenjangan ini terjadi karena Indonesia cenderung mendominasi pangsa pasar
CPO dunia yang dibuktikan melalui nilai ekspornya yang tinggi. Hal ini sesuai dengan
penelitian Murdayanti (2022), karena hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nilai
RCA ekspor CPO Indonesia untuk periode 2005-2019 (13 tahun) memang berfluktuatif,
namun secara terus menerus memiliki nilai lebih dari satu (>1) dengan rata-rata nilai
RCA mencapai 63,97. Menurut Prasetyo & Marwanti (2017), faktor yang mendukung
keunggulan komparatif Indonesia dalam produk kelapa sawit antara lain, ketersediaan
lahan kelapa sawit di seluruh Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua
memiliki iklim dan kondisi lingkungan yang menguntungkan produksi minyak sawit.
Kedua, faktor sumber daya manusia besar dan murah sebagai sumber tenaga kerja.
Ketiga, rendahnya biaya input yang dibutuhkan untuk produksi kelapa sawit dan akses
mudah mendapatkan bahan baku dan bahan pendukung. Keempat, tersedianya industri

JEPA, ISSN: 2614-4670 (p), ISSN: 2598-8174 (e)


Sholih Riwaldi – Analisis Daya Saing Ekspor CPO ............................................................................ 1251

pendukung pemasok benih kelapa sawit, pupuk, dan industri kimia untuk produksi
minyak sawit.
Malaysia menjadi negara urutan ke dua untuk keunggulan komparatif ekspor
CPO terkuat yang dibuktikan dengan rerata nilai RCA sebesar 25,76 selama periode
2012 hingga 2021. Nilai RCA lebih dari satu artinya memiliki keunggulan komparatif,
selaras dengan penelitian oleh Amiruddin et al. (2017), yang dari hasil penelitiannya
diketahui bahwa rerata nilai RCA ekspor CPO Malaysia periode tahun 1990-2015 yakni
20.35. Selain itu penelitian lain yang dilakukan oleh Sasmito, memiliki hasil
perhitungan RCA lebih dari satu yang menunjukkan bahwa Indonesia dan Malaysia
memiliki daya saing di lima pasar utama negara pengimpor CPO (India, Belanda,
Spanyol, Kenya dan Italia) pada tahun 2001 – 2018. Indonesia memiliki daya saing yang
lebih unggul dari Malaysia di setiap pasar utama. Hanya pada tahun tertentu Malaysia
dapat mengungguli daya saing Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa lima pasar utama
CPO merupakan negara yang sangat berpotensi besar sebagai negara tujuan ekspor CPO
Indonesia (Sasmito et al., 2019).
Guatemala menjadi negara urutan ke tiga untuk keunggulan komparatif ekspor
CPO terkuat yang dibuktikan dengan rerata nilai RCA sebesar 19,14 selama periode
2012 hingga 2021. Nilai RCA lebih dari satu artinya memiliki keunggulan komparatif,
selaras dengan penelitian oleh Zuhdi, yang dari hasil penelitiannya diketahui bahwa
Guatemala memiliki nilai RCA tertinggi pada tahun 2017 yaitu sebesar 20,68 dan nilai
RCA terendah pada tahun 1993 adalah 0,14. Walaupun Guatemala baru memiliki daya
saing pada tahun 1995, nilai rata-rata Guatemala RCA adalah 8,78 selama periode 1993-
2017. Walaupun Ekspor CPO Guatemala memiliki keunggulan komparatif, namun
nilainya masih di bawah RCA Indonesia dan Malaysia (Zuhdi et al., 2021).
Belanda menjadi negara urutan ke empat untuk keunggulan komparatif ekspor
CPO terkuat yang dibuktikan dengan rerata nilai RCA sebesar 1,18 selama periode 2012
hingga 2021. Nilai RCA lebih dari satu artinya memiliki keunggulan komparatif, selaras
dengan penelitian oleh Zuhdi, yang dari hasil penelitiannya diketahui bahwa rata-rata
nilai RCA Belanda selama periode 1993-2017 adalah 1,25, yang mana angka ini lebih
besar dari satu. Nilai RCA terbesar di Belanda adalah pada tahun 2006 dan 2008 yaitu
sebesar 1,62 dan terendah pada tahun 1994 dengan nilai 0,62. Walaupun Ekspor CPO
Guatemala memiliki keunggulan komparatif, namun nilainya masih di bawah RCA
Indonesia, Malaysia, dan Guatemala (Zuhdi et al., 2021).
Thailand menjadi negara urutan ke lima yang tidak memiliki keunggulan
komparatif ekspor CPO, dibuktikan dengan rerata nilai RCA sebesar 0,54 selama
periode 2012 hingga 2021. Nilai RCA kurang dari satu artinya tidak memiliki
keunggulan komparatif, hal ini berlawanan namun juga sejalan dengan penelitian oleh
Saeyang & Nissapa (2021), yang dari hasil penelitiannya diketahui bahwa ekspor CPO
Thailand periode tahun 2001-2017 memiliki nilai rerata RCA 1,35, RSCA -0,11, dan
TBI 0,79. Nilai RCA yang lebih dari satu menunjukkan bahwa Thailand memiliki
keunggulan komparatif. Namun nilai Reveal Symmetric Comparative Advantage
(RSCA) yang kurang dari satu menunjukkan bahwa Thailand tidak memiliki
keunggulan komparatif. RSCA adalah bentuk penyempurnaan dari indikator RCA yang
biasanya digunakan dalam mengukur daya saing. Selain itu nilai Trade Balance Index

JEPA, ISSN: 2614-4670 (p), ISSN: 2598-8174 (e)


1252 JEPA, 7 (4), 2023: 1244-1257

(TBI) yang bernilai 0,79 (positif) menunjukkan bahwa Thailand adalah negara net-
exporter CPO. Net-exporter CPO artinya Thailand adalah negara yang lebih banyak
menjual (ekspor) CPO ke negara lain daripada membelinya (impor).

Analisis ECI Ekspor CPO Indonesia di Pasar Internasonal


Selain bersaing secara komparatif dengan komoditas negara lain, persaingan
secara kompetitif komoditas suatu negara juga perlu dilakukan untuk bahan
pertimbangan evaluasi ke depan. Karenanya analisis export competitiveness index (ECI)
digunakan untuk mengetahui nilai indeks rasio kompetitif komoditas pada suatu negara.
Hasil analisis ECI untuk 5 negara dengan nilai ekspor CPO tertinggi pada tahun 2021
tercantum dalam Tabel 3 untuk kurun waktu 10 tahun terakhir.

Tabel 3. Nilai ECI Ekspor CPO Indonesia 2012-2021


Export Competitiveness Index
Tahun
Indonesia Malaysia Belanda Thailand Guatemala
2012 1,08 0,94 0,94 0,82 1,24
2013 1,03 0,91 1,14 1,62 1,23
2014 1,07 0,94 0,88 0,45 1,03
2015 1,04 0,94 0,91 0,29 1,16
2016 0,98 1,00 1,06 0,88 1,40
2017 1,07 0,89 0,92 4,38 0,98
2018 0,99 0,99 0,90 1,14 1,11
2019 0,97 1,08 1,03 0,71 0,95
2020 1,01 0,97 0,89 0,92 1,02
2021 1,02 0,97 0,85 3,00 1,01
Rerata 1,03 0,96 0,95 1,42 1,11
Sumber: UN Comtrade, 2022 (diolah)

Berdasarkan Tabel 3, keunggulan kompetitif CPO tertinggi sampai terendah


dalam kurun waktu 2012-2021 untuk 5 negara dengan nilai ekspor tertinggi pada tahun
2021 yaitu Thailad dengan rata-rata nilai ECI 1,42, Guatemala 1,11, Indonesia 1,03,
Malaysia 0,96, dan terakhir Belanda 0,95. Thailand menjadi negara urutan ke pertama
untuk keunggulan kompetitif ekspor CPO terkuat yang dibuktikan dengan rerata nilai
ECI sebesar 1,11 selama periode 2012 hingga 2021. Periode tahun 2013, 2017, 2018,
dan 2021 nilai ECI lebih besar dari satu (>1) dan dapat diartikan bahwa komoditas
tersebut menghadapi peningkatan trend daya saing dan mampu dalam menciptakan
peluang pasar. Sebaliknya, pada tahun 2012, 2014-2016, 2019 dan 2020 nilai ECI lebih
kecil dari satu (<1), hal ini berarti ekspor komoditas CPO Thailand menghadapi
penurunan trend daya saing dan mengalami kemungkinan penurunan pangsa pasar.
Walaupun memiliki nilai ECI yang tinggi, minyak sawit atau CPO tidak menjadi
komoditas ekspor teratas Thailand. Volume dan nilai ekspor CPO Thailand masih kalah
dengan Indonesia. Karena menurut The Observatory of Economic Complexity atau yang
biasa disingkat OEC (2022), pada tahun 2020 komoditas ekspor teratas Thailand adalah
suku cadang mesin kantor 17,2 miliar US$, emas 14,3 miliar US$, sirkuit terpadu 9,17

JEPA, ISSN: 2614-4670 (p), ISSN: 2598-8174 (e)


Sholih Riwaldi – Analisis Daya Saing Ekspor CPO ............................................................................ 1253

miliar US$, mobil 8,28 miliar US$, dan kendaraan bermotor; suku cadang dan aksesori
6,54 miliar US$. Sebagian besar komoditas tersebut diekspor ke Amerika Serikat 35,3
miliar US$, Cina 30,2 miliar US$, Jepang 23,2 miliar US$, Hong Kong 11,8 miliar US$,
dan Vietnam 11,2 miliar US$. Masih pada tahun yang sama, Thailand juga merupakan
pengekspor karet terbesar di dunia 3,66 miliar US$, buah-buahan lain 2,86 miliar US$,
daging olahan lainnya 2,67 miliar US$, pati 1,16 miliar US$, dan dekstrin 761 juta US$.
Guatemala menjadi negara urutan ke dua untuk keunggulan kompetitif ekspor
CPO terkuat yang dibuktikan dengan rerata nilai ECI sebesar 1,11 selama periode 2012
hingga 2021. Periode tahun 2012 hingga 2021 kecuali tahun 2017 dan 2019, nilai ECI
lebih besar dari satu (>1) dan dapat diartikan bahwa komoditas tersebut menghadapi
peningkatan trend daya saing dan mampu dalam menciptakan peluang pasar.
Sebaliknya, pada tahun 2017 dan 2019 nilai ECI lebih kecil dari satu (<1), hal ini berarti
ekspor komoditas CPO Guatemala menghadapi penurunan trend daya saing dan
mengalami kemungkinan penurunan pangsa pasar. Walaupun memiliki nilai ECI yang
tinggi, minyak sawit atau CPO tidak menjadi komoditas ekspor teratas Guatemala.
Karena menurut OEC (2022), pada tahun 2020 komoditas ekspor teratas Guatemala
adalah pisang 1,16 miliar US$, pala, bunga pala, dan kapulaga 1,14 miliar US$, kopi
684 juta US$, gula mentah 598 juta US$, dan minyak kelapa sawit 466 juta US$.
Sebagian besar diekspor ke Amerika Serikat 3,87 miliar US$, El Salvador 1,32 miliar
US$, Honduras 1,02 miliar US$, Nikaragua 660 juta US$, dan Meksiko 466 juta US$.
Masih pada tahun yang sama, Guatemala adalah pengekspor pala, bunga pala, dan
kapulaga terbesar di dunia 1,14 miliar US$.
Indonesia menjadi negara urutan ke tiga untuk keunggulan kompetitif ekspor
CPO terkuat yang dibuktikan dengan rerata nilai ECI sebesar 1,03 selama periode 2012
hingga 2021. Periode tahun 2012 hingga 2021 kecuali tahun 2016, 2018, dan 2019, nilai
ECI lebih besar dari satu (>1) dan dapat diartikan bahwa komoditas tersebut menghadapi
peningkatan trend daya saing dan mampu dalam menciptakan peluang pasar.
Sebaliknya, pada tahun 2016, 2018, dan 2019 nilai ECI lebih kecil dari satu (<1), hal ini
berarti ekspor komoditas CPO Indonesia menghadapi penurunan trend daya saing dan
mengalami kemungkinan penurunan pangsa pasar. Menurut OEC (2022), pada tahun
2020 komoditas ekspor utama Indonesia adalah minyak kelapa sawit 17,9 miliar US$,
briket batubara 15,6 miliar US$, emas 6,31 miliar US$, gas petroleum 5,71 miliar US$,
dan ferroalloys 4,74 miliar US$, sebagian besar diekspor ke China 32,6 miliar US$,
Amerika Amerika Serikat 19,6 miliar US$, Jepang 14,4 miliar US$, Singapura 12,6
miliar US$, dan India 11 miliar US$. Masih pada tahun yang sama, Indonesia
merupakan negara pengekspor minyak sawit terbesar di dunia 17,9 miliar US$,
ferroalloys 4,74 miliar US$, stearic acid 3,08 miliar US$, lignite 2,07 miliar US$, dan
minyak kelapa 2,01 miliar US$. Walaupun menjadi urutan pertama negara pengekspor
minyak sawit, namun nilai keunggulan kompetitif ekspor CPO Indonesia masih di
bawah Thailand dan Guatemala.
Malaysia menjadi negara urutan ke empat untuk keunggulan kompetitif ekspor
CPO yang dibuktikan dengan rerata nilai ECI sebesar 0,96 selama periode 2012 hingga
2021. Tahun 2016 dan 2019, nilai ECI lebih besar dari satu (>1) dan dapat diartikan
bahwa komoditas tersebut menghadapi peningkatan trend daya saing dan mampu dalam

JEPA, ISSN: 2614-4670 (p), ISSN: 2598-8174 (e)


1254 JEPA, 7 (4), 2023: 1244-1257

menciptakan peluang pasar. Sebaliknya, pada periode 2012-2021 selain 2016 dan 2019
nilai ECI lebih kecil dari satu (<1), hal ini berarti ekspor komoditas CPO Malaysia
menghadapi penurunan trend daya saing dan mengalami kemungkinan penurunan
pangsa pasar. Minyak kelapa sawit atau CPO menjadi komoditas unggulan ke tiga yang
diekspor Malaysia. Walaupun rerata ECI lebih rendah dari satu, CPO menjadi
komoditas ekspor utama yang diperhitungkan oleh Malaysia. Menurut OEC (2022),
pada tahun 2020 komoditas ekspor utama Malaysia adalah integrated circuits 65 miliar
US$, refined petroleum 15,9 miliar US$, minyak kelapa sawit 10,6 miliar US$,
perangkat semikonduktor 8,67 miliar US$, dan pakaian karet 8,25 miliar US$. Sebagian
besar diekspor ke China 38,7 miliar US$, Singapura 36,5 miliar US$, Amerika Serikat
33,8 miliar US$, Hong Kong 18,2 miliar US$, dan Jepang 15,6 miliar US$. Masih pada
tahun yang sama, Malaysia adalah pengekspor pakaian karet terbesar di dunia 8,25
miliar US$, hot-rolled iron bars 1,33 miliar US$, minyak nabati lainnya 1,09 miliar
US$, serbuk tembaga 400 juta US$, dan platinum clad metals 102 juta US$.
Belanda menjadi negara urutan ke lima untuk keunggulan kompetitif ekspor
CPO yang dibuktikan dengan rerata nilai ECI sebesar 0,96 selama periode 2012 hingga
2021. Tahun 2013, 2016, dan 2019, nilai ECI lebih besar dari satu (>1) dan dapat
diartikan bahwa komoditas tersebut menghadapi peningkatan trend daya saing dan
mampu dalam menciptakan peluang pasar. Sebaliknya, pada periode 2012-2021 selain
2013, 2016, dan 2019 nilai ECI lebih kecil dari satu (<1), hal ini berarti ekspor
komoditas CPO Belanda menghadapi penurunan trend daya saing dan mengalami
kemungkinan penurunan pangsa pasar. Minyak sawit atau CPO tidak menjadi
komoditas ekspor teratas Belanda. Menurut OEC (2022), pada tahun 2020 komoditas
ekspor teratas Belanda adalah refined petroleum 29,7 miliar US$, peralatan penyiaran
19,3 miliar US$, obat-obatan dalam kemasan 18,8 miliar US$, komputer 13,7 miliar
US$, dan peralatan laboratorium foto 11,7 miliar US$. Sebagian besar diekspor ke
Jerman 105 miliar US$, Belgia 56,1 miliar US$, Prancis 43,7 miliar US$, Inggris 40,3
miliar US$, dan Amerika Serikat 23,9 miliar US$. Masih pada tahun yang sama,
Belanda adalah pengekspor terbesar untuk other live plants, cuttings and slips;
mushroom spawn 4,4 miliar US$, bunga potong 4,01 miliar US$, ekstrak malt 3,4 miliar
US$, kapal rekreasi 2,81 miliar US$, dan minyak tar batubara 2,52 miliar US$.

Analisis Trend Ekspor CPO Indonesia


Trend dan proyeksi ekspor CPO Indonesia dianalisis melalui data volume ekspor
CPO Indonesia pada tahun 2012 hingga 2021. Fitting error dilakukan dengan indikator
nilai MAPE, MAD dan MSD dari model Linear, Kuadratik, Pertumbuhan eksponensial,
dan S-Curve untuk mengetahui model yang memiliki nilai error terkecil. Nilai MAPE,
MAD dan MSD volume ekspor CPO dari beberapa model tersebut ditunjukan pada tabel
berikut :
Tabel 4. Nilai MAPE, MAD, MSD Volume Ekspor CPO
Indikator Linear Kuadratik Growth Curve S-Curve
MAPE 7 4 8 5
MAD 1843 937 1910 1315
MSD 3968323 1641355 4335155 2197989

JEPA, ISSN: 2614-4670 (p), ISSN: 2598-8174 (e)


Sholih Riwaldi – Analisis Daya Saing Ekspor CPO ............................................................................ 1255

Sumber: Output Minitab (diolah), 2022

Berdasarkan data analisis trend yang tersaji dalam Tabel 4, dapat diketahui
bahwa terkecil ditunjukkan oleh model kuadratik yakni MAPE 4, MAD 937, dan MSD
1641355 bila dibandingkan dengan model linear dan non linear lainnya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa model kuadratik merupakan model terbaik yang akan digunakan
untuk menganalisis trend dan proyeksi nilai ekspor CPO Indonesia. Analisis trend untuk
nilai ekspor CPO Indonesia pada tahun 2012 hingga 2021 diperoleh berdasarkan
persamaan non linear model kuadratik berikut :

Yt = 15585 + 3118t - 209,9t2

Hasil analisis trend dan proyeksi ekspor CPO Indonesia di pasar internasional
ditunjukkan pada gambar berikut :

Grafik 3. Trend dan Forecasting Nilai Ekpor CPO Indonesia

Sumber: Output Minitab, 2022

Berdasarkan Gambar 3, nilai ekspor CPO Indonesia pada rentang tahun 2012
hingga 2021 mengalami trend yang positif atau naik. Hal ini menjelaskan bahwa dari
tahun ke tahun permintaan ekspor CPO Indonesia cenderung naik. Kenaikan ini bisa
disebabkan oleh meningkatnya luas areal tanam sawit. Menurut Direktorat Jendral
Perkebunan (2022), total luas areal tanam sawit gabungan dari kebun besar swasta,
pemerintah, maupun rakyat pada tahun 2012 yakni 9 juta hektar dan terus meningkat

JEPA, ISSN: 2614-4670 (p), ISSN: 2598-8174 (e)


1256 JEPA, 7 (4), 2023: 1244-1257

secara signifikan tiap tahunnya sampai pada 2021 sebesar 15 juta hektar. Begitu pula
dengan jumlah produksi CPO Indonesia, yang pada tahun 2012 yakni 26.015 juta
kilogram dan terus signifikan meningkat tiap tahunnya sampai pada 2021 yakni sebesar
49.710 juta kilogram.

Tabel 5. Proyeksi Volume Ekspor CPO Indonesia tahun 2022 hingga 2024
Forecasting Pertumbuhan
Tahun
(Juta Kilogram) (Persen)
2022 24.484 -4
2023 22.774 -8
2024 20.644 -10
Sumber: Output Minitab (diolah), 2022

Menurut hasil analisis trend yang tersaji pada Tabel 5, volume ekspor CPO
Indonesia untuk 3 tahun mendatang (2022 hingga 2024) diproyeksikan akan mengalami
penurunan dengan rentang pertumbuhan -4 sampai -10 persen. Hal ini bisa disebabkan
oleh tingginya nilai ekspor CPO Indonesia pada tahun 2021, yakni sebesar 26 miliar
US$. Sedangkan pada rentang waktu 9 tahun sebelumnya, nilai ekspor CPO Indonesia
hanya berkisar antara 14 sampai 18 miliar US$ saja. Karenanya terjadilah hukum
permintaan pada setiap kenaikan harga yang akan menyebabkan penurunan jumlah
barang yang diminta. Selain itu, wajib terpenuhinya kebutuhan CPO domestik dan
larangan ekspor oleh pemerintah pada tahun 2022 juga turut menjadi penyebab turunnya
proyeksi volume ekspor CPO Indonesia 3 tahun ke depan. Menurut Gabungan
Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (2022), konsumsi minyak sawit di Indonesia adalah
sebesar 18.500 juta kilogram pada 2021. Jumlah tersebut meningkat 6,63% dari tahun
sebelumnya yang sebesar 17.350 juta kilogram dan menjadi yang terbesar sejak 2015.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Hasil rerata analisis RCA menunjukkan nilai >1, dan dapat diartikan bahwa ekspor
CPO Indonesia mempunyai daya saing komparatif yang baik.
2. Hasil rerata analisis ECI menunjukkan nilai >1, dan dapat diartikan bahwa ekspor
CPO Indonesia mempunyai daya saing kompetitif yang baik.
3. Hasil analisis trend menunjukkan volume ekspor CPO Indonesia pada rentang tahun
2012 hingga 2021 memiliki trend yang cenderung naik walaupun berflukuatif,
namun diproyeksikan akan menurun untuk 3 tahun mendatang (2022 hingga 2024).

Saran
1. Kurangi jumlah ekspor dan perbanyak jumlah pasokan CPO untuk domestik.
2. Lebih baik mengekspor produk turunan CPO yang tentunya memiliki nilai tambah
penjualan lebih tinggi seperti untuk industri pangan dapat berupa berupa minyak
goreng, margarin, shortening, dan vegetable ghee. Kemudian untuk industri
oleokimia, antara lain berupa fatty acids, fatty alcohol, glycerin, dan biodiesel.

JEPA, ISSN: 2614-4670 (p), ISSN: 2598-8174 (e)


Sholih Riwaldi – Analisis Daya Saing Ekspor CPO ............................................................................ 1257

3. Konservasi lahan perkebunan kelapa sawit perlu dilakukan guna mencegah


kerusakan tanah.

DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, A. (2017). Analisis Daya Saing dan Dinamika Ekspor Produk Kelapa Sawit
Indonesia dalam Perdagangan Internasional (Vol. 53, Issue 4). IPB: Bogor.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia. (2022). Riset Kelapa Sawit.
https://gapki.id/riset-kelapa-sawit diakses 1 Desember 2022.
Hadianto, A. (2010). Makalah Makroekonomi: Analisis Daya Saing Ekspor Nasional.
Ilmu Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Hardiansyah, A., Bakce, D., dan Tety, E. (2015). Analisis Keunggulan Komparatif Lada
Indonesia di Pasar Internasional. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. 7(2):
85 – 93.
Kementerian Pertanian. (2022). Statistik perkebunan Unggulan Nasional 2019-2021.
Jakarta. Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan.
Murdayanti, M. (2022). Tesis. Analisis Daya Saing Crude Palm Oil (CPO) Indonesia di
Pasar Internasional. Magister Agribisnis. Universitas Muhammadiyah Malang.
Permatasari, I G. A. I., dan Rustariyuni, S. D. (2015) Analisis Daya Saing Ekspor Biji
Kakao Indonesia di Kawasan ASEAN Periode 2003-2012. E- Jurnal EP UNUD,
4 [7] : 855-872.
Prasetyo, A., & Marwanti, S. (2017). Comparative Advantage and Export Performance
of Indonesian Crude Palm Oil in International Markets. Jurnal Agro Ekonomi,
35(2), 89– 103. https://doi.org/10.21082/jae.v35n2.2017.89-103.
Saeyang, R., and Nissapa, A. (2021). Trade competitiveness in the global market: An
analysis of four palm oil products from Indonesia, Malaysia and Thailand.
International Journal of Agricultural Technology 2021Vol. 17(3):1077-1094.
Sasmito, G. S., Laut, L. T., Destiningsih, R. (2019). Daya Saing Crude Palm Oil (CPO)
Indonesia dan Malaysia di Lima Pasar Utama Tahun 2001–2018. Directory
Journal of Economic Volume 1 Nomor 3: 257-268.
The Observatory of Economic Complexity. (2022). Country profile. https://oec.world/
diakses 1 Desember 2022.
United Nations Commodity Trade Statistics. (2021). Data Trade. http://comtrade.un.org
diakses 1 Desember 2022.
Zuhdi, D. A. F., Abdullah M. F., M. Suliswanto, S. W., and Wahyudi, S. T. (2021). The
Competitiveness of Indonesian Crude Palm Oil in International Market.

JEPA, ISSN: 2614-4670 (p), ISSN: 2598-8174 (e)

Anda mungkin juga menyukai