1761 3993 1 PB PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Ilmiah Matematika Realistik (JI-MR)

Vol. 3, No. 1, Juni 2020, 12-21


E-ISSN: 2723-6153
Tersedia: http://jim.teknokrat.ac.id/index.php/pendidikanmatematika/index

ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA MODEL


ASYNCHRONOUS PADA SISWA SMKN 9 BANDAR LAMPUNG
MELALUI GOOGLE CLASSROOM
Yuliza Putri Utami1, Sugama Maskar2
1,2
Universitas Teknokrat Indonesia
Lizaputriutamilaa@gmail.com

Received: 09 April 2022 Accepted: 25 Juni 2022 Published : 29 Juni 2022

Abstract
This study aims to determine the difficulty of learning mathematical models asynchronously through
google classroom. The method used in this research is a mixed method with a convergent triangulation
design (convergent) research type which is described descriptively. The sample selection technique
used purposive sampling technique, so that the sample in this study were students of class XI AKL
SMKN 9 Bandarlampung with a total of 33 students. Data collection techniques in this study were
carried out by distributing questionnaires via google form and in the form of formative test questions
with two-dimensional vector material. Data analysis in quantitative research uses mathematics
learning outcomes based on descriptive statistics and classical learning, while data analysis in
qualitative research uses student responses regarding learning difficulties in mathematics. The benefits
of this research can be used as a reference for students in overcoming difficulties in learning
mathematics with asynchronous models. The results of this study indicate that most students still have
difficulty with internet constraints with very high criteria as much as 93.9%, so students feel bored,
lazy, and lack enthusiasm when learning mathematics and classical mastery scores are declared
incomplete because the percentage of mastery learning students classically 80%.

Keywords: Difficulty Learning Math, Asyncronous, Google Classroom

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan belajar matematika model asyncronous
melalui google classroom. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
campuran (mixed method) dengan jenis penelitian concurrent triangulation designs
(konvergen) yang dijelaskan secara deskriptif. Teknik pemilihan sampel menggunakan
teknik purposive sampling, sehingga sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI AKL
SMKN 9 Bandarlampung dengan jumlah 33 siswa. Teknik pengumpulan data pada penelitian
ini dilakukan dengan cara membagikan kuesioner melalui google form dan berupa soal tes
formatif dengan materi vektor dimensi dua. Analisis data pada penelitian kuantitatif
menggunakan hasil belajar matematika yang dijabarkan berdasarkan statistik deskriptif dan
ketuntasan belajar secara klasikal, sedangkan analisis data pada penelitian kualitatif
menggunakan hasil respon siswa mengenai kesulitan belajar matematika. Adapun manfaat
dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi siswa dalam mengatasi kesulitan belajar
matematika model asyncronous. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa
masih mengalami kesulitan terhadap kendala internet dengan kriteria yang sangat tinggi
sebanyak 93,9%, sehingga siswa mudah merasa bosan, malas, serta kurang semangat saat
belajar matematika dan nilai ketuntasan secara klasikal dinyatakan tidak tuntas karena
persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal ≤ 80%.

Kata Kunci: Kesulitan Belajar Matematika, Asyncronous, Google Classroom

Sitasi artikel ini:


Utami, Y.P. & Maskar, S. (2022). Analisis Kesulitan Belajar Matematika Model Asynchronous pada Siswa SMKN 9 Bandar Lampung Melalui
Google Classroom. Jurnal Ilmiah Matematika Realistik, 3(1), 12-21

12
Jurnal Ilmiah Matematika Realistik (JI-MR), Vol: 3, No: 1, 12-21

PENDAHULUAN

Pada saat ini perkembangan pendidikan meliputi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang
menyesuaikan dengan perkembangan zaman, teknologi berkembang pesat karena adanya pandemi Covid-19
menuntut pemanfaatan TIK untuk media pembelajaran (Sudarmanto, 2021). Perkembangan TIK dapat terlihat dari
pola pendidikan yang tampak jelas menjadi bagian yang terigntegrasi dalam kegiatan belajar yang dilakukan secara
jarak jauh atau sering disebut pembelajaran daring yang diakses melalui jaringan internet (Maskar, dkk, 2020).
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa perubahan yang terjadi adalah reformasi sistem pendidikan yang
melibatkan seluruh aspek atau komponen yang ada. Proses pembelajaran saat ini telah beradaptasi dengan
perkembangan teknologi informasi, sehingga paradigma pendidikan berubah dan bergeser (Sugiyono, 2020).
Dengan kata lain, pengguna dapat dengan cepat mengakses pengetahuan berdasarkan kondisi tertentu sehingga
dapat mempengaruhi kebiasaan dan budaya pendidikan yang telah dikelola dan dilaksanakan selama ini. Oleh
karena itu, perkembangan TIK di bidang pendidikan bisa berdampak positif ataupun negatif bagi kemajuan
pendidikan di Indonesia.
Pelaksanaan pembelajaran biasanya dilaksanakan secara tatap muka antara guru dan siswa, akan tetapi
pada masa pandemi Covid-19 pihak sekolah mengikuti kebijakan pemerintah dimana pembelajaran dapat
dilaksanakan secara daring (Puspaningtyas, dkk, 2020). Pembelajaran daring dapat dilaksanakan saat guru dan
siswa sedang berada di lokasi yang berbeda atau terpisah sehingga pembelajaran daring memerlukan sistem
telekomunikasi interaktif. Sistem pembelajaran daring dapat digunakan untuk mengetahui kesulitan siswa yang
dapat dijadikan sebagai tujuan pembelajaran (Handayani, 2021).
Pembelajaran daring saat Covid-19 dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran dengan siswa dan guru,
sehingga guru dituntut untuk memberikan pengajaran yang baik, menciptakan suasana belajar kreatif dan inovatif
serta menggunakan media pembelajaran yang menarik sehingga dapat memungkinkan siswa untuk memahami
materi pembelajaran serta mencapai tujuan pembelajaran (Putri, 2020). Pembelajaran daring dapat mempengaruhi
motivasi belajar siswa, namun kondisi pembelajaran daring menyulitkan guru untuk mengontrol dan menjaga
suasana pembelajaran karena terkurung dalam ruang virtual (Utami, 2020).
Hikmah dan Maskar (2020) menyatakan bahwa kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran
matematika yaitu cenderung tidak memperhatikan materi dan tidak membaca soal dengan baik, selain itu siswa
juga kurang mengetahui nama dan bentuk dari simbol-simbol matematika. Hal ini yang menjadikan siswa kesulitan
saat belajar matematika dan siswa menjadi kurang optimal dalam mencapai hasil belajar yang baik. Adapun
hambatan yang sering ditemui dalam pembelajaran daring adalah tidak terjangkau jaringan internet, kuota internet
tidak mencukupi, dan media yang dipersiapkan oleh guru terlalu monoton, sehingga saat guru menerapkan
pembelajaran daring membuat siswa merasa bosan (Fatimah dan Puspaningtyas, 2020). Hal ini menjadikan guru
untuk lebih proaktif dalam berkomunikasi dengan siswa. Guru harus memaksimalkan penggunaan media
pembelajaran untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran di masa pandemi (Parnabhakti, 2020).
Sulistyo (2021) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
pembelajaran matematika yaitu faktor internal dan faktor eksternal seperti lingkungan, siswa, guru, metode
pembelajaran, serta minat, bakat, kemampuan verbal bahkan kemampuan komputasi. Adapun Faktor yang dapat
menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika salah satunya adalah penggunaan model pembelajaran yang
kurang tepat, serta siswa membutuhkan pemanfaatan media pembelajaran, sistem penilaian serta penggunaan
sarana dan prasarana yang tepat dalam kegiatan pembelajaran daring (Parinata, 2020). Guru juga dapat
memanfaatkan media pembelajaran dengan memberikan gambar, video, suara, animasi, dalam tampilan media
pembelajaran yang digunakan (Anderha, 2021). Hal ini diterapkan agar siswa tidak merasa jenuh atau bosan saat
belajar dirumah. Oleh karena itu siswa membutuhkan model pembelajaran yang menarik dalam menyajikan latihan
soal dan materi yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Sakiah, 2021).
Menurut Cahyaningsih (2018), model pembelajaran merupakan desain atau kerangka konseptual untuk
merancang bahan pembelajaran yang mengarahkan siswa dalam menggambarkan prosedur yang sistematis dalam
berbagai kegiatan pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Suryananda (2022)
menyatakan bahwa model pembelajaran daring dibagi menjadi dua yaitu model pembelajaran synchronous
(sinkronus) dan model pembelajaran asynchronous (asinkronus). Model pembelajaran synchronous mengacu pada
aktivitas yang benar-benar nyata dimana interaksi guru dan siswa di lakukan secara langsung melalui zoom-us,
sedangkan model pembelajaran asynchronous mengacu pada aktivitas komunikasi yang tidak mengharuskan siswa
dan guru aktif secara bersamaan, seperti penggunaan email dan google classroom (Nabila, 2020).
Menurut Adhiguna (2022), model pembelajaran asynchronous sudah berlangsung selama 3 tahun akan
tetapi siswa masih mengalami kesulitan yang menjadikan siswa kurang efektif dan kurang efisien saat diterapkan
pembelajaran matematika selama pandemi COVID-19. Adapun kelemahan model pembelajaran asynchronous
yaitu siswa menjadi terisolasi karena tidak ada lingkungan pendidikan atau pembelajaran yang benar-benar
13
Jurnal Ilmiah Matematika Realistik (JI-MR), Vol: 3, No: 1, 12-21

interaktif serta respon atau umpan balik antara guru dan siswa berlangsung lambat bergantung pada ketersediaan
guru dan siswa (Dewi, 2021). Terkadang siswa harus menunggu respon guru di kemudian hari dikarenakan guru
sedang tidak online dan juga sebaliknya (Basri, dkk, 2021). Model pembelajaran asynchronous memiliki kelebihan
yaitu siswa tidak perlu membuka materi dan mengerjakan tugas pada waktu yang telah ditentukan karena guru
sudah memberikan tenggat waktu untuk mengerjakan tugas, sehingga siswa memiliki banyak waktu untuk
mengerjakan tugas yang telah diberikan (Fatimah, dkk, 2021).
Berdasarkan hal diatas maka perlu dilakukan penelitian di SMKN 9 Bandarlampung yang bertujuan untuk
mengetahui kesulitan siswa pada model pembelajaran asynchronous melalui google classroom, karena model
pembelajaran daring ini dapat memberikan dampak positif dan negatif dalam sistem pendidikan seperti mengetahui
hambatan yang dihadapi oleh siswa, sehingga guru dapat memberikan pengajaran yang baik dan menarik untuk
mendukung pelaksanaan pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metode campuran (mixed method). Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI BDP dan XI AKL SMKN 9 Bandarlampung tahun ajaran 2021/2022 dengan jumlah 63 siswa.
Adapun teknik yang digunakan adalah teknik purposive sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel
dengan mempertimbangkan sampel mana yang paling sesuai, teknik ini dilakukan karena peneliti memiliki
keterbatasan populasi (Lenaini, 2021). Sampel yang digunakan peneliti adalah kelas XI AKL dengan jumlah 33
siswa karena peneliti melihat bahwa kedua kelas memiliki ciri khas yang sama dalam memahami materi serta
mengerjakan tugas dianggap setara, maka dari itu peneliti bebas memilih sampel diantara kedua kelas tersebut.
Instrumen pada penelitian ini adalah tes (soal formatif) dan non tes (kuesioner kesulitan belajar). Soal tes
berbentuk tes uraian yang dilaksanakan selama 3 pertemuan. Penyusunan instrumen penelitian tersebut sudah
sesuai dengan validitas isi artinya tes tersebut harus mampu mengungkapkan isi untuk mengukur sejauh mana
siswa telah menguasai pelajaran terutama meliputi aspek kesulitan terhadap hasil belajar matematika (Sudjana,
2014). Sedangkan kuesioner yang digunakan dalam penelitian berupa kuesioner kesulitan belajar matematika.
Adapun model kuesioner yang digunakan adalah model skala guttman. Skala guttman adalah metode analisis data
yang jawabannya benar-benar tegas dan pasti dengan pilihan alternatif ya atau tidak (Setyani, 2018).

Teknik Analisis Data


Teknik analisis data ini menggunakan analisis mixed method atau campuran antara kuantitatif dan kualitatif
serta dijabarkan secara deskriptif (Hamzah, 2021). Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil belajar
yang dijelaskan berdasarkan analisa statistik deskriptif dan ketuntasan siswa secara klasikal (Cahyaningsih, 2018).
Adapun data yang didapatkan dari hasil tes serta dilakukan selama 3 pertemuan yang bertujuan untuk memperoleh
gambaran pencapaian hasil belajar matematika. Sedangkan data yang diperoleh dari kuesioner, dianalisis dalam
bentuk persentase untuk menggambarkan kesulitan belajar matematika model asynchronous melalui google
classroom di SMKN 9 Bandarlampung.

1. Analisis Statistik Deskriptif


Analisis statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai data yang dilihat dari nilai mean (rata-
rata), median, modus, standar deviasi, maksimum, minimum dan range (Ghozali, 2018). Statistik
deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data dengan cara menguraikan atau
memberikan penjelasan mengenai suatu data (Maysani, 2020). Sedangkan menurut Novita (2018),
statistika deskriptif merupakan ilmu statistik yang bertujuan untuk mengumpulkan, mengolah,
menganalisis data kuantitatif secara deskriptif.

2. Ketuntasan Belajar Siswa Secara Klasikal


Menurut Bungsu dan Vilardi (2018) suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal)
jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 80% siswa yang telah tuntas belajarnya. Ketuntasan belajar klasikal
dapat diketahui melalui hasil persentase siswa yang sudah tuntas belajar secara individu dan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝑛
𝑃𝐾𝐾 = 𝑁 × 100% (Pamungkas, 2018)

14
Jurnal Ilmiah Matematika Realistik (JI-MR), Vol: 3, No: 1, 12-21

3. Persentase Respon Siswa Berdasarkan Kuesioner


Menurut sugiyono (2013), respon siswa dapat dinyatakan dengan frekuensi relatif, dimana frekuensi
tersebut dijadikan dalam bentuk persentase yang sesuai dengan pernyataan dan indikator. Adapun cara
untuk menentukan persentase dari hasil data yang didapatkan yaitu menggunakan rumus:
𝑓
𝑃 = 𝑛 × 100% (Sugiyono, 2013)
Setelah mengetahui hasil persentase yang dialami siswa, kemudian hasil tersebut dilihat berdasarkan
kriteria yang menggunakan skala penilaian, maka persentase yang telah didapatkan akan disesuaikan
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Adapun tingkat kriteria dan persentase ditunjukkan dalam tabel
berikut:
Tabel 1. Tingkat Persentase Tanggapan Siswa
Persentase Kriteria
81% − 100% Sangat Tinggi
61% − 80% Tinggi
41% − 60% Cukup Tinggi
21% − 40% Rendah
0% − 20% Sangat Rendah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Statistik Deskriptif


Analisis statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai data yang dilihat dari nilai mean atau rata-
rata, median, modus, standar deviasi, maksimum, minimum, dan range secara deskriptif (Ghozali, 2018). Data
didapatkan dari hasil tes serta dilakukan selama 3 pertemuan yang bertujuan untuk memperoleh gambaran
pencapaian hasil belajar matematika. Berikut merupakan data hasil tes siswa yang dilakukan secara deskriptif.
Tabel 2. Analisis Statistik Deskriptif Berdasarkan Hasil Tes Matematika
Nilai Tes Siswa dalam 3 Pertemuan
Keterangan
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
Mean 66,06 76,06 83,64
Median 70 80 80
Modus 80 80 80
Standar Deviasi 15,39 14,13 10,55
Maksimum 80 100 100
Minimum 40 50 70
Range 40 50 30
Berikut ini merupakan diagram batang dari hasil tes matematika yang dilakukan selama 3 pertemuan
bertujuan untuk menyampaikan hasil tes matematika secara kuantitas agar lebih mudah dipahami.

Diagram Batang Hasil Tes Matematika


120
mean
100
80 median
60 modus
40 standar deviasi
20 maksimum
0
minimum
pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3

Gambar 1. Diagram Batang Analisis Statistik Deskriptif

15
Jurnal Ilmiah Matematika Realistik (JI-MR), Vol: 3, No: 1, 12-21

Berdasarkan tabel 1 dan gambar 1 memperlihatkan bahwa pada pertemuan pertama nilai mean atau rata-
rata tes siswa tergolong baik sebesar 66,06 dengan nilai standar deviasi sebesar 15,39, serta nilai range yang
didapatkan dari hasil tes yaitu 40 dengan nilai minimum sebesar 40 dan nilai maksimum sebesar 80, hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang mendapatkan nilai sempurna sebesar 100. Adapun modus yang
didapatkan dalam hasil tes sebesar 80 artinya mayoritas siswa mendapatkan nilai sebesar 80, hal ini menunjukkan
bahwa mayoritas siswa sudah mendapatkan nilai KKM ≥ 75, akan tetapi masih banyak siswa yang mendapatkan
nilai dibawah KKM < 75.
Pada pertemuan kedua nilai mean atau rata-rata tes siswa tergolong baik sebesar 76,06 dengan nilai
standar deviasi sebesar 14,13, serta nilai range yang didapatkan dari hasil tes yaitu 50 dengan nilai minimum
sebesar 50 dan nilai maksimum sebesar 100, hal ini menunjukkan bahwa beberapa siswa sudah mendapatkan nilai
sempurna sebesar 100. Adapun modus yang didapatkan dalam hasil tes sebesar 80 artinya mayoritas siswa
mendapatkan nilai sebesar 80, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa sudah mendapatkan nilai KKM ≥ 75,
akan tetapi masih terdapat siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM < 75.
Pada pertemuan ketiga nilai mean atau rata-rata tes siswa tergolong baik sekali sebesar 83,64 dengan nilai
standar deviasi sebesar 10,55, serta nilai range yang didapatkan dari hasil tes yaitu 30 dengan nilai minimum
sebesar 70 dan nilai maksimum sebesar 100, hal ini menunjukkan bahwa beberapa siswa sudah mendapatkan nilai
sempurna sebesar 100. Adapun modus yang didapatkan dalam hasil tes sebesar 80 artinya mayoritas siswa
mendapatkan nilai sebesar 80, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa sudah mendapatkan nilai KKM ≥ 75,
akan tetapi masih terdapat siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM < 75.
Berdasarkan pemaparan statistik deskriptif yang dilaksanakan selama 3 pertemuan, bahwa terjadi
peningkatan terhadap hasil belajar matematika, pernyataan tersebut dapat dilihat dari nilai mean atau rata-rata
siswa, serta nilai minimum mengalami peningkatan disetiap pertemuan. Hal ini sesuai dengan standar deviasi
karena selama 3 pertemuan nilai standar deviasi semakin kecil artinya hasil belajar siswa sudah akurat dengan nilai
mean atau rata-rata sehingga dapat dikatakan data tersebut sudah sesuai dengan validitas isi.

Ketuntasan Belajar Siswa Secara Klasikal


Ketuntasan siswa secara klasikal dapat diketahui melalui hasil persentase siswa dengan nilai tuntas yang
didapatkan secara individu KKM ≥ 75. Adapun hasil ketuntasan siswa secara klasikal yang dilaksnakan selama 3
pertemuan dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

Gambar 2. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa

Berdasarkan gambar 2 memperlihatkan bahwa hasil tes belajar siswa di dapatkan dari bahan ajar yang
berbeda-beda. Pada pertemuan pertama penulis hanya memberikan materi berupa PDF, banyaknya siswa yang
tuntas sebanyak 16 siswa dari 33 siswa sehingga di dapatkan persentase sebesar 48,48%, karena persentase
ketuntasan belajar siswa ≤ 80% maka dapat dikatakan bahwa ketuntasan siswa secara klasikal dinyatakan tidak
tuntas. Pada pertemuan kedua penulis memberikan materi dengan file PPT, banyaknya siswa yang tuntas sebanyak
21 siswa dari 33 siswa sehingga di dapatkan persentase sebesar 63,63%, karena persentase ketuntasan belajar siswa
≤ 80% maka dapat dikatakan bahwa ketuntasan siswa secara klasikal dinyatakan tidak tuntas. Pada pertemuan
ketiga penulis memberikan materi dengan file PPT dan video youtube di google classroom, banyaknya siswa yang
tuntas sebanyak 26 siswa dari 33 siswa sehingga di dapatkan persentase sebesar 78,79%, karena persentase
ketuntasan belajar siswa ≤ 80% maka dapat dikatakan bahwa ketuntasan siswa secara klasikal dinyatakan tidak
tuntas.
16
Jurnal Ilmiah Matematika Realistik (JI-MR), Vol: 3, No: 1, 12-21

Berdasarkan pemaparan gambar 2, meskipun bahan ajar yang diberikan berbeda-beda, ketuntasan siswa
secara klasikal masih dinyatakan tidak tuntas, akan tetapi setiap pertemuan siswa mengalami peningkatan hanya
saja masih ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan sehingga dinyatakan tidak tuntas. Hal ini menunjukkan
bahawa siswa masih mengalami kesulitan belajar matematika dan guru harus mencari solusi agar siswa tidak
mengalami kesulitan saat belajar matematika yang dilaksanakan melalui media google classroom (Renaldi, 2021).

Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Hasil Tes


Pada bagian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai hasil tes uraian yang telah diberikan
kepada siswa kelas XI AKL, berguna untuk mengetahui kesulitan belajar matematika melalui platform google
classroom (Efendy, 2021). Adapun kesulitan yang dialami oleh siswa yaitu siswa terlambat dalam mengumpulkan
tugas, siswa tidak memiliki inisiatif belajar secara mandiri, sehingga siswa menunggu instruksi tugas dari guru
untuk memulai kegiatan belajar, siswa hanya mempelajari materi matematika sesuai apa yang telah diberikan oleh
guru, siswa masih belum terbiasa untuk mengatur waktu saat belajar dirumah, dan siswa malas mengerjakan tugas
matematika karena soal terlalu banyak dan sulit untuk dipahami (Saputra, Istiqomah, 2020). Maka dari itu penulis
berupaya untuk mengatasi kesulitan dengan cara memberikan dukungan atau motivasi agar pembelajaran tersebut
berjalan dengan baik dan guru memberi perhatian proses perkembangan belajar matematika melalui hasil belajar
siswa.

Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Hasil Kuesioner


Pada bagian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai hasil kuesioner yang telah disebarkan
kepada siswa kelas XI AKL di SMKN 9 Bandarlampung berguna untuk mengetahui kesulitan belajar matematika
melalui platform google classroom. Berdasarkan analisis kuesioner kesulitan belajar matematika didapatkan hasil
tanggapan siswa yang sesuai dengan indikator berupa persentase sebagai berikut:
a. Penggunaan Platform Google Classroom
Tabel 2. Hasil Responden Siswa Terhadap Penggunaan Platform Google Classroom
Persentase
No Indikator Pernyataan Kriteria
Ya Tidak
Saya dapat berkomunikasi Sangat
1 81,8 18,2
dengan guru Tinggi
Saya dapat mengisi absensi Sangat
2 100 0
kehadiran Tinggi
Penggunaan
Saya dapat mengunduh dan Sangat
3 platform 90,9 9,1
membuka bahan ajar Tinggi
google
Saya dapat mengirimkan
classroom
4 tugas dalam bentuk file 78,8 21,2 Tinggi
secara langsung kepada guru
Sekolah tidak memberikan Sangat
5 100 0
pelatihan daring Tinggi

Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan, pada indikator penggunaan platform google classroom
diketahui bahwa 1) siswa dapat berkomunikasi dengan guru sebanyak 81,8% dengan kriteria yang sangat tinggi
artinya > 80% siswa dapat berkomunikasi dengan guru dan sebanyak 18,2% siswa tidak dapat berkomunikasi
dengan guru dikarenakan siswa tidak memahami cara berkomunikasi melalui google classroom. 2) Siswa sudah
dapat mengisi absensi kehadiran tanpa adanya pelatihan pembelajaran melalui google classroom sebanyak 100%,
hal ini dikarenakan pengisian absensi sangat mudah dilakukan sehingga dapat dipahami oleh siswa. 3) siswa dapat
mengunduh dan membuka bahan ajar melalui google classroom sebanyak 90,9% dengan kriteria yang sangat
tinggi artinya mayoritas siswa dapat mengunduh dan membuka bahan ajar. 4) Siswa dapat mengirimkan tugas
dalam bentuk file sebanyak 78,8% dengan kriteria yang tinggi artinya tingkat persentase > 61% dan sebanyak
21,2% tidak dapat mengirimkan tugas dalam bentuk file. 5) Pihak sekolah tidak memberikan pelatihan
pembelajaran melalui google classroom, hal ini diketahui berdasarkan hasil persentase responden siswa sebanyak
100%. Namun mayoritas siswa sudah dapat mengetahui penggunaannya seperti mengisi absensi kehadiran,
membuka bahan ajar dan mengirimkan tugas (Siwi, 2020). Hal ini diketahui dari hasil persentase yang tinggi
sebanyak > 75% artinya lebih dari setengah siswa yang dapat menggunakan google classroom.
17
Jurnal Ilmiah Matematika Realistik (JI-MR), Vol: 3, No: 1, 12-21

b. Kesulitan Siswa
Pada bagian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai hasil kuesioner berdasarkan indikator
kesulitan siswa yang telah diberikan kepada siswa kelas XI AKL. Berikut merupakan hasil responden siswa yang
disajikan dalam tabel 2.

Tabel 2. Hasil Responden Terhadap Kesulitan siswa melalui Google Classroom


Persentase
No Indikator Pernyataan Kriteria
Ya Tidak
Saya terkendala dengan sinyal Sangat
1 93,9 6,1
internet yang kurang stabil Tinggi
Saya kurang minat belajar daring
Cukup
2 karena saya menjadi kurang 57,6 42,4
Tinggi
mampu belajar mandiri
Kesulitan Saya tidak memahami tentang Cukup
3 42,4 57,6
Siswa pembelajaran dalam jaringan Tinggi
Saya lebih tertarik belajar di
Sangat
4 kelas karena berinteraksi 90,9 9,1
Tinggi
langsung dengan guru
Saya tidak bisa tepat waktu
5 60,6 39,4 Tinggi
mengerjakan tugas daring

Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan pada indikator kesulitan siswa diketahui bahwa 1) siswa
terkendala dengan sinyal internet yang kurang stabil sebanyak 93,9% dengan kriteria yang sangat tinggi artinya
mayoritas siswa mempunyai kendala sinyal internet. 2) siswa kurang minat belajar daring sebanyak 57,6% dengan
kriteria cukup tinggi dikarenakan siswa merasa kurang mampu belajar matematika secara mandiri. 3) siswa tidak
memahami tentang pembelajaran dalam jaringan sebanyak 42,4% dengan kriteria yang cukup tinggi artinya lebih
dari setengah siswa memahami tentang pembelajaran dalam jaringan (asynchronous) sebesar 57,6%. 4) siswa lebih
tertarik belajar di kelas sebanyak 90,9% dengan kriteria yang sangat tinggi dikarenakan siswa dapat berinteraksi
dengan guru sehingga hanya 9,1% yang tertarik dengan pembelajaran matematika melalui google classroom. 5)
siswa tidak dapat mengerjakan tugas daring secara tepat waktu sebanyak 60,6% dengan kriteria yang tinggi artinya
mayoritas siswa tidak mengerjakan tugas secara tepat waktu.
c. Materi dan Tugas
Pada bagian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai hasil kuesioner berdasarkan indikator
materi dan tugas yang telah diberikan kepada siswa kelas XI AKL. Berikut merupakan hasil responden siswa yang
disajikan dalam tabel 3.

Tabel 3. Hasil Responden Siswa Terhadap Materi dan Tugas


Persentase
No Indikator Pernyataan Kriteria
Ya Tidak
Jumlah tugas yang banyak
Cukup
1 membuat saya kesulitan dalam 51,5 48,5
Tinggi
mengerjakan dengan maksimal
Saya dapat memahami contoh Cukup
2 51,5 48,5
yang telah diberikan oleh guru Tinggi
pengetahuan saya menjadi lebih
Materi Cukup
3 luas saat menggunakan bahan ajar 42,4 57,6
dan Tugas Tinggi
PDF
Saya mengerjakan tugas latihan Cukup
4 57,6 42,4
dengan bersungguh-sungguh Tinggi
Saya sudah membaca bahan ajar
5 namun tidak memahami materi 60,6 39,4 Tinggi
yang diberikan

18
Jurnal Ilmiah Matematika Realistik (JI-MR), Vol: 3, No: 1, 12-21

saya sering tidak membaca bahan Cukup


6 48,5 51,5
ajar Tinggi
pengetahuan saya menjadi lebih
Sangat
7 luas saat menggunakan bahan ajar 84,8 15,2
Tinggi
video

Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan, pada indikator materi dan tugas dapat diketahui bahwa 1) siswa
kesulitan dalam mengerjakan tugas sebanyak 51,5% dengan kriteria yang cukup tinggi dikarenakan jumlah tugas
yang diberikan terlalu banyak sehingga lebih dari setengah siswa kesulitan dalam mengerjakan tugas. 2) siswa
dapat memahami contoh yang diberikan oleh guru sebanyak 51,5% dengan kriteria yang cukup tinggi artinya lebih
dari setengah siswa dapat memahami contoh yang telah diberikan. 3) pengetahuan siswa menjadi lebih luas saat
menggunakan bahan ajar PDF sebanyak 42,4% dengan kriteria cukup tinggi artinya beberapa siswa beranggapan
bahwa bahan ajar PDF tidak memperluas pengetahuan matematika sebanyak 57,6%. 4) siswa mengerjakan tugas
latihan dengan bersungguh-sungguh sebanyak 57,6% dengan kriteria cukup tinggi artinya terdapat siswa yang
tidak bersungguh-sungguh saat mengerjakan tugas matematika. 5) siswa sudah membaca bahan ajar namun tidak
memahaminya sebanyak 60,6% dengan kriteria yang cukup tinggi artinya lebih dari setengah siswa tidak
memahami bahan ajar yang telah diberikan. 6) siswa tidak membaca bahan ajar sebanyak 48,5 dengan kriteria
cukup tinggi artinya masih ada lebih dari setengah siswa atau > 50% siswa yang membaca bahan ajar sebanyak
51,5%. 7) pengetahuan siswa menjadi lebih luas saat menggunakan bahan ajar video sebanyak 84,8% dengan
kriteria sangat tinggi artinya > 80% siswa yang beranggapan bahwa bahan ajar video perlu dilakukan karna dapat
menambah pengetahuan siswa dalam pembelajaran matematika.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang kesulitan matematika model asynchronous pada siswa SMKN 9
Bandarlampung melalui google classroom, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa mayoritas siswa mengalami
kesulitan terhadap jaringan internet yang kurang stabil sehingga menyebabkan siswa tidak dapat melihat materi
dan tugas yang telah diberikan. Adapun faktor lain yang menyebabkan siswa merasa kesulitan belajar matematika
pada model asynchronous yaitu siswa merasa bosan, malas, serta kurang semangat saat belajar matematika bahkan
siswa merasa tidak puas dengan hasil belajar yang telah dikerjakannya karena siswa tidak senang sehingga siswa
menjadi tidak mengerjakan tugas secara mandiri, melainkan ketergantungan teman untuk mengerjakan tugas yang
telah diberikan oleh guru, akibatnya siswa kesulitan dalam memahami materi sehingga nilai ketuntasan secara
klasikal dinyatakan tidak tuntas. Hal ini perlu adanya upaya dari guru agar siswa mendapatkan nilai ketuntasan
secara klasikal yaitu dengan cara memberikan siswa bahan ajar yang menarik seperti powerpoint ataupun video
dikarenakan siswa mengalami peningkatan terhadap hasil belajar yang menyebabkan mayoritas tuntas belajar
secara individual, serta hasil kuesioner menunjukkan bahwa powerpoint dan video dapat meningkatkan
pengetahuan hasil belajar siswa.

REFERENSI
Adhiguna, A., Saefudin, Y. S., & Nasbey, H. 2022. Pengembangan Media Pembelajaran Asinkron Mandiri Berbasis
Transformative Learning Berbantuan Google Classroom Pada Materi Fluida Dinamis. In Prosiding Seminar Nasional
Fisika,Vol. 10.
Anderha, R. R. (2021). Perkembangan Pembelajaran dan Pendidikan Matematika Melalui Sejarah Matematika. Jurnal Dunia
Ilmu, 1(2).
Anderha, R. R., & Maskar, S. 2020. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Pembelajaran Daring Materi
Eksponensial. Jurnal Ilmiah Matematika Realistik, 1(2), 1-7.
Basri, M., Husain, B., & Modayama, W. 2021. University Students’ Perceptions in Implementing Asynchronous Learning
During Covid-19 Era. Metathesis: Journal of English Language, Literature, and Teaching, 4(3), 263-276.
Bungsu, T. K., Vilardi, M., Akbar, P., & Bernard, M. 2019. Pengaruh Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika
di SMKN 1 Cihampelas. Journal on Education, 1(2), 382-389.
Cahyaningsih, U. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika. Jurnal Cakrawala Pendas, 4(1), 266427.
Dewi, P. S. 2021. E-Learning: Penerapan Project Based Learning pada Mata Kuliah Media Pembelajaran. PRISMA, 10(1),
97-105.
Efendy, A. 2021. Perbandingan Pembelajaran Matematika Secara Daring dan Pembelajaran Matematika Secara Luring
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII MTS Guppi Pagar Alam. Jurnal Ilmiah Matematika
Realistik, 2(1), 47-56.

19
Jurnal Ilmiah Matematika Realistik (JI-MR), Vol: 3, No: 1, 12-21

Fatimah, C., & Puspaningtyas, N. D. 2020. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pembelajaran Online Mata Pelajaran
Matematika di MAN 1 Lampung Selatan. Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, 8(4), 250-260.
Fatimah, C., Asmara, P. M., Mauliya, I., & Puspaningtyas, N. D. 2021. Peningkatan Minat Belajar Siswa Melalui Pendekatan
Matematika Realistik Pada Pembelajaran Berbasis Daring. Mathema: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2), 117-126.
Fatimah, C., Wirnawa, K., & Dewi, P. S. 2020. Analisis Kesulitan Belajar Operasi Perkalian Pada Siswa Sekolah Menengah
Pertama (Smp). Jurnal Ilmiah Matematika Realistik, 1(1), 1-6.
Ghozali, I. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25. Badan Penerbit Universitas Diponegoro:
Semarang.
Hamzah, A. 2021. Metode Penelitian & Pengembangan (Research & Development) Uji Produk Kuantitatif dan Kualitatif
Proses dan Hasil Dilengkapi Contoh Proposal Pengembangan Desain Uji Kualitatif dan Kuantitatif. CV Literasi
Nusantara Abadi.
Handayani, A. S., & Ariyanti, I. 2021. Kemandirian Belajar Matematika Siswa Smp Disaat Pandemi Covid-19. In Urban Green
Conference Proceeding Library (pp. 6-10).
Hikmah, S. N., & Maskar, S. 2020. Pemanfaatan aplikasi microsoft powerpoint pada siswa smp kelas viii dalam pembelajaran
koordinat kartesius. Jurnal Ilmiah Matematika Realistik, 1(1), 15-19.
Jana, P., & Pamungkas, B. 2018. Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru SD Negeri Guwosari. Abdimas Dewantara,
1(1), 39–46
Lenaini, I. (2021). Teknik Pengambilan Sampel Purposive dan Snowball Sampling. Historis: Jurnal Kajian, Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan Sejarah, 6(1), 33-39
Maskar, S., & Wulantina, E. 2019. Persepsi Peserta Didik terhadap Metode Blended Learning dengan Google
Classroom. INOMATIKA, 1(2), 110-121.
Maskar, S., Dewi, P. S., & Puspaningtyas, N. D. 2020. Online Learning & Blended Learning: Perbandingan Hasil Belajar
Metode Daring Penuh dan Terpadu. Prisma, 9(2), 154-166.
Maskar, S., Puspaningtyas, N. D., Fatimah, C., & Mauliya, I. 2021. Catatan Daring Matematika: Pelatihan Pemanfaatan
Google Site Sebagai Media Pembelajaran Daring. Community Development Journal: Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 2(2), 487-493.
Nabila, H., & Sulistiyaningsih, D. 2020. Analisis Kesulitan Belajar Matematika Dalam Pembelajaran Daring Berbantuan
Microsoft Teams Kelas XI SMA Negeri 9 Semarang. EDUSAINTEK, 4.
Novita, L., Sukmanasa, E., & Pratama, M. Y. 2019. Penggunaan Media Pembelajaran Video terhadap Hasil Belajar Siswa SD.
Indonesian Journal of Primary Education Penggunaan, 3(2), 64-72.
Parinata, D. (2021). Pengaruh penggunaan aplikasi YouTube dan Facebook terhadap hasil belajar matematika. Jurnal Ilmiah
Matematika Realistik, 2(1), 11-17.
Parinata, D., & Puspaningtyas, N. D. 2021. Optimalisasi Penggunaan Google Form terhadap Pembelajaran
Matematika. Mathema: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1), 56-65.
Parnabhakti, L., & Puspaningtyas, N. D. 2020. Penerapan Media Pembelajaran Powerpoint melalui Google Classroom untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Ilmiah Matematika Realistik, 1(2), 8-12.
Puspaningtyas, N. D., & Dewi, P. S. 2020. Persepsi peserta didik terhadap pembelajaran berbasis daring. JPMI (Jurnal
Pembelajaran Matematika Inovatif), 3(6), 703-712.
Putri, L. A., & Dewi, P. S. 2020. Media Pembelajaran Menggunakan Video Atraktif pada Materi Garis Singgung
Lingkaran. Mathema: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 32-39.
Renaldi, D., & Saputra, V. H. 2021. Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMAN 2
KALIANDA. Jurnal Ilmiah Matematika Realistik, 2(2), 25-31.
Sakiah, N. A., & Effendi, K. N. S. 2021. Analisis Kebutuhan Multimedia Interaktif Berbasis PowerPoint Materi Aljabar Pada
Pembelajaran Matematika SMP. JP3M (Jurnal Penelitian Pendidikan Dan Pengajaran Matematika), 7(1), 39-48.
Saputra, W. 2020. Pengaruh Kreativitas Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMK Yadika Bandar
Lampung. Jurnal Ilmiah Matematika Realistik, 1(2), 13-16.
Siwi, F., & Puspaningtyas, N. D. 2020. Penerapan Media Pembembelajaran Kognitif Dalam Materi Persamaan Garis Lurus
Menggunakan Video di Era 4.0. Jurnal Ilmiah Matematika Realistik, 1(1), 7-10.
Sudarmanto, E., Kurniullah, A. Z., Revida, E., Ferinia, R., Butarbutar, M., Abdilah, L. A., ... & Suyuthi, N. F. 2021. Desain
Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif. Yayasan Kita Menulis.
Sugiyono, A., Santosa, J., & Hilmawan, E. 2020. Pemodelan Dampak COVID-19 Terhadap Kebutuhan Energi di Indonesia.
Jurnal Sistem Cerdas, 3(2), 65-73.
Sugiyono, S. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Sulistyo, R., & Alyani, F. 2021. Analisis Kesulitan Peserta Didik dalam Pembelajaran Daring Matematika di Masa Pandemi
COVID-19. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 5(3), 2460-2470.
Suryananda, X. V., Persada, S. F., & Apriyansyah, B. 2022. Pengaruh Persepsi Pelajar dalam Penerimaan Pembelajaran Online
Sinkron dan Asinkron (Studi Kasus: Institut Teknologi Sepuluh Nopember). Jurnal Sains dan Seni ITS, 11(1), D149-
D156.
Utami, Y. P., & Cahyono, D. A. D. 2020. Study At Home: Analisis Kesulitan Belajar Matematika Pada Proses Pembelajaran
Daring. Jurnal Ilmiah Matematika Realistik, 1(1), 20-26.
Utami, Y. P., & Dewi, P. S. 2020. Model Pembelajaran Interaktif SPLDV dengan Aplikasi Rumah Belajar. Mathema: Jurnal
Pendidikan Matematika, 2(1), 24-31.
20
Jurnal Ilmiah Matematika Realistik (JI-MR), Vol: 3, No: 1, 12-21

Utami, Y. P., & Puspaningtyas, N. D. 2021. Peranan E-Learning Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (SD). Jurnal
Ilmiah Matematika Realistik, 2(2), 44-49.

21

You might also like