796-Article Text-2209-1-10-20230104

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Journal on Education

Volume 05, No. 02, Januari-Februari 2023, pp. 1613-1620


E-ISSN: 2654-5497, P-ISSN: 2655-1365
Website: http://jonedu.org/index.php/joe

Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di


Sekolah Dasar

Sunarni1, Hari Karyono2


1,2
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, Jl. Dukuh Menanggal XII, Dukuh Menanggal, Gayungan, Kota SBY, Jawa Timur
sunarni.nanie@gmail.com

Abstract
The purpose of this study was to describe teachers' perceptions of the implementation of the independent
curriculum in elementary schools. This research is a qualitative research. Qualitative research is research that
explores and understands the meaning of a number of individuals or groups of people originating from social
problems. Researchers construct reality and understand its meaning, so this research pays close attention to
processes, events, and intensity. Respondents are elementary school teachers. Data collection through
interviews. The main instrument of this research is the researcher supported by field notes. All data is collected
and analyzed descriptively to obtain reliable and reliable findings. The results of the study show that: (1) the
teacher's perception is positive and appreciates the implementation of the Independent Curriculum in elementary
schools, (2) the teacher has an important role in the process of developing and implementing the curriculum in
elementary schools and success in implementing the curriculum is very dependent on how intense the teacher is
in implementing it. curriculum in class; (3) teachers have the ability to develop and apply curricula and design
classes, in order to improve the quality of teaching and learning processes; (4) the lack of socialization and
specific Bimtek training regarding the formation of Pancasila student profiles; (5) not all teachers in elementary
schools apply the Merdeka Curriculum, (6) not all teachers have IT skills, and (7) the constraints in
implementing the Independent Curriculum are due to the lack of stability of internet access, especially for
remote schools whose geographical location makes it difficult to access the internet.
Keywords: Teacher's perception, independent curriculum implementation, elementary school

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan persepsi guru terhadap implementasi kurikulum merdeka di
Sekolah Dasar. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
mengeksplorasi dan memahami makna sejumlah individu atau kelompok orang yang berasal dari masalah sosial.
Peneliti mengkonstruksi realitas dan memahami maknanya, sehingga penelitian ini sangat memperhatikan
proses, peristiwa, dan otensitas. Responden adalah guru sekolah dasar. Pengumpulan data melalui wawancara.
Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti dengan didukung oleh catatan lapangan. Semua data dikumpulkan
dan dikaji secara deskriptif untuk mendapatkan temuan yang dapat dipercaya dan diandalkan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) persepsi guru positif dan mengapresiasi terhadap implementasi Kurikulum Merdeka di
sekolah dasar, (2) guru mempunyai peran penting dalam proses pengembangan dan implementasi kurikulum di
sekolah dasar dan keberhasilan dalam menerapkan kurikulum sangat tergantung pada bagaimana intensitas guru
dalam menerapkan kurikulum di kelas; (3) guru memiliki kemampuan dalam mengembangkan dan menerapkan
kurikulum serta mendesain kelas, dalam rangka meningkatkan kualitas pengajaran dan proses pembelajaran; (4)
belum maksimalnya sosialisasi dan pelatihan bimtek yang spesifik mengenai pembentukan profil pelajar
Pancasila; (5) belum semua guru di sekolah dasar menerapkan Kurikulum Merdeka, (6) tidak semua guru
memiliki kemampuan IT, dan (7) kendala implementasi Kurikulum Merdeka adalah dikarenakan kurang
stabilnya akses internet, khususnya bagi sekolah terpencil yang letak geografisnya sulit mengakses internet.
Kata kunci: Persepsi guru, implementasi kurikulum merdeka, sekolah dasar.

Copyright (c) 2022 Sunarni, Hari Karyono


Corresponding author: Hari Karyono
Email Address: harikaryono@unipasby.ac.id (Jl. Dukuh Menanggal XII, Dukuh Menanggal, SBY, Jawa Timur)
Received 30 December 2022, Accepted 31 Desember 2022, Published 04 Januari 2023

PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan salah satu elemen penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran di
1614 Journal on Education, Volume 05, No. 02, Januari-Februari 2023, hal. 1613-1620

semua jenjang pendidikan. Keberadaan kurikulum mutlak diperlukan dalam rangka mempersiapkan
program pembelajaran yang sesuai dengan target yang diharapkan, hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Nation & MaCalister (2010) yang menjelaskan kurikulum sebagai
seperangkat panduan yang dirancang dalam suatu program pembelajaran yang terdiri dari prinsip-
prinsip, lingkungan dan kebutuhan sesuai dengan target program, pembelajaran yang dilakukan.
Pasca pelantihan Nadiem Makarim pada Tgl. 23 Oktober 2019 sebagai Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), diterbitkan kebijakan dan program unggulan di
bidang pendidikan. Salah satu diantaranya adalah Sekolah Penggerak. Program Sekolah Penggerak
diluncurkan Mendikbudristek pada Tanggal 1 Februari 2021. Program ini dimulai pada tahun
2021/2022 di 2.500 sekolah yang tersebar di 34 Provinsi dan 111 kabupaten/kota.
Program Sekolah Penggerak masih secara bertahap dilaksanakan dan masih memerlukan
pendampingan yang terstruktur kepada sekolah yang dinyatakan lolos menjadi sekolah penggerak.
Walaupun demikian, program ini memperoleh perhatian dari para pengamat dan pemerhati pendidikan
di Indonesia.
Munculnya program ini, merupakan salah satu bentuk reformasi pendidikan yang berfokus
pada transformasi budaya. Menurut Nadiem (2020) budaya sekolah tidak seharusnya hanya berfokus
pada pendekatan administratif saja, juga harus mampu berorientasi pada inovasi dan pembelajaran
yang berfokus kepada peserta didik, dengan harapan lulusan yang dihasilkan sesuai dengan profil
pelajar Pancasila.
Kurikulum pendidikan di Indonesia, sering mengalami perubahan dalam hal penerapannya di
satuan pendidikan. Kurikulum yang sudah pernah diterapkan di Indonesia antara lain KTSP 2006,
Kurikulum 2013 dan yang saat ini masih berjalan adalah Kurikulum Merdeka (Merdeka Belajar)
(Sekarwati & Fauziati, 2021).
Tujuan menerapkan kurikulum pada satuan pendidikan merupakan acuan untuk ranah
menjalankan pendidikan pada tingkatan satuan pendidikan (Restiana, Agustina, Rahman, Ananda &
Witarsa, 2022). Akan tetapi tidak semua penerapan kurikulum ini berjalan mulus, dikarenakan masih
banyaknya variasi pembeda untuk mencapai pemerataan hasil yang dicapai oleh peserta didik.
Guru sebagai penggerak merdeka belajar, berarti seorang guru yang dituntut untuk mampu
bersikap aktif dan semangat, kreatif, inovatif serta terampil guna menjadi fasilitator penggerak
perubahan di sekolah. Guru sebagai penggerak merdeka belajar bukan hanya harus dapat menguasai
dan mengajar secara efektif di kelas melainkan juga harus dapat menciptakan lingkungan yang baik
dengan membangun kedekatan bersama murid. Kemudian guru juga dituntut untuk dapat
memanfaatkan berbagai teknologi yang ada sebagai peningkatan dalam cara mengajar. Kemudian
guru juga harus latihan untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Melalui pembaruan terkait kebijakan Merdeka Belajar seluruh tenaga pendidik
perlu mengukur dan mengintrospeksi diri agar dapat menyesuaikan terkait perkembangan zaman
seperti sekarang ini. Hal ini dilakukan agar guru tidak kalah dalam hal informasi dan penggunaan
Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Dasar, Sunarni, Hari Karyono
1615

teknologi oleh para muridnya, namun disamping itu juga guru penggerak merdeka belajar ini harus
dapat menanamkan nilai-nilai baik ditengah maraknya perubahan yang dapat terjadi dengan cepat
karena mudahnya akses dan penggunaan teknologi yang semakin mudah untuk digunakan (Mulyasa,
2021).
Kurikulum Merdeka sebagai bentuk penyempurnaan Kurikulum 2013 tentunya mendapatkan
ragam tanggapan dari para guru, siswa dan orang tua siswa. Masing-masing ada yang mendukung dan
tidak sedikit yang mengeluhkan perubahan kurikulum yang dirasa terlalu cepat menggantikan
Kurikulum 2013 (Saputra & Hadi, 2022).
Sampai saat ini, konsep Kutikulum Merdeka telah banyak mendapat respon yang beragam
dari berbagai lembaga pendidikan yang memfasilitasi pembelajaran para peserta didik, baik pada
jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi (Abidah, dkk., 2020).
Sebenarnya, evaluasi implementasi dipaparkan dalam Buku Panduan Pengembangan Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Dijelaskan dalam bagian ini bahwa evaluasi implementasi
Kurikulum Merdeka, khususnya penguatan profil pelajar Pancasila, pada hakikatnya harus melibatkan
peserta didik (Kemendikbudristek, 2022). Namun demikian, pada kajian ini yang diteliti adalah hanya
dibatasi pada persepsi guru.
Studi pendahuluan yang penulis lakukan di beberapa sekolah dasar negeri dan swasta,
menunjukkan bahwa sebenarnya sekolah telah melaksanakan penguatan pendidikan karakter sejak
tahun 2017. Walaupun demikian sampai saat ini evaluasi tentang pelaksanaan Kurikulum Merdeka
belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi bagaimanakah persepsi guru terhadap
implementasi Kurikulum Merdeka, khususnya di sekolah dasar.
Persepsi merupakan pemahaman seseorang dalam menafsirkan sesuatu. Kottler (2000)
mengemukakan bahwa persepsi adalah proses bagaimana seseorang memilih, mengorganisir dan
menafsirkan informasi yang menciptakan konsepsi secara bermakna. Persepsi guru terhadap
pelaksanaan Kurikulum Merdeka perlu dikaji, karena akan memberikan dampak yang signifikan
terhadap praktik pembelajaran oleh guru di kelas.
Guru adalah aktor kunci dalam implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah. Khususnya
dalam konteks kajian ini adalah guru pada jenjang pendidikan dasar (sekolah dasar). Dengan
demikian, maka perlu dikaji lebih lanjut bagaimanakah persepsi guru terhadap implementasi
Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Dasar.

METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini bertujuan
untuk menggambarkan hasil temuan secara detail sesuai dengan fenomena yang terjadi. Creswell
(2016) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengeksplorasi dan
memahami makna sejumlah individu atau kelompok orang yang berasal dari masalah sosial. Menurut
Guba & Lincoln (2005), peneliti berusaha mengkonstruksi realitas dan memahami maknanya,
1616 Journal on Education, Volume 05, No. 02, Januari-Februari 2023, hal. 1613-1620

sehingga penelitian ini sangat memperhatikan proses, peristiwa, dan otensitas. Pengumpulan data
dilakukan pada bulan Nopember 2022 melalui wawancara tidak terstruktur kepada guru-guru yang
menerapkan Kurikulum Merdeka. Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti dengan didukung
oleh catatan lapangan. Semua data dikumpulkan dengan sistematis dan dikaji secara deskriptif.
Sedangkan pada bagian analisis data, digunakan model siklus interaktif. Menurut Miles, Huberman &
Saldana (2014) dengan serangkaian proses mulai pengumpulan data, kondensasi, penyajian, serta
verifikasi data.

HASIL DAN DISKUSI


Kurikulum merupakan faktor kunci dalam berhasilan suatu proses pendidikan di sekolah.
Pelatihan implementasi kurikulum yang telah mengalami perubahan, bagi guru merupakan perihal
yang sangat penting, karena dengan adanya perubahan dan pemutakhiran dokumen seperti halnya
kurikulum memerlukan pemahaman secara komprehensif bagi para guru agar terlaksananya proses
pembelajaran yang bermutu.
Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum pilihan (opsi) yang dapat diterapkan satuan
pendidikan mulai tahun ajaran 2022/2023. Kurikulum Merdeka melanjutkan arah pengembangan
kurikulum sebelumnya.
Program Profil Pelajar Pancasila, saat ini sudah dilaksanakan baik pada jenjang sekolah dasar
maupun perguruan tinggi (Azzahra & Dewi, 2021). Dalam proses penguatan Profil Pelajar Pancasila
penting adanya peran dari seorang guru. Guru mempunyai peran yang sangat fital dalam penguatan
karakter pada anak. Oleh karena selain kegiatan belajar-mengajar, guru juga berperan sebagai orang
tua kedua siswa di sekolah (Rudiawan & Asmaroini, 2022).
Guru adalah orang yang paling penting dalam proses pengembangan dan implementasi
kurikulum di sekolah. Dengan pengetahuan, pengalaman dan kompetensi mereka, guru merupakan
pusat dari setiap upaya pengembangan kurikulum. Guru yang lebih baik mendukung pembelajaran
yang lebih baik, karena mereka paling berpengetahuan tentang praktik mengajar dan bertanggung
jawab memperkenalkan kurikulum di kelas.
Guru di sekolah dasar mempunyai persepsi yang positif dan mengapresiasi terhadap
implementasi Kurikulum Merdeka belajar di sekolah dasar. Para guru mengintegrasikan ciri-ciri dasar
Profil Pelajar Pancasila dalam pembelajaran. Ciri-ciri pelajar Pancasila tersebut, antara lain: (1)
beriman, (2) berkebinekhaan global, (3) gotong royong, (4) mandiri, (5) bernalar kritis, dan (6) kreatif.
Implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah dasar adalah suatu tindakan atau pelaksanaan
kurikulum dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Pelaksanaan
Kurikulum Merdeka di sekolah dasar berdasarkan wawancara dengan responden, dapat dikemukakan
sebagai berikut: (1) sampai tahun 2023 masih ada pilihan untuk menjalankan Kurikulum 2013,
kurikulum darurat, atau kurikulum merdeka, tetapi pada tahun 2024 harus menjalankan kurikulum
merdeka tanpa seleksi lagi, (2) untuk saat ini kurikulum merdeka diterapkan hanya untuk Kelas I dan
Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Dasar, Sunarni, Hari Karyono
1617

IV; (3) peserta didik menjadi sentral pembelajaran; (4) pembelajaran lebih banyak dilaksanakan
secara berkelompok, agar terbangun kegotong-royongan pada siswa seuai profil pelajar Pancasila; (5)
keragaman peserta didik sangat dihargai; (6) implementasi kurikulum merdeka diawali dengan
pelaksanaan asesmen diasnotik; (7) pembelajaran berbasis projek; dan (8) memunculkan
kewirausahaan.
Jika pihak lain sudah mengembangkan kurikulum, guru harus mengetahui dan memahaminya.
Jadi, guru harus terlibat dalam pengembangan kurikulum. Misalnya, pendapat dan ide guru harus
dimasukkan ke dalam kurikulum untuk pengembangan. Di sisi lain, tim pengembangan kurikulum di
sekolah, harus mempertimbangkan guru sebagai bagian dari lingkungan yang mempengaruhi
kurikulum. Oleh karena itu, keterlibatan guru penting untuk pengembangan kurikulum yang sukses
dan bermakna. Guru sebagai pelaksana merupakan bagian dari tahap terakhir dari proses
pengembangan kurikulum di sekolah.
Keterlibatan guru dalam proses pengembangan kurikulum sangat penting dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat. Proses pengembangan kurikulum menuntut guru untuk bertindak dan
merefleksikan kebutuhan masyarakat dalam setiap tahap proses pengembangan. Namun demikian,
terkadang proses yang diminta untuk diikuti oleh guru ini tidak jelas. Pendekatan partisipasi mereka
dalam proses tidak didefinisikan dengan baik dan sangat sulit bagi guru, sehingga mereka menghadapi
banyak tantangan terkait keterlibatan mereka dalam pengembangan kurikulum. Guru harus dapat
secara aktif merefleksikan kebutuhan masyarakat dalam setiap tahap proses pengembangan
kurikulum. Di sisi lain, dalam setiap proses implementasi kurikulum tidak semua guru memiliki
kesempatan untuk terlibat dalam proses tersebut. Pengembangan profesional guru merupakan faktor
penting yang berkontribusi terhadap keberhasilan pengembangan dan implementasi kurikulum.
Guru dibekali pengetahuan dan keterampilan yang tepat yang membantu mereka untuk
berkontribusi secara efektif dalam pengembangan dan implementasi kurikulum. Akibatnya, guru
membutuhkan pelatihan dan lokakarya, yang diarahkan pada pengembangan profesional untuk dapat
untuk berkontribusi dalam pengembangan kurikulum. Di sisi lain, ada perihal penting untuk membuat
efisien dalam Keterlibatan guru dalam pengembangan kurikulum yaitu guru harus diberdayakan
dalam proses pengembangan kurikulum. Ini berarti dalam proses pembelajaran harus ada peningkatan
dalam banyak bidang. Dengan demikian, guru memainkan bagian integral dalam proses
mengembangkan dan pelaksanaan kurikulum untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Guru yang terlibat dalam organisasi kurikulum memiliki banyak peran dan tanggung jawab.
Guru melaksanakan proses pembelajaran dan mengawasi peserta didik mereka untuk mengembangkan
minat dan keterampilan mereka. Guru menyusun rencana pelajaran dan silabus dalam kerangka
kurikulum yang diberikan karena tanggung jawab guru adalah untuk mengimplementasikan
kurikulum untuk memenuhi kebutuhan siswa.
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam
dimana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep
1618 Journal on Education, Volume 05, No. 02, Januari-Februari 2023, hal. 1613-1620

dan menguatkan kompetensi (Indrawati, dkk., 2020). Guru memiliki keleluasaan untuk memilih
berbagai perangkat ajar, sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan
minat peserta didik. Projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan
berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek tersebut ridak diarahkan untuk
mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.
Keterlibatan guru sebagai pusat pengembangan kurikulum mengarah pada pencapaian
reformasi pendidikan yang efektif. Oleh karena itu, guru merupakan faktor penting dalam
keberhasilan pengembangan kurikulum termasuk langkah-langkah implikasi dan evaluasi. Disamping
itu, keterlibatan guru dalam proses pengembangan kurikulum adalah penting untuk menyelaraskan isi
kurikulum dengan kebutuhan peserta didik.
Permasalahannya adalah belum semua para guru di sekolah dasar memperoleh kesempatan
untuk mengikuti pelatihan tentang Kurikulum Merdeka. Terutama sosialisasi dan Bimtek yang
spesifik mengenai pembentukan Profil Pelajar Pancasila. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh guru
di sekolah dasar yang dipilih sebagai responden. Mereka menyatakan bahwa belum semua guru di
sekolah dasar memperoleh kesempatan untuk mengikuti sosialisasi tentang Kurikulum Merdeka.
Temuan dalam penelitian ini, ada kesesuaian dengan penelitian sebelumnya. Sumarsih, dkk.
(2022) mengemukakan bahwa dengan adanya sekolah penggerak bisa menjadi panutan, tempat
pelatihan, dan juga inspirasi bagi guru-guru dan kepala sekolah lainnya. Di sekolah penggerak,
memiliki guru yang mengerti setiap peserta didik berbeda dan memiliki cara pengajaran yang berbeda,
sesuai dengan level yang tepat menghasilkan profil peserta didik yang berakhlak mulia, independen
dan mandiri, punya kemampuan bernalar kritis, kreatif, gotong-royong, dan punya rasa kebhinekaan
dalam negara dan global. Temuan yang sangat signifikan dari sekolah penggerak adalah dukungan
komunitas di sekeliling sekolah itu yang mendukung proses pendidikan di dalam kelas, orang tua
sampai tokoh masyarakat, pemerintah setempat.
Berdasarkan hasil wawancara tentang persepsi guru terhadap implementasi Kurikulum
Merdeka, kelebihannya adalah: (1) guru lebih bisa kreatif dan berkembang, (2) pembelajaran bisa
menjadi lebih menyenangkan dan bermakna, (3) pembelajaran diarahkan pada kebutuhan peserta
didik, dan (4) pembelajaran pada Kurikulum Merdeka diarahkan kepada model-model pembelajaran
berbasis Student Centered.
Sementara itu, kendala para guru yang berdomisili atau bertempat tinggal geografis yang sulit
mengakses internet atau signal yang lemah. Disamping itu, guru yang berusia sudah lanjut, di atas 50
tahun kadang sulit mengikuti perkembangan IT. Menurut salah seorang Pengawas terdapat kendala
mengenai kesiapan sumber daya sekolah yang dituntut mahir dalam penggunaan IT (Jawa Pos, 2022).
Sementara itu, Kurikulum Merdeka mewajibkan penggunaan internet untuk mengakses platform
merdeka belajar. Disamping itu, juga diperlukan jaringan yang baik. Sementara akses signyal di
beberapa daerah masih sangat sulit. Ini yang menjadi kendala bagi sekolah-sekolah swasta, terutana
mereka yang berada di daerah terpencil.
Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Dasar, Sunarni, Hari Karyono
1619

Kendala lainnya, sebagaimana dialami oleh salah seorang informan bahwa: (1) program
Kurikulum Merdeka terkesan dipaksakan, (2) tidak semua guru menyambut dengan baik sosialisasi
Kurikulum Merdeka, dan (3) kurangnya kompetensi sumber daya manusia di sekolah. Hal ini
dikarenakan para guru yang telah mengikuti sosialisasi dan pelatihan hanya sekedar memanfaatkan
platform Merdeka Belajar. Para guru hanya sekedar menginstal aplikasi tersebut tanpa ada tindak
lanjut.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1)
persepsi guru positif dan mengapresiasi terhadap implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah dasar,
(2) guru mempunyai peran penting dalam proses pengembangan dan implementasi kurikulum di
sekolah dasar dan keberhasilan dalam menerapkan kurikulum sangat tergantung pada bagaimana
intensitas guru dalam menerapkan kurikulum di kelas; (3) guru memiliki kemampuan dalam
mengembangkan dan menerapkan kurikulum serta mendesain kelas, dalam rangka meningkatkan
kualitas pengajaran dan proses pembelajaran; (4) belum maksimalnya sosialisasi dan pelatihan bimtek
yang spesifik mengenai pembentukan profil pelajar Pancasila; (5) belum semua guru di sekolah dasar
menerapkan Kurikulum Merdeka, (6) tidak semua guru memiliki kemampuan IT, dan (7) kendala
implementasi Kurikulum Merdeka adalah karena kurang stabilnya akses internet khususnya untuk
terkoneksi dengan platform Kurikulum Merdeka, khususnya bagi sekolah terpencil yang letak
geografisnya sulit mengakses internet.

REFERENSI
Abidah, A., Hidayatullah, H.N., Simamora, R.M., Fehabutar, D. & Mutakinati, L. (2020). The Impact
of Covid-19 to Indonesian Education and Its Relation to the Philosophy of “Merdeka Belajar.”
Studies ih Philosophy of Science and Education, 1(1), 38-
49.https://doi.org/10.46627/sipose.vlil.9
Angga & Iskandar, S. (2022). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mewujudkan Merdeka Belajar di
Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, Volume 6 Nomor 3 Tahun 2022 Halaman 5295-5301.
Anggila, W. (2022). Persepsi Guru Bidang Studi IPS dalam Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar
di SMP Negeri Sekecamatan Tanjung Kemuning Kabupaten Kaur. Tesis, tidak
dipublikasikan. Bengkulu: Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial, Jurusan
Pendidikan Sains dan Sosial Fakultas Tarbiyah dan Tadris Universitas Islam Negeri
Fatmawati Soekarno Bengkulu.
Azzahra, K.S. & Dewi, D.A. (2021). Implementasi Pancasila bagi Pembentuk Karakter Bangsa
sebagai Proses Pembelajaran terhadap Masyarakat. Jurpis: Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 18
(1), 86-100.
Chaplin, J.P. (2018). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
1620 Journal on Education, Volume 05, No. 02, Januari-Februari 2023, hal. 1613-1620

Creswell, J.W. (2016). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Guba, E.G. & Lincoln, Y.S. (2005). The Sage Handbook of Qualitative Research (3 rd edition).
Thousand Oaks, CA: Sage.
Jawa Pos, Radar Semarang.Id. Jumat, 29 Juli 2022. Implementasi Kurikulum Terkendala IT.
Semarang: radarsemarang.id. Jawa Pos.
Kementerian Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2022).
Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Jakarta: Badan Standar,
Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pendidikan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pengarah Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Miles, M.B., Huberman, A.M., & Saldana, J. (2014). Qualitative Data Analysis (3rd ed). America:
Sage Publications.
Mulyasa, E. (2021). Menjadi Guru Penggerak Merdeka Belajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nadiem, A.M. (2020). Pemaparan Program Guru dalam Peluncuran Merdeka Belajar Episode 5
tentang Guru Penggerak. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi.
Nation, I. S. P., & Macalister, J. (2010). Language Curriculum Design. New York & London:
Routledge.
Restiana, S., Agustina, R., Rahman, J., Ananda, R. & Witarsa, R. (2022). Standar Proses Pendidikan
Nasional: Implementasi dan Analisis terhadap Komponen Guru Matematika di SD
Muhammadiyah 027 Batubelah. MASALIQ, 2(4), 489-504.
https://doi.org/10.36088/masaliq.v2i4.444
Rudiawan, R. & Asmaroini, A.P. (2022). Peran Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
dalam Penguatan Profil Pelajar Pancasila di Sekolah. Jurnal Edupedia, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo, 6 (1) (2022): 55-63.
Saputra, D.W. & Hadi, M.S. (2022). Persepsi Guru Sekolah Dasar Jakarta Utara dan Kepulauan
Seribu tentang Kurikulum Merdeka. Holistika, Jurnal Ilmiah PGSD, Volume 6 No. 1 Mei
2022.
Sekarwati, E. & Fauziati, E. (2021). Kurtilas dalam Perspektif Pendidikan Progresivisme. E-Jurnal
Pendidikan dan Sains Lentera Arfak, 1(1), 29-35.
Sherly, Dharma, E. & Sihombing, H.B. (2020). Merdeka Belajar: Kajian Literatur. Konferensi
Nasional Pendidikan I (2020).
Sholeh, H. (2015). Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Dasar, Sunarni, Hari Karyono
1621

Sumarsih, I., Marliyani, T., Hadiyansah, Y., Hernawan, A.H. & Prihantini. (2022). Analisis
Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Penggerak Sekolah Dasar. Jurnal BASICEDU,
Volume 6 Nomor 5 Tahun 2022 Halaman 8248-8258.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

You might also like