0% found this document useful (0 votes)
22 views13 pages

Makalah Ushul Fiqh

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1/ 13

Attractive : Innovative Education Journal

Vol. 5 No. 2, July 2023

Problematika Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Bondowoso : Studi


Lacak Atas Faktor-Faktor Penyebabnya
Sutriyono
STIS Darul Falah Bondowoso, Indonesia
Corresponding Author: striyono74dafa@gmail.com
ABSTRACT
Marriage is a religious recommendation for Muslims. Because by getting
married it will make perfection for Muslims and Muslimat who make love
to each other so that they avoid adultery. Marriage generally has positive
implications for married couples and society in general. However,
marriage also creates problems if it only takes place without mental,
ARTICLE INFO spiritual, material maturity and other supporting aspects in undergoing
Article history: marriage. The intended mental maturity, as discussed in this study, is
Received
about early marriage. Early marriage in Bondowso district in 2022 based
May 09, 2023
Revised on data on marriage dispensation recipients from the Religious affairs
July 08, 2023 office reached 461. This figure is quite high. Of course, looking at the
Accepted numbers indicates that there are various causal factors that can be traced
July 28, 2023 through a qualitative method approach, where data will be obtained
through observation and direct interviews with informants as actors or
other parties related to early marriage in Bondowoso district. So the
results of this study found that early marriage in Bondowoso was caused
by factors of encouragement from parents, economy, education, social
patterns and local customs.

Keywords: Causative Factors Marriage, Early Marriage Problem, Marriage


Journal Homepage https://www.attractivejournal.com/index.php/aj/
This is an open access article under the CC BY SA license
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
Published by CV. Creative Tugu Pena

PENDAHULUAN
Menikah adalah ikatan lahir dan batin antara laki-laki dan perempuan untuk
nantinya hidup bersama menjalin hubungan rumah tangga yang berbahagia dan
selamanya dengan dasar tuhan yang maha Esa. Dalam syariat Islam, telah banyak
anjuran melangsungkan ikatan pernikahan entah dari sumber al-Qur’an mupun hadis.
Dengan demikian menikah merupakan ibadah yang mengandung banyak kemuliaan
di dalamnya, karena dengan menikah menandakan proses penghambaan terhadap
Allah SWT.
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surah An-Nur ayat 31 sebagai
berikut:
٣٢ ٞ‫ضلِ ِهۦۗ َوٱللَّهُ َٰو ِس ٌع َعلِيم‬
ۡ َ‫ني ِم ۡن ِعبَ ِاد ُكمۡ َوِإ َمٓاِئ ُكمۡۚ ِإن يَ ُكونُواْ ُف َقَرٓاءَ يُ ۡغنِ ِه ُم ٱللَّهُ ِمن ف‬ ِ ِ َّٰ ‫َأنكحواْ ٱ ۡلَأمَٰي َى ِمن ُكمۡ و‬
َ ‫ٱلصلح‬ َ ٰ
ِ
ُ ‫َو‬
Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu
yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.
Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (An-Nur 32)
Dalam hadis Rasulullah juga menganjurkan pernikahan karena menikah
merupakan sunnah raasul. Sebagaimana hadis berikut:

Attractive : Innovative Education Journal


Vol. 5, No. 2, July 2023
ISSN : 2685-6085
Problematika Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Bondowoso : Studi Lacak Atas Faktor-Faktor
Penyebabnya

ِ ‫ول اَللَّ ِه صلى اهلل عليه وسلم ( يا م ْع َشر اَلشَّب‬


‫اب ! َم ِن‬ ُ ‫ود رضي اهلل عنه قَ َال لَنَا َر ُس‬ ٍ ‫عن عب ِد اَللَّ ِه ب ِن مسع‬
َ َ َ َ ُْ َ ْ َْ ْ َ
‫ِإ‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ِإ‬ ِ
) ٌ‫الص ْوم ; فَ نَّهُ لَهُ ِو َجاء‬
َّ ‫ َو َم ْن مَلْ يَ ْستَط ْع َف َعلَْيه ب‬, ‫ص ُن ل ْل َف ْر ِج‬ ْ ‫ َو‬, ‫ص ِر‬
َ ‫َأح‬ ُّ ‫ فَ نَّهُ َأ َغ‬, ‫اع مْن ُك ُم اَلْبَاءَةَ َف ْليََتَز َّو ْج‬
َ َ‫ض ل ْلب‬ َ َ‫استَط‬
ْ
ِ‫مَّت َفق علَيه‬
َْ ٌ ُ
Artinya: Abdullah Ibnu Mas'ud RA berkata: Rasulullah SAW bersabda pada kami:
"Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia
kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa
belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu." Muttafaq Alaihi.1
Dengan menikah tentunya pasangan yang saling memadu kasih dapat
terhidnar dari kemaksiatan dan perbuatan zina. 2 Karena dalam keadaan sekarang
kemajuan teknologi melalui internet, gadget dan media sosial juga terkadang
memberikan tayangan-tayanan yang bernuansa pornografi sehingga mendorong
perbuatan maksiat untuk dilakukan secara masif bahkan sampai terang-terangan. Hal
tersebut tentu akan menjadi berbahaya jika banyak dijadikan trend oleh para remaja
sebagai generasi penerus bangsa. Pergaulan dan sex bebas semakin menjadi ancaman,
situasi demikian menjadi dilematis meamang, ketika di usia remaja sudah hamil diluar
nikah. Sehingga dengan terpaksa harus dinikahkan di usia yang sebenarnya menyalahi
aturan perundang-undangan maka terjadilah pernikahan usia dini.
Pernikahan usia dini merupakan pernikahan yang dilakukan oleh mempelai
pada usia yang belum sampai batas minimal usia menikah. Berdasarkan regulasinya
yang termaktub dalam undang-undang nomor 16 tahun 2019 bahwa batasan usia
minimlal berumur 19 tahun untuk laki-laki dan perempuan. Akan tetapi hal tersebut
masih terdapat dispensasi sesuai pasal 1 ayat 5 yang berbunyi “Dispensasi kawin
adalah pemberian izin kawin oleh pengadilan kepada calon suami/isteri yang belum
berusia 19 tahun untuk melangsungkan perkawinan” kemudian ayat (6) yang
berbunyi “Kepentingan terbaik bagi anak adalah semua tindakan yang harus
dipertimbangkan untuk memastikan perlindungan, pengasuhan, kesejahteraan,
kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak.”3 Logika sederhana memang bisa
dijadikan pembernaran sementara, misalkan ketika orang tua atau wali dari mempelai
berpandangan terpaksa menyarankan proses dispensasi terhadap anaknya yang sudah
terpaksa harus dinikahkan di usia dini, karena menghindari pelanggaran terhadap
agama. Kemudian menurut Peraturan Mahkamah Agung No. 5 Tahun 2019 pasal 1
ayat 2 harus memperhatikan kepentingan anak dan orang-orang yang mendaftarkan
dispensasi kawin rata-rata sudah darurat dan butuh untuk segera dinikahkan. 4 Tetapi
kembali lagi terhadap logika sederhana dan peraturan tersebut tentu tidak dapat
dijadikan kebenaran mutlak, jika anak yang akan dinikahkan masih di usia remaja dan
masih memiliki masa depan panjang. Apalagi anak yang hendak dinikahkan masih
belum memiliki kesiapan dari berbagi sektor baik mental, material maupun spiritual.
Sebab pernikahan yang akan dijalani oleh sepasang suami istri, bukan hanya
sebatas sah secara syariat atau ritual keagamaan. Sebagaimana menurut Naskah
Akademik Rancangan Peraturan Daerah Inisiatif DPRD Bondowoso Tentang
1
Widaningsih, ‘Inilah Hadis-Hadis Tentang Pernikahan Yang Perlu Diketahui’, ,
Https://Kalam.Sindonews.Com/Read/74866/72/Inilah-Hadis-Hadis-Tentang-Pernikahan-Yang-Perlu-
Diketahui-1592546812, 2020, p. 14.02., , diakses 27 Januari 2022
2
Dede Permana Siswanto, Vina Qurrotu A’yun, ‘Kajian Hadist Tentang Urgensi
Kemampuan Dalam Menikah Menikah (Analisis Permasalahan Pernikahan Usia Dini Di
Indonesia )’, DIRAYAH : Jurnal Ilmu Hadis, 3.1 (2022), 133–146.
3
Ana Laela, Dkk, Pandagan Hakim Mengenai Pasal 7 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2019 Tentang Perkawinan’, Jurnal Geuthèë: Penelitian Multidisiplin, 05.03 (2022), 321–330.
4
Laela, Dkk, Pandagan Hakim Mengenai Pasal 7 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2019 Tentang Perkawinan.

467
Problematika Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Bondowoso : Studi Lacak Atas Faktor-Faktor
Penyebabnya

Pencegahan Perkawinan Anak 2022 5 menjadi sangat penting pula aspek kesiapan
secara umur. Tetapi fenomena dalam masyarakat masih marak terjebak pada
kebiasaan pernikahan usia dini. Menikahkan anak di usia yang belum matang
tentunya memiliki konsekuensi kompleks seperti terjadinya problematik sosial,
perceraian, kekerasan dalam rumah tangga dan kasus lain yang membahayakan.
Keadaan demikian menjadikan Indonesia masuk dalam nominasi nomer 37 negara di
dunia yang penduduknya masih cukup tinggi dalam melakukan pernikahan usia dini,
hingga menenpatkan Indonesia merupakan tertinggi kedua di ASEAN setelah negara
Kamboja.6 Jika dalam lingkup daerah seperti yang menjadi fokus penelitian ini adalah
kabupaten bondowoso menurut data yang ditampilkan pada juranal Ana Laela dkk 7
yang menutip dari www.harian bhirawa.co.id bahwa data pernikahan usia dini dari
tahun 2019 hingga 2022 mengalami pasang surut. Pada tahun 2019 setidaknya ada 299
penerimaan dipensasi kawin di pengadilan agama bondowoso, meningkat di tahun
2020 menjadi 1077 penerima dispensasi kawin, kemudian menurun menjadi 802 di
tahun 20218 hingga kembali menurun di tahun 2022 menjadi 461 penerima dispensasi
kawin9. Dengan grafik sebagai berikut:

Data diperoleh dari www.harian bhirawa.co.id yang dikutip oleh Fatikhatul Dkk 2022

Meskipun ditahun terakhir mengalami penurunan tentu masih diarasa sangat


perlu mensosialisasikan bahaya pernikahan usia dini terhadap masyarakat luas se
kabupaten bondowoso. Karena angka 461 penerima dispensasi ditahun 2022 di
kabupaten bondowoso merupakan angka yang cukup tinggi dan diperlukan
pemberian pemahaman atas masyarakat bondowoso yang memiliki landasan faktor
kompleks, sehingga memilih melakukan pernikahan usia dini yang akan menjadi
bahasan pada penelitian ini.
METODE
Studi lapangan (field research) adalah jenis penelitian yang akan digunakan
pada penelitian ini. Penelitian ini akan menggali secara langsung objek penelitian

5
Tim Penyusun, Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Inisiatif DPRD Bondowoso
Tentang Pencegahan Perkawinan Anak, 2022 (Bondowoso: DPRD, 2022), 2.
6
Deden Gumilar, Nugraha, Refi Lindawati, Husnul Khotimah, ‘Analisis Pernikahan Usia
Dini Pada Wanita Usia Subur (Data SKAP BKKBN Provinsi Banten 2019)’, Faletehan Health
Journal, 9.02 (2022), 170–75 <https://doi.org/10.33746/fhj.v9i02.329>.
7
Laela , Dkk, Pandagan Hakim Mengenai Pasal 7 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2019 Tentang Perkawinan.
8
Helmi supriyanto, ‘Pandemi Covid-19, Permohonan Dispensasi Nikah Meningkat Di
Kabupaten Bondowoso’, 4 September, 2021, p. 1.
9
Laela , Dkk, Pandagan Hakim Mengenai Pasal 7 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2019 Tentang Perkawinan.

468
Problematika Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Bondowoso : Studi Lacak Atas Faktor-Faktor
Penyebabnya

berupa problematika pernikahan usia dini di kabupaten bondowoso. Metode ini


digunakan guna memperoleh data yang berkaitan erat dengan faktor-faktor terjadinya
pernikahan usia dini sehingga mendukung pada data pembahasan paenelitian. Melalui
pencarian informasi dan pelacakan fakta-fakta lapangan kemudian selanjutnya
dilakukan penarikan kesimpulan dari informasi dan fakta yang akurat. Melalui
pendekatan deskriptif maka data akan berbebentuk tulisan dari hasil wawancara pihak
terkait sehingga adapat menjabarkan secara tepat baik individu, gejala, keadaan
maupun kelompok yang terlibat dalam penikahan usia dini. Data deskriptif juga
menentukan penyebaran gejala atau terdapat relasi atara gejala lain yang juga
mempengaruhi faktor pernikahan usia dini pada masyarakat.10
Adapun yang menjadi lokasi penelitia adalah kabupaten Bondowoso. Lebih
spesifik bahwa yang akan dijadikan sempel pada penelitian ini mencakup wilayah
desa bandilan kecamatan prajekan, desa Klekean kecamatan Botolinggo, desa Besuk
kecamatan Klabang, desa Jurang Sapi kecamatn Tapen Saifullah, desa Jebung Kidul
kecamatan Tlogosari, desa Karanganyar kecmatan Tegal Ampel, desa Wringin
kecamatan Wringin. Semuanya wilayah atau desa tersebut dipilih lantaran cukup
representatif untuk mendukung penelitian ini. Sehingga akan memiliki impek
terhadap khazanah ilmiah dimasa yang akan datang.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan setidaknya terdapat beberapa
faktor pernikahan usia dini di kabupaten Bondowoso yang dapat dilacak. Faktor
tersebut diantaranya yaitu faktor dorongan orang tua, ekonomi, pendidikan, pola
pergaulan serta adat setempat. Untuk menguraikan faktor-faktor pernikahan usia dini,
berikut akan dicantumkan hasil observasi dan wawancara sebagai berikut:
1. Faktor dorongan orang tua.
Orang tua juga menjadi penentu terjadinya pernikhan usia dini. Hal tersebut
juga berhubungan dengan lingkup pendidian, masih rendahnya pendidikan serta
pengetahuan orang tua, anak dan masyarakat dalam lingkungan tertentu akan
menyebabkan kecenderungan mengawinkan anak yang masih belum cukup umur
secara regulatif. Orang tua biasanya akan khawatir terhadap perilaku anaknya dan
memilih menikahkan anaknya dengan alasan menghindari aib. 11 Degan demikian
lantas orang tua menjadi pendorong anaknya untuk segera mungkin menikah di usia
yang belum cukup dan belum matang.
“Tidak jarang di daerah sini banyak anak nikah di usia dini lantaran dorongan
dari orang tuanya. Orang tua mereka berpandangan bahwa pernikahan adalah solusi
atas segala permasalahan. Tetapi mereka yang demikian itu, melupakan bahwa anak-
anak mereka yang dinikahkan di bahwah umur itu jika harus memenuhi kebutuha
rumah tangga harus mengeluh lagi terhadap orang tua mereka. Tapi, efek demikian
kadang dianggap lumrah. Malah cukup disayangkan mas ketika para orang tua malah
menjadi pendorong untuk anak menikah di usia dini dan juga merusak rumah tangga
mereka lantaran ya terlalu menuruti kemauan dan tingkah laku anaknya yang
sebenarnya secara mental belum semestinya menikah. Sungguh ironis memang, maka
ini juga menjadikan bagian kenapa daerah kita bondowoso ini angka perniahan usia
dininya masih tinggi”12

10
Amiruddin dan H.Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004).
11
Hadiono AF., ‘Pernikahan Dini Dalam Perspektif Psikologi Komunikasi’, Jurnal
Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi Dan Pemikiran Hukum Islam., 9.2 (2018), 85–97.
12
Wawancara, Sanhaji Tokoh Masyarakat Desa Besuk Kecamatan Klabang, 4 Januari 2022

469
Problematika Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Bondowoso : Studi Lacak Atas Faktor-Faktor
Penyebabnya

Wawasan yang luas orang tua tentang mendidik anak cukup memberikan
dampak secara langsung terhadap keputusan anak dalam menikah. Sebagaimana
Redjeki dalam penelitian Hadiono menuliskan bahwa pernikahan usia dini bisa terjadi
lantaran orang tua beranggapan anaknya dikatakan perawan tua sehingga memilih
untuk segera mungkin menikahkan anaknya ada pula yang berangapan bahwa usia
layak menikah menurut aturan budaya setempat sering kali konotasikan dengan haid
pertama bagi wanita13
2. Faktor ekonomi
Ekonomi merupakan faktor yang menjadi bagian mendasar mengapa
pernikahan usia dini di kabupaten bondowoso cukup tinggi. Keadaan saat dimana ada
seorang gadis sudah dilamar dan diajak menikah oleh pria orang tua beranggapan
bahwa setidaknya dengan menikah, diharapkan si anak akan mandiri dan tidak
mengalami ketergantungan secara ekonomi terhadap orang tua, dengan alasan karena
ada suaminya yang akan memberikan nafkah. Padahal terkadang usia anak gadis
tersebut masih dibawah umur dan belum matang secara fisik serta mental.
Disayangkan terkadang para gadis juga menikah dengan pria yang status ekonominya
tidak jauh berbeda atau belum matang secara ekonomi. Sehingga akan menimbulkan
kemiskinan baru.14
Sebagaimana hasil wawancara, juga mendukung penjelasan diatas bahwa
faktor ekonomi merupakan bagian dari faktor pernikahan usia dini. Sebagai berikut:
“Bagi saya mas, pernikahan itu perlu dipersiapkan dengan matang. Saya
berpandangan bukan hanya soal kesiapan secara umur, keadaan ekonomi juga
menjadi faktor penentu dari terciptanya pernikahan yang bahagia. Bukannya saya
menentang para orang tua yang menikahkan anaknya pada usia masih muda dan
masih belum siap menerima tekanan hidup yang semua nampaknya dipenuhi
kebutuhan demi kebutuhan ekonomi. Akan tetapi menurut saya bukan solusi juga
mas, ketika memilih cepat-cepat menikahkan anak sedangkan masih belum memiliki
mental kuat dalam urusan pemenuhan nafkah. Ya meskipun lingkungan sekitar rumah
saya banyak orang tua yang menikahkan anaknya di usia dini tanpa pertimbangan
matang diantaranya dalam ekonomi. Merekapun banyak yang berkomentar lantaran
anak saya baru dinikahkan dengan suaminya ketika suaminya baru lulus S2 setelah
tunangan bertahun-tahun”15
Faktor ekonomi memang menjadi bagian faktor yang menyebabkan pernikahan
usia dini. Seperti dalam penlitian Khaerani yang meneliti masyarkat Sasak Lombok,
bahwa lantaran tidak adanya biaya untuk melanjutkan sekolah menyebabkan mereka
memilih lebih menikah di usia dini dari pada menanggur.16 Jika melihat kabupaten
Bondowoso menurut data sesuai laman Badan Pusat Statistik menampilkan angka
prosentase penduduk miskin di kabupaten ini sepanjang tahun 2022 mencapai 13,47
persen atau 105,69 ribu jiwa17 dari jumlah total penduduk sebanyak 776.151 jiwa

13
Ma’arif F., ‘Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sosial Budaya Dengan Sikap
Remaja Terkait Pendewasaan Usia Perkawinan’, Jurnal Biometrika Dan Kependudukan, 7.1 (2018),
39–48.
14
Ma’arif F., ‘Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sosial Budaya Dengan Sikap
Remaja Terkait Pendewasaan Usia Perkawinan’, Jurnal Biometrika Dan Kependudukan, 7.1 (2018),
39–48.
15
Wawancara, Ali Muhdar, warga Desa Bandilan Kecamatan Prajekan , 3 Junuari 2022
16
Siti Nurul Khaerani, ‘Faktor Ekonomi Dalam Pernikahan Dini Pada Masyarakat Sasak
Lombok’, Qawwam, 13.1 (2019), 1–13.
17
BPS Bondowoso, Profil Kemiskinan Kabupaten Bondowoso Maret 2022 (Bondowoso: Badan
Pusat statistik, 2022),1-7.

470
Problematika Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Bondowoso : Studi Lacak Atas Faktor-Faktor
Penyebabnya

dengan rincian perempuan berjumlah 393.925 jiwa dan laki-laki sebanyak 382.226
jiwa18. Memilih menikah lantas menjadi pelarian bagi mereka yang beranggapan
ekonominya akan meningkat ketika sudah menikah, padahal usia mereka belum
mencukupi sesuai aturan yang telah ditetapkan.
“Ekonomi memang menjadi faktor tingginya angka pernikahan usia dini mas,
kalau kita melihat data. Kabupaten bondowoso jika dilihat dari BPS kurang lebih ada
13,47 persen jumlah penduduk miskin di tahun 2022. Hal ini tentu juga menentukan
sikap dari orang tua anak. Pasti ada anggapan bahwa dengan menikahkan anak beban
ekonomi keluarga akan berkurang. Terkadang mereka abai kalau kedua mempelai
terutama pihak mempelai pria harus setidaknya punya bekal dalam mengarungi
rumah tangga. Ya minimal mental untuk memotivasi dirinya sebagai suami agar
bekerja untuk memenuhi nafkah istrinya. Anak usia dini sudah tentu akan labil dalam
prihal tersebut mas”19
Jika lebih teliti memperhatikan problematika ekonomi, pernikahan usia dini
biasanya tidak disertai dengan kematangan atau kesiapan secara ekonomi. Seiring
bertambahnya usia memungkinkan seseorang untuk mematangkan keadaan
ekonominya. Maka mengaikan dengan usia secara general bahwa seiring
bertambahnya usia akan disertai motivasi kuat untuk mencari nafkah. Pada sebagian
kasus perniahan usia dini permasalahan ekonomi akan menjadi alasan utama
konflikkeluarga hingga sapai perceraian.20
3. Faktor pendidikan
Salah satu yang menjadi faktor melambung angka pernikah usia dini di
kabupaten Bondowoso adalah faktor kesadaran pentingnya pendidikan. Seperti hasil
penelitian dari Intan dan Nurmala 21 bahwa pernikahan dini dipengaruhi oleh
mimimnya pengetahuan pelaku pernikahan usia dini yang berkaitan erat dengan
riwayat pendidikan si pelaku dan orang tua mereka. Jika meninjau terhadap tingkat
pendidikan di Bondowoso menurut Badan Pusat Statistik Jawa Timur masih sangat
rendah, salah satu Indikatornya adalah angka buta huruf (ABH) masyarakat
Bondowso yang masih tinggi, bersama kabupaten lain seperti sampang, situbondo,
sumenep dan lainnya.22 Hal tersebut juga sempat disinggung dalam keterangan
narasumber berikut:
“Pendidikan itu sangat teramat pentig menurut saya mas. Dengan pendidikan
tentunya masyarakat akan memiliki pandangan yang luas terutama mengenai
pernikahan. Pernikahan itu banyak membutuhkan keterbukaan wawasan. Wawasan
dapat kita peroleh dari pendidikan tentunya. Mamang sultinit mencegah pandangan
masyarakat yang menagnggap pernikahan dini itu banyak efek negatifnya. Mau
diberikan pelatihan bagaimanapun tingkat pendidikan para orang tua yang
menikahkan anaknya di usia dini itu minim. Ada yang lulusan SD bahkan ada yang
tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Bayangkan indeks pendidikan daerah kita
kan masih rendah mas. Semakin sulit ketika ada sebagian orang disini berpandangan

18
[BPS] Central Bureau of Statistics, ‘Hasil Sensus Penduduk 2020’, Berita Resmi Statistik,
7, 2021, 1–52.
19
Wawancara, Sucipto Guru dan Tokoh Masyarakat, Desa Wringin Kecamatan Wringin,
5 Januari 2022
20
Larasaty S. Fadlyana E, ‘Pernikahan Usia Dini Dan Permasalahannya’, Sari Pediatri, 11.2
(2018), 36–41.
21
Ira Nurmala Intan Arimurti, ‘Analisis Pengetahuan Perempuan Terhadap Perilaku
Melakukan Pernikahan Usia Dini Di Kecamatan Wonosari’, The Indonesian Journal of Public
Health, 12.2 (2017), 249–262 <https://doi.org/10.20473/ijph.v12i1.2017.249-262>.
22
Tim Penyusun, Statistik Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2020 (Jawa Timur: Badan Pusat
statistik 2021)

471
Problematika Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Bondowoso : Studi Lacak Atas Faktor-Faktor
Penyebabnya

streotipe negatif pada perempuan dan pendidikan tinggi, mereka bilang percuma
perempuan sekolah tinggi-tinggi ujung-ujungnya ngurusin rumah tangga”.23
Kesadaran pendidikan formal yang masih rendah disebabkan oleh beberapa
faktor juga, seperti penggunaa buku atau referensi bahan ajar yang bersifat paket,
sistem mengajar yang masih monoton, kualitas guru yang terkadang masih dibawah
standar, budaya kurang jujur seperti mencontek dan rasa kurang percaya diri atas hasil
pemikran sendiri siswa24 dan masalah-masalah lain yang begitu komleks tentunya.
Sehingga tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap keputusan orang tua dalam
menkahkan anaknya di usia dini seperti keterangan berikut:
“Memang aneh sih mas, tapi ada para orang tua yang memilih cepat-cepat
menikahkan anaknya dan anaknya juga sudah tidak ada dorongan kuat untuk
melanjutkan pendidikan. Dengan menikah tentunya mereka akan putus sekolah atau
mengemban pendidikan secara formal. Apalagi basis pengauatan pendidikan formal
di desa-desa terpencil dibondowso juga memerlukan dana dan tenaga pedidik yang
tangguh juga sih mas. Saya rasa kedepan kita perlu bersama, terutama pemerintah
untuk secara komprehensif menilik pendidikan di pelosok desa-desa terpencil di
Bondowoso ini mas”25
4. Faktor Pola Pergaulan
Pergaulan bebas perlu menjadi perhatian khusus dan penting memperhatikan
secara serius faktor kehamilan diluar nikah karena di masa sekarang sangat mudah
mengakses video porno yang membuat efek penasaran pada remaja. 26 Data World
Health Organizattion (WHO) yang dikutip oleh Dessy 27 bahwa setidaknya ada sekitar
16 juta kelahiran terjadi pada ibu pada rentang usia 15-19 tahun atau 11%nya dari
seluruh 3 angka kelahiran dengan 95% terjadi pada negara-negara berkembang. Yang
menjadi problematika tentunya adalah penikahan usia dini. Kemudian data United
Nations Children’s Fund (UNICEF) yag ditampilkan oleh dalam penelitiannya,
menunjukkan lebih dari 700 juta pernikahan pada perempuan dilakukan saat usia
masih dini bahkan 1 dari 3 diantranya mereka menikah di usia belum menginjak 15
tahun.28
“Anak-naka zaman sekarang sudah berbeda jauh dengan anak-anak zaman
dulu mas. Dengan adanya Hp pola pergaulan anak diusia remaja banyak mengikuti
apa yang ditampilkan di media sosial yang kurang positif terkadang. Pacaran sampai
kebablasa, bahkan sampai hamil diluar nikah. Adanya HP mestinya juga harus
dikontrol oleh para orang tua. Tidak menutup kemungkinan para anak-anak kita
sudah bayak mengakses konten-konten yang belum sepantasnya menjadi tontonan
mereka, apalagi seorang anak diusia remaja masih belum mempunyai filter maka
mereka tanpa pikir panjang meniru pergaulan yang kurang pantas dan akibatnya dari
hubungan mereka mau tidak mau orang tua harus menikahkan anaknya dibawah
umur, lah gimana lagi kalau sudah hamil duluan”29

23
Wawancara, Eksan, Kepala Desa Bajuran Kecamatan Cermee, 1 Januari 2022
24
Raymond Godwin, ‘Https://Psychology.Binus.Ac.Id/2017/02/17/Rendahnya-
Kualitas-Pendidikan-Di Indonesia.
25
Wawancara, H. Samsul Tahar, Aggota DPRD dan Tokoh Masyarakat Desa
Karanganyar Kecamatan Tegal ampel, 2 Januari 2022
26
Lubis R. Nurhikmah N, Carolin BT, ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pernikahan Usia Dini Pada Remaja Putri’, Jurnal Kebidanan Malahayati, 7.1 (2021), 17–24.
27
Deasy A., ‘Faktor Dominan Penyebab Pernikahan Usia Dini Di Kecamatan Banjarmasin
Selatan Tahun 2010-2014’, Jurnal Pendidikan Geografi, 3.5 (2017), 15–21.
28
Elvi Era Liesmayani and others, ‘Determinan Kejadian Pernikahan Dini Pada Remaja’,
Nursing Care and Health Technology Journal, 2.1, 56–62.
29
Wawancara, Sulatis Kepala Desa Klekean Kecamatan Botolinggo, 11 Januari 2022

472
Problematika Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Bondowoso : Studi Lacak Atas Faktor-Faktor
Penyebabnya

Teknologi dan kemajuannya selain memberikan dapak positif juga berdampak


negatif terhadap kehidupan, salah satunnya berdampak pada pernikahan yang
berujung pada perceraian sebagaimana keterangan berikut:
“Semenjak adanya Hp remaja-remaja sudah banyak yang bebas pergaulannya.
Remaja sekarang pintar sekali dalam mengelabui orang tuanya. Walhasil budaya
pacaran sudah dilur batas, itu akibat dari ya terlalu membiarkan anak remaja bermain
Hp tanpa adanya kontrol dari orang tua mereka. Akibat buruknya hamil diluar nikah
mereka tidak paham betul. Maka kalau sudah begitu mas ya terpaksa harus
dinikahkan di usia yang masi cukup muda sekali mas. Pasti akan banyak akibatnya,
angka perceraian di Bondowoso ini berapa sudah mas, mungkin kira-kira sekian ribu
ya. Sebagian tentu yang bercerai masih usia muda, ya mungkin sekali mereka menikah
di usia yang masih muda atau bahkan belum cukup umur mas”30
Setidaknya sepanjang tahun 2022 Pengadilan Agama PA bondowoso telah
mencatat 3.114 perkara dengan 1.923 perkara merupakan kasusus perceraian. Terdapat
tiga latar belakang pengajuan cerai dilakukan oleh para istri maupun suami secara
umum mereka berada dikisaran umur 30 tahun begitu beragam seperti perselisihan
yang meruncing hingga tidak ada jalan penyelesaian, faktor ekonomi dan para suami
atau istri yang minggat tanpa berpamitan. Pada kisaran 76 persen atau 1.397 kasus
perceraian datang dari pihak pengajuan istri dan sebanyak 526 perkara di ajukan oleh
para suami-suami. Menurut Tri Anita selaku Panitera Muda Bondowoso menjelaskan
“bahwa umur rataan para pelaku perceraian adalah 30 tahuanan, dengan fakta
pengadilan penyebab yang diajukan yakni perselilisihan pemahaman, dengan
setidaknya ada 822 perkara kemudian 774 perkara disebabkan oleh faktor ekonomi,
kemudian sisanya 87 perkara disebabkan oleh meninggalkan salah satu pihak”.31

5. Faktor Adat Setempat


Secara umum di sebagian daerah di Indonesia masih memiliki adat atau
budaya perjodohan.32 Alasan yang cukup mewakili para mereka pelaku perjodohan
adalah hubungan kekeluargaan, mereka buru-buru direalisasikan perjodohannya
karena antara kedua mempelai memiliki hubungan dekat seacara kekeluargaan,
sehingga hal ini juga menjadi alasan kuat para orang tua kadang menjodohkan
anaknya saat masih dalam kandungan untuk dikawinkan. Keinginan tersebut juga
didasari dari adanya keinginan dan harapan antara kedua orang tua mempelai
perjodohan mereka akan membawa keuntungan demi keuntungan.33
“Cukup memperihatikan jika melihat berita dimedia bahwa di Bondowoso
angka pernikahan usia dini cukup tinggi. Hal tersebut tidak mencengangkan juga,
lantaran adat disebagian tempat di desa terpencil daerah Bondowso anak-anak di usia
masih kecil sudah dijodohkan oleh orang tua mereka. Sekarang sudah bukan
zamannya siti nurbaya. Tapi ya terkadang kita harus pasrah sembari memberikan

30
Wawancara, H. Nurul Efendi, Tokoh Masyarakat Desa Jebung Kidul Kecamatan
Tlogosari, 12 Januari 2022
31
Samsul Arifin, ‘Https://Beritanasional.Id/Pada-Tahun-2022-Ribuan-Perceraian-
Terjadi-Di-Pengadilan-Agama-Bondowoso/’.
32
Ahmad Wafiq and F. Setiawan Santoso, ‘Upaya Yuridis Dan Sosiologis Kantor Urusan
Agama Dalam Pencegahan Pernikahan Usia Dini’, Ulumuddin : Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 7.1
(2017), 17–30 <https://doi.org/10.47200/ulumuddin.v7i1.181>.
33
Ibid.,17-30

473
Problematika Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Bondowoso : Studi Lacak Atas Faktor-Faktor
Penyebabnya

edukasi bahwa pernikahan dini itu resikonya banyak. Kan begitu mas. Tapi
memberikan penyaadaran bagi masyarakat yang menurut saya terlalu ekslusif
mengenai pandangan dan edukasi pernikahan seperti simalakama, pokoknya serba
keliru mas.”34
Adat pernikahan di usia dini sebenarnya sangat bisa berubah dengan scara
pemerataan pendidikan dan penanaman wawasan terhadap masyarakat bondowoso.
Melalui pemerataan pendidikan tentunya wawasan masyarakat mengenai usia
menikah yang ideal akan mudah teralisasi. Tingginya tingkat pendidikan nantinya
akan memberikan pemahaman yang lebih kompleks terhadap para orang tua, remaja
maupun dewasa yang siap menikah untuk menghindari pernikahan di usia dini.
Dengan pendidikan masyarakat akan paham mengenai resiko negatif dari penikahan
usia dini. Seperti bahaya hamil diusia masih muda, kelabilan mental dalam mengurus
ekonomi, ketidak normalan pada reproduksi perempuan karena secara biologis masih
belum siap hamil, dampak perceraian, menipisnya kesempatan mengenyam
pendidikan yang lebih tinggi dan lain sebagainya.35
Kerangka konsep Faktor Pernikahan Usia Dini dan Rekomendasi Alternatif
Pengentasan
Kerangka konsep disini akan menggambarkan faktor apa saja yang
menyebabkan pernikhan usia dini di Bondowoso cukup tinggi sebagaimana hasil yang
telah tercantum pada pembahasan di atas. Juga akan dibahas mengenai kerangka
teoritis rational choice terkait mengapa para pelaku memutuskan untuk menikah di usia
dini beserta bentuk rekomendasi pemerintah daerah dalam membuat kebijakan yang
berkaitan dengan penanggulangan pernikahan usia dini di Bondowoso yakni sebagai
berikut:
Faktor Dorongan Orang
Faktor Ekonomi Faktor Pendidikan Faktor Adat Setempat
Tua

Insentif Egoistis (Harapan Ekpektasi


(Keuntungan) Kompensasi) (Keyakinan)

Rational Choice (Bryan Caplan)

Program Pemerintah Dalam Mengatasi Pernikahan Usia Dini di Bondowoso


Berupa

Rencana Aksi PT Se
Rrogram KB
Daerah (RAD) Bondowoso
Menggandeng Membentuk Membentuk
UNICEF PSGA PERDES

Output Program Data Pernikahan Usia dini dua tahun terakhir menurun merujuk data
penerima Surat Dispensasi Menikah PA Bondowso

34
Wawancara, Saifullah Tokoh Masyarakat dan Dosen, Desa jurang sapi Kecamatan
Tapen, 13 Januari 2022
35
Tia Noviana Irwan, Ahmad Kaerul Kholidi, Adi Faizun, Taufik Wahyudi4, ‘Pengabdian
Pada Masyarakat Penyuluhan Pencegahan Perkawinan Usia Dini Di Desa Beber Lombok
Tengah NTB’, J-Abdi Jurnal Pengabdian Kepada MasyarakatJurnal Pengabdian Kepada Masyarakat,
5.3 (2020), 248–53.

474
Sumber data diolah
Problematika Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Bondowoso : Studi Lacak Atas Faktor-Faktor
Penyebabnya

Dari kerangka diatas dapat diperhatikan bahwa faktor tingginya pernikahan


usia dini di kabupaten Bondowoso disebkan oleh lima faktor. Yakni faktor dorongan
orang tua, faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor pergaulan dan faktor adat
setempat. Dari lima faktor tersebut peneliti mencoba melacak faktor melalui
pendekatan teori rational choice oleh Bryan Caplan tentang pilihan rasional pasti
dilandasi oleh Insentif (keuntungan), Egoistis (harapan kopensasi) dan ekpektasi
(keyakinan). (Placeholder1)36 Kemudian dalam kajiannya memilih untuk menikah
pada pelaku pernikahan di usia dini pada sebagian masyarakat di Bondowoso juga
tidak akan terlepas dari pandangan mereka terhadap keuntungan apa yang
didapatkan pada pernikahan mereka, egoistis juga terkadang lahir dari orang tua atau
dari anak yang melakukan pergulan bebas dan melakukan sex atas dasar nafsu mereka
tanpa mempertimbangkan dampak buruknya, kemudian harapan ataupun ekpektasi
pasti akan ada pada pelaku pernikahan usia dini dengan berbagai harapa perbaikan
ekonomi, pendidikan, kesejahteraan dan lain sebagainya. Sehingga pemerintah
membuat program pemerintah sebagai alternatif solusi dari pengentasan pernikahan
usia dini yaitu: menggandeng UNICEF, pembentukan PSGA (Pusat Studi Gender dan
Anak)37, penekanan PRDES, Rencana Aksi Daerah (RAD) 38, Program KB,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak bersama dinas sosial, peran serta
PT se Bondowoso untuk mengakomodir konsorsium PSGA dan lain sebagainya.
Sehingga dalam angka yang ditampilkan grafik menunjukkan pernikahan usia turun
dari sepanjang 2021 mencapai jumlah 802’’ menjadi 461 pernikahan usia dini di tahun
2022, hal tersebut memang menurun, akan tetapi pemerintah perlu memperhatikan
angka penurunan yang tidak signifikan secara mutlak berarti masih perlu banyak
sinergisitas berbagai pihak di Kabupaten bondowso untuk menciptakan wawasan
menikah di usia yang sesuai dengan regulasi.

KESIMPULAN
Dari pemaparan hasil dan fakta diatas maka dapat ditarik kesimpulan dari
penelitian yakni yang menjadi faktor pernikahan dini di kabupaten Bsondowoso
adalah faktor dorongan orang tua, ekonomi, pendidikan, pola pergaulan serta adat
setempat. Kelima faktor memang perlu untuk dievaluasi bersama agar pernikahan dini

36
B. Caplan, ‘Rational Ignorance versus Rational Irrationality’, Kyklos, 54.1 (2001), 3–26
<https://doi.org/10.1111/1467-6435.00138>.
37
Moh. Bahri, ‘Pemkab Bondowoso Gandeng UNICEF Tekan Pernikahan Pada Anak,
Seperti Apa Langkahnya?’, Https://Timesindonesia.Co.Id/Peristiwa-Daerah/435512/, 2022, p. 20:34.
38
Jember Radar, ‘Pakai Jalur Legislasi Atasi Pernikahan Dini Akan Ada Perdes Dan
RAD’, Https://Radarjember.Jawapos.Com/Berita-Bondowoso/12/11/2022/Pakai-Jalur-Legislasi-Atasi-
Pernikahan-Dini/, 2022.

475
Problematika Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Bondowoso : Studi Lacak Atas Faktor-Faktor
Penyebabnya

di kabupaten Bondowoso bisa terus berkurang setiap tahunnya. Karena pernikahan


yang ideal adalah pernikahan yang diimpikan oleh semua masyarakat. Oleh karena
itu, diperlukan kerja sama dan saling pengertian seluruh elemen masyarakat, baik dari
pihak pemerintah, masyarakat dan remaja secara menyeluruh. Perlu dicanangkan
program pendidikan yang merata, edukasi kemandirian ekonomi, pemahaman
menganai pernikahan untuk membuka wawasan baru yang lebih ideal mengenai usia
pendidikan sesuai regulasi yakni batas minimal 19 tahun.

REFERENSI
[BPS] Central Bureau of Statistics, ‘Hasil Sensus Penduduk 2020’, Berita Resmi
Statistik, 7, 2021, 1–52
Amiruddin dan H.Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2004)
BPS Bondowoso, Profil Kemiskinan Kabupaten Bondowoso Maret 2022
(Bondowoso: Badan Pusat statistik, 2022)
Caplan, B., ‘Rational Ignorance versus Rational Irrationality’, Kyklos, 54.1 (2001),
3–26 <https://doi.org/10.1111/1467-6435.00138>
Deasy A., ‘Faktor Dominan Penyebab Pernikahan Usia Dini Di Kecamatan
Banjarmasin Selatan Tahun 2010-2014’, Jurnal Pendidikan Geografi, 3.5 (2017), 15–21
Fadlyana E, Larasaty S., ‘Pernikahan Usia Dini Dan Permasalahannya’, Sari
Pediatri, 11.2 (2018), 36–41
Hadiono AF., ‘Pernikahan Dini Dalam Perspektif Psikologi Komunikasi’, Jurnal
Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi Dan Pemikiran Hukum Islam., 9.2 (2018), 85–97
Helmi supriyanto, ‘Pandemi Covid-19, Permohonan Dispensasi Nikah
Meningkat Di Kabupaten Bondowoso’, 4 September, 2021, p. 1
Intan Arimurti, Ira Nurmala, ‘Analisis Pengetahuan Perempuan Terhadap
Perilaku Melakukan Pernikahan Usia Dini Di Kecamatan Wonosari’, The Indonesian
Journal of Public Health, 12.2 (2017), 249–262
<https://doi.org/10.20473/ijph.v12i1.2017.249-262>
Irwan, Ahmad Kaerul Kholidi, Adi Faizun, Taufik Wahyudi4, Tia Noviana,
‘Pengabdian Pada Masyarakat Penyuluhan Pencegahan Perkawinan Usia Dini Di Desa
Beber Lombok Tengah NTB’, J-Abdi Jurnal Pengabdian Kepada MasyarakatJurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 5.3 (2020), 248–53
Laela, Ana, Fatikhatul Choiriyah, Inayatul Anisah, Alfan Afandi, and Ido
Gustiawan Putra, ‘Pandangan Hakim Mengenai Pasal 7 Ayat 2 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan’, Jurnal Geuthèë: Penelitian Multidisiplin,
05.03 (202AD), 321–30
Liesmayani, Elvi Era, Sri Juliani, Nurul Mouliza, and Novi Ramini, ‘Determinan
Kejadian Pernikahan Dini Pada Remaja’, Nursing Care and Health Technology Journal, 2.1,
56–62
Ma’arif F., ‘Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sosial Budaya Dengan
Sikap Remaja Terkait Pendewasaan Usia Perkawinan’, Jurnal Biometrika Dan
Kependudukan, 7.1 (2018), 39–48
———, ‘Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sosial Budaya Dengan
Sikap Remaja Terkait Pendewasaan Usia Perkawinan’, Jurnal Biometrika Dan
Kependudukan, 7.1 (2018), 39–48
Moh. Bahri, ‘Pemkab Bondowoso Gandeng UNICEF Tekan Pernikahan Pada
Anak, Seperti Apa Langkahnya?’, Https://Timesindonesia.Co.Id/Peristiwa-Daerah/435512/,
2022, p. 20:34
Nurhikmah N, Carolin BT, Lubis R., ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pernikahan Usia Dini Pada Remaja Putri’, Jurnal Kebidanan Malahayati, 7.1 (2021), 17–24

476
Problematika Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Bondowoso : Studi Lacak Atas Faktor-Faktor
Penyebabnya

Radar, Jember, 2022, ‘Pakai Jalur Legislasi Atasi Pernikahan Dini Akan Ada
Perdes Dan RAD’, Https://Radarjember.Jawapos.Com/Berita-Bondowoso/12/11/2022/Pakai-
Jalur-Legislasi-Atasi-Pernikahan-Dini/, 2022
Raymond Godwin, ‘Https://Psychology.Binus.Ac.Id/2017/02/17/Rendahnya-
Kualitas-Pendidikan-Di-Indonesia/’
Refi Lindawati, Husnul Khotimah, Rd. Deden Gumilar Nugraha, ‘Analisis
Pernikahan Usia Dini Pada Wanita Usia Subur (Data SKAP BKKBN Provinsi Banten
2019)’, Faletehan Health Journal, 9.02 (2022), 170–75
<https://doi.org/10.33746/fhj.v9i02.329>
Samsul Arifin, ‘Https://Beritanasional.Id/Pada-Tahun-2022-Ribuan-
Perceraian-Terjadi-Di-Pengadilan-Agama-Bondowoso/’
Siswanto, Vina Qurrotu A’yun, Dede Permana, ‘Kajian Hadist Tentang Urgensi
Kemampuan Dalam Menikah Menikah (Analisis Permasalahan Pernikahan Usia Dini
Di Indonesia )’, DIRAYAH : Jurnal Ilmu Hadis, 3.1 (2022), 133–46
Siti Nurul Khaerani, ‘Faktor Ekonomi Dalam Pernikahan Dini Pada Masyarakat
Sasak Lombok’, Qawwam, 13.1 (2019), 1–13
Tim Penyusun, Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Inisiatif DPRD
Bondowoso Tentang Pencegahan Perkawinan Anak, 2022 (Bondowoso: DPRD, 2022)
———, Statistik Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2020 (Jawa Timur: Badan Pusat
statistik, 2021)
Wafiq, Ahmad, and F. Setiawan Santoso, ‘Upaya Yuridis Dan Sosiologis Kantor
Urusan Agama Dalam Pencegahan Pernikahan Usia Dini’, Ulumuddin : Jurnal Ilmu-Ilmu
Keislaman, 7.1 (2017), 17–30 <https://doi.org/10.47200/ulumuddin.v7i1.181>
Widaningsih, ‘Inilah Hadis-Hadis Tentang Pernikahan Yang Perlu Diketahui’, ,
Https://Kalam.Sindonews.Com/Read/74866/72/Inilah-Hadis-Hadis-Tentang-Pernikahan-Yang-
Perlu-Diketahui-1592546812, 2020, p. 14.02

Copyright Holder :
© Sutriyono (2023).

First Publication Right :


© Attractive : Innovative Education Journal

This article is under:

477
Problematika Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Bondowoso : Studi Lacak Atas Faktor-Faktor
Penyebabnya

478

You might also like