PTpertumbuhan Laba Terhadap Nilai Perusahaan
PTpertumbuhan Laba Terhadap Nilai Perusahaan
PTpertumbuhan Laba Terhadap Nilai Perusahaan
Madu Likha
madulikha98@gmail.com
Astri Fitria
ABSTRACT
This research aimed to examine the effect of profits growth and financial performance on the firm value, which
was moderated by Corporate Social Responsibilty (CSR). The population was consumer goods manufacturing
companies which were listed on Indonesia Stock Exhange 20l3-2017. While, there were 18 companies which were
collected as sample using purposive sampling. Moreover, the data analysis technique used Moderated Regression
Analysis (MRA). Based on T test, it concluded as follows: (1) the profits growth did not effect on the firm value;
(2) the liquidity had positive effect on the firm value; (3) the leverage did not effect on the firm value. While,
based on Moderated Regression Analysis (MRA), the corporate social Responsibility (CSR), it concluded as
follows: (4) the profits growth, which was moderated by CSR, had negative but significant effect on the firm
value; (5) CSR could not moderate the effect of Iiquidity on the firm value; (6) Besides, CSR could not moderate
the effect of leverage on the firm value In other words, the investors needed to consider the implementation of
CSR before deciding to invest.
Keywords: profits growth, financial performance, firm value, corporate social responsibility.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk dapat menguji pengaruh pertumbuhan laba, kinerja keuangan terhadap
nilai perusahaan yang dimoderasi oleh corporate social reponsibility (CSR). Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dalam sektor consumer goods (barang konsumsi)
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2013 sampai 2017. Total keseluruhan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah l8 perusahaan yang ditentukan menggunakan
teknik purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam penetian ini adalahmoderated
regression analysis(MRA). Berdasarkan uji t menunjukan bahwa hasil penelitian ini sebagai berikut : (1)
pengaruh pertumbuhan laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan; (2) likuiditas berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan; (3) leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Sedangkan berdasarkan uji moderated regression analysis (MRA) variabel corporate social responsibility
(CSR) menunjukkan bahwa: (4) pengaruh pertumbuhan laba terhadap nilai perusahaan setelah
dimoderasi oleh CSR berpengaruh negatif dan signifikan; (5) CSR tidak mampu memoderasi
pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan; (6) CSR tidak mampu memoderasi pengaruh leverage
terhadap nilai perusahaan. Artinya dimana dengan dilakukannya pengungkapan corparate social
responsibility (CSR) merupakan suatu pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh setiap investor
sebelum memutuskan untuk berinvestasi.
Kata kunci: pertumbuhan laba, kinerja keuangan, nilai perusahaan, corporate social responsibility
PENDAHULUAN
Di era milenial seperti saat ini, dunia usaha mengalami perkembangan yang begitu
pesat, oleh karena itu perusahaan harus mampu bersaing secara ketat dan kompetitif dengan
begitu perusahaan akansemakin gigih dalam menghadapi hal apapun agar mampu bertahan
dan tetap dapat bersaing secara maksimal dengan perusahaan-perusahaan lain.
Nilai perusahaan berperan penting untuk menciptakan suatu tujuan yang ingin
dicapai karena nilai perusahaan itu sendiri gambaran dari kinerja suatu perusahaan. Dalam
segi investor dapat dilihat jika nilai saham semakin tinggi maka dapat dikatakan bahwa nilai
perusahaan baik sehingga membuat para investor percaya tidak hanya pada kinerja
2
perusahaan dalam jangka pendek melainkan juga jangka panjangnya. Nilai perusahaan
dalam penelitian kali ini menggunakan pengukuran Tobin’s Q, karena jika Rasio Q diatas
satu maka investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang dapat memberikan nilai yang
lebih tinggi daripada pengeluaran investasi,yang dapat merangsang investasi baru. Maka
sebaliknya, jika Rasio Q dibawah satu maka investasi tidak akan dapat menarik investasi
baru.
Pertumbuhan laba dapat diartikan sebagai persentase kenaikan yang harus
diperhatikan oleh perusahaan. Stabilitas laba dalam perusahaan sangat diperhatikan oleh
para investor, karena jika investor ingin menanamkan modalnya untuk saham, di harapkan
dimasa yang akan datang investor memperoleh laba di setiap periodenya. Setiap tahunnya
laba perusahaan tidak dapat dipastikan naik atau turun, namun jika laba tersebut
mengalami penurunan, maka dapat dipastikan bahwa citra perusahaan tersebut kurang baik
dan itu juga dapat mempengaruhi apakah investor mau menanamkan modalnya dengan
cara membeli saham kepada perusahaan tersebut.
Menurut Ardimas dan Wardoyo (2014) mengatakan bahwa kinerja pengukuran yang
terdapat dalam kinerja keuangan sangat penting, karena digunakan sebagai dasar untuk
menyusun sistem timbal balik yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan
memberikan informasi yang penting aset yang digunakan untuk membuat bagi perusahaan
tersebut. Peneliti menggunakan rasio likuiditas dan rasio leverage sebagai pengukuran.
Secara teoritis Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan inti dari etika
bisnis,yang dimana suatu perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban dalam ekonomis
dan legal kepada pemegang saham (shareholder), melainkan perusahaan juga mempunyai
kewajiban terhadap pihak lain yang berkepentingan (stakeholder) yang tidak dapat lepas dari
kenyataan dimana suatu perusahaan tidak bisa hidup bahkan beroperasi serta bertahan
untuk memperoleh keuntungan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang bersangkutan.
Dalam penerapannya perusahaan harus mampu mengeluarkan banyak biaya yang nantinya
akan berdampak pada pengurangan keuntungan yang didapat oleh perusahaan tersebut.
Namun para investor lebih berminat pada perusahaan yang memiliki citra yang baik di
masyarakat, karena semakin baik citra yang dimiliki perusahaan, loyalitas konsumen
semakin tinggi sehingga dalam waktu lama penjualan perusahaan akan membaik.
Penelitian dengan topik ini bertujuan untuk mencari konsistensi. Konsistensi disini
berarti selalu berada pada pokok yang akan diteliti, oleh karena itu peneliti tidak
menggunakan checklist melainkan merekap dari indeks GRI yang sudah tersedia dan yang
mengindeks para pihak yang sudah ahli dibidang tersebut sehingga unsur subyektif dapat
diminimalkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1)
Apakah pertumbuhan laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan; (2) Apakah likuiditas
berpengaruh terhadap nilai perusahaan; (3) Apakah leverage berpengaruh terhadap nilai
perusahaan; (4) Apakah pertumbuhan laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan setelah
dimoderasi oleh Corporate Social Responsibility (CSR); (5) Apakah likuiditas berpengaruh
terhadap nilai perusahaan setelah dimoderasi oleh Corporate Social Responsibility (CSR); (6)
Apakah leverage berpengaruh terhadap nilai perusahaan setelah dimoderasi oleh Corporate
Social Responsibility (CSR).
Penelitian ini juga memiliki tujuan yang mengacu pada masalah-masalah di atas,
sebagai berikut: (1) Untuk menguji pengaruh pertumbuhan laba terhadap nilai perusahaan;
(2) Untuk menguji pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan; (3) Untuk menguji
pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan; (4) Untuk menguji pengaruh pertumbuhan
laba terhadap nilai perusahaan setelah dimoderasi oleh Corporate Social Responsibility (CSR);
(5) Untuk menguji pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan setelah dimoderasi oleh
Corporate Social Responsibility (CSR); (6) Untuk menguji pengaruh leverage terhadap nilai
perusahaan setelah dimoderasi oleh Corporate Social Responsibility (CSR).
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 8, Nomor 5, Mei 2019
3
TINJAUAN TEORITIS
Stakeholder Theory
Stakeholder Theory menyatakan perusahaan bukanlah satu satunya entitas yang hanya
beroperasi untuk kepentingan perusahaan itu sendiri, melainkan harus memberikan manfaat
bagi stakeholdernya.Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajemen
perusahaan dalam meningkatkan penciptaan nilai sebagai dampak dari aktivitas-aktivitas
yang dilakukan dan meminimalkan kerugian yang mungkin muncul bagi stakeholder.
Perusahaan hanya diarahkan untuk mengidentifikasi stakeholder yang dianggap penting dan
berpengaruh terhadap perusahaan akan diarahkan pada stakeholder yang dianggap
bermanfaat bagi perusahaan.
Utama menyatakan bahwa pemilik perusahaan beserta segenap jajarannya perlu
memahami konteks Corporate Social Responsibility (CSR), karena ada keterpaduan dengan
program perusahaan. Perlunya manajer duduk bersama dengan pelaku usaha, untuk
mengkomunikasikan apa yang dibutuhkan masyarakat secara bersama, memberikan
gambaran rencana kerja perusahaan yang terkait dengan kepentingan publik.Dengan
demikian ada komunikasi dua arah, sehingga kemungkinan adanya kerjasama antara
perusahaan dengan publik menjadi terbuka semakin lebar, sehingga tidak terjadi overlapping
program antara perusahaan dan publik.
Nilai Perusahaan
Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan utamanya yaitu
nilai perusahaan dapat dicapai melalui fungsi manajemen keuangan dengan hati-hati dan
tepat, mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi kinerja
umum perusahaan bagi para pemegang saham dengan tujuan investasi jangka penjang
keuangan menjadi penting untuk dicermati. Nilai perusahaan akan dapat terjamin dalam hal
pertumbuhan, dan berkesinambungan hidup.
Menurut Rusdianto (2013) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki kinerja
lingkungan dan sosial yang baik akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan
harga saham dan laba perusahaan.
Peneliti menggunakan pengukuran Tobin’s Q karena rasio ini merupakan konsep yang
berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil
pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Jika rasio Tobin’s Q di atas 1,
menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang
lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Apabila
Tobin’s Q dibawah satu, investasi dalam aktiva tidak akan menarik bagi investor. Jadi
Tobin’s Q merupakan ukuran yang lebih teliti tentang seberapa efektif manajemen
memanfaatkan sumber-sumber daya ekonomis dalam kekuasaannya.
Berdasarkan pemikiran Tobin, bahwa insentif untuk membuat modal investasi baru
adalah tinggi ketika surat berharga (saham) memberikan keuntungan di masa depan dapat
dijual dengan harga yang lebih tinggi dari biaya investasinya (Kusuma, 2010).
Pertumbuhan Laba
Suatu perusahaan memiliki tujuan yaitu menghasilkan laba yang optimum.Adanya
pertumbuhan laba dalam suatu perusahaan dapat menunjukan bahwa pihak-pihak
manajemen telah berhasil dalam mengelola sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan
secara efektif dan efisien. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangi laba periode
sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode
sebelumnya.
Dalam konsep dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, income
(penghasilan) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk pemasukan atau penambahan aktiva berasal dari kontribusi penanaman modal laba
4
yang diperoleh perusahaan dari tahun ketahun tidak dapat dipastikan, bisa naik bisa untuk
tahun ini dan bisa turun untuk tahun berikutnya begitupun sebaliknya. Kenaikan dan
penurunan laba pertahun inilah yang disebut dengan pertumbuhan laba.
Hargiansyah (2015), menyatakan bahwa pertumbuhan laba merupakan persentase
kenaikan laba yang diperoleh perusahaan.Pertumbuhan laba yang baik mengisyaratkan
bahwa perusahaan mempunyai keuangan yang baik, yang pada akhirnya akan
meningkatkan nilai perusahaan, karena besarnya dividen yang akan dibayar di masa yang
akan datang saat bergantung pada kondisi perusahaan.
Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana
suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan
keuangan secara baik dan benar. Menurut Rusdianto (2013), mengatakan bahwa kinerja
keuangan adalah hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh manajemen perusahaan dalam
mengelola aset perusahaan secara efektif selama periode tertentu. Pengukuran kinerja
(Performing Management) mencakup kualifikasi, efisien, dan efektivitas perusahaan dalam
pengorganisasian bisnis selama periode akuntansi. Dalam pengukurannya peneliti
menggunakan rasio likuiditas dan rasio leverage.
Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas yaitu rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan
aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar. Rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang harus
segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendeknya.Peneliti menggunakan rumus Current
Rate yang dimana rasio ini menghitung perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang
lancar. Jika current ratio tinggi akan memberikan jaminan indikasi yang baik bagi kreditor
jangka pendeknya, artinya setiap perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi
kewajiban-kewajiban finansial jangka pendeknya, akan tetapi current ratio yang tinggi akan
berpengaruh negative terhadap kemampuan memperoleh laba, karena sebagian modal kerja
tidak berputar atau mengalami pengangguran. Berikut rumus yang digunakan untuk
menghitung rasio lancar (current ratio).
CR = aktiva lancar/hutang lancar x 100%
Rasio Leverage
Rasio Leverage yaitu rasio yang mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan
dana dari hutang (pinjaman). Jika leverage semakin besar maka akan menunjukkan risiko
investasi yang semakin besar pula. Namun perusahaan dengan leverage yang rendah akan
memiliki risiko leverage yang rendah pula. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi seluruh kewajibannya dengan modal sendiri. Semakin tinggi nilai rasio ini
berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Peneliti menggunakan
rumusan debt to equity (DER) yang dimana rasio antara total hutang dengan total aset yang
dinyatakan dengan persentase, dimana rasio ini mengukur berapa persen aset perusahaan
yang dibiayai oleh hutang. Berikut rumus yang digunakan dalam penelitian berikut ini.
DER = total hutang/total aktiva
Rerangka Konseptual
Pertumbuhan Laba
X1
Leverage
X3
Corporate Social
Responsibility
Gambar 1
Rerangka konseptual
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pengaruh Pertumbuhan Laba Terhadap Nilai Perusahaan
Pertumbuhan laba pada perusahaan adalah salah satu cara investor dalam
menentukan investasi ke perusahaan atau tidak. Dengan adanya pertumbuhan laba yang
dari tahun ke tahun semakin meningkat, akan memberikan sinyal yang positif terhadap
kinerja perusahaan (Hartini, 2012). Dengan demikian pertumbuhan laba yang baik,
mengisyaratkan bahwa perusahaan mempunyai kondisi yang baik, yang pada akhirnya
akandapat meningkatkan harga saham, oleh karena itu pertumbuhan laba dapat
mempengaruhi nilai perusahaan.
H1: Pengaruh Pertumbuhan Laba Perusahaan Berpengaruh Positif Terhadap Nilai
Perusahaan.
yang telah ditetapkan. Dengan demikian, perusahaan yang membayar kewajiban atau
hutangnya adalah perusahaan yang memiliki prospoek bagus dimasa yang akan datang. Hal
ini dapat menarik investor untuk membeli saham pada perusahaan ersebut sehingga dapat
meningkatkan permintaan saham, dimana jika permintaan saham mengalami kenaikan
maka haraga saham otomatis akan tinggi pula. Pengaruh likuiditas terhadap nilai
perusahaan setelah dimoderasi oleh corporate social responsibility (CSR) menunjukkan hasil
yang signifikan hasil tersebut bersangkutan dengan nilai perusahaan. Jika kinerja keuangan
pada perusahaan semakin baik, maka tingkat kepercayaan investor akan semakin meningkat
dan ini akan memberikan kesempatan perusahaan untuk berkembang sehingga dapat lebih
meningkatkan harga dan jumlah saham yang beredar di pasaran.
H6: Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan Berpengaruh Positif Setelah Dimoderasi Oleh
Corporate Social Responsibility (CSR)
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Gambaran Umum dari Populasi (Objek) Penelitian
Jenis penelitian yang dugunakan adalah korelasional yaitu teknik analisis dalam
statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel yang bersifat
kuantitatif. Metode yang digunakan yaitu purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik
non random yang ditentukan peneliti dengan cara menentukan sampel dan menentapkan
ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh peneliti sehingga dapat
menjawab permasalahan peneliti.
Sampel yang ditentukan oleh peneliti yaitu seluruh perusahaan manufaktur sektor
barang konsumsi (consumer goods) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017,
terdiri dari 18 perusahaan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Tabel 1
Sampel Objek Penelitian
No Kriteria Jumlah
1 Perusahaan yang tergolong dalam sektor consumer goods yang terdaftar di BEI 41
tahun 2013-2017
2 Perusahaan consumer goods yang tidak melaporkan data laporan tahunan secara (3)
berturut-turut periode 2013-2017
3 Perusahaan yang tidak memperoleh laba secara stabil selama periode 2013-2017 (6)
4 Perusahaan yang tidak menerapkan corporate social responsibility (CSR) (14)
5 Jumlah sampe yang memenuhi kriteria dan manjadi objek dalam penelitian 18
Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2018
Dimana:
Q : Nilai perusahaan
EMV : Nilai pasar ekuitas (closing price x jumlah saham yang beredar)
D : Nilai buku dari total hutang
EBV : Nilai buku dari total ekuitas
8
Variabel Independen
Pertumbuhan Laba
Pertumbuhan laba merupakan perubahan persentase kenaikan atau penurunan laba
yang diperoleh perusahaan. Variabel ini disimbolkan dengan (PL). Rumus pertumbuhan
laba: Yit = Yit – Yit-t / Yit-t
Dimana:
Δ𝑌 t : Pertumbuhan laba pada periode tertentu
Yit : Laba perusahaan i pada periode t
𝑌 : Laba perusahaan i pada periode
Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Didalam likuiditas peneliti menggunakan jenis pengukuran current ratio (rasio
lancar). Current ratio yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Variabel
ini juga pernah digunakan dalam penelitian Chistiawan dan Tarigan (2007) Rumus
likuiditas: Current Rate (CR) = aset lancar/hutang lancar x 100%
Leverage
Leverage merupakan suatu tingkat kemampuan perusahaan dalam menggunakan
aktiva dan atau dana yang mempunyai beban tetap (hutang dan atau saham istimewa)
dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan untuk memaksimisasi kekayaan pemilik
perusahaan. Didalamleverage peneliti menggunakan teknik pengukuran total debt to equity
ratio. Variabel ini juga pernah digunakan dalam penelitian Christiawan dan Tarigan (2007).
Rumus leverage: DER = Total hutang/Modal sendiri
Variabel Moderasi
Corporate Social Responsibility (CSR)
Variabel moderasi yaitu variabel yang dapat memperkuat atau memperlemah
hubunggan antara variabel independen dengan variabel dependennya (Suliyanto, 2011:8).
Penelitian kali ini peneliti menggunakan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai variabel
pemoderasinya.Besarnya suatu nilai pengunggkapan dalam CSR ditentukan dengan
menggunakan Corporate Social Disclosure Responsibility Index (CSRDI).
Informasi mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) berdasarkan standar Global
Reporting Initiative (GRI). Global Reporting Initiative (GRI) terdiri atas 8 fokus pengungkapan
yaitu: (1) Lingkungan 13 item; (2) Energi 7 item; (3) Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja
8 item; (4) Lain-lain tentang tenaga kerja 8 item; (5) Produk 10 item; (6) Keterlibatan
masyarakat 9 item; (7) Umum 2 item. Perhitungan Corporate Social Responsibilty (CSR) peneliti
menggunakan rumusan Corporate Social Disclousure Index (CSRDI). Rumus Corporate Social
Disclousure Index: (CSRDI): 𝐶𝑆𝑅 𝐼= ∑
∑
𝐶𝑆𝑅 𝐼
Keterangan:
CSRIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j
Nj : Jumlah item untuk perusahaan j, nj≤ 78
ΣX j : Dummy variable: 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak
diungkapkan, dengan demikian, 0 ≤ CSRIj≤ 1
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa jumlah data yang diteliti disimbolkan
dengan huruf (N) sebanyak 67 data. Data pengamatan tersebut diperoleh dari laporan
keuangan perusahaan perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi (consumer goods)
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013 sampai 2017 dengan hasil
statistik deskriptif yang berbeda setiap variabelnya, berikut hasilnya: (1) Pada variabel
Pertumbuhan Laba (∆Yit) menunjukkan bahwa variabel terkecil dimiliki oleh PT Mayora
Indah Tbk Tahun 2014 sebesar (0,590) dan yang memiliki nilai terbesar dimiliki oleh PT
Akasha Wira International Tbk Tahun 2016 sebesar 0,704, sedangkan observasi rata-rata
Delta Yit perusahaan sebesar 0,0543 dengan standar devisiasinya sebesar 0,2587; (2) Pada
variabel Likuiditas (CR) menunjukkan bahwa hasil dari variabel terkecil dimiliki oleh PT
Nippon Indosari Corporindo Tbk dengan jumlah 1,136 dan yang memiliki nilai terbesar
yaitu PT HM Sampoerna Tbk Tahun 2017 sebesar 5,234, sedangkan observasi rata-rata
current ratio perusahaan sebesar 2,575 dengan standar devisiasinya sebesar 1,068; (3) Pada
variabel Leverage (DER) menunjukkan bahwa variabel terkecil dimiliki oleh PT Kalbe Farma
Tbk Tahun 2017 sebesar 0,196 dan yang memiliki nilai terbesar dimiliki oleh PT Mayora
Indonesia Tbk Tahun 2014 sebesar 1,526, sedangkan observasi rata-rata debt to equity
perusahaan sebesar 0,6775 dengan standar devisiasinya sebesar 0,3732; (4) Pada variabel
Nilai Perusahaan (Tobin’s Q) menunjukkan bahwa variabel terkecil dimiliki oleh PT Wilmar
Cahaya Indonesia Tbk Tahun 2017 sebesar 0,302 dan yang memiliki nilai terbesar dimiliki
oleh PT HM Sampoerna Tbk Tahun 2016 sebesar 10,670, sedangkan observasi rata-rata dari
variabel Tobin’s sebesar 2,7694 dan standar devisiasi sebesar 2,1052; (5)Pada variabel
Corporate Social Respponsibility (CSR) menunjukkan bahwa variabel terkecil dimiliki oleh PT
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk Tahun 2015 sebesar 0,103 dan yang terbesar dimiliki oleh PT
Merck Tbk Tahun 2017 sebesar 0,590, sedangkan observasi rata-rata sebesar 0,361 dan
standar devisiasi 0,111.
Uji Normalitas
Uji normalitas ini berfungsi untuk mengetahui variabel independent (variabel bebas)
dan variabel dependent (variabel terikat) keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak, dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan statistik Kolmogorov Smirnov
(uji statistik) dan pendekatan grafik.
Gambar 2
Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data sekunder diolah, 2018
Gambar grafik normal plot menunjukkan bahwa pola data menyebar di sekitar
diagonal yang mengikuti arah garis diagonal, sehingga dapat dikatan bahwa hasil penelitian
ini menyatakan bahwa variabel-variabel tersebut memenuhi uji normalitas. Oleh karena itu
dianjurkan disamping menggunakan uji statistik non-parametik Kolmogorov-Smirnov. Uji
Kolmogorov-Smirnov yaitu suatu pengujian dengan cara membandingkan nilai probabilitas (p-
value) yang sudah ditetapkan standar baku signifikannya sebesar 0,05Jika hasil tersebut
memiliki nilai P maka dapat dikatakan data tersebut normal. Hasil pengujian
Kolmogorov-Smirnov yang nampak pada Tabel 3.
Tabel 3
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 67
Normal Parameters Mean .0000000
Std. deviation 1.83713369
Most Extreme Differences Absolute .131
Positive .131
Negative -.062
Kolmogorov-Smirnov Z 1.074
Asymp.Sig. (2-tailed) .199
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Data sekunder diolah, 2018.
Dapat dilihat tabel dibawah ini, bahwa pengujian memberi nilai Z hitung sebesar 1,074
dengan taraf signifikansi sebesar 0,199 menunjukkan bahwa nilai residual lebih besar dari
stadar baku yang telah ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian, penelitian tersebut
dapat dikatakan bahwa data terdistribusi secara normal sehingga dapat digunakan dalam
penelitian.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 8, Nomor 5, Mei 2019
11
Uji Heteroskedastisitas
Manfaat adanya uji heteroskedastisitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah
didalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual dari pengamatan satu
ke pengamatan lain. Model regresi dapat dikatakan baik jika model regresi tersebut tidak
terjadi heteroskedastisitas. Dasar untuk menentukan ada atau tidaknya heteroskedastisitas,
sebagai berikut: (a) Jika terdapat pola tertentu, misalnya titik-titik tersebut membentuk pola
tertentu yang teratur, artinya pola tersebut tersebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu
Y, maka penelitian tersebut mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas; (b) Jika tidak
terdapat pola yang jelas, misalnya titik-titik tersebut menyebar diatas dan dibawah angka 0
dan sumbu Y, maka penelitian tersebut telah mengindikasikan tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar yang telah disajikan dalam
Gambar 3:
Gambar 3
Hasil Uji Heteroeskedastisitas
Sumber: Data sekunder diolah, 2018
Berdasarkan hasil pengujian heterokdestisitas pada Gambar 3 dapat terlihat jelas
bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu, serta
tersebar di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas pada model regresi tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil estimasi regresi linear berganda layak digunakan untuk
interprestasi dan analisa lebih lanjut.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi linear berganda
terdapat kesalahan pengamatan pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode
t-1 atau sebelumnya. Pendekatan ada atau tidaknya autokorelasi dilakukan dengan melihat:
(a) Angka D-W dibawah -2 menunjukkan auto korelasi positif; (b) Angka D-W diatas -2
sampai +2 menujukkan tidak ada autokerelasi; (c) Angka D-W diatas +2 menunjukkan ada
autokorelasi negatif.
Tabel 4
Hasil Autokorelasi
Model Summaryb
Std. Error Change Statistics
Mod R Adjusted R of the R Square F Sig. F Durbin-
el R Square Square Estimate Change Change df1 df2 Change Watson
1 .488a .238 .202 1.880366 .238 6.576 3 63 .001 1.258
a. Predictors: (Constant), DER, Yit,
CR
b. Dependent Variable: TOBIN
Sumber: Data sekunder diolah, 2018
12
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa nilai uji autokorelasi menunjukkan
nilai Durbin Watson sebesar 1,258 terletak diantara -2 sampai +2, maka hasil tersebut dapat
dikatakan tidak terjadi autokorelasi dalam penelitian ini.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi terdapat
adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi dapat dikatakan baik jika
tidak seharusnya terjadi korelasi antar variable bebasnya. Untuk mendeteksinya perlu
dilakukan uji multikolinearitas dengan melihat dari nilai Tolerance Value dan Varian Inflation
Factor (VIF) yang dihasilkan dari penelitian ini. Apabila tolerance lebih besar dari 0,10 dan
VIF kurang dari 10, maka tidak terjadi gejala multikolinearitas. Berikut hasil dari uji
multikoinearitas yang ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5
Hasil Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity statistics
Model Tollerance VIF
1 (Constant)
Yit .999 1.001
CR .456 2.195
DER .456 2.194
A Dependent Variabel: Tobin
Sumber: Data sekunder diolah, 2019
Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan pada Tabel 5, dapat diketahui bahwa
jika nilai Tolerance lebih besar dari 0,10 dan Variance Influence Factor (VIF) pada seluruh
variabel bebas yaitu lebih kecil dari 10. Maka dari itu sesuai dengan ketentuan yang sudah
ditetapkan, hal ini berarti model yang digunakan dalam penelitian ini tidak ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas atau bisa disebut dengan variabel bebas tersebut bebas
dari multikolinearitas, sehingga variabel tersebut dapat digunakan dalam penelitian.
Berdasarkan hasil yang telah disajikan dalam Tabel 6, maka didapat hasil analisis
regresi linier berganda dengan menggunakan tingkat signifikan sesuai standar baku sebesar
5% diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Q=0,487+6,821 Yit+0,618 CR+1,431 DER+(15,122)Yit_CSR+0,721CR_CSR+(3,811)DER_CSR+e
Keterangan:
∆Yit : Pertumbuhan Laba
CR : Current Ratio
DER : Debt to Equity Ratio
∆Yit*CSR : Interaksi antara Pertumbuhan Laba dengan Corrporate Social Responsibility
(CSR)
DER*CSR : Interaksi Debt to Equity dengan Corporate Social Responsibility (CSR)
CR*CSR : Interaksi Current Ratio dengan Corporate Social Responsibility (CSR)
Berdasarkan pada model regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (1)
Koefisien Regresi Delta Yit. Besarnya nilai koefisien yang didapat dari perhitungan Yit
sebesar 6,821 nilai koefisien tersebut menunjukkan bahwa nilai Yit bersifat positif, dimana
nilai tersebut memiliki hubungan searah dengan nilai perusahaan (Q). Hal tersebut dapat
berspekulasi bahwa semakin efisien peputaran asset yang terjadi pada perusahaan tersebut,
maka perusahaan tersebut dapat memperoleh keuntungan yang dimana nantinya dapat
menarik daya tarik investor dapan dapat mempengaruhi nilai perusahaan; (2) Koefisien
Regresi Current Ratio (CR). Besarnya nilai koefisien current ratio (CR) sebesar 0,618 nilai
koefisien tersebut dapat menunjukkan bahwa variabel current ratio bersifat positif, artinya
hasil tersebut menunjukkan bahwa koefisien current ratio memiliki hubungan yang searah
dengan nilai perusahaan (Q). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa terjadi indikasi yang
baik karena perusahaan dengan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sehingga
dapat menarik investor untuk menanamkan sahamnya, dengan begitu dapat mempengaruhi
nilai perusahaan; (3) Koefisien Regresi Debt to Equity Ratio (DER). Besarnya nilai koefisien
yang dihasilkan oleh variabel debt to equity (DER) sebesar 1,431. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa variabel debt to equity ratio (DER) dengan nilai perusahaan (Q) memiliki pengaruh
yang positif, artinya antara variabel debt to equity ratio (DER) dengan nilai perusahaan (Q)
memiliki hubungan yang searah. Dari hasil tersebut dapat mengindikasi bahwa perusahaan
mampu memperkecil resiko yangnantinya akan ditanggung perusahaan karena
menggunakan sedikit hutang untuk membiayai aset perusahaannya. Dengan begitu investor
dapat dengan mudah percaya menanamkan sahamnya sehingga dapat mempengaruhi nilai
perusahaan; (4) Koefisien Regresi Delta Yit berinteraksi dengan Corporate Social Responsibility
(CSR). Dari hasil interaksi tersebut, dapat diketahui pengaruh corporate social responbility
dalam memoderasi yaitu memperlemah delta yitterhadap nilai perusahaan, nilai koefisien
tersebut yang ditunjukkan sebesar (15,122) maka hasil tersebut berpengaruh negatif, yang
artinya tidak ada pengaruh yang searah antara variabel corporate social responsibility
memoderasi delta yit terhadap nilai perusahaan; (5) Koefisien Regresi Current Ratio (CR)
berinteraksi dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Dari hasil interaksi tersebut, dapat
diketahui bahwa pengaruh corporate social reponsibility dalam memoderasi yaitu memperkuat
current ratio terhadap nilai perusahaan, hasil koefisien regresi tersebut menunjukkan nilai
sebesar 0,721 yang berarti nilai tersebut berpengaruh positif yang menunjukkan adanya
pengaruh hubungan yang searah antatra variabel corporate social responbility memoderasi
current ratio terhadap nilai perusahaan; (6) Koefisien Regresi Debt to Equity Ratio (DER)
berinteraksi dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Dari hasil interaksi yang
ditunjukkan, dapat diketahui pengaruh corporate social responsibility dalam memoderasi yaitu
memperlemah debt to equity ratio terhadap nilai perusahaan, dengan hasil yang ditujukkan
sebesar (3,811) maka hasil tersebut berpengaruh negatif yang menunjukkan tidak adanya
hubungan yang searah antara variabel corporate social responsibilty memoderasi debt to equity
ratio terhadap nilai perusahaan.
14
Uji Hipotesis
Suatu hipotesis dapat diuji berdasarkan data yang empiris sehingga data tersebut
dapat diukur. Dalam menaksir ketepatan fungsi regresi sampel pada nilai aktualnya dapat
diukur dari goodness of fit, namun secara statistik goodness of fit dapat diukur dengan
menggunakan nilai uji statistik F dan nilai uji statistik t. berikut cara dan hasil pengujian
terhadap hipotesis:
Tabel 7
Hasil Uji Koefisien Berganda ( )
Model Summaryb
Std. Error Change Statistics
Mod R Adjusted R of the R Square F Sig. F Durbin-
el R Square Square Estimate Change Change df1 df2 Change Watson
1 .548a .300 .230 1.847139 .300 4.289 6 60 .001 1.292
a. Predictors: (Constant), DER_CSR, Yit, CR_CSR, CR, DER,
Yit_CSR
Setelah hasil pada Tabel 7 diperoleh dapat diketahui bahawa nilai R squre (R2) sebesar
0,300 atau 30% dimana hasil tersebut menunjukkan bahwa kontribusi variabel yit, current
ratio, dan debt to equity terhadap nilai perusahaan, sedangkan sisanya 70% dikontribusi oleh
faktor lain. Sedangkan koefisien korelasi berganda yang disimbolkan dengan (R) sebesar
0,548 atau 54,8% yang artinya bahwa korelasi atau hubungan antara variabel yit, current
ratio, debt to equit ratio terhadap nilai perusahaan lemah.
yang sudah diterapkan sebesar α = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa model secara bersama-
sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.
Uji t
Pada dasarnya pengujian ini dapat menunjukkan seberapa jauh pengaruh yang
ditimbulkan dari satu variabel bebas secara individual didalam merangkan variabel
terkaitnya. Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α =
5%). Terdapat beberapa kriteria penolakan dalam melakukan pegujian hipotesisnya: (a) Jika
nilai signifikansi t > 0,05 maka hipotesis ditolak; (b) Jika nilai signifikansi t < 0,05 maka
hipotesis terima.
Tabel 9
Hasil Uji t
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) .551 1.372 .402 .689
Yit 1.096 .895 .135 1.224 .225
CR .880 .321 .446 2.740 .008
DER -.156 .919 -.028 -.170 .865
a.Dependent Variabel: TOBIN
Sumber: Data sekunder diolah, 2018
Berdasarkan hasil Uji t pada Tabel 9diatas dapat diperoleh: (1) Pada pengujian
pengaruh pertumbuhan laba terhadap nilai perusahaan telah menghasilkan nilai yang
signifikansinya sebesar 0,225 atau bisa disebut dengan hasil tersebut lebih besar dari 0,05
dimana standar baku yang telah ditetapkan adalah signifikansi < 0,05, sehingga hasil
tersebut menunjukkan bahwa hipotesis ditolak yang artinya pengaruh pertumbuhan laba
terhadap nilai perusahaan tidak berpengaruh dan hipotesis ditolak; (2) Pada pengujian
likuiditas terhadap nilai perusahaan menghasilkan nilai sebesar 0,008 < 0,05, maka dapat
diputuskan bahwa hipotesis likuiditas terhadap nilai perusahaan diterima dan memiliki
pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan dan hipotesis diterima; (3) Pada hasil
pengujian yang ditunjukkan Tabel 9bahwa hasil dari debt to equity menghasilkan nilai 0,865
yang artinya niali tersebut lebih besar dari standar baku yang telah ditetapkan yaitu nilai
signifikansi harus < 0,05, maka dari itu hasil pengujian variabel debt to equity ratio terhadap
nilai perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan hipotesis tersebut
ditolak; (4) Pada hasil pengujian yang ditunjukkan pada Tabel 6 bahwa hasil pengaruh
pertumbuhan laba sebesar 0,040 yang artinya nilai tersebut lebih kecil dari standar baku
yang telah ditetapkan, maka dari itu hasil pengujian untuk pengaruh pertumbuhan laba
terhadap nilai perusahaan setelah dimoderasi oleh corporate social responsibility (CSR), maka
corporate social reponsibility (CSR) memperlemah pengaruh pertumbuhan laba terhadap nilai
perusahaan; (5) Pada hasil pengujian yang telah ditunjukkan pada Tabel 6 bahwa hasil
likuiditas sebesar 0,543 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari nilai yang sudah
ditetapkan dalam standar bakunya, maka dari itu hasil pengujian hipotesis dalam variabel
current ratio terhadap nilai perusahaan setelah dimoderasi oleh corporate social responsibility
(CSR), maka CSR tidak mampu memoderasi pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan;
(6) Pada hasil pengujian yang telah dipaparkan dalam Tabel 6 bahwa hasil leverage sebesar
0,276 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari standar baku yang telah ditetapkan,
sehingga pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan setelah dimoderasi oleh corporate social
responsibility, maka CSR tidak mampu memoderasi pengaruh leverage terhadap nilai
perusahaan.
16
Pembahasan
Pengaruh Pertumbuhan Laba berpengaruh negatif terhadap Nilai Perusahaan (Hipotesis1)
Hipotesis pada penelitian ini menyatakan bahwa pengaruh pertumbuhan laba
berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil hipotesis tersebut berdasarkan dari
hasil uji t yang telah dilakukan peneliti yang menunjukkan hipotesis pertama ditolak. Hal
tersebut ditentukan berdasarkan tingkat signifikan sebesar 0,225.
Hal tersebut terjadi karena modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan tidak mampu
menutupi hutang jangka pendeknya yang dapat menyebabkan kerugian yang harus
ditanggung oleh perusahaan, jika hal tersebut terjadi terus-menerus maka akan mengurangi
aktiva lancar perusahaan yang nantinya akan membuat rendah nilai rasio yang akan
berdampak pada pertumbuhan laba. Peningkatan laba perusahaan bisa dicapai apabila
manajemen perusahaan dapat menjalin suatu kerja sama yang baik dengan pihak lain dalam
membuat keputusan-keputusan keuangan.
Penurunan laba dapat dicegah dengan cara memprediksi informasi kesulitan
keuangan pada perusahaan dengan cara mempercepat tidakan yang harus dilakukan
manajemen dalam pencegahan masalah sebelum terjadi penurunan laba secara drastic atau
bisa disebut kebangkrutan. Pihak manajemen akan dapat dengan sigap mengambil tindakan
men-takeover agar perusahaan mampu untuk membayar kewajiban dan mengelola
perusahaan dengan lebih baik, dan juga dapat memberikan tanda peringatan dini dengan
adanya kebangkrutan pada masa yang akan datang.
Dalam menilai kenaikan laba pada setiap tahunnya dapat menggunakan tolak ukur
tertentu. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh peneliti yaitu diukur menggunakan
delta yit seperti yang dilakukan peneliti dalam mengerjakan penelitian ini. Suatu kinerja
dalam operasi perusahaan diukur dengan melihat laporan keuangan yang tersedia. Menurut
beberapa para ahli mengemukakan delta yit adalah suatu perubahan persentase kenaiakn
atau penurunan laba yang diperoleh perusahaan. Dengan digunakan tolak ukur tersebut
perusahaan akan dapat mengetahui tingkat keuntungan yang didapat setiap tahunnya,
dengan demikian perusahaan akan berusaha untuk menaikan laba tiap tahunnya sehingga
para investor dapat dengan mudah menanamkan modalnya dan percaya bahwa perusahaan
akan dapat dengan mampu menghasilkan laba yang lebih tinggi dari laba yang diterima
sebelumnya.
tersebut terkadang tidak dikuatirkan oleh perusahaan, karena apabila manfaat hutang masih
lebih besar dibandingkan dengan biaya kebangkrutan maka perusahaan akan terus menerus
menggunakan hutang, sehingga perusahaan tidak sanggup lagi membayar hutang dan
bangkrut, dan juga para investor akan mengalami kerugian dan kehilangan seluruh
investasinya.
Berikut nilai yang sudah dipaparkan sebagai berikut, nilai signifikan 0,276 dan koefisien
sebesar (3,811).
Apabila tingkat hutang yang dimiliki oleh perusahaan tinggi, akan tetapi juga terdapat
hubungan yang tidak baik antar stakeholdernya maka perusahaan tersebut diduga tidak
akan mampu meningkatkan nilai perusahaan walaupun mempunyai suatu derajat
ketergantungan yang tinggi terhadap kewajibannya.
Keterbatasan
Penelitian ini telah dilaksanakan dan diusahakan sedemikian rupa agar sesuai dengan
prosedur ilmiah yang telah ditetapkan, akan tetapi masih memiliki keterbatasan dalam
penerapannya, yaitu sebagai berikut: (1) Periode sampel yang digunakan dalam penelitian
ini hanya 5 tahun yang dimulai dari tahun 2013, 2014, 2015, 2016, dan 2017. Obyek tersebut
terdiri dari 18 perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI);
(2) Dalam penelitian penentu item Corporate Social Responsibility (CSR) bersifat subyektif atau
menurut sudut pandang dari peneliti, hal tersebut dapat memungkinkan akan diperoleh
hasil yang berbeda dari peneliti lainnya; (3) Data dalam penelitian ini bersifat sekunder,
yang dimana dapat memungkinkan peneliti dalam mengalami kesalahan dalam menginput
data yang berupa angka-angka tersebut.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian diatas, disarankan agar
penelitian selanjutnya yaitu: (1) Dalam penelitian ini hanya menggunakan sampel
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 8, Nomor 5, Mei 2019
19
perusahaan consumer goods sebanyak 90 dalam periode 5 (lima) tahun. Disarankan agar
penelitian selanjutnya lebih memperluas obyek penelitian seperti menggunakan sampel
seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Karena jumlah yang lebih
besar akan mendapatkan hasil yang lebih maksimal; (2) Diharapkan untuk penelitian
selanjutnya menambah variabel pengukuran diluar penelitian ini, sehingga dapat
mempengaruhi variabel dependennya dan variabel moderasinya guna mendapatkan hasil
yang lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, P. 2015. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Moderasi. Skripsi.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya.
Ardimas, W, dan Wardoyo. 2014. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Corporate Social
Responbility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris: Bank Go Public Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia). Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA).
Surabaya.
Brealey, R. A., S. C. Myers., dan A. J. Marcus. 2013. Fundamentals of corporate rinance (7th ed.).
McGraw-Hill. New York.
Christiawan, Y. J. dan J. Tarigan. 2007. Kepemilikan Manajerial: Kebijakan Hutang, Kinerja
dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. 1(1): 1-8.
Freeman, L. 2004. Siting Affordable Housing: Location And Neighborhood Trends Of Low Income
Housing Tax Credit Development In The 1990s. The Brookings Institution. Washington DC.
Hadi, N. 2011.Corporate Social Responbility edisi Pertama. Graha. Yogyakarta.
Hargiansyah, R. F. 2015. Pengaruh ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas terhadap
nilai perusahaan (Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia). Artikel Ilmiah Mahasiswa. 1(1): 6-10.
Hartini, W. 2012. Pengaruh Financial Ratio Terhadap Pertumbuhan Laba dengan
Pengungkapan Corporate Social Responbility sebagai Variabel Pemoderasi. Manajement.
Analysis Journal. 1(1):1-8.
Herawaty , V. 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Variabel Moderating dari
Pengaruh Earning Management Terhadap Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi
XI. Pontianak.
Kusuma,D.R. 2010. Pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan
dengan profitabilitas sebagai variabel moderating (Studi empiris pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Diponegoro Journal of Accounting.
1(1):71-90.
Mardiyati, U. 2012. Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas
terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Periode 2005-2010. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI). 3(1):10-20.
Rahayu,S. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai
Variabel Pemoderasi. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Rusdianto, U. 2013. CSR communication A framework for PR practioners (1st ed.). Graha Ilmu.
Yogyakarta.