Pengembangan Instrumen Penilaian Pendidikan Profes

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/335398630

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PENDIDIKAN PROFESI GURU


SEKOLAH DASAR BEBASIS HOTS

Article in Profesi Pendidikan Dasar · July 2019


DOI: 10.23917/ppd.v1i1.8453

CITATIONS READS

9 980

4 authors, including:

Jan Wantoro Sutama wJ


Universitas Muhammadiyah Surakarta Universitas Muhammadiyah Surakarta
8 PUBLICATIONS 38 CITATIONS 43 PUBLICATIONS 89 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Siti Hafida
Universitas Muhammadiyah Surakarta
15 PUBLICATIONS 16 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

MODEL PELATIHAN GURU IPS, IPA TEMATIK TERPADU KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH KARTASURA View project

All content following this page was uploaded by Siti Hafida on 18 December 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PROFESI
PENDIDIKAN DASAR
e-ISSN: 2503-3530
p-ISSN: 2406-8012

Vol. 6, No. 1, Juli 2019 DOI: 10.23917/ppd.v1i1.8453

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PENDIDIKAN PROFESI GURU


SEKOLAH DASAR BEBASIS HOTS

Jan Wantoro1), Sutama2), Siti Zuhriah3), Siti Hadiyati Nur Hafida4)

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta


1
jan@ums.ac.id, 2sutama@ums.ac.id, 3sz228@ums.ac.id, 4shnh421@ums.ac.id

Abstract: In general, this study was aimed at developing a HOTS-based PPG assessment instrument
at the Universitas Muhammadiyah Surakarta. The specific objective of this study was to design a
HOTS-based PPG assessment instrument that is appropriate for PPG learning. Overall, this study
uses a research and development approach. While the development of research is carried out in
four stages, namely the stage of defining, designing, developing and disseminating. The results
showed that the level of differentiation of the questions that had been given was still low, with the
index of difficulty of the questions which were also still not satisfactory. In fact, the quality of the
deception has an indication that it is considered to be lacking.

Keywords: Assessment Instrument, HOTS, PPG

PENDAHULUAN
Guru dituntut untuk melakukan penguatan karakter siswa yang
menginternalisasikan nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yaitu
religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong-royang dan integritas dalam setiap
pembelajaran, hal ini tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017. Selain
itu keterampilan Abad 21 juga perlu diintegrasikan dalam kurikulum untuk
membangaun generasi emas Indonesia, yaitu keterampilan berpikir kritis dan
memecahkan masalah, keterampilan untuk bekerjasama, kemampuan berkreativitas dan
inovasi, dan kemampuan berkomunikasi. Untuk menghadapi era kemajuan teknologi
yang menuntut kemampuan literasi siswa, diperlukan kurikulum yang mengitegrasikan
enam literasi dasar, yaitu literasi baca tulis, digital, numerik, finansial, sains, budaya dan
kewargaan. Disamping itu, membiasakan siswa dengan proses pembelajaran yang
melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi/Highers Order Thinking Skills (HOTS),
diperlukan untuk menghadapi kompleksnya permasalahan yang muncul dalam
kehidupan sehari-hari.
Pemerintah mengharapkan peserta didik bisa mencapai berbagai kompetensi
dengan penerapan HOTS. Kompetensi yang dimaksud yaitu berpikir kritis, kreatif dan
inovasi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja sama, dan kepercayaan diri.
Kompetensi tersebut menjadi target karakter peserta didik yang melekat pada sistem

JPPD, 6, (1),
hlm. 11 - 20 Pengembangan Instrumen......(Jan Wantoro, dkk) 11
evaluasi dalam ujian nasional dan merupakan kecakapan abad 21. Keterampilan HOTS
diterapkan karena belum sesuai harapan peringkat Programme for International Student
Assessment (PISA) dibandingkan dengan negara lain, sehingga standar soal ujian
nasional dicoba ditingkatkan untuk mengejar ketertinggalan tersebut. PISA tahun 2015
melakukan perhitungan terhadap siswa dari 70 negara, salah satunya Indonesia. Hasil
PISA menunjukkan bahwa siswa di Indonesia berada di peringkat 63 untuk matematika,
64 untuk membaca, dan 62 untuk sains. Rendahnya peringkat siswa Indonesia menjadi
permasalahan dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang merupakan leading sector
proses pembangunan ternyata memiliki kualitas yang tergolong rendah. Hal tersebut
juga diperkuat oleh hasil pemetaan 21 universitas tahun 2013 yang menunjukkan bahwa
Indonesia berada di peringkat 49 dari 50 negara pada pemetaan mutu pendidikan tinggi
(Delyanti, 2014: 75). Upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia selalu
dilakukan, salah satunya melalui upaya penyiapan guru professional melalui sistem
pendidikan guru yang bermutu dan akuntabel.
HOTS merupakan kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall),
menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-
soal HOTS digunakan sebagai pengukur kemampuan: transfer satu konsep ke konsep
lainnya, mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda, menggunakan
informasi untuk menyelesaikan masalah, memproses dan menerapkan informasi,
menelaah ide dan informasi secara kritis (Himah, 2016: 90-91).
Perkembangan pendidikan sekarang ini mendorong setiap peserta didik untuk
semakin aktif dalam pembelajaran. Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu
bangsa, jika pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat di suatu Negara baik maka
Negara akan semakin mudah untuk berkembang. Pendidikan seringkali dijadikan
sebagai leading sector bagi pembangunan di suatu Negara oleh karena itu, guru
merupakan bagian terpenting dalam upaya mengembangkan sistem pendidikan yang
ada. Guru dapat meningkatkan kualitas sistem pendidikan karena guru mampu
melakukan interaksi secara langsung dengan peserta didik dalam proses belajar-
mengajar. Adanya guru yang memiliki kualitas baik mampu mendorong semakin
baiknya sistem pendidikan di Indonesia.
Guru sangat erat kaitanya dengan upaya peningkatan Sumber Daya Manusia
(SDM) namun, berdasarkan hasil ujian tulis nasional Program Profesi Guru (PPG) dapat
diketahui bahwa hampir setengah dari jumlah peserta tidak lulus ujian akhir PPG
(Lantip Diat Prasojo, dkk, 2017: 41). Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya
tingkat kelulusan mahasiswa PPG. Perwujudan pola pembelajaran dapat dimulai dengan
mengubah sistem penilaian yang merupakan salah satu komponen pendidikan. Penilaian
yang dilakukan dengan menggunakan instrumen tidak terstandar menjadi salah satu
faktor belum terpenuhinya tujuan penilaian pendidikan (Hamid, 2010). Penilaian belajar
menunjukkan berbagai prosedur untuk memperoleh informasi belajar siswa dan
menentukan keputusan berkaitan dengan kinerja atau hasil belajar siswa (Miller &
Gronlund, 2012).
Sugiyono (2009) menyatakan bahwa produk yang masih jarang dikembangkan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah instrumen penilaian pembelajaran.
Pengembangan instrumen penilaian pembelajaran merupakan upaya untuk

JPPD, 6, (1),
hlm. 11 - 20 Pengembangan Instrumen......(Jan Wantoro, dkk) 12
mengembangkan instrumen penilaian berdasarkan analisis kebutuhan menjadi produk
baru dengan uji keefektifannya dahulu sehingga, menghasilkan produk yang berfungsi
dan bermanfaat bagi masyarakat (Tutik wijayanti, dkk, 2014). Adanya pengembangan
instrumen penilaian pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman mahasiswa terhadap suatu materi pembelajaran. Salah satu pengembangan
instrumen penilaian dapat dilakukan melalui pembuatan soal berkualitas. Soal dapat
dikatakan berkualitas ketika soal mampu mengukur apa yang hendak diukur dan soal
harus sejajar dengan sasaran belajar yang dicapai (Uno, 2008).
Penilaian dalam PPG dilakukan untuk menetapkan pencapaian kompetensi
(capaian pembelajaran) mahasiswa PPG selama dan setelah suatu program
pembelajaran/perkuliahan dilakukan. Sementara itu, orientasi penilaian lebih dititik
beratkan kepada seberapa jauh kompetensi/Capaian Pembelajaran (CP) yang sudah
dicanangkan dapat dicapai oleh siswa yang dan disertai dengan pelacakan peran
berbagai faktor aktualisasi kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan. Sebagaimana
telah dipahami secara umum bahwa terdapat banyak faktor penentu aktualisasi kegiatan
pembelajaran yang antara lain berupa faktor kompetensi guru/dosen, pendekatan dan
metodologi yang dikembangkan guru/dosen, karakteristik isi/materi atau bahan ajar,
bimbingan/pendampingan yang diperoleh, sarana dan prasarana pembelajaran yang
tersedia, serta kondisi fisik/psikis mahasiswa PPG sendiri (Pedoman Penyelenggaraan
Program PPG, 2018).
Perkembangan pendidikan sekarang ini menuntut setiap siswa harus mampu
berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS). Mahasiswa PPG pun
tidak terlepas dari perkembangan tersebut. Salah satu faktor yang seringkali mendorong
mahasiswa PPG gagal dalam ujian akhir PPG adalah tidak terbiasanya mahasiswa
terhadap soal berbasis HOTS sehingga, mahasiswa sering terjebak dalam pertanyaan
yang berbasis HOTS tersebut. Untuk membiasakan mahasiswa PPG terhadap soal
berbasis HOTS maka, diperlukan adanya pengembangan instrumen penilaian berbasis
HOTS. HOTS dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas oleh karena itu, proses
pembelajaran harus dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan
konsep pengetahuan berbasis aktivitas.
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahanpenelitian ini difokuskan pada
“Bagaimana pengembangan instrumen penilaian PPG berbasis HOTS di Universitas
Muhammadiyah Surakarta?”. Fokus penelitian kemudian dirinci menjadi dua
pertanyaan yaitu, Bagaimana mendesain instrumen penilaian berbasis HOTS yang layak
bagi pembelajaran PPG?, dan Bagaimana efektivitas instrumen penilaian PPG berbasis
HOTS yang dikembangkan di Universitas Muhammadiyah Surakarta?
Secara umum penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan instrumen penilaian
PPG berbasis HOTS di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan khusus
penelitian ini adalah mendesain instrumen penilaian PPG berbasis HOTS yang layak
bagi pembelajaran PPG.

METODE PENELITIAN
Secara keseluruhan, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan
pengembangan, yaitu suatu proses untuk mengembangkan produk yang telah ada dan

JPPD, 6, (1),
hlm. 11 - 20 Pengembangan Instrumen......(Jan Wantoro, dkk) 13
dapat dipertanggung jawabkan dari segi efisiensi, efektifitas dan kekokohannya
(Sutama, 2012). Selanjutnya dalam penelitian ini akan dikembangkan instrumen
penilaian PPG berbasis HOTS. Sedangkan pengembangan penelitian dilakukan dalam
empat tahap, yaitu tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap
pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate), atau biasa disebut model 4-D
(four D Model). Desain penelitian yang akan dilakukan dalam dua tahun, yaitu 1)
kualitatif, dan 2) evaluatif.
Subjek penelitian yang digunakan adalah mahasiswa PPG di Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Sebanyak 251 mahasiswa PPG Dalam Jabatan 2019
dijadikan sebagai subyek penelitian tahun 1 untuk menganalisis kebutuhan
pengembangan instrument penilaian PPG berbasis HOTS. Subyek penelitian lainnya
adalah instruktur PPG (Dosen PPG), ahli pendidikan dan ahli penilaian pendidikan.
Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi, observasi ,tes,
dan angket (Denzin dan Lincoln, 2009). Metode pengumpulan data dalam
pengembangan ditambah menggunakan focus group discussion (FGD). Sedangkan
teknik analisis diterapkan menggunakan analisis kualitatif model alur dan komparasi
deskriptif (Flick, Kardorff, and Steinke, 2004: 266). dan regresi linear ganda dan anova
satu jalur.
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan ini secara keseluruhan dapat
diringkas menjadi dua langkah utama. Kedua langkah utama diilustrasikan pada gambar
1 di bawah.

Mengkaji teori yang Survei, eksplorasi dan FGD hasil analisis data
relevan analisis data PBM PPG PBM PPG

FGD review penyusunan Workshop penyusunan


instrument penilaian instrument penilaian PPG FGD Need Assessment
PPG berbasis HOTS berbasis HOTS

Workshop FGD review


pengembangan pengembangan instrument Instrument penilaian PPG
instrument penilaian penilaian PPG berbasis berbasis HOTS
PPG berbasis HOTS HOTS

Gambar 1. Diagram Langkah Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil pengembangan
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrument penilaian HOTS yang
berupa soal pilihan ganda bagi mahasiswa PPG yang valid dan reliabel. Penilaian
instrument dilakukan melalui analisis ahli untuk menguji kevalidan dari penilaian yang
telah dibuat dan penilaian uji coba yang melibatkan 54 mahasiswa PPG Dalam Jabatan
(Daljab) 2 tahun 2019. Analisis difokuskan pada persentase jawaban benar dari
mahasiswa PPG Daljab 2.

JPPD, 6, (1),
hlm. 11 - 20 Pengembangan Instrumen......(Jan Wantoro, dkk) 14
Proses pengembangan instrument penilaian HOTS meliputi penyusunan soal tes
oleh tim (Wiggins and McTighe, 2011). Soal tes tersebut kemudian dilakukan penilaian
oleh ahli pendidikan, hasil revisi dari penilaian ahli pendidikan kemudian akan
dijadikan sebagai bahan uji coba terbatas. Hasil uji coba terbatas akan menjadi bagian
dari revisi produk akhir terkait instrument penilaian berbasis HOTS yang siap
diujicobakan di lapangan.
Penilaian kevalidan instrument penilaian HOTS oleh ahli melalui beberapa
tahapan terkait dengan aspek kelayakan bahasa, dan kelayakan isi. Kelayakan bahasa
dan isi yang dinilai dalam pengembangan ini adalah ketepatan struktur pertanyaan,
kebakuan istilah, kemampuan mendorong berpikir kritis, keakuratan materi, dan
kesesuaian materi dengan perkembangan ilmu. Berdasarkan pendapat ahli maka, soal
yang telah dikembangkan mendapatkan revisi di beberapa nomor soalnya. Soal-soal
yang dibuat masih belum menunjukkan adanya HOTS sehingga, perlu dilakukan revisi.
Dalam penyusunan soal yang mengukur tingkat berpikir tinggi perlu disajikan berbagai
informasi melalui teks, gambar, grafik, tabel maupun yang lainnya, dan berisi informasi
yang ada dalam kehidupan sehari-hari (Merta, I Wayan, dkk, 2019).
Instrumen penilaian berbasis HOTS pada mahasiswa Daljab 2 PGSD UMS
ditekankan pada soal cerita, dimana masing-masing mahasiswa akan menganalisis soal
cerita dan mampu menjawab soal dengan benar. Adanya soal cerita akan menuntut
mahasiswa untuk menganalisis setiap kalimat dalam soal cerita sehingga mahasiswa
dapat menjawab soal dengan benar. Setiap soal yang ada selalu dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pada taksonomi bloom, dari 13 soal yang
dikembangkan, hanya 3 soal (23,07%) yang merupakan LOTS (Lower Order Thinking
Skills) dan 10 soal (76,93%) merupakan soal HOTS. Soal HOTS yang digunakan
memang masih berkisar pada indikator mengaplikasi dan menganalisis saja. Hasil revisi
dari ahli kemudian diujicobakan kepada mahasiswa PPG melalui soal pilihan ganda
sebanyak 54 responden.

2. Analisis Butir soal


Untuk mengetahui mutu dari soal yang telah dikembangkan selama proses PPG
maka, digunakanlah analisis butir soal dengan memperhatikan empat aspek, yaitu: daya
pembeda, tingkat kesukaran, pengecoh/distractor, dan homogenitas butir soal.

a. Daya pembeda
Daya pembeda dalam suatu soal bertujuan untuk mengukur sejauhmana butir soal
mampu membedakan antara peserta didik yang menguasai materi dengan peserta didik
yang tidak menguasai materi pembelajaran (Kurniawan, 2015). Semakin tinggi nilai
daya pembeda maka soal tersebut baik untuk digunakan. Hal tersebut dikarenakan soal
mampu membedakan kemampuan peserta didik dengan baik. Untuk mengetahui daya
pembeda suatu soal maka, digunakanlah kriteria daya pembeda sesuai Tabel 1.

JPPD, 6, (1),
hlm. 11 - 20 Pengembangan Instrumen......(Jan Wantoro, dkk) 15
Tabel 1. Kriteria Daya Pembeda

Indeks daya pembeda Penafsiran butir soal


D > 0,40 Sangat baik
0,30 < D < 0,40 Baik
0,20 < D < 0,30 Cukup
D < 0,20 Jelek
Sumber: Arif, 2014

Pada analisis butir soal didapatkan data bahwa dari 13 soal yang telah disusun,
hanya 3 soal (23,07%) yang memiliki daya pembeda sangat baik, 2 soal (15,39%)
memiliki daya pembeda baik, 2 soal (15,39%) memiliki daya pembeda cukup, dan 6
soal (46,15%) memiliki daya pembeda jelek. Berdasarkan perhitungan maka tingkat
daya pembeda soal rendah, artinya kemampuan soal untuk membedakan peserta didik
yang menguasai materi dan tidak masih rendah. Perlu adanya perbaikan terhadap soal
yang telah dikembangkan sehingga mampu memiliki daya pembeda yang lebih baik
lagi. Pengembangan soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) harus mampu
mendorong peserta didik untuk memahami materi pembelajaran dengan baik sehingga,
soal yang memiliki daya pembeda tinggi akan berkaitan erat dengan soal HOTS.

b. Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran menunjukkan seberapa baik kualitas soal (Kurniawan, 2015).
Soal yang mudah untuk dijawab oleh peserta didik tidak akan mendorong tingkat
berpikir kritisnya seorang peserta didik, sedangkan soal yang terlalu sulit juga akan
menyebabkan peserta didik untuk mudah putus asa dalam mengerjakan soal. Semakin
kecil indeks kesukaran suatu soal maka soal tersebut akan semakin sulit, begitu pula
sebaliknya. Ketika indeks yang diperoleh besar maka soal mudah dikerjakan oleh
peserta didik. Untuk mengukur tingkat kesukaran suatu soal, maka digunakanlah kriteria
tingkat kesukaran seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria Tingkat Kesukaran

Indeks kesukaran Penafsiran butir soal


0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,70 – 1,00 Mudah
Sumber: Arif, 2014

Berdasarkan perhitungan terhadap 13 soal oleh 54 peserta didik, didapatkan hasil


bahwa hanya 3 soal (23,07%) yang memiliki indeks sukar, 2 soal (15,39%) memiliki
indeks sedang, dan 8 soal (61,54%) memiliki indeks mudah. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa soal HOTS yang telah dikembangkan oleh tim masih memiliki indeks kesukaran

JPPD, 6, (1),
hlm. 11 - 20 Pengembangan Instrumen......(Jan Wantoro, dkk) 16
yang rendah. Setengah dari soal yang dikembangkan memiliki tingkat kesukaran yang
sangat mudah. Soal HOTS memang bukanlah soal yang sulit atau sukar namun, harus
mendorong siswa berpikir kritis. Mudahnya peserta didik untuk menjawab soal yang
ada dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya: intensitas peserta didik menggunakan
jenis soal yang sama. Semakin sering peserta didik menggunakan jenis soal yang sama
atau relative sama akan mendorong peserta didik untuk menjawab benar terhadap soal
yang disediakan. Dalam pengembangan soal HOTS diperlukan adanya soal yang
memiliki kriteria sedang dan sukar lebih banyak dibandingkan soal yang mudah.

c. Pengecoh/distraktor
Analisis pengecoh merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui
keefektifan suatu pengecoh dalam suatu soal. Semakin banyak peserta didik yang
memiliki pengecoh maka, pembuat soal harus memperhatikan lagi kunci jawaban yang
tersedia (Arif, 2014). Depdiknas dalam kurniawan (2015) menyatakan bahwa pengecoh
akan efektif jika dipilih oleh 5% atau lebih peserta didik dan dipilih oleh peserta didik
yang tidak menguasai materi pembelajaran.
Berdasarkan perhitungan Anates, kualitas pengecoh memiliki indikator yang
kurang. Dari 13 soal yang dilakukan analisis, hanya 5 soal (38,46%) yang memiliki
indeks pengecoh sangat baik, sedangkan 8 soal lainnya (61,54%) memiliki kualitas
pengecoh yang buruk. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa secara tidak
langsung, pembuat soal telah menunjukkan kunci jawaban dari setiap soal yang ada. Hal
ini sesuai dengan analisis tingkat kesukaran, dimana soal yang telah disusun tersebut
masih memiliki indeks kesukaran yang rendah. Peserta didik dapat langsung
mengetahui kunci jawaban yang tersedia. Soal yang memiliki indeks pengecoh buruk
masih belum sesuai dengan pengertian soal HOTS. Melalui soal yang ada, peserta didik
tidak harus berpikir kritis untuk menemukan kunci jawabannya.

3. Validitas Soal
Berdasarkan pada pengelompokkan indikator Kata Kerja Oprasional (KKO) soal
menurut taksonomi Bloom, maka soal yang telah dikembangkan sudah sesuai dan
masuk dalam kriteria soal HOTS. Meskipun ketika dilakukan analisis butir soal,
sebagian besar soal memiliki indeks dibawah skor kelayakan untuk aspek daya
pembeda, tingkat kesukaran dan pengecohnya. Hanya terdapat 1 soal saja yang
memiliki korelasi sangat signifikan antara keseluruhan aspek tersebut. Untuk
mengetahui nilai korelasinya dapat dilihat pada tabel 3. Selanjutnya soal yang telah
disusun perlu ditingkatkan tingkat kesukarannya, distraktor/pengecohnya, dan daya
bedanya.

JPPD, 6, (1),
hlm. 11 - 20 Pengembangan Instrumen......(Jan Wantoro, dkk) 17
Tabel 3. Rekap Analisis Butir Soal

No Daya pembeda Tingkat kesukaran Korelasi Sign. Korelasi


1 53,33 Mudah 0,465 -
2 33,33 Sukar 0,263 -
3 53,33 Mudah 0,624 Sangat signifikan
4 20,00 Sedang 0,225 -
5 13,33 Sukar 0,190 -
6 40,00 Mudah 0,294 -
7 46,67 Mudah 0,452 -
8 40,00 Mudah 0,413 -
9 20,00 Sangat mudah 0,247 -
10 13,33 Sangat mudah 0,219 -
11 -6,67 Sangat mudah -0,047 -
12 0,00 Sangat sukar 0,113 -
13 26,67 Sedang 0,204 -
Sumber: hasil perhitungan, 2019

Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa soal yang telah dikembangkan memiliki
validitas yang sangat rendah. Rendahnya validitas soal tersebut dapat dipengaruhi oleh
berbagai aspek, seperti: intensitas mengerjakan soal yang relatif sama, dan pemahaman
materi oleh peserta didik. Karena peserta didik PPG merupakan guru-guru yang telah
memiliki pengalaman kerja cukup lama maka, pemahaman guru terkait suatu materi
pembelajaran sudah sangat baik sehingga mampu menjawab soal dengan mudah.
Meskipun demikian, perlu adanya peningkatan kualitas soal PPG agar dapat dikatakan
soal yang HOTS.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis, tingkat daya pembeda soal yang telah diberikan masih
rendah, sehingga mahasiswa yang sudah menguasai materi dengan yang belum
menguasai materi tidak dapat dibedakan dengan baik. Masih diperlukan perbaikan
terhadap soal yang telah dikembangkan agar mampu memiliki daya pembeda yang lebih
baik lagi. Soal HOTS yang telah dikembangkan oleh tim masih memiliki indeks
kesukaran yang rendah, yaitu setengah dari soal yang dikembangkan masih berada pada
tingkat kesukaran yang sangat mudah. Jenis soal yang sama atau relatif sama dan sering
ditemuai oleh peserta didik akan mendorong peserta didik untuk menjawab benar
terhadap soal yang disediakan.
Dalam pengembangan soal HOTS diperlukan adanya soal yang memiliki kriteria

JPPD, 6, (1),
hlm. 11 - 20 Pengembangan Instrumen......(Jan Wantoro, dkk) 18
sedang dan sukar lebih banyak dibandingkan soal yang mudah. Berdasarkan
perhitungan Anates, kualitas pengecoh memiliki indikator yang kurang, hasil tersebut
menunjukkan bahwa pembuat soal telah menunjukkan kunci jawaban meskipun secara
tidak langsung. Hal ini sesuai dengan analisis tingkat kesukaran, dimana soal yang telah
disusun tersebut masih memiliki indeks kesukaran yang rendah. Soal yang memiliki
indeks pengecoh buruk masih belum sesuai dengan pengertian soal HOTS.

DAFTAR PUSTAKA

Delyanti, Azzumarito. 2014. Pengembangan Instrumen Tes Literasi Matematika Model


PISA. Journal of Educational Research and Evaluation 3 (2), 74-78
Denzin, N.K. &Lincoln, Y.S. 2009. Handbook of Qualitative Research (Edisi Bahasa
Indonesia). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Depdiknas. 2013. Pedoman Penilaian Hasil Belajar. Depdiknas. Jakarta
Himah, Faiqotul. dkk. 2016. Pengembangan Instrumen Tes Computer Based Test-
Higher Order Thinking (CBT-HOT) pada Mata Pelajaran Fisika di SMA. Jurnal
Pembelajaran Fisika, 5 (1), 89-95
Kurniawan, Tutut. 2015. Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal Mata
Pelajaran IPS Sekolah Dasar. Journal of Elementary Education, vol 4(1), 1-6
Lantip Diat Prasojo, Udik Budi Wibowo, Arum Dwi H. 2017. Manajemen Kurikulum
Program Profesi Guru untuk Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal di
Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2 (1)
Merta, I Wayan; Nur Lestari; Dadi Setiadi. 2019. Teknik Penyusunan Instrumen Higher
Order Thinking Skills (HOTS) Bagi Guru-Guru SMP Rayon 7 Mataram. Jurnal
Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat, vol 2(1), 48-53
Miller, M. D., Linn, R. L., & Gronlund, N. E. 2012. Measurement and Assessment in
Teaching. New Jersey: Pearson Higher Education
Pedoman Penyelenggaraan Program PPG. 2018. Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Permendiknas No 8 Tahun 2009).
Permendiknas No. 87 Tahun 2013
Panduan Pelaksanaan Sertifikasi Guru Tahun 2006
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R & D. Bandung: Alfabeta
Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D).
Surakarta: Fairuz Media
Tutik Wijayanti, dkk. 2014. Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran
(Implementasi Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis dan Karakter Demokratis
pada Materi Sistem Politik Indonesia dengan Metode Pembelajaran Role
Playing Berbasis Konservasi. Innovative Journal of Curriculum and Educational
Technology, 3 (2), 30-37

JPPD, 6, (1),
hlm. 11 - 20 Pengembangan Instrumen......(Jan Wantoro, dkk) 19
Uno, Hamzah. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wiggins, G., and McTighe, J. 2011. The Understanding by Design Guide to Creating
Highquality Units. Alexandria, VA: ASCD

JPPD, 6, (1),
hlm. 11 - 20 Pengembangan Instrumen......(Jan Wantoro, dkk) 20

View publication stats

You might also like